Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

“Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan”

Dosen Pengampu:
Firman Patawari, S.Pd,. M.Pd

DISUSUN OLEH:
Kelompok II/D

HARIATI (1902060104)
NUR ASISA (1902060095)
SATRIANA (1902060120)
MUH. ISWANDI (1902060112)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
mengenai “Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan” ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyeselesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Waalikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, 20 Maret 2022

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Perbedaan Antara Penjaminan Mutu, Pengendalian Mutu Dan
Pengembangan Mutu ............................................................................................. 3
2.2 Model Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan ........................................ 6
2.3 Perbaikan Mutu Pendidikan Berkelanjutan .................................................... 7
2.4 Pengendalian Mutu Pendidikan ........................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri,maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, professional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani-
rohani. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (dalam Asyhari et al., 2014), telah jelas menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia sutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga
agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan
relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Dengan pendidikan yang berkualitas akan dihasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas pula, sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir agar
melek ilmpu pengetahuan teknologi (IPTEK) serta mampu mengikuti dan
memanfaatkan perkembangannya.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya pada satu aspek saja, akan tetapi
mencakup segala aspek yang berkaitan dalam proses pendidikan mulai dari
masukan (input), proses dan keluaran (output). Salah satu tolak ukur peningkatan
tersebut ada pada perbaikan aspek manajemen yang baik. Apabila manajemen
sudah diterapkan dengan baik maka institusi apapun termasuk institusi
pendidikan akan mampu menghasilkan kinerja dan hasil karya yang bermutu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Perbedaan Antara Penjaminan Mutu, Pengendalian Mutu Dan
Pengembangan Mutu?
2. Apa Saja Model Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan?
3. Bagaimana Perbaikan Mutu Pendidikan Berkelanjutan?
4. Bgaimana Pengendalian Mutu Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk Mengetahui Perbedaan Antara Penjaminan Mutu, Pengendalian
Mutu Dan Pengembangan Mutu
2. Untuk Mengetahui Model Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Perbaikan Mutu Pendidikan Berkelanjutan
4. Untuk mengetahui Pengendalian Mutu Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Antara Penjaminan Mutu, Pengendalian Mutu Dan


Pengembangan Mutu
a) Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan quality
assurance. Istilah assurance biasanya dipakai dalam transaksi antara
produser dan customer. Apabila diterjemahkan secara populer kata
assurance berarti jaminan. Pengertian ini mengandung makna perlindungan
(terhadap pelanggan) dari kemungkinan kerugian yang tidak diinginkan
akibat perbuatan/ tindakan atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Bila
ditinjau tujuan dari suatu jaminan adalah kepuasan pelanggan. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ishikawa (1985) Quality
assurance dimaksudkan untuk menjamin mutu, dimana konsumen dapat
membeli dan menggunakan dengan penuh kepercayaan dan kepuasan serta
masih dapat digunakan untuk jangka panjang.1 Penjaminan mutu
merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan
pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Dengan demikian,
penjaminan mutu pendidikan tinggi adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten
dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan, penjaminan mutu pendidikan adalah
kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan,
penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah,
pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Sedangkan Sistem Penjaminan Mutu

1
Sitti Roskina Mas. Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan. (Yogyakarta: Zahir
Publishing). 2017

3
Pendidikan adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang fungsi
utamanya meningkatkan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan
tinggi menjadi program untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian,
serta pembinaan perguruan tinggi dalam rangka peningkatan mutu yang
berkesinambungan yang dilakukan secara sistematis terhadap semua aspek
yang harus ada pada pendidikan tinggi. Langkah penjaminan mutu yang
utama adalah adanya proses evaluasi baik internal yang dilakukan oleh
perguruan tinggi sendiri maupun evaluasi secara eksternal yang dilakukan
oleh lembaga independen yang disebut akreditasi.2

b) Pengendalian mutu
Pengendalian mutu atau Quality Control dalam manajemen mutu
merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang
untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada
pelanggan. Pengendalian diperlukan dalam manajemen mutu utuk menjamin
agar kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk
yang dihasilkan sesuai dengan harapan pelanggan. Tugas pengendalian mutu
dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan,
menggunakan prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan
tindakan koreksi terhadap hal-hal ini menyimpang, diantara dalam hal produk,
pelayanan, atau proses, output dan standar yang sefesisik., oleh karena itu
pengawasan mutu merupakan upaya untuk menajaga agar kegiagan yang yang
dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan mehasilkan output yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, hal ini seperti dikemukakan oleh Amitava
Mitra (2001:9) :”quality control may generally be defined as a system that is
used to maintain a desired level of quality in a product or service.” Tzvetelin
Gueorguiev (2006) menyatakan Quality control–processes are monitored to
ensure that all quality requiremnents are being met and performance problems
are solved Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa (1995) yang

2
Faridah Alawiyah. Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Jurnal Aspirasi Vol. 2 No. 1,
Juni 2011

4
menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang
telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin.3

c) Pengembangan mutu
Mutu berarti ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dsb.), kualitas. Melihat pengertian tersebut, mutu
juga diartikan dengan kualitas yang secara umum bermakna sama. Mutu
berkenaan dengan produk dan layanan, sebagaimana Ikezawa menyebutkan
bahwa mutu dan kepuasan pelanggan adalah sama. Dalam konteks
pendidikan, pemaknaan mutu selalu berdasarkan pada sistem pendidikan
secara utuh, mulai dari perencanaan, proses pendidikan, evaluasi, dan hasil
pendidikan. Beeby (1966) yang dikutip Susanto, menyebutkan bahwa mutu
pendidikan dari tiga perspektif yaitu: perspektif ekonomi, sosiologi dan
perspektif pendidikan. Peningkatan/pengembangan mutu adalah
gambaran atau karakteristik sumber daya manusia dan sumber daya lainya
yang menyangkut beberapa aspek yang dapat dikerjakan untuk
mencapai peningkatan hasil yang baik dan berkualitas.
Dalam perspektif ekonomi, pendidikan itu bermutu jika memiliki
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan langsung memasuki
dunia kerja dan mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.
Secara sosiologi, pendidikan bermutu jika pendidikan itu dapat memberi
manfaat bagi masyarakat sedangkan pada perspektif pendidikan sendiri
adalah dilihat dari aspek proses belajar mengajar dan aspek kemampuan
lulusan memecahkan masalah dan berpikir kritis. Secara umum, aspek mutu
dalam pendidikan mengacu proses belajar dan pembelajaran dan hasil
belajar (learning outcomes). Pada titik ini, lembaga pendidikan Islam perlu
menunjukkan eksistensinya. Bila tolak ukur kualitas merujuk pada proses

3
Sumiati, Atika Ahmad. Pengendalian Mutu Pendidikan: Konsep Dan Aplikasi. Iqra :
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Issn : 2580-5304. Volume 1 Nomor 1, Juni 2021. Hal. 43-
50).

5
pendidikan maka lembaga pendidikan Islam dituntut mampu memperbaiki
kualitas pendidikannya.4

2.2 Model Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan


Model didefinisikan sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam
bahasa tertentu yang disepakati dari suatu sistem yang nyata. Sedangkan yang
dimaksud dengan sistem adalah komponen yang sedang berlangsung dalam
kehidupan dan saling terkait. Ssistem yang dijadikan titik atau fokus perhatian
dan /atau dipermasalahkan . Sementara, perguruan tinggi adalah satuan
pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Sementara,
penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan
atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,
pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dikatakan bahwa perguruan tinggi sebagai satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi harus melakukan penjaminan mutu
pendidikan yang diberikan kepada stakeholder. Pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan harus dilakukan berdasarkan sistem yang komprehensif, sehingga
diharapkan dapat dijadikan model bagi pemangku kepentingan (politic will)
bagi pelaksanan penjaminan mutu yaitu LPM dan SPI.
Pernyataan visi, misi, dan tujuan yang dikembangkan oleh Perguruan
tinggi merupakan energi dan dorongan yang harus dilakukan dan dicapai.
Pernyataan visi, misi, dan tujuan menjadi guideline dalam mengembangkan
program dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi. Oleh sebab itu,
pernyataan visi, misi, dan tujuan seyogyanya rasional berdasarkan kondisi
obektif dan ada cita-cita yang ingin dicapai di masa yang akan datang.
Dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas harus
berangkat dari pernyataan misi. Untuk mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang berkualitas diperlukan beberapa faktor kunci (key

4
Samsul Hadi. Model Pengembangan Mutu Di Lembaga Pendidikan. (Pensa : Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sosial. Volume 2, Nomor 3, Desember 2020; 321-347).

6
succes factors). Dalam konteks ini terdapat 12 (dua belas) Key succes factors
terciptanya kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Dalam Value Chain Model (model mata rantai), terdapat 2 (dua) area
yaitu primary activities dan supporting activities.
a. Pada area primary activities, leading sector penjaminan mutu adalah LPM.
Tugas utama LPM adalah mengawal proses pelayanan pendidikan yang
bersifat akademik, mulai dari kualitas sumber daya pendidikan (input),
proses pelayanan pendidikan (PBM, pembimbingan, dan pendampingan
kepada mahasiswa) (process), dan mengevaluasi kualitas lulusan (output),
serta mengontrol pemanfaatan lulusan oleh pengguna lulusan (outcome).
Keluaran dari tugas LPM adalah kinerja akademik.
b. Pada area supporting activities, leading sector penjaminan mutu adalah
SPI. Tugas utama SPI adalah mengawal pelaksanaan manajemen
perguruan tinggi atau proses penyelenggaraan pendididikann tinggi yang
bersifat manajerial. Keluaran dari kinerja SPI adalah terwujudnya GUG
dan kinerja manajemen perguruan tinggi yang efektif, efisien, dan
produktif.

2.3 Perbaikan Mutu Pendidikan Berkelanjutan


Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,
efektif dan efisien dalam proses pembangunan, sehingga bangsa ini tidak hanya
berkutat pada posisi kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi. Banyak
ahli telah mengungkapkan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia,
khususnya melalui pendidikan. Robert M. Solow pemenang Nobel bidang
ekonomi tahun 1987 menekankan peranan ilmu pengetahuan dan investasi
sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dan dari teori
Solow yang kemudian dikembangkan menjadi teori baru pertumbuhan
ekonomi (The New Growth Theory) tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan dasar pertumbuhan ekonomi.

7
Menurut Umaedi (1999) terdapat dua faktor yang menghambat upaya
perbaikan mutu pendidikan Indonesia. Pertama, strategi pembangunan
pendidikan lebih bersifat input oriented. Strategi ini berdasar pada bilamana
semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan
tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan
menghasilkan output (lulusan) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.
Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education
production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan,
melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua,
pengelolaan pendidikan bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi
di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro
(pusat) tidak berjalan di tingkat mikro (sekolah). Buruknya kondisi pendidikan
ini memunculkan usulan pembaharuan sistem pendidikan nasional. Dalam
pandangan Dody Heriawan terdapat empat permasalahan yang perlu segera
dibenahi.
Masalah pertama adalah kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen
Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam (Binbaga) Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka
Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4%
(28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka
Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta
siswa).
Masalah kedua adalah rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan
kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang
menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990
menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU
sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan

8
pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk
masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Masalah ketiga adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya
mutu pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Dalam skala
internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD
berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD:
75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7
(Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari
materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk
uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat
terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi
The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999
(IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa
SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk
Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari
77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di
Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Masalah keempat yang dihadapi adalah masih rendahnya efisiensi
pendidikan nasional. Rendahnya efisiensi pengelolaan pendidikan dapat
dilihat dari : penyebaran guru yang tidak merata, terjadinya putus sekolah di
semua jenjang pendidikan, bangunan fisik gedung sekolah yang cepat rusak
dalam waktu yang pendek, jam belajar yang tidak efektif dan optimal, dan
pengalokasian dana pendidikan yang tidak fleksibel. Rendahnya mutu
pendidikan Indonesia terkait dengan kualitas guru/tenaga pengajar yang masih
rendah juga. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2
juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan
keatas. Dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan
diploma D3Kependidikan keatas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503
guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan

9
tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48%
berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor
penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral
pendidikan dan kualifikasi sebagai cermin kualitas karena tenaga pengajar
mempunyai peran sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya. Disamping faktor kualitas guru/tenaga pengajar, siswa
atau mahasiswa Indonesia juga menjadi bagian dari rendahnya mutu
pendidikan Indonesia. Rata-rata mahasiswa Indonesia belajar setiap harinya
hanya berkisar antara 1-2 jam/hari. Sedangkan di Eropa, Amerika atau
Malaysia, rata-rata mahasiswanya belajar antara 6-12 jam/hari.
Hal lain yang menjadi faktor buruknya mutu pendidikan di Indonesia
adalah kecilnya anggaran pendidikan. Tidak terbantahkan bahwa rendahnya
kualitas SDM merupakan konsekuensi dari terabaikannya sektor pendidikan
dalam pembangunan. Ini terlihat dari rendahnya proporsi APBN untuk sektor
pendidikan. Sampai tahun 2000 pengalokasian anggaran pendidikan hanya
sebesar 6,3 persen dari APBN, jauh lebih rendah dari Korea, Thailand,
Malaysia, dan Singapura yang menganggarkan tidak kurang dari 20 persen dari
APBN masing-masing. Padahal berdasarkan penilaian KKT Pembangunan
Sosial di Kopenhagen pada 1995 menganjurkan agar anggaran sebesar 20
persen dari total APBN digunakan untuk pembangunan sosial serta 15 persen
untuk pendidikan. Sementara UNESCO menyarankan agar anggaran sektor
pendidikan minimal 4 persen dari GDP. Permasalahan masih ditambah lagi
dengan minimnya fasilitas pendidikan yang memadai.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan nasional adalah
kurikulum. Disamping adanya kesenjangan persepsi antara pengelola
perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusannya dan pengelola industri untuk
menggunakan lulusan perguruan tinggi di Indonesia, kurikulum yang ada
selama ini dianggap tidak sesuai dengan tuntutan jaman dan lapangan kerja.

10
Akibatnya adalah ketidakmampuan lulusan untuk cepat beradaptasi dengan
kebutuhan dunia industri modern.5

2.4 Pengendalian Mutu Pendidikan


1. Pengertian Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu atau Quality Control dalam manajemen mutu merupakan
suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Pengendalian diperlukan dalam manajemen mutu utuk menjamin agar kegiatan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan harapan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan
dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan
prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan
koreksi terhadap hal-hal ini menyimpang, diantara dalam hal produk,
pelayanan, atau proses, output dan standar yang sefesisik., oleh karena itu
pengawasan mutu merupakan upaya untuk menajaga agar kegiagan yang yang
dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan mehasilkan output yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, hal ini seperti dikemukakan oleh Amitava
Mitra (2001:9) :”quality control may generally be defined as a system that is
used to maintain a desired level of quality in a product or service.” Tzvetelin
Gueorguiev (2006) menyatakan Quality control–processes are monitored to
ensure that all quality requiremnents are being met and performance problems
are solved Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa (1995) yang
menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah
direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin.
Definisi yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran
baru tentang quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa

5
Moh. Adam Jerusalem, S.T., S.H. Proses Peningkatan Pendidikan Berkelanjutan Sebagai
Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Nasional. Dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional
Etika, Univ Soegijopranoto, 2005.

11
pengendalian mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam
memproduksi atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses
pengembangan produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara
memuaskan. Dalam pengertian di atas tersirat pula bahwa pengendalian mutu
itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Artinya keseluruhan
proses yang diselenggarakan oleh perusahaan ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan konsumen. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas.
Pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsure input,
proses dan output. Hal ini memang sejalan dengan konsep mutu pendidikan
yang dilihat dari unsure input, proses dan output. Karena itu dalam
melaksanakan pengendalian mutu pendidikan, maka pebngendalian difokuskan
terhadap unsure input, proses dan output pendidikan. Kepala Sekolah dapat
merencanakan dan melakukan pengendalian mutu pendidikan sejak inoput
siswa masuk, kemudian dididik di sekolah hingga menjadi lulusan dari sekolah.
Dengan demikian dalam melakukan pengendalian mutu hendaknya kepala
sekolah atau pengawas melihat sekolah atau proses pendidikan sebagai suatu
sistem.
Dalam pengendalian mutu agar berjalan efektif membutuhkan adanya
perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi agar dapat dilaksanakan sistem
pengawasan yang efekti dan efisien. Perencanaan yang jelas, lengkap dan
terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu dalam pengendalian
membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang bertanggung jawab
terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu
diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan.
Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum seperti
pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah, dan dengan
menggunakan prosedur yang standar dan diakui. Dilakukan untuk melakukan
perhitungan terhadap pengeluaranpengeluaran dalam proses kegiatan,
melakukan pengukuran, memperkirakan hal-hal yang tidak menentu, serta

12
mengarsipkan berbagai informasi dan laporan-laporan. Pengendalian mutu
merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan jaminan terhadap produk
yang dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggan. Dengan demikian banyak
keuntungan yang diperoleh dari pengendalian in, baik bagi lembaga maupun,
personil yang diawasi karena melalui pengawasan terjadi proses perbaikan
kinerja, serta keuntungan bagi pelanggan itu sendiri karena akan mendapat
produk yang bermutu. Secara lebih rinci Amitava Mitra (2001) mengemukakan
beberapa keuntungan pengendalian mutu.
1) And foremost is the improvement in the quality of products and services
2) The system is continually evaluated and modified to meet the changing
needs of the customer
3) A quality control system improves productivity, which is a goal of every
organization.
4) Such a system reduces cost in the long run
5) With improved productivity, the lead time for production parts and
subassemblies is reduced, which results in impropved delivery dates.

2. Tujuan dan Fungsi Pengendalian Mutu


Pengendalian merupakan alat organisasi, dilakukan untuk
menghasilkan produk atau jasa yang bermutu sehingga pelanggan maupun
yang memproduksi merasa puas. S.Sukmadinata (2006:52) menyatakan:
Tujuan pengendalian adalah melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa
yang telah direncanakan dapat dicapai secara optimal. Pandangan yang
sama dikemukakan J.M.Juran (1988:166): yang menyatakan “tujuan utama
pengendalian adalah meminimalkan kerusakan ini, dengan tidakan cepat
untuk memulihkan status quo atau lebih baik lagi.” Pengendalian mutu pada
dasarnya merupakan suatu alat yang diperlukan dalam mencapai tujuan.
Willian M.Lindsay(1997:5) menyatakan:Control, thefore, is doing
whatever is needed to accompliss what we want to do as an organization.
Secara lebih rinci pengendalian mutu dirancang untuk:

13
1) Provide routine and consistent check to ensure data integrity,
correctness, and completeness
2) Identify and address errors and omissions;
3) Document and and archive inventory material and record all QC
activities.(dalam IPCC2007:)

3. Proses Pengendalian Mutu


Pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan
membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar, artinya
sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan
membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan
teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan yang
telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu propses karena terdiri
dari rangkaian kegiatan yang sistematis, J.M.Juran (1988:165) menyatakan
pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang didalamnya kita:1)
mengevaluasi kinerja nyata, 2).membandingkan kinerja nyata dengan
tujuan dan 3) mengambil tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan
pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.Hal ini mengingat tidak
selama perilaku personil atau berbagai peristiwa dapat mendukung sesuai
dengan harapan atau rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
N.S.Sukmadinata (2006:52) proses pengendalian mutu meliputi:1)
perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan standar, 2). Pengukuran
performansi nyata, 3). Membandingkan performansi hasil pengukuran
dengan performansi standar, 4) memperbaiki performansi. Pendapat yang
hampir sama juga dikemukakan oleh Boone and Kurtz (dalam
Turney1992:242) mengemukakan empat tahap pengendalian:

1) Establish performance standars based on organisational goals,


2) Monitor actual performance,

14
3) Compare actual performance with planned performance, 4) Take
corrective action, if necessary.
Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi pada
dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat
komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh N.Syaodih (2006) yaitu:
1) alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau
menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan.
2) alat penilai yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. 3) alat
modiifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan 4) alat
untuk menyebarluaskan informasi kea lat lain.

Keberhasilan kepala sekolah atau pentgawas dalam pelaksanaan


pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga ada
beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah.
Kondisi ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari
semua unsure yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Menurut Nanang F dan Ali(2006) pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah,
antara lain:
1) mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan
jasa
2) memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik.
3) menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang
4) mempunyai komitmen yang kuat pada mutu
5) mementingkan pengembangan sumber daya manusia.

Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam


melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah
satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu
adalah model Certo (dalam Sofyan Syafri 2001) yang meliputi (1) pre
control-Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum pekerjaan
dimulai, misalnya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya

15
memilih guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik. (2) Concurrent
Contrtol, yaitu pengendalaian dilakukan sejalan dengan pelaksanaan
pekerjaaan, dan (3) Feedback Control, yaitu mengadakan penilaian atau
pengukuran, dan perbaikan setelah kegiatan dilakukan.

4. Sasaran Pengendalian Mutu Pendidikan


Dalam tingkat operasional kelembagaan sekolah, sasaran
pengendalian mutu ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan
output atau hasil pendidikan. Menurut Djajuli (dalam Nanang dan Ali
(2006) substansi pengawasan pendidikan secara educative adalah: (a)
pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru
terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran
dan penyesuaian kurikulum (b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut Syaodih (2006) bidang pengendalian ditujukan pada
biding utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta
manajemen pendidikan.
Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan,
bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan
program pendidikan di sekolah maupun untuk setiaop bidang studi. Bidang
bimbingan siswa berkaitan denngan program pembinaan siswa dan
bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan
upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana
pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil,
siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama
dengana masyarakat atau pihak luar sekolahj. Ketiga bidang ini mempunyai
arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.6

6
Sumiati, Atika Ahmad. Pengendalian Mutu Pendidikan: Konsep Dan Aplikasi. Iqra :
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Issn : 2580-5304. Volume 1 Nomor 1, Juni 2021. Hal. 43-50).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan
pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan, Pengendalian mutu atau
Quality Control dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem kegiatan teknis
yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau
jasa yang diberikan kepada pelanggan. Peningkatan/pengembangan mutu adalah
gambaran atau karakteristik sumber daya manusia dan sumber daya lainya yang
menyangkut beberapa aspek yang dapat dikerjakan untuk
mencapai peningkatan hasil yang baik dan berkualitas.
Untuk mewujudkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh sebuah perguruan tinggi, perlu sebuah model sistem
penjaminan mutu secara terencana, sistematis, dan strategis sebagai pendekatan
dalam mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
tinggi yang berkualitas. Selain itu, perlu adanya faktor-faktor kunci. Pendidikan
memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang
harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, sehingga bangsa ini tidak hanya berkutat pada posisi kalah bersaing
dalam menjalani era globalisasi. Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan
yang dapat memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan dapat memenuhi
harapan pelanggan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca akan lebih paham dengan
materi kami. Kami menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan baik dari penulisan serta penyajian dalam makalah ini, oleh sebab itu
kami mengharapkan masukan-masukan dari dosen serta teman-teman guna
kesempurnaan makalah yang akan data

17
DAFTAR PUSTAKA

Sitti Roskina Mas. Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan. (Yogyakarta: Zahir


Publishing). 2017
Faridah Alawiyah. Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. (Jurnal Aspirasi). Vol. 2
No. 1, Juni 2011
Sumiati, Atika Ahmad. Pengendalian Mutu Pendidikan: Konsep Dan Aplikasi. Iqra
: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Issn : 2580-5304. Volume 1 Nomor 1,
Juni 2021. Hal. 43-50).
Samsul Hadi. Model Pengembangan Mutu Di Lembaga Pendidikan. (Pensa : Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sosial. Volume 2, Nomor 3, Desember 2020; 321-
347).
Moh. Adam Jerusalem, S.T., S.H. Proses Peningkatan Pendidikan Berkelanjutan
Sebagai Upaya Perbaikan Mutu Pendidikan Nasional. Dipublikasikan
pada Prosiding Seminar Nasional Etika, Univ Soegijopranoto, 2005.

18

Anda mungkin juga menyukai