Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GUGUS KENDALI MUTU (GKM)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu :

Dr. Riyuzen Praja Tuala, M.Pd

Disusun oleh :

1. Juni Kurniawan 1911030325


2. Wiliam Surya Jaya 1911030433

Kelas : F

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2021M / 1443H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Gugus Kendali Mutu ini
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dengan mengharapkan hasil
yang terbaik, sehingga dapat berguna bagi banyak orang. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada Dosen Bapak Dr Riyuzen Praja Tuala, M.pd yang diberikan sehingga
bisa berguna bagi kami dan banyak orang lain.

Diluar itu, penulis sebagai manusia bisa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun akan menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Bandar Lampung , 13 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

A. Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM)................................................ 4


B. Manfaat GKM ....................................................................................... 6
C. Tugas dan Tanggung Jawab GKM ......................................................... 7
D. Langkah-Langkah Kegiatan GKM ......................................................... 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan produktivitas bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan


antara lain meningkatkan efisiensi di bidang input atau meningkatkan hasil
persatuan unit input yang digunakan dalam proses itu. Efisiensi input bisa
dilakukan dengan menekan biaya produksi terutama biaya tenaga
kerja.Sehingga muncull konsep “Gugus Kendali Mutu” (GKM) atau disebut
juga Quality Control Circle (QCC). Sejalan dengan arus globalisasi, istilah
GKM atau QCC semakin sering digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam upaya menuju Total Quality Management (TQM) atau manajemen
kualitas terpadu. Suatu sistem manajemen kualitas merupakan sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manjemen sistem
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap
kebutuhan atau persyaratan tertentu. Pengertian lain Gugus Kendali Mutu
adalah sejumlah karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu
secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan
dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha dengan
menggunakan perangkat kendali mutu.

Upaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu


satuan kerja naik dunia usaha maupun birokrasi,perlu dilaksanakan terus
menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuan secara
optimal. Sejak dahulu, terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan
konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan menungkatkan kinerja
organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang
birokrasi.

1
Berkaitan dengan bahasan tentang gugus mutu tersebut, berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian mutu tersebut, berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian dari para ahli di bidang tersebut sebagai subbahasannya.
Hasibuan (2005:232) mengemukakan sebagai berikut: “ gugus kendali mutu
adalah kelompok kecil dari lingkup kerja dengan sukarela melakukan
kegiatan pengendalian dan perbaikan secara berkesinambungan dengan
mengunakan tekhnik-tekhnik quality control “. Sehubungan dengan uraian
tersebut, berikut ini dikemukakan bahwa bagaimanapun rendahnya
kedudukan seseorang dalam suatu organisasi,sesungguhnya mereka ingin
membanggakan organisasi tempat kerjanya tersebut. Bersama-sama mereka
sebagai SDM organisasi tentunya ingin pula menunjukan peranan mereka
kepada organisasi tempat mereka bekerja. Namun dangan kenyataan yang
demikian itu, kurang atau bahkan tidak disadari oleh kebanyakan penguasa
organisasi tersebut.

Betapapun canggihnya peralatan dan tekhnologi saerat sistem yang ada


dalam organisasi, akhirnya faktor manusia juga yang menentukan berhasil
tidaknya organisasi mencapai sarasanya. Hal ini tersebut diperkuat oleh teori
Maslow dan Herzberg, bahwa kompensasi dan fasilitas bukanlah merupakan
jaminan sesorang termotivasi dalam melakukan tugasnya, tetapi mereka juga
membutuhkan penghargaan atas dirinya dan kesempatan untuk meraslisasikan
dirinya. Oleh karena itu, tiap pegawai yang menjadi anggota gugus kendali
mutu, dilibatkan atau melibatkan diri sepenuhnya dalam kebersamaan, secara
bersama-sama untuk memcahkan masalah yang ditetapkan bersama dan
dipecahkan secara bersama pula oleh peserta gugus sendiri. 1

1
Hadis Purba dan Ikri Malia, Gugus Kendali Mutu, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu
Kependidikan, Vol. 04, No. 02 (2019), h. 92-93

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian gugus kendali mutu?

2. Apa manfaat GKM?

3. Apa saja tugas dan tanggung jawab GKM?

4. Apa langkah-langkah melaksanakan kegiatan GKM?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian gugus kendali mutu

2. Untuk mengetahui manfaat GKM

3. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab GKM

4. Untuk mengetahui langkah-langkah melaksanakan kegiatan GKM

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM)

Menurut Asrohah (2014:186) Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah salah


satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dalam produktvitas kerja industri/
jasa. Terbukti bahwa salah satu faktor keberhasilan industrialisasi di jepang
adalah penerapan GKM secara efektif. Karena keberhasilan ini, sejumlah
negara industri maju dan sedang berkembang termasuk indonesia, penerapan
GKM di perusahaanperusahaan industri guna meningkatkan mutu,
produktivitas daya saing.2

Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle) merupakan subsistem dari


TQC(Total Quality Control), dimana TQC pada hakekatnya adalah system
untuk mengikutsertakan karyawan dan pimpinan secara gotong royong,
kekeluargaan, dan musyawarah untuk meningkatkan kualitas hasil kerja, dan
kepuasan costumer. Menurut Husaini Usman, idealnya GKM terdiri dari 3-10
anggota dalam unit pekerjaan sejenis/ serumpun, mengadakan pertemuan
rutin untuk membahas, menganalisa dan memberikan solusi atas masalah
yang muncul.

GKM adalah suatu teknik pengawasan kualitas dimana karyawan dan


pimpinan bersama-sama mencoba memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produksi. GKM mengubah tujuan dari mengawasi kualitas menjadi
meningkatkan kualitas. Melalui GKM, karyawan dan pimpinan melakukan
usaha bersama untuk meningkatkan desain, produktivitas, penekanan biaya
produksi, keselamatan kerja, dan pelayanan purna jual. Jika semula
pengawasan kualitas hanya diterapkan pada bagian produksi saja, maka di

2
Hanun Asrohah, Manajemen Mutu Pendidikan, (Surabaya: Goverment of Indonesia and
Islamic Development Bank, 2014), h. 186

4
Jepang diterapkan di semua bidang dan bagian operasi perusahaan, sehingga
disebut Total Quality Control.

GKM merupakan mekanisme formal yang dilembagakan yang bertujuan


untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada
partisipasi dan kreatifitas di antara karyawan. Kelompok kecil pekerja terlibat
dalam suatu proses pengkajian bersaman untuk menyingkapkan dan
memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. GKM harus bekerja
secara terus menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.

Keanggotaan gugus bersifat sukarela dengan jumlah anggota gugus


berlainan tergantung pada kebijaksanaan organisasi. Biasanya jumlah itu
berkisar antara tiga dan dua puluh karyawan, dengan rata-rata delapan sampai
sepuluh orang. Para anggota mengadakan pertemuan secara teratur dan
mempelajari kecakapan pergaulan dan metode statistik yang berkaitan dengan
pemecahan persoalan, memilih dan memecahkan persoalan. Pertemuan
dilakukan secara berkala dan dipimpin oleh kepala kelompok, baik dalam jam
kerja normal atas persetujuan pengawas dan di luar jam kerja biasa
berdasarkan inisiatif karyawan sendiri.

GKM merupakan kelompok orang dalam organisasi yang bertugas


mengendalikan mutu. Kelompok-kelompok kecil karyawan yang melakukan
kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan
berkesinambungan dalam bidang pekerjaannya dengan menerapkan prinsip-
prinsip dan teknik-teknik pengendalian mutu.3 GKM bekerja dengan suka rela
tanpa mengharap kontra prestasi seperti gaji dari organisasi. GKM ini
membahas dan menyelesaikan persoalan kerja yang dihadapi, sehingga
mereka mengadakan perbaikan secara terus menerus dengan menggunakan
teknik kendali mutu. Bagi banyak orang peningkatan kualitas identik dengan
Gugus Kendali Mutu (quality circles), kendali mutu adalah fitur penting dari

3
Amin Widjaja Tunggal, Ak. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1993), h. 15

5
metode pengendalian mutu di jepang, mereka adalah tim khusus yang
dibentuk untuk meningkatkan kualitas. Peningkatan mutu sering terjadi
karena adanya tim yang bekerja tugas tambahan, yang masing-masing
dirancang untuk memecahkan masalah, memperbaiki proses yang ada atau
merancang desain yang baru.

Di Jepang penggunaan Gugus Kendali Mutu lebih eksentif dari pada


ditempat lain, meskipun manajemen mutu berasal dari Amerika Serikat.
Filosofi TQC jepang pada dasanya adalah campuran dari ide Daming tentang
pengendalian proses statistik dengan GKM. Setsuo mitto dibukunya the
honda book of management mengatakan bahwa "TQC dan QC adalah Gugus
Kendali Mutu yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan moral pekerja
dan membawa perbaikan kualitatif dalam manajemen di manapun mereka
dipraktikkan dimana saja di dunia.

B. Manfaat GKM

Dengan diterapkan GKM pada suatu organisasi atau lembaga maka


organisasi maupun lembaga akan memperoleh manfaat yang sangat berharga
antara lain sebagai berikut:

a. Manfaat secara umum


1) Perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah;
2) Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya
3) Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai target;
4) Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku;
5) Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan;
6) Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja;
7) Peningkatan kepuasan kerja;
8) Pengembangan tim (Gugus Kendali Mutu).
b. Manfaat bagi karyawan
1) Meningkatkan kemampuan pribadi;

6
2) Kesempatan untuk menemukan masalah dan memecahkan
masalah yang tidak pernah dihiraukan oleh orang lain;
3) Kesempatan untuk mengusulkan saran-saran kepada pimpinan;
4) Latihan menganalisis masalah dengan metode ilmiah;
5) Mendorong peningkatan kreativitas;
c. Manfaat bagi sekolah atau perusahaan
1) Membangkitkan kesadaran berprestasi seluruh karyawan;
2) Membangkitkan rasa memiliki, dan rasa tanggung jawab
terhadap organisasi;
3) Mengurangi kesalahan dan meningkatkan kualitas kerja;
4) Lebih meningkatkan kualitas produk;
5) Sarana untuk meningkatkan produktivitas;
6) Mengurangi kesalahan serta memperbaiki mutu.

C. Tugas dan Tanggung Jawab GKM

Tugas dan Tanggung Jawab Ketua GKM

a. Membangkitkan antusiasme dari para anggota gugus untuk


melaksanakan kegiatan-kegiatan gugus. Partisipasi para anggota ini
adalah jantung dari konsep GKM
b. Menjaga operasi GKM, karenanya ketua GKM harus dilatih mengenai
memelihara beraneka ragam, sehingga ia tetap mempunyai pandangan
bahwasanya anggota gugus adalah orang-orang yang mempunyai ide-
ide. Dan jika gugus yang dipimpinnya tidak memperoleh kemajuan,
maka ketua gugus harus mendiskusikannya dengan fasilitator untuk
mencari langkah-langkah korektif yang harus diambil
c. Menyelenggarakan pertemuan dengan para anggota gugus seminggu
sekali. Ketua gugus harus tetap menjaga agar pertemuan berada pada
jalur yang benar dan menerapkan tehnik-tehnik dari penerapan GKM

7
di dalam mengembangkan pendekatan tim yang padu untuk
memecahkan masalah-masalah mengenai kualitas
d. Menggunakan fasilitator sebagai pembimbing yang selain berperan
sebagai pelatih juga berperan sebagai pembimbing para ketua dalam
operasi GKM di unit
e. Menjadikan dirinya sebagai penghubung kunci diantara para anggota
dengan manajemen
f. Menciptakan koordinasi dan harmoni di dalam gugus yang ia pimpin
g. Memanfaatkan waktu dengan baik. Seorang ketua GKM harus
menganggarkan waktu pelaksanaan program GKM sebaik mungkin.
Ia harus menyelenggarakan pertemuan yang diawali dan diakhiri pada
saat yang tepat
h. Menegaskan GKM dimulai, ketua gugus harus mendiskusikan kode
etik dengan para anggotanya
i. Memelihara sikap yang baik atas gugus. Jika antusiasme dari anggota
mulai melemah karena kurangnya ide-ide baru, maka lewat
brainstorming dilakukan upaya untuk mencari ide-ide dan usulan baru
dari para anggota. Semua usulan yang ada harus diperhatikan dan
didaftarkan untuk pertemuan mendatang, disamping tindakan-
tindakan yang akan dibicarakan pada pertemuanberikutnya
j. Mewakili gugusnya untuk mempromosikan program GKM. Para
ketua telah memiliki pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan yang
memadai dapat diikutsertakan untuk melakukan pelatihan-pelatihan di
dalam gugusnya untuk tujuan meningkatkan kesadaran civitas
hospitalia akan pentingnya GKM
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota GKM
a. Menyalin semua pertemuan yang melibatkan dirinya dan hadir tepat
waktu
b. Mempelajari tehnik-tehnik GKM (terutama tehnik-tehnik statistic)
c. Mengikuti dan melakukan kode etik gugus bagi para anggota

8
d. Setelah anggota menguasai dan berhasil menerapkan program GKM,
anggota GKM dapat ikut serta mempromosikan program GKM
e. Anggota GKM perlu menyukai pekerjaannya dan senang untuk berperan
serta dalam pemecahan masalah
f. Ikut serta mencari anggota baru bagi gugus yang ia ikuti

D. Langkah-Langkah Kegiatan GKM

Sebelum diterapkan pada skala besar yaitu pada seluruh bagian


perusahaan, program GKM harus dicoba terlebih dahulu dalam skala kecil,
pada satu hingga tiga departemen. Untuk menghindari kegagalan dalam
penerapan GKM, perusahaan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
tentang penerapan GKM sebelum mengimplementasikannya di seluruh
perusahaan. Pada tahap awal program sebaiknya yang menjadi pemimpin
kegiatan GKM adalah pengawas lini pertama, karena dia yang paling dekat
dengan operator garis depan dan sangat mengenal mereka serta proses yang
ada di bagian tersebut.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah bagaimana langkahlangkah


dalam penerapan GKM di unit kerja. Berikut adalah salah satu cara
penerapannya.

Pertemuan awal diadakan (minggu 1): anggota lingkaran Kualitas


bertemu di tempat dan waktu yang ditentukan dan memilih pemimpin dan
wakil pemimpin mereka dengan konsensus. Fasilitator atau koordinator
menyediakan alat tulis yang diperlukan kepada para anggota seperti pena,
kertas, buku catatan, papan tulis dan barang-barang lain yang berguna dan
diperlukan untuk kegiatan mereka. Kemudian kelompok itu, jika ia
memilihnya, memberi dirinya nama untuk identitas individu. Fasilitator
menyampaikan pernyataan pengantar dengan cara menegaskan kembali
dukungan manajemen dan harapan terbaiknya untuk keberhasilan kegiatan
lingkaran. Setelah itu dia menarik dan meninggalkan lantai ke pemimpin
untuk melakukan proses lebih lanjut.

9
a. Pertemuan awal diadakan pada minggu pertama: anggota GKM
bertemu untuk memilih pemimpin dan wakil pemimpin mereka.
Fasilitator menyediakan semua keperluan anggota untuk kegiatan
GKM seperti, alat tulis pena, buku catatan, papan tulis dan barang-
barang lainnya. Kemudian kelompok ini diberi nama untuk identitas
individu. Fasilitator menyampaikan pernyataan pengantar tentang
harapan dan dukungan manajemen terhadap keberhasilan kegiatan
GKM. Pemimpin dan anggota belajar tentang konsep GKM dan
melakukan brainstorming, menentukan jadwal pertemuan.
b. Pertemuan kedua adalah untuk mengidentifikasi semua
permasalahan yang ada untuk peningkatan kualitas, produktivitas dan
kinerja dari unit kerja.
c. Pertemuan ketiga: Ketika GKM mulai berjalan, mereka melakukan
identifikasi masalah utama yang mempengaruhi pekerjaan mereka
sehingga hasilnya tidak sesuai dengan standard dan target, yang
manajemen barangkali tidak menyadari masalah tersebut.
Brainstorming dan saran dari unit terkait lainnya, anggota GKM
menyusun daftar semua masalah yang perlu ditangani oleh mereka
satu demi satu. Untuk meningkatkan kreativitas anggota GKM yang
baru pertama kalinya terlibat, pertanyaan berikut dapat menjadi kunci
dalam mencari dan menggali permasalahan.

 Pekerjaan spesifik apa yang menimbulkan masalah paling


banyak?
 Pekerjaan apa yang tertunda karena keterlambatan atau
bottlenecks?
 Pekerjaan apa yang menyebabkan banyak pengerjaan ulang?
 Apa laporan, bentuk, atau catatan yang memerlukan informasi
yang tidak perlu?
 Bagaimana operasi dapat dikombinasikan dengan operasi lain
sehingga dapat menghemat waktu?

10
 Dapatkah proses dibuat lebih efisien?
 Pekerjaan atau prosedur apa yang memakan waktu terlalu lama?
 Bagaimana meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik?
 Pada pekerjaan apa saja kesalahan paling banyak terjadi atau
menyebabkan kualitas tidak sesuai standar?
 Dimana dan bagaimana mengurangi kerusakan oleh peralatan?
 Dimana dan Bagaimana melakukan efisiensi bahan baku dan
bahan lainnya, suku cadang atau jumlah persediaan?
 Pekerjaan apa yang membutuhkan banyak pemeriksaan?
 Apakah ada bahan baku yang dapat diganti untuk mengurangi
biaya?
Permasalahan yang ditemukan dan ditangani oleh GKM, dapat
berupa:
1. Permasalahan yang mempengaruhi unit kerja mereka dan
implementasi solusi mereka berada di bawah kendali GKM.
2. Permasalahan yang mempengaruhi unit kerja mereka tetapi
berhubungan dengan unit lain dan rekomendasi implementasi
hanya dapat dilakukan dengan kerjasama.
3. Permasalahan yang benar-benar di luar lingkup GKM.
Kelompok GKM sebaiknya tidak mengambil permasalahan
pada katagori (3) tetapi lebih mengutamakan masalah pada
katagori (1) dan setelahnya pada katagori (2).
d. Pertemuan keempat: Anggota GKM menentukan prioritas dari
masalah yang telah diindentifkasi. Prioritas masalah dapat didasarkan
pada tiga kriteria, dari kesederhanaan masalah yang dapat dengan
mudah diselesaikan sehingga anggota memperoleh kepercayaan diri
dalam hal kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan. Atau dengan mengumpulkan data sesuai dengan
permalahan, kemudian menggunakan analisis pareto untuk
mengidentifikasi masalah mana yang paling mengganggu kinerja.
Atau para anggota juga dapat diminta oleh pemimpin untuk

11
memberikan preferensi masing-masing untuk pemilihan masalah
prioritas. Yang pernah mendapat jumlah preferensi tertinggi diambil
sebagai permasalahan pertama yang akan diselesaikan dan selanjutnya
urutan berikutnya.
e. Pertemuan berikutnya: Setelah memutuskan prioritas masalah, dan
akan diatasi pertama-tama, Kelompok GKM mulai secara sistematis
menganalisis data yang berkaitan dengannya. Data yang diperlukan
dikumpulkan dari unit terkait atau jika tidak tersedia dapat dihasilkan
melalui pengamatan. Data yang diperlukan dan digunakan dapat
berupa frekuensi kejadian, ketidaksesuaian dll. Semua faktor yang
diidentifikasi dipisahkan dipisahkan dari yang paling berpengaruh
dengan penggunaan analisa pareto. Cause and effect diagrams untuk
mengalisis factor penyebab, untuk memastikan bahwa tidak ada lagi
penyebab yang mungkin terlewatkan.
f. Faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai pernyebab
permasalahan kemudian secara satu-satu diatasi. Untuk
memastikan bahwa solusi yang diambil dapat bermanfaat dan tidak
menimbulkan masalah baru di bagian terkait lainnya, GKM
disarankan untuk melibatkan perwakilan dari area lain dalam
pengambilan keputusan. Anggota GKM sebaiknya memvalidasi
rekomendasi perbaikan di waktu luang sebelum diterapkan. Untuk
rekomendasi yang memerlukan persetujuan dari para top manajemen
dan diusulkan dalam rapat tinjauan manajemen.
g. Penerapan solusi: Setelah solusi diambil secara musyawarah, harus
dipastikan untuk dilaksanakan. Jika pada unit kerja GKM sendiri
dapat berkonsultasi dengan eksekutif atau manajer mereka untuk
selanjutnya dilaksanakan. Dan jika harus melibatkan unit lain dapat
diteruskan ke manajemen yg lebih tinggi. 4

4
Abdul Aziz, Total Quality Management : Tahapan Implementasi TQM dan Gugus
Kendali Mutu UMKM, (Bandar Lampung: Darmajaya (DJ) Press, 2019), h. 45-48

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

GKM adalah suatu teknik pengawasan kualitas dimana karyawan dan


pimpinan bersama-sama mencoba memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produksi. GKM mengubah tujuan dari mengawasi kualitas menjadi
meningkatkan kualitas. Melalui GKM, karyawan dan pimpinan melakukan
usaha bersama untuk meningkatkan desain, produktivitas, penekanan biaya
produksi, keselamatan kerja, dan pelayanan purna jual. Jika semula
pengawasan kualitas hanya diterapkan pada bagian produksi saja, maka di
Jepang diterapkan di semua bidang dan bagian operasi perusahaan, sehingga
disebut Total Quality Control.

Dengan diterapkan GKM pada suatu organisasi atau lembaga maka


organisasi maupun lembaga akan memperoleh manfaat yang sangat berharga
antara lain Perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah,Peningkatan
produktivitas sekaligus penurunan biaya Peningkatan kemampuan
menyelesaikan pekerjaan sesuai target, dan Peningkatan moral kerja dengan
mengubah tingkah laku;

Membangkitkan antusiasme dari para anggota gugus untuk melaksanakan


kegiatan-kegiatan gugus. Partisipasi para anggota ini adalah jantung dari
konsep GKM. Menjaga operasi GKM, karenanya ketua GKM harus dilatih
mengenai memelihara beraneka ragam, sehingga ia tetap mempunyai
pandangan bahwasanya anggota gugus adalah orang-orang yang mempunyai
ide-ide. Dan jika gugus yang dipimpinnya tidak memperoleh kemajuan, maka
ketua gugus harus mendiskusikannya dengan fasilitator untuk mencari
langkah-langkah korektif yang harus diambil

13
Pertemuan awal diadakan (minggu 1): anggota lingkaran Kualitas
bertemu di tempat dan waktu yang ditentukan dan memilih pemimpin dan
wakil pemimpin mereka dengan konsensus. Fasilitator atau koordinator
menyediakan alat tulis yang diperlukan kepada para anggota seperti pena,
kertas, buku catatan, papan tulis dan barang-barang lain yang berguna dan
diperlukan untuk kegiatan mereka. Kemudian kelompok itu, jika ia
memilihnya, memberi dirinya nama untuk identitas individu. Fasilitator
menyampaikan pernyataan pengantar dengan cara menegaskan kembali
dukungan manajemen dan harapan terbaiknya untuk keberhasilan kegiatan
lingkaran. Setelah itu dia menarik dan meninggalkan lantai ke pemimpin
untuk melakukan proses lebih lanjut.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat. Semoga hadirnya makalah ini dapat
menambah wawasan, pengetahuan bagi kami khususnya maupun pembaca.
Masih banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu kritik dan saran sangat
kami perlukan. Sekian dari kami mohon maaf apabila ada kesalahan, atas
perhatian pembaca kami ucapkan terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,1994. Total Quality Management. PQM Concultants,Jakarta.


Abdul Aziz, Total Quality Management : Tahapan Implementasi TQM dan Gugus
Kendali Mutu UMKM, (Bandar Lampung: Darmajaya (DJ) Press, 2019).
Amin Widjaja Tunggal, Ak. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993).
Gray, G.R. S.A.M 1993. Quality circle : An Update. Manajement
Journal.ABI/INFORM Research pg.41
Hadis Purba dan Ikri Malia, Gugus Kendali Mutu, Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Ilmu Kependidikan, Vol. 04, No. 02 (2019).
Hanun Asrohah, Manajemen Mutu Pendidikan, (Surabaya: Goverment of
Indonesia and Islamic Development Bank, 2014).
Montgomery,Douglas C. 1991,Introduction to statistical Quality Control. USA;
John Willeydan Sons.

15

Anda mungkin juga menyukai