Disusun oleh:
1. Muhammad Zulfahmi
2. Arfima Saputra
3. Rahul ihsan Arrafi
4. Mustiari Ningsih
TP. 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah mengaruniakan taufik
serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Yang kedua, tak lupa pula kami haturkan sholawat serta salam kepada junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW. Bersama para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya, karena
berkat ketulusan dan kesabaran beliau dalam menybarkan agama Islam ini kita semua dapat
menyandang gelar muslim, umat Muhammad SAW.
Yang ketiga, ucapan terima kasih kepada bapak Abdurrahim, M.Pd yang telah
memberikan tugas makalah ini. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk anggota
kelompok II yang telah berpatrisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini
bisa selesai tepat waktu.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam segala
hal sesuatu pasti memiliki kekurangan, pada khususnya makalah yang saya buat ini. Sehingga
kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurna makalah ini untuk waktu yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan..................................................................2
B. Standar Mutu Pendidikan................................................................................................7
C. Manajemen Mutu Pengembangan Pendidikan................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian mutu
Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas
dalam Mulyasa, 2013).
Adapun definisi mutu menurut beberapa ahli (Engkoswara dan Komariah,
2012), yaitu:
a. Goetsch dan Davis (1994:4), mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
b. Juran (1995:10) mendefinisikan mutu sebagai kecocokan untuk pemakaian
(fitness for use).
c. Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual
terhadap persyaratan atau tuntutan.
d. Ishikawa (1992:432) berpendapat bahwa “quality is customer satisfaction
(mutu tidak dapat dilepaskan dari kepuasan pelanggan)”.
v
TQM ini sudah diimplementasikan dalam dunia bisnis dan kini mulai diilhami
oleh beberapa lembaga-lembaga lain termasuk dalam dunia pendidikan. Ada
empat criteria yang menjadi dasar penerapan TQM ini agar dapat berhasil.
Keempat criteria ini lebih lanjut dijelaskan oleh Creech (1996:4) sebagai berikut:
a. TQM harus didasarkan pada kesadaran mutu dan selalu berorientasi pada
mutu dalam semua kegiatannya.
b. Memiliki sifat kemanusiaan yang kuat, termasuk bagaiman harus
memperlakukan karyawan dan mengajaknya untuk berpartisipasi
c. TQM didasrakan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat.
d. TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
vi
cenderung membahas kepada pelayanan yang diberikan oleh pengelola
pendidikan beserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai dengan
standar mutu tertentu.
Terdapat enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategi
dalam rangka menerapkan konsep TQM di sekolah, yakni berkenaan dengan
dimensi kualitas, focus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan
berkesinambungan, manjemen SDM, dan manjemen berdasarkan fakta.
Selanjutnya pejelasan mengenai penerapan TQM dalam dimensi-dimensi
tersebut akan kita bahas lebih jauh sebagai berikut:
a. Dimensi kualitas
Ada lima dimensi pokok yang menentukan kualitas
penyelenggaraan pendidikan:
1) Keandalan (reliability)
Kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan secara
tepat waktu , akurat, dan memuaskan. Contoh dari dimensi
ini yaitu pengembangan bahan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan, jadwal kegiatan pembelajaran dan ujian yang
akurat, dan lain sebagainya.
2) Daya tangkap (responsiveness)
Kemampuan para tenaga kependidikan untuk membantu
para peserta didik dan memberikan pelayanan yang
tanggap.contoh dari dimensi ini yaitu seorang guru harus
mudah ditemui peserta didik, fasilitas sekolah yang mudah
diakses dan hal-hal terkait dengan ketidak sesuaian atau
kerusakan harus segera ditangani.
Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan,
respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dari
para tenaga kependidikan harus bebas dari risiko atau sifat
keragu-raguan. Contohnya adalah tenaga kependidikan
harus kompeten dalam pendidik harus mengenal nama
peserta didik yang ikut dalam pembelajarannya dan seorang
wali kelas yang benar-bear berperan dalam fungsinya.
vii
3) Bukti langsung (tangibles bidangnya, tenaga kependidikan
harus mencerminkan profesionalisme dan kesopanan).
4) Empati
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan. Ontoh penerapannya yaitu
seorang
5) Keberadaan bukti langsung dapat tercermin pada fasilitas
fisik yang ada, perlengkapan, tenaga kependidikan, dan
saran komunikasi. Penerapannya dapat berupa gedung
sekolah, jurnal ilmiah dan fasilitas sekolah.
viii
kreativitas, originalitas, fleksibilitas, kemampuan kognitif,
pengetahuan bisnis dan charisma. Hal ini tentuya berkaitan dengan
kepala sekolah yang menjadi inspirasi pada senua jajaran manajemen
agar memperagakan kualitas kepemimpinan yang sama yang
diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM. Dengan landasan
karakteristik pribadi, kepala sekolah perlu menciptakan visi untuk
mengarahkan organisasi dan karyawannya. Dalam konteks TQM
adanya sebuah visi akan menumbuhkan komitmen karyawan terhadap
kualitas, memfokuskan organisasi pada untuk kepuasan pelanggan, dan
sebagainya. Tidak hanya sampai disitu, kepala sekolah juga harus
menerjemahkan visi tersebut menjadi sebuah aksi yang dapat dicapai
dengan dukungan dan bantuan tenaga kependidikan. Dari beberapa hal
tersebut, secara umum seorang kepala sekolah juga harus. Ada empat
komponen perilaku kepala sekolah yang dapat diterapkan dalam
konteks TQM mencakup pertukaran informasi, pengembangan
hubungan, pemberdayaan karyawan, dan pengambilan keputusan.
d. Dimensi perbaikan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan kualitas dan
proses. Perbaikan berkesinambungan bergantung paa dua unsure yaitu
yang pertama mempelajari proses, alat, dan keterampilan yang tepat
dan yang kedua menerapakan keterampilan-keterampilan baru tersebut
dalam berbagai kegiatan sekolah. Proses perbaikan berkesinambungan
ini dapat dialakukan berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check,
Action). Siklus ini merupakan siklus perbaikan yang never-ending dan
berlaku pada semua kegiatan sekolah.
e. Dimensi manajemen SDM
Kesuksesan dalam implementasi TQM disekolah sanagt
ditentukan oleh kesiapan, kesediaan, dan kompetensi kepala sekolah
dan tenaga kependidikan dalam merealisasikannya. Dalam
penerapannya terjadi perubahan kebijakan atas system manjemen
tradisional yang menganut budaya 2C (command dan Control) berubah
menjadi kebijakn baru yang berdasarkan budaya 3 C yaitu
(commitment, cooperative dan communication).
f. Dimensi manjemen berdasarkan fakta
ix
Manajemen berdasarkan fakta merupakan dimensi yang
menitik beratkan pada fakta nyata dalam upaya menerapkan TQM.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan dalam lembaga pendidikan
harus didasarkan pada fakta nyata tentang kualitas yang didapatkan
dari beragam sumber diseluruh jajaran organisasi. Jadi dalam hal ini,
pengambilan keputusan tidak semata didasarkan atas dasar ituisi ,
praduga, atau organaisasi politik. Berbagai alat perlu dirancang dan
dikembangkan untuk mendukung pengumpulan dan analisis data, serta
pengambilan keputusan berdasarkan fakta.
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi penilaian terhadap mutu.
Standar mutu adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa termasuk system
manajemennya yang relative establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Sallies (1993: 67) dalam Engkoswara dan Komariah (2011: 309) mengemukakan
bahwa standar mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1. Standar produk atay jasa yang ditunjukkan dengan:
(1) sesuai dengan spesisfikasi yang ditetatpkan atau conformance to specification
(2) sesuai dengan penggunaan atau tujuan, atau fitness for purpose or use;
(3) produk tanpa cacat atau Zero defect;
(4) sekali benar dan seterusnya atau Right first time, every time.
2. Standar untuk pelanggan yang ditunjukkan dengan:
(1) kepuasan pelanggan atau customer satisfaction. Bila produk dan jasa dapat
melebihi harapan pelanggan atau Exceeding customer expectation
(2) stia kepada pelanggan atau delighting the customer.
Koswara (2005) dalam Engkoswara dan Komariah (2011: 310) merangkum
indicator-indikator sekolah bermutu dan tidak bermutu yang diadaptasi dari
pandangan beberapa ahli (Engkoswara, Yahya Umar, LIPI) yaitu seperti pada tabel di
bawah ini:
x
2. 2. Semangat kerja yang tinggi Pelaksanaan kerja santai
xi
pendidikan pada setiap satuan pendidikan diselenggarakan dengan
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan perkembangan,
kecerdasan, dan kemandirian dalam rangka pencapaian standar kompetensi
lulusan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap
pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan prasyarat minimal tentang fasilitas fisik yang diperlukan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaanm evaluasi, pelaporam, dan pengawasan
kegiatan agar tercapai dan efektivitas penyelenggaraan pendidik.
7. Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan biaya untuk penyelenggaraan satuan pendidikan.
8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
Pada tingkat internasional telah terdapat institusinya yang dikenal antara lain
ISO 9000 (International Standard Organization 9000) yang dalam operasionalnya
telah dikembangkan ke dalam tiga divisi focus kegiatannya:
xii
a. Mutu lulusan sebagai hasil pendidikan; adalah lulusan yang memiliki prestasi
akademis dan non akademis (misalnya hasil ujian negara). Dapat pula prestasi
non akademis seperti prestasi pada cabang olahraga, seni atau keterampilan
tambahan tertentu misalnya: elektronik, computer, beragam jenis teknik, jasa.
Bahkan prestasi dalam kepemilikan sikap seperti suasana disiplin, keakraban,
saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.
b. Mutu isi dan proses; isi adalah focus pada kurikulum dan proses adalah
pembelajaran yang berfokus pada siswa dan konten. Berbagai input dan proses
harus selalu mengacu pada mutu hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan
kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement
bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil
yang dicapai.
c. Mutu pendidik dan tenaga kependidikan; rasio antara guru dengan siswa
sesuai dan guru-guru memiliki kualifikasi yang dinyatakan dengan sertifikasi
guru. Di samping itu guru memiliki jaminan pengembangan karir.
d. Mutu saran dan prasarana; sarana yang memadai dan mutakhir yang senantiasa
didayagunakan untuk mendukung pembelajaran.
e. Mutu pengelolaan; terletak pada manajemen sumber daya pendidikan secara
efisien dan efektif yang diarahkan secara konstruktif pada pembentukan
kemampuan siswa.
f. Mutu pembiayaan; bahawa mutu adala cost, aktivitas yang dilakukan
memerlukan biaya, maka biaya untuk mutu harus dirancang sedemikian rupa
dengan tetap mempertimbangkan prinsip efisiensi dan akuntabilitas.
g. Mutu penilaian; evaluasi yang terus menerus dilakukan untuk menilai program
sekolah dan pembelajaran sehingga hasilnya dapat dijadikan rujukan bagi
pengambilan keputusan peningkatan mutu pendidikan. evaluasi terhadap hasil
pendidikan baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun terhadap
kegiatan non-akademik dilakukan sebagai upaya evaluasi diri yang dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun
berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari tagert
mutu yang ingin dicapai dan scenario bagaimana mencapainya.
2. Fattah (1999: 25) dalam Engkoswara dan Komariah (2011: 313) memfokuskan
pada tiga faktor untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu:
xiii
1) kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti mutu tenaga kependidikan,
biaya, sarana belajar
2) Mutu proses belajar yang mendorong siswa belajar efektif;
3) Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai.
Dalam system pendidikan lulusan adalah titik pusat untuk tujuan dan
pencapaian organisasi. Mutu lulusan tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak
ada mutu di dalam proses dan isi. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada
tanpa ada tenaga pendidik dan kependidikan lainnya serta segala sumber baik
sarana maupun pembiayaan yang ditata oleh pengelola. Pengelola organisasi
yang tepat memerlukan penilaian untuk terus melakukan koreksi dan
perbaikan serta penyempurnaan organisasi dan kompetensi lulusan.
3. Menandai suatu instansi yeng bermutu perlu pembuktian melalui produk yang
dihasilkannya. Pembuktian terhadap pendidikan bukanlah hal yang mudah karena
sifatnya yang intangible, maka perlu adanya jaminan terhadap mutu pendidikan.
tolak ukur bagi jaminan mutu pendidikan labih diapresiasi sebagai efektivitas
sekolah. Dengan demikian, berbicara efektivitas sekolah tidak dapat dipisahkan
dengan mutu sekolah dan mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang ada
dalam system pendidikan, artinya efektivitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil
semata tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan bermutu. Sebagaimana dikatakan Sallis (1993) dalam
Engkoswara dan Komariah (2011: 314), sebagai berikut:
a. Rencana strategis memberikan visi jangka panjang yang diwujudkan dalam
program yang bersifat operasional dalam menentukan pasar dan corak budaya
yang diinginkan.
b. Kebijakan mutu yang memberikan pola standar program utama yang berisi
pernyataan tentang hak-haka pesrta didik.
c. Pertanggung jawaban menajemen dari peran-peran badan pemerintah dan
aparat dalam merealisasikan mutu.
d. Organisasi mutu sebagai wadah kegiatan dalam mengatur, mengarahkan, dan
memonitor pelaksanaan program.
e. Pemasaran dan publisitas dalam bentuk informal yang jelas, akurat, dan up to
date bagi masyarakat pemaikai tentang apa yang ditawarkan dalam program.
f. Penyelidikan dan pengakuan terhadap keberadaan peserta didik dalam wujud
system administrasi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhannya.
xiv
g. Induksi melalui program pelatihan peserta didik yang berisi orientasi tentang
system, etos, dan gaya pembelajaran yang dilakukan.
h. Metode penyampaian kurikulum ditetapkan dengan rinci utuk setiap aspek
program.
i. Bimbingan dan penyuluhan bagi karir peserta didik yang terintegrasi dengan
pelaksanaan kurikulum.
j. Manajemen belajar diorganisir sesuai dengan spesifikasi materi kurikulum.
k. Desain kurikulum termasuk dokumentasi tujuan dan sasaran dari setiap
spesifikasi program yang harus didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan
masyarakat pemakai.
l. Pengangkata, pelatihan, dan pengembangan tenaga kependidikan yang sesuai
dan terarah pada kompetensi profesional dan karis staf selanjutnya.
m. Kesempatan yang sama dalam menentukan metode dan prosedur pencapaian
tujuan, baik bagi peserta didik maupun bagi tenaga kependidikan yang
tertuang dalam kebijakan tertentu.
n. Monitoring dan evaluasi yang kontinu melalui mekanisme dan metode yang
sesuai dengan proses terhadap kemajuan prestasi individu dan keberhasilan
program.
o. Pengaturan administrative yang mendokumentasikan segala bentuk dokumen
mengenai peserta didik termasuk system finansialnya yang valid.
p. System review lembaga yang dapat membangun kepercayaan dan sekaligus
mengevaluasi performa lembaga secara keseluruhan serta umpan balik bagi
perencanaan strategi selanjutnya.
4. Upaya meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan merupakan hal yang sangat
penting. Menurut Sukmadinata (2002: 11) dalam Engkoswara dan Komariah
(2011: 316) untuk melaksanakan program mutu perlu ada beberapa dasar yang
kuat, yaitu:
a. Komitmen pada perubahan; pengelola yang ingin menerapkan program mutu,
harus memiliki komitmen atau tekad untuk berubah, sebab peningkatan mutu
pada intinya adalah melakukan perubahan kea rah yang lebih baik, lebih
berbobot. Perubahan pada dasarnya menimbulkan rasa takut, komitmen dapat
menghilangkan rasa takut.
b. Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada; banyak kegagalan yang
dialami dalam melaksanakan perubahan karena melakukan sesuatu sebelum
xv
sesuatu itu jelas.
c. Mempunyai visi yang jelas tentang masa depan; perubahan yang dilakukan
hendaknya didasarkan pada visi tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan,
masalah, peluang yang akan dihadapi di masa yang akan dating. Visi dapat
menjadi pedoman yang akan membimbing tim dalam perjalanan pelaksanaan
program mutu.
d. Mempunyai rencana yang jelas; rencana adalah pegangan dalam proses
pelaksanaan peogram mutu yang dipengaruhi oleh factor-faktor internal
maupun eksternal yang akan selalu berubah. Rencana harus selalu di-update
sesuai perubahan-perubahan tersebut. Tak ada program mutu yang berhenti
dan tidak ada dua program yang identic, karena program mutu selalu
didasarkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Program mutu
merefleksikan lingkunan pendidikan dimana ia berada.
xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xvii
DAFTAR PUSTAKA
http://henker17.blogspot.com/2015/08/manajemen-mutu-pendidikan.html
xviii