Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP MUTU PENDIDIKAN (SNP)


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr.M.Ahsanul Husna ,M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4
Kholimatul Wahyu Setiani 20106011033
Widia Istiqomah 20106011061
Muhammad Khotibul Ummam 20106011287

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
kami, sehingga kelompok kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Mutu Pendidikan (SNP)” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan
syafaatnya di hari kiamat nanti. Amiin.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis haturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang ikut andil dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:
1) Bapak Dr.M.Ahsanul Husna ,M.Pd. selaku dosen pengampu mata Hadis
Tarbawi.
2) Orang tua yang telah mendoakan dan mendukung kami.
3) Anggota kelompok yang tela bekerja sama dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekeliruan
dan kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua. Amin.

Semarang, 10 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Pengertian Mutu Pendidikan..................................................................................3

B. Indikator Standar Mutu Pendidikan........................................................................4

C. Faktor – faktor Peningkatan Mutu Pendidikan.......................................................5

D. Peran Supervisi Dalam, Meningkatkan Mutu Pendidikan .....................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................................8

A. Kesimpulan............................................................................................................8

B. Saran......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan islam tidak boleh kalah bersaing dengan lembaga pendidikan
umum . Persaingan yang di maksudkan adalah persaingan mutu pendidikan yang
terbangun dari perencanaan ,proses, dan evaluasi yang sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan (SNP). Mutu lembaga pendidikan islam sebenarnya melebihi
pendidikan umum , sebab lembaga pendidikan islam memiliki kelebihan pada mata
pelajaran agama . Hal inilah yang menjadi keuntungan lembaga pendidikan islam
untuk menjadi lebih marketable bagi stakeholder.Pada
kenyataannya ,problematika yang di hadapi lembaga pendidikan islam begitu
beragam . Mulai dari problem manajemen ,problrm kepemimpinan ,sumber
daya manusia ,finansial ,dan problem kelembagaan.1
Peningkatan mutu lembaga pendidikan islam perlu terus diupayakan
dengan mengedepankan teori-teori analisis mutu dan penerapannya dalam
setiap proses manajerial .Aspek mutu akan memberi mafaat bagi dunia
pendidikan setidaknya karena peningkatan mutu merupakan tanggung jawab
lembaga pendidikan untuk memberikan layanan pada peserta didik. Selain, itu
untuk menjamin mutu lulusnya dapat di terima di masyarakat dan dunia kerja .
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya satu aspek saja ,akan tetapi
mencangkup segala aspek yang berkaitan dalam proses pendidikan mulai dari
masukan (input ) , proses dan keluaran (output). Salah satu tolak ukur
peningkatan tersebut ada pada perbaikan aspek manajemen yang baik. Apabila
manajemen sudah diterapakan dengan baik maka institusi apapun termasuk
isntitusi pendidikan akan mampu menghasilakan kinerja dan hasil karya yang
bermutu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menjelaskan Pengertian Mutu Pendidikan ?
2. Apa Saja Indikator Standar Mutu Pendidikan
3. Apa Saja Faktor – Faktor Peningkatan Mutu Pendidikan
4. Bagaimana Peran Supervisor Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengertian Mutu Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Indikator Standar Mutu Pendidikan
3. Untuk mengetahui Faktor – Faktor Peningkatan Mutu Pendidikan
4. Untuk mengetahui Peran Supervisor dalam peningkatan mutu
pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutu Pendidikan


Istilah mutu atau kualitas yang berasal dari bahasa
Inggris, yaitu quality, dalam kamus the standard of something when it is
compared to other things like it (Oxford University Press, 2010:1198),
memberikan arti bahwa kualitas adalah suatu standar atau ukuran dari
sesuatu ketika dibandingkan dengan hal lain yang sama.
Menurut Deming mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu adalah perusahaan yang
menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen.
Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli
produk perusahaan tersebut baik berupa barang maupun jasa.
Menurut Feigenbaum mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfaction). Suatu produk dianggap bermutu apabila
dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai
dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Menurut Garvi dan Davis (1994) dalam Hadis dan Nurhayati 10 mutu
adalah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga
kerja, proses, tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Dengan perubahan mutu produk tersebut,
diperlukan peningkatan atau perubahan ketrampilan tenaga kerja, proses
produksi, dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar
produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen.
Dari beberapa pendapat pakar mutu diatas dapat diambil benang merah,
bahwa pengertian mutu pendidikan dapat diartikan sebagai gambaran
dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan

2
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
yang tersirat.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses,
dan out put pendidikan. Mengenai input pendidikan adalah segala
sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak
serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.
Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala
sekolah/madrasah, guru/ustadz termasuk guru BP, karyawan, dan siswa)
dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan
sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi
sekolah/madrasah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana, dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan,
dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah/madrasah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan
baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.
Berdasarkan istilah tersebut, dalam konteks pendidikan, pengertian
mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu
masukan dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu: (Sudarwan, 2008: 53).
1. Memiliki kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia
seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa.
2. buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain.
3. Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat
lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja.
4. Memiliki mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan,
seperti
visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
5. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang

3
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
program pembelajaran tertentu.
Hakikatnya, mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses,
output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap
berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan
suasana yang PAIKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif,
Menyenangkan, dan Bermakna). Output, dinyatakan bermutu jika hasil
belajar akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome, dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua
pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas (Usman, 2009:513).
Sedangkan Mutu pendidikan menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan SNP.
Selanjutnya adalah proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat
sekolah/madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi,
dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru/ustadz, siswa/santri,
kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan
minat belajar, dan benarbenar mampu memberdayakan peserta didik.
Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik/santri tidak
sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya atau
ustadznya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan
nurani peserta didik/santri, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-

4
hari, dan yang penting lagi peserta didik/santri tersebut mampu belajar
cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).
Kemudian berikutnya output pendidikan adalah merupakan kinerja
sekolah/madrasah. Kinerja sekolah/madrasah adalah prestasi
sekolah/madrasah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja
sekolah/madrasah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,
dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output
sekolah/madrasah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah/madrasah
dikatakan berkwalitas atau bermutu tinggi jika prestasi
sekolah/madrasah, khususnya prestasi siswa/santri, menunjukan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik berupa ulangan
umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan (2)
prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, ketrampilan, , dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
lainnya. Mutu sekolah/madrasah dipengaruhi oleh banyak tahapan
kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya supervisi,
perencanaan, pelaksanaan. Dari uraian diatas dapat dipertegas, bahwa
supervisi termasuk bagian terpenting yang berperan dalam peningkatan
mutu pendidikan Islam, karena bersentuhan langsung dengan kondisi
dilapangan baik yang berhubungan dengan input, proses maupun output
pendidikan.3
B.Indikator Standar Mutu Pendidikan
Indikator Standar Mutu Pendidikan Secara nasional standar mutu
pendidikan merujuk kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
meliputi:
a. Standar kompetensi lulusan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

5
b. Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai
pendidikan penjabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi serta sumber belajar
lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas
g. Standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
h. Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan
C. Faktor – faktor Peningkatan Mutu Pendidikan
Untuk mningkatkan mutu pendidikan di sekolah, Sudarwan Danim
meengatakan bahwa jika sebuah institusi hendak meningkatkan mutu
pendidikannya maka minimal harus melibatkan lima faktor yang
dominan, yaitu :
a. Kepemimpinan kepala sekolah Yang mana kepala sekolah harus
memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau
bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah

6
dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja
yang kuat.
b. Guru Perlibatan guru secara maksimal, dengan meningktakan
kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya
serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan di
sekolah.
c. Siswa Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat”
sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga
sekolah dapat mengiventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
d. Kurikulum Adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu
dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan
sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal.
e. Jaringan kerjasama Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada
lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat )
D. Peran Supervisi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peran supervisi adalah keikutsertaan atau kiprah seseorang dalam
suatu hal (menyangkut potensi yang dimiliki), kaitannya dalam hal ini
adalah peran supervisor adalah orang yang memiliki profesi atau
pembinaan dalam bimbingan terhadap perbaikan mutu pendidikan.
Pembinaan tersebut diberikan kepada seluruh staf sekolah/madrasah
agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Peran menurut Getzels (1967),”That roles are defined in terms of role
expectations-the normative rights and duties that define within limits
what a person should or should not do under various circumstances
while he is the incumbent a particular role within an institution”. Dari
pendapat Getzels tersebut, maka peran yang bersifat kebenaran normatif
dan menetapkan batasan-batasan kewajiban-kewajiban apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang secara khusus
di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, setiap kita bicara tentang
peran seseorang dalam suatu organisasi termasuk juga organisasi

7
sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-peranan normatif
atau ideal-ideal saja.
Peran supervisor menurut Wiles & Bondi (2007) “ The role of the
supervisor is to help teachers and other education leaders understand
issues and make wise decision affecting student education”. Bertitik
tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peran supervisor
adalah membantu guru-guru dan pemimpinpemimpin pendidikan untuk
memahami isu-isu dan membuat keputusan yang bijak yang
mempengaruhi pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta meningkatkan prestasi
belajar siswa. Adapun peran umum supervisor adalah sebagaimana
berikut:
a. Observer (pemantau)
b. Supervisor (penyelia)
c. Evaluator (pengevaluasi) pelaporan, dan
d. Successor (penindak lanjut hasil pengawasan).
Dalam praktiknya, orang sering menyamakan antara arti pengevaluasian
dengan penilaian. Padahal, arti pengevaluasian berbeda dengan
penilaian. Pengevaluasian pendidikan ialah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan penilaian proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Peran sebagai penyelia
melaksanakan supervisi. Peran supervisi meliputi: (1) supervisi
akademik, (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi harus dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah/madrasah.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, supervisor hendaknya
memiliki peran khusus sebagai:
a. Partner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya.
b. Innovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran

8
dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya.
c. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah
binaannya.
d. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah.
e. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga
kependidikan di sekolah/madrasah.
Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah
memiliki peranan khusus sebagai:
a. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip
supervise dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah/madrasah.
b. Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan
visi, misi, tujuan, dan program pendidikan di sekolah/madrasah.
c. c. Komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrument
kepengawasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawas di sekolah/madrasah.
d. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan
berikutnya di sekolah/madrasah.
e. Builder, yaitu:
1). Membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen)
dan administrasi sekolah/madrasah berdasarkan manajemen
peningkatan mutu
pendidikan sekolah/madrasah.
2). Membina guru dan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan
bimbingan konseling di sekolah/madrasah, yaitu:
a). Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah.
b). Observer yaitu memantau pelaksanaan standard nasional pendidikan
di sekolah/madrasah.

9
c). User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu
kepala sekolah/madrasah dalam menyiapkan akreditasi
sekolah/madrasah.
Uraian diatas, memaparkan tentang peran supervisi pendidikan tentu
didalamnya ada supervisor (pengawas, kepala sekolah) dalam
melaksanakan supervisi pendidikan di sekolah. Peran supervisi tersebut
kalau dilaksanakan dengan profesional dan prosedural akan
meningkatkan mutu pendidikan Islam yaitu, diantaranya menhasilkan
pebelajar dengan hasil belajar yang baik. Kalau tidak dilaksanakan
dengan baik, akan menghasilkan pebelajar yang biasa dan bahkan
menghasilkan pebelajar yang kurang baik. Mengingat, mutu pendidikan
Islam juga mengalami penurunan. Dari sinilah diperlukan peran
supervisi pendidikan Islam yang profesional agar mutu pendidikan
dapat diraih. Kita harus mampu menunjukan pada masyarakat bahwa
lembaga pendidikan Islam merupakan lembaga pendidikan yang baik
berdasarkan bukti-bukti riil, baru kita menunjukan kepada publik.
Lembaga pendidikan Islam harus mampu menjadikan anak yang
asalnya lambat menjadi anak yang pandai melalui berbagai terobosan
strategis.
Dengan demikian, manajer (kepala sekolah/madrasah) harus mampu
berkosentrasi dan mensupervisi pada upaya menjadikan input yang baik
melalui proses yang sangat baik untuk menghasilkan output yang
unggul/istimewa: input yang sedang melalui proses yang istimewa
menghasilkan output yang baik sekali; dan input yang rendah melalui
proses yang sangat istimewa menghasilkan output yang baik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
mutu pendidikan dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.
Hakikatnya, mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output,
dan outcome. peran supervisor adalah orang yang memiliki profesi atau
pembinaan dalam bimbingan terhadap perbaikan mutu pendidikan.
Adapun peran umum supervisor adalah sebagaimana berikut :
a. Observer ( pemantau)
b. Supervisor (penyelia )
c. Evaluator (pengevaluasi ) pelapor dan
d. Successor (penindal lanjut hasil pengawasan )
dengan demikian, manajer (kepala sekolah/madrasah) harus mampu
berkosentrasi dan mensupervisi pada upaya menjadikan input yang baik
melalui proses yang sangat baik untuk menghasilkan output yang
unggul/istimewa: input yang sedang melalui proses yang istimewa
menghasilkan output yang baik sekali; dan input yang rendah melalui
proses yang sangat istimewa menghasilkan output yang baik.

B. Saran
Kami menyadari bahwasanya di dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Baik dalam pembahasan maupun referensi
yang telah kami kutip. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca
untuk mencari referensi literatur yang lain guna menunjang kapasitas
dan kapabilitas menjadi seseorang yang mengetahui secara
komprehensif mengenai hadis niat dalam perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai