Anda di halaman 1dari 26

Konsep Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Konsep Manajemen Pendidikan Islam adalah Dari pengertian di atas penulis dapat


menyimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan Islam adalah suatu rencana,
mengelola/mengatur, memimpin dan mengajarkan pendidikan Islam agar
tujuan pendidikan Islam tercapai secara efektif, efisien dan produktif.

Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatan perencanaan,


melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2005:47). Dalam
operasionalisasi pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan
dan merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan.
Adapun yang dimaksud biaya (cost) adalah seluruh dana baik langsung maupun tidak
langsung, diperoleh dari berbagai sumber (pemerintah, masyarakat dan orang tua) yang
diperuntukkan bagi penyelenggaraan sekolah. (Sagala, 2007:223).

Tujuan dari manajemen keuangan atau pembiayaan adalah selain menciptakan efisiensi
keuangan atau pembiayaan adalah selain menciptakan efisiensi keuangan di semua pos
kebutuhan, juga sebagai bentuk pertanggungjawaban para pejabat tingkat
sekolah/madrasah kepada masyarakat dan pemerintah. Secara garis besar, pengeluaran
dari suatu sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi dua, yakni pembiayaan rutin dan
pembiayaan pembangunan. Pembiayaan rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari
tahu ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non-guru), biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat pengajaran. Sementara pembiayaan
pembangunan, misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan gedung, penambahan furniture, serta biaya pengeluaran lain untuk
barang-barang yang tidak habis pakai.[10]

Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan
mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas
Negeri Malang, manajemen sarana prasarana adalah “proses kerjasama pendayagunaan
semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.”Pengadaan sarana
dan prasarana bisa ditempuh dengan cara (a) pembelian dengan biaya dari pemerintah,
(b) pembelian dengan biaya SPP, atau (c) bantuan dari masyarakat pengguna
pendidikan. [9]

MANAJEMEN KESISWAAN – PENGERTIAN DAN TUJUAN

Bila berbicara mengenai sistem pendidikan, Anda tidak bisa berpikiran


secara sempit bahwa pendidikan hanya sebatas pembelajaran di dalam
kelas. Lebih dari pada itu, sebelum pembelajaran berlangsung ada
serangkai proses yang perlu dilakukan dari mulai pembuatan kurikulum
hingga membuat manajemen kesiswaan. Pada pembahasan kali ini akan
berfokus membahas mengenai apa pengertian, tujuan dan ruang lingkup
manajemen kesiswaan secara umum.
PENGERTIAN MANAJEMEN KESISWAAN
Manajemen merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mengatur
serta mengetahui dengan tepat apa yang akan dilakukan lewat proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Hal ini
dilakukan guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Atau
secara sederhana bisa kita artikan sebagai proses yang dilakukan agar
usaha bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara itu, makna kesiswaan dalam lembaga pendidikan juga
sebenarnya memiliki sebutan yang berbeda, bisa disebut murid, pelajar,
peserta didik ataupun siswa. Bila mengambil pengertian berdasarkan UU
No. 20 tahun 2003 mengenai Sisdiknas, peserta didik merupakan bagian
dari masyarakat yang sedang berusaha untuk mengembangkan potensi
dalam dirinya lewat proses pembelajaran yang sudah tersedia jalur,
jenjang serta jenis pendidikannya.
Sehingga dengan kedua pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa
manajemen kesiswaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar
bisa memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada para peserta didik
dari mulai proses penerimaan siswa baru hingga ia meninggalkan
lembaga pendidikan tersebut.
Lantas, apa tujuan dibuatnya manajemen kesiswaan?
TUJUAN MANAJEMEN KESISWAAN
Manajemen kesiswaan dianggap sangat penting untuk bisa mewujudkan
masyarakat madani khususnya dalam tata kehidupan dalam
berpendidikan. Ini juga karena lembaga pendidikan adalah masyarakat
dalam skala kecil namun sangat berpengaruh. Di samping itu, upaya-
upaya dalam pelaksanaanya pun harus bisa dilakukan. Misalnya saja
dengan melakukan penataan urusan kesiswaan secara baik, tertib dan
juga teratur.
Lebih tepatnya lagi, manajemen kesiswaan mempunyai tujuan untuk
mengatur segala macam kegiatan para peserta didik agar kegiatan yang
dilakukan bisa menunjang proses pembelajaran yang ada di dalam
lembaga pendidikan sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak hanya itu saja, pelaksanaan manajemen kesiswaan juga memiliki
fungsi sebagai salah satu wahana untuk para siswa agar bisa
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Ini karena dalam
pelaksanaannya, tidak hanya pembelajaran di kelas saja yang bisa
didapatkan oleh para siswa, namun ada beberapa hal lain yang bisa
mereka dapatkan seperti organisasi siswa yang bisa mengembangkan
minat bakat siswa itu sendiri.
Adapun beberapa prinsip yang harus ada dalam manajemen kesiswaan
yaitu:
1. Penyelenggaraan manajemen kesiswaan harus mengacu pada
peraturan yang berlaku ketika programnya akan dilaksanakan
2. Manajemen kesiswaan merupakan bagian keseluruhan
dalam manajemen sekolah
3. Harus bisa membawa misi pendidikan yang tepat
4. Harus berupaya dapat menyatukan para peserta didik
5. Sebagai salah satu upaya agar bisa mengatur para peserta didik
6. Mendorong serta memacu kemandirian yang dilakukan para
peserta didik
7. Kegiatan yang dilakukan manajemen peserta didik harus bisa
dilakukan secara fungsional untuk kehidupan para peserta didik, baik saat
di sekolah maupun di masa depannya
Sementara dalam ruang lingkupnya, pelaksanaan manajemen kesiswaan
terdiri dari beberapa bagian:
1. Melakukan analisis kebutuhan para peserta didik, bisa dengan cara
merencanakan berapa kuota siswa yang akan diterima atau penyusunan
program kegiatan
2. Melakukan rekruitmen peserta didik
3. Melakukan seleksi peserta didik
4. Orientasi peserta didik saat melakukan penerimaan siswa baru
5. Penempatan peserta didik atau pembagian kelas
6. Pembinaan dan pengembangan peserta didik bisa dengan
ekstrakulikuler dan program lainnya
7. Pencatatan serta pelaporan mengenai peserta didik
Penjelasan sederhana di atas bisa membantu Anda memahami
bagaimana sebenarnya manajemen kesiswaan dilaksanakan dalam
sebuah lembaga pendidikan.

A. Pengertian Manajemen Kurikulum


Manajemen kurikulum adalah suatu sistim pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komperensif, sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaanya kurikulum, manajemen
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh
karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan
atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. 1
Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif
agar masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara
sekolah dengan masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah.
Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam manajemen
kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol
implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selai
dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan
serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum kepada masyarakat maupun pada
pemerintah. 2

1 Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 191

2 Ibid, hlm 191


Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi kurikulum. Dalam manajemen kurikulum kegiatan di titik
beratkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar di sekolah agar selalu
terjamin kelancarannya.
Kegiatan manajemen kurikulum diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku
yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan telah
terjadi pada diri siswa. Da dalam perencanaan kurikulum minimal ada lima
hal yang memperngaruhi perencanaan dan pembuat keputusan. Yaitu
filosopis, materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru, dan sistem
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Kurikulum
Pembelajaran di kelas merupakan tempat melaksanakan kurikulum dan
menguji kurikulum. Dalam kaitan pembelajaran semua konsep, prinsip,
nilai, pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk
perbuatan. Yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata. Oleh
karena itu, guru adalah kunci pemegang pelaksanaan dan keberhasilan
kurikulum. Guru bertindak sebagai perencanaan, pelaksanaan dan penilai
serta pengembang kurikulum yang sebenarnya.
c. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum yang efektif lebih bersifat kompherensif yang di
dalamnya meliputi pengukuran. Di samping itu evaluasi pada hakekatnya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.
Keputusan evaluasi tidak hanya didasarkan pada hasil pengamatan.3

B. Ruang Lingkup dan Komponen-Komponen Manajemen Kurikulum


1. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum

3 Rusman, M. Pd. Manajemen kurikulum, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2009) hlm 21
Manajemen kurikulum merupakan bagian internal dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasi dan
merelevansikan kebutuhan daerah dan kondisi di sekolah yang bersangkutan
sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan
peserta didik maupun dengan lingkungan sekolah. 4 Pokok kegiatan pertama
studi manajemen kurikulum adalah meliputi bidang perencanaan dan
pengembangan, pelaksana dan perbaikan kurikulum.
2. Komponen- Komponen Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-
komponen tertentu. Komponen- komponen apa saja yang membentuk
kurikulum itu? Bagaiman keterkaitan antar komponen-komponen itu?
Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu
komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling
berkaitan satu sama lain.5
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin
diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Dalam skala mikro tujuan kurikulum berhubungan dngan visi dan misi
sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit. Seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
b. Komponen Isi atau Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebh banyak menitik beratkan pada
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek

4 Ibid, hlm 4

5 Dadang Suhardan dkk, Manajemen Penididikan (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm 194
yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (Sikap
atau perilaku), dan psikomotorik (Ketrampilan atau skill) yang terdapat
pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan dari semua aspek tersebut.
c. Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metodeyang
desuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam
setiap pokok bahasan.
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks
pengembangan kurikulum evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. 6

C. Prinsip dan Fungsi manajemen Kurikulum serta Pengembangan


Kurikulum
1. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum adalah beberapa hal sebagai berikut:
a. Produktifitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan
tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subyek peserta didik pada

6 Ibid, hlm 195-196


posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c. Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak.

d. Efektivitas dan Efisiensi


Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan
efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga
kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna
dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.
e. Mengarahkan Visi, Misi dan Tujuan
Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarah
visi, misi dan tujuan kurikulum. 7
Paradigma baru pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap
tatanan manajemen kurikulum khususnya pada perencanaan kurikulum,
pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Secara garis besar
terdapat beberapa kegiatan berkenaan dengan fungsi manajemen
kurikulum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membina siswa kearah perubahan tingkah laku
yang di inginkan dan penilaian hingga perubahan-perubahan telah terjadi
pada diri siswa. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau
alat manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta
yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu dilakukan
sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan
evaluasi, peran dan unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan
manajemen operasional.

7 Ibid, hlm 192-193


Perencanaan kurikulum sebagai penggerak roda organisasi
untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan
organisasi. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal. 8
b) Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksana kurikulum dibagi menjadi dua tingkat yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat
sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada tingkat kelas
yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan tugas kepala sekolah
dengan guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan
tingkat dalam pelaksanaan namun dalam pelaksanaan administrasi
kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dengan bersama-sama
bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi kurikulum.
c) Penilaian Kurikulum
Sistem penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan
berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawaakan untuk membuat keputusan mengenai kurikulum.
9

2. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum pada dasarnya tidak terlepas dari visi
pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan memperbaiki
kehidupan nasional yang tertera dalam garis besar hukum negara. Oleh
karena itu, pengembangan tersebut hendaknya mengakomodasi tuntutan-
tuntutan sistematik. Secara konseptual lembaga pendidikan optimis akan
mampu memenuhi tuntunan reformasi pembangunan nasional si atas dapat
dibangun melalui perubahan kurikulum yang berusaha membekali peserta
didik untuk menjadi subjek pembangunan yang mampu menampilkan

8 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya, 2012), cet. XII, hlm 125

9 Ibid, hlm 238-239


keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, dan profesional dalam pada
bidangnya masing-masing.

PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan dewasa ini sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses


pendidikan, khususnya di Indonesia.Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan
konsep Islam, lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan
dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat
Islam.

Keluarga, mesjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga


pendidikan Islam yang mutlak diperlukan disuatu negara secara umum atau disebuah
kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang
akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, begitu juga para pencetak sumber
daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.[1] 

Pembahasan lembaga pendidikan Islam tidak hanya berhenti di definisi dan contoh


lembaga pendidikan Islam saja, namun pembahasan lembaga pendidikan Islam sangat
luas yaitu berkisar pada prinsip-prinsip, tanggung jawab, dan tantangan lembaga
pendidikan Islam Dalam Transformasi Sosial Budayapun menjadi pembahasan ruang
lingkup lembaga pendidikan Islam ini.[2]

PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal dari sesuatu.[3] Asal
mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa, acuan, ikatan, badan atau
organisasi yang mempunyai tujuan jelas terutama dalam bidang keilmuan.

Menurut ensiklopedi Indonesia, lembaga pendidikan yaitu suatu wadah pendidikan yang
dikelola demi mencapai hasil pendidikan yang diinginkan.[4]
Badan pendidikan sesungguhnya termasuk pula dalam alat-alat pendidikan, jadi
badan/lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang karena
sesuatu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan wajar.

Secara terminology lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu mengandung konkirit
berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-
norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu
sendiri.[5]

TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Seorang ahli filsafat antropologi dan fenomenologi bernama Langeveld, menyatakan


bahwa yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan adalah:

1.  Lembaga Keluarga yang mempunyai wewenang bersifat kodrati.

2.  Lembaga Negara yang mempunyai wewenang berdasarkan undang-undang.

Sebaliknya, Ki Hajar Dewantara (RM. Soewardi Soerjaningrat) memfokuskan


penyelenggara lembaga pendidikan dengan “Tricentra” yang merupakan tempat
pergaulan anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. Tricentra
itu ialah:

1.      Alam Keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.

2.      Alam Perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.

3.      Alam Pemuda yang membentuk lembaga masyarakat.

Menurut Sidi Gazabla, yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga pendidikan


adalah:

1.      Rumah Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak
sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, famili, saudara-
saudara, teman sepermainan dan kenalan pergaulan.

2.      Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk
sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang
profesional.

3.      Kesatuan Sosial, yaitu pendidik tertier yang merupakan pendidikan yang terakhir
tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat- istiadat, suasana
masyarakat setempat.[6]
 BENTUK-BENTUK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

a.      Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Dalam Islam, keluarga dikenal dalam istilah usra, nasl,’Ali, dan nasb. Keluarga dapat
diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, isteri), persusuan dan
pemerdekaan.Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban yang
berbeda karena perbedaan kodratnya. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah SWT di muka
bumi.

Artinya : Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-
Jumu’ah : 10).[7]

 Dan selanjutnya dinafkahkan pada anak isterinya

Artinya :  Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan
Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena
anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 233).[8]

Kewajiban ibu adalah menjaga, memelihara, dan mengelola keluarga di rumah


suaminya, terlebih lagi mendidik dan merawat anak-anaknya. Dalam Sabda Nabi SAW,
dinyatakan :“Dan perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanyai
dari pimpinannya itu”(H.R. Bukhari-Muslim).[9]

 Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak
anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian yang kemudian dapat dikembangkan
dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut
tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan
mengombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan tersebut, sehingga
mesjid, pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan
keluarga.

b.      Masjid sebagai Lembaga Pendidikan Islam


Secara harfiah mesjid adalah “tempat untuk bersujud”, namun dalam arti terminologi,
mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktifitas ibadah dalam arti
yang luas. Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan dimesjid sebagai
lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan suatu lingkaran
(lembaga) dan ditumbuhkannya.

Al-Abdi dalam bukunya Al-Madkhal menyatakan bahwa mesjid merupakan tempat


terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam
mesjid, akan terlihat hidupnya sunah-sunah Islam, menghilangnya bid’ah-bid’ah,
mengembangnya hukum-hukum Allah, serta menghilangnya stratifikasi rasa dan status
ekonomi dalam pendidikan.[10]

Oleh karena itu, mesjid merupakan lembaga kedua setelah pendidikan keluarga.
Implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :

1.      Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada allah swt.

2.      Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan  solidaritas


sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi,
sosial dan warga negara.

3.      Memberikan rasa ketenteraman, kekuatan dan kemakmuran potensi-potensi


rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian kesadaran, perenungan,
optimisme dan mengadakan penelitian.

c.      Pondok Pesantran sebagai lembaga Pendidikan Islam

Kehadiran kerajaan Bani Umaiyah menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan, sehingga


anak-anak masyarakat Islam tidak hanya belajar di mesjid tetapi juga pada lembaga-
lembaga yang ketiga, yaitu “Kuttab” (pondok pesantren). Kuttab ini dengan karakteristik
khasnya merupakan wahana dan lembaga pendidikan Islam yang semula sebagai
lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqoh.

Pada tahap berikutnya Kuttab mengalami perkembangan pesat , karena di dukung dana
dari iuran pendidikan dari masyarakat, serta adanya rencana-rencana yang harus
dipatuhi oleh pendidik dan anak didik.Di Indonesia istilah Kuttub lebih dikenal dengan
istilah pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam yang didalamnya
terdapat seorang Kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)
dengan sarana mesjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut,
serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian,
ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya Kiai, santri, mesjid dan pondok.[11]

d.     Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Islam


Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidak-tidaknya mempunyai
empat latar belakang, yaitu :

1.      Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam.

2.      Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah suatu sistem pendidikan


yang lebih memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan
sekolah umum.

3.      Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang
terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka.

4.      Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang


dilakukan oleh pesantren disistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.

PRINSIP-PRINSIP LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

1.    Prinsip Pembebasan Manusia dari Ancaman Kesesatan yang Membawa Manusia


pada Api Neraka.

2.    Prinsip Pembinaan Umat Manusia Menjadi Hamba-Hamba Allah yang Memiliki


Keselarasan dan Keseimbangan Hidup Bahagia di Dunia dan di Akhirat Sebagai Realisasi
Cita-cita Bagi Orang yang Beriman dan Bertakwa yang Senantiasa Memanjatkan Doa
Sehari-harinya.

3.    Prinsip Pembentukan Pribadi Manusia yang Memancarkan Sinar Keimanan yang


Kaya dengan Ilmu Pengetahuan.

4.    Prinsip Amar Ma’ Ruf dan Nahi Mungkar dan Membebaskan Manusia dari Belenggu-
belenggu Kenistaan.

5.    Prinsip Pengembangan Daya Pikir, Daya Nalar, Daya Rasa Sehingga Dapat
Menciptakan Anak Didik yang Kreatif dan Dapat Memfungsikan Daya Cipta dan
Karsanya.

PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam (tarbiyah al-Islamiyah) oleh para ahli sering diartikan sebagai proses
pemeliharaan, pengembangan dan pembinan.[12] Secara terminologis pendidikan
merupakan proses perbaikan, penguatan dan penyempurnaan terhadap semua
kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang
ada dalam masyarakat.[13] Muhammad Hamid an-Nashir dan Kulah Abd al-Qadir Darwis
mendifinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia
(ri’ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial dan
keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan. Dari keterangan di
atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan
perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna.[14]

Ilmu ialah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai
metode-metode yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan ilmu adalah suatu
uraian yang tersusun secara lengkap tentang suatu keberadaan, tentang segi-segi dari
keberadaan tertentu. Segi-segi saling terkait, mempunyai hubungan sebab akibat,
tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu. Jadi ilmu pendidikan
Islam ialah ilmu yang mempelajari cara-cara dan usaha untuk menuju berhasilnya
pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.

RUANG LINGKUP  ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup sangat luas, karena di dalamnya
penuhnya dengan segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung ataupun
tidak langsung.

Objek ilmu pendidikan Islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia
pengalaman. Diantara objek atau segi ilmu pendidikan Islam dalam situasi pendidikan
Islam ialah:

1.      Perbuatan mendidik itu sendiri, yaitu seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan
dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik.

2.      Anak didik, yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan  perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hayalah
untuk membawa anak didik ke arah tujuan pendidikan islam yang kita cita-citakan.

3.      Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaiu landasan yang menjadi fundamental serta
sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam itu dilakukan.

4.       Pendidik yaitu Subjek yang melaksanakan pendidikan Islam dan pendidik ini
mempunyai peranan penting terhadap berlangsungnya pendidikan.

5.      Materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar


ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk di sampaikan kepada anak didik.

6.      Metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik
untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.

7.      Evaluasi pendidikan yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan penilaian


terhadap hasil belajar anak didik.

8.      Alat-alat pendidikan Islam yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melakukan
pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
9.      Lingkungan sekitar yaitu kedaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanan
serta pendidikan Islam.

Ilmu pendidikan Islam mempunyai fungsi yang bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut:

1.      Menumbuhkan dan memelihara keimanan.

2.      Membina dan menumbuhkan akhlak mulia.

3.      Membina dan meluruskan ibadah.

4.      Menggairahkan beramal dan melaksanakan ibadah.

5.      Mempertebal rasa dan sikap beragama serta mempertinggi solidaritas sosial.[15]

MODEL ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Model ilmu pendidikan Islam secara teoritis berbicara aspek filosofis, epistemologi, dan
pedagogis yang dalam operasionalnya berorientasi pada berikut:

1.      Materi disesuaikan dengan tuntutan sosiokultural masa kini. Materi kurikulum


mengandung tantangan untuk berfikir kritis dan pelajaran tajam sebagi pendorong
berfikir kritis ilmiah menuju perkembangan pribadi muslim yang harmonis sesuai
tuntunan Tuhan dan masyarakat.

2.      Pendidik menganggap anak didik sebagai sumber pengetahuan, subjek dan partner
dalam proses belajar mengajar.

3.      Peserta didik melakukan dialogis dengan berbagai pihak dalam proses belajar
mengajar dan menghayatinya kemudian merevisi sikap pandangannya sendiri.

a.       Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Sistem:

1)      Secara sistemik manusia dipandang sebagai makhluk integralistik.

2)      Secara pedagogis pendidikan Islam sebagai pengembang potensi dasar secara


integral antara rohani dan jasmani untuk membentuk manusia muslim.

3)      Secara institusional pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang berjenjang.

4)      Secara kurikuler pendidikan Islam mengarahkan seluruh komponen dan faktor-


faktor pendukung pendidikan untuk mewujudkan cita-cita Islami.

b.      Pendekatan Pedagogis dan Psikologis

Dengan pendekatan ini pendidikan menganggap manusia sebagai makhluk yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara jasmani dan rohani.
Menurut para pemikir pendidikan baik muslim atau non-muslim potensi dasar yang
dimiliki anak yang dan berkembang ini hanya dapat dilakukan dengan proses
pendidikan. Dimana pendidikan adalah mengarahkan dan melatih peserta didik untuk
mewujudkan cita cita Islami yaitu mencetak pribadi muslim yang memiliki intelektualitas
tinggi dan berbudi luhur.

Pendekatan sistem ini menganalisis lima unsur pendidikan yaitu:

1.      Pendidik, dalam hal ini seorang pendidik harus memenuhi sebagai seorang
pendidik yang ideal. Dia harus matang dalam hal keilmuan, akhlak, dan sebagainya
sebagai penunjang untuk menjadi pendidik yang berkualitas. Karena dialah yang akan
menentukan akan jadi apa peserta didiknya nanti disamping potensinya sendiri yang
akan menentukan hidupnya. Tapi sedikit banyak seorang guru akan memiliki pengaruh
kepada sang murid.

2.      Anak didik diposisikan sebagai objek pendidikan yang sedang megalami


perkembagan jasmani da rohani dengan potensinya yang bersifat fitrah. Perkembangan
itu hanya bisa optimal bila dilakukan dengan proses pendidikan yang berkesinambungan
dan menggunakan metode konvergensi akan menghasilkan hasil yang optimal.

3.      Alat pendidikan adalah sarana yang penting dalam menunjang mutu pendidikan.
Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan bisa berupa fisik atau non-fisik yang terseleksi
mana yang lebih berguna. Disamping itu harus mengandung nilai efektif dan efisien yang
diperoleh secara halal sesuai dengan norma-norma Islam.

4.      Lingkungan yang bersinggungan langsung dengan anak didik sangat mempengaruhi


anak didik. Untuk itu lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersifat mendidik dan
bisa memperlancar jalannya pendidikan dehingga cita-cita pendidikan dapat terwujud.

5.      Tujuan pendidikan Islam adalah suatu cita-cita yang dirumuskan bagi


keberlangsungan anak didik masa depan. Sehingga tujuan pendidikan Islam harus
berorientasi pada peningkatan keimanan dan ketakwaan untuk menghasilkna muslim
yang baik sehingga bahagia dunia akhirat.

c.       Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Spiritual :

1.      Dalam pandangan agama manusia diberi dua pilihan yaitu jalan sesat yang
mejerumuskan ke jurang nista dan jalan kebenaran yang menuntun manusia menuju
keridhaan Alloh. Sehingga merasakan bahagia dunia-akhirat.

2.      Proses pendidikan harus mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang


dedikatif dan berserah diri kepada Alloh. Materi pendidikan harus mengarahkannya dari
asal-usul manusia sehingga dia akan mengerti arti hidup.

3.      Kurikulum materi pendidikan harus mengandung nilai-nilai Islami.


4.      Strategi operasional pendidikan adalah meletakkan anak didik dalam posisi
pendidikan seumur hidup.

d.      Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Historis.

Dilihat dari segi historis ada empat aspek ciri pokok perkembangan pendidikan yang
releven, sejalan dan seirama, yaitu ideal, institusional, dan materil. Ada tiga aspek
pendidikan dengan pendekatan sejarah, secara pedagogis anak didik diletakkan pada
posisi sentral untuk mengembangnkan kemampuan menciptakan hidup bernilai sejarah
dengan mengkaji sejarah masa lalu. Secara kurikuler anak didik dikenalkan pasang surut
kehidupan , positif-negatifnya dan tokoh-tokoh sejarah. Sedangkan secara epistemologi
anak diarahkan menangkap makna kehidupan sejarah. Sehingga bisa mengaktualisasikan
dalam kehidupannya.[16]

MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DAN


KEPENDIDIKAN

Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai
dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidikan sampai
akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penempatan,
pemberian kempensensi, penghargaan, pendidikan dan latihan pengembangan dan
pemberhentian. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan pegawai) mutlak harus
diterapkan oleh kepala sekolah agar dapat mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan hal ini, maka seorang
kepala sekolah harus dapat mencari, memposisikan, mengevaluasi, mengarahkan,
memotivasi, dan mengembangkan bakat setiap guru dan pegawainya serta mampu
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.

Resume makalah makalah Manajemen Pendidikan Tinggi Islam

Karakteristik pendidikan tinggi Islam

Ø  Karakteristik Pendidikan Tinggi Islam dapat dilihat dari segi proses pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam sejak zaman nabi hingga masa kejayaan Islam.
Ø  Karakteristik atau ciri khusus dari Pendidikan Tinggi Islam adalah adanya pewarisan
nilai-nilai ajaran agama Islam. Dapat dilihat dari segi kurikulum yang mengedapankan
mata pelajaran atau mata kuliah yang berbasis Islam dan secara komprehensif dan
terpadu.

Ø  Konsep dasar pengembangan pendidikan Tinggi Islam melalui Al-Quran dan Hadist
seperti halnya dalam Firman Allah surah At-Taubah ayat 122 yang artinya “
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali padanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya”

Ø  Tantangan Pendidikan Tinggi Islam itu dating dari Pendidikan Tinggi Umum secara
khususnya. Dikarenakan kenapa? Karena kurangnya daya tampung mahasiswa dalam
pendidikan Tinggi Islam, dan tantangan juga dating dari persoalan dunia kerja, sangat
sedikit lowongan perkerjaan yang berbasis Pendidikan Tinggi islam beda dengan
Pendidikan Tinggi Umum yang mengedepankan untuk mendapatkan pekeirjaan yang di
inginkan oleh mahasiswa. Tantangan juga dating dari diri mahasiswa itu sendiri, kenapa?
Karena kebanyakan mahasiswa sekarag terkadang gengsi dalam menuntut ilmu di
Pendidikan Tinggi Islam.

Pendidikan Tinggi Islam dan Tantangan Globalisasi

Ø  Pengertian Pendidikan Tinggi Islam , bisa ditinjau dari segi sempit dan
luasnya. Pengertian sempit adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk
pentransferan atau penyaluran ilmu ( knowledge ) , nilai ( value ) dan
ketrampilan  ( skill ) berdasarkan ajaran Islam dari seorang pendidik terhadap seorang
yang didiknya, guna terbentuk pribadi Muslim yang seutuhnya atau sesungguhnya. Hal
ini lebih bersifat proses pembelajaran , dimana ada pendidik, peserta didik dan ada
bahan ( materi ) yang disampaikan dengan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.
Sedangkan Pendidikan Tinggi Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses
penyaluran yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah,
pemikiran dan lembaga.

Ø  Tantangan pendidikan Tinggi Islam saat ini jauh berbeda denagn tantangan
pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan pertengahan. Baik
secara internal maupun eksternal tantangan pendidikan Islam di zaman klasik dan
pertengahan cukup berat, namun secara psikologis dan ideologis lebih mudah diatasi.

Ø  Tantangan pendidikan Tinggi Islam di zaman sekarang selain menghadapi


pertarungan ideologi-ideologi besar duna sebagimana tersebut diatas, juga menghadapi
berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar( turbulance ) atau
tsunami. Menurut Daniel Bell, di era globalisasi saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima
kecenderungan yaitu:

1.      Kecenderungan integrasi ekonomi

2.      Kecenderungan fragmentasi politik

3.      Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology) khususnya


Teknologi Komunikasi dan Informasi( TKI ) seperti computer.

4.      Kecenderungan interdependency ( kesalingtergantungan )

5.        Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new


colonization in culture)yang mengakibatkan terjadinya pola pikir(mindset)masyarakat
pengguna pendidikan.

Ø  Selain itu beberapa problem utama yang mewarnai atmosfer dunia pendidikan Islam
pada umumnya setidaknya dapat di klasifikasikan dalam tiga hal. Jika dianalisis , maka
dapat disimpulkan bahwa problem-problem tersebut merupakan rangkaian yang saling
kait mengait dan berjalan secara beriringan. Yaitu;

1.      Dikotomi

2.      To general knowledge

3.      Lack of Spirit inquiry

Universitas Islam, Institut, dan Sekolah Tinggi Islam

Ø Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program akademik( S1,


S2, dan S3) atau Profesi(D1, D2, D3, D4, Sp.A, Sp.AK) yang terdiri dari beberapa fakultas
(Bagian dari perguruan tinggi yang mempelajari ilmu tersendiri, yang terdiri dari
beberapa jurusan). Masing-masing fakultas dalam universitas mempunyai jenis keilmuan
yang berbeda antara yang satu yang lain, seperti di UIN Ar-Ranirry yang terdiri dari
fakultas tarbiyah, syari’ah, psikologi, ekonomi, humaniora dan budaya, dan sains dan
teknologi. Paling tidak dalam universitas mempunyai empat fakultas yang tidak terdiri
dari satu jenis keilmuan.

Ø  Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan


akademik( S1, S2, dan S3) atau Profesi(D1, D2, D3, D4, Sp.A, Sp.AK) yang terdiri dari
beberapa fakultas (Bagian dari perguruan tinggi yang mempelajari ilmu tersendiri,  yang
terdiri dari beberapa jurusan). Fakultas dalam institut terdiri dari satu macam jenis
kelimuan yang sama seperti Institut Sunan Ampel  yang mempunyai fakultas adab,
syari’ah, ushuludin,  dakwah, dan tarbiyah. Keseluruhan dari fakultas tersebut terdiri
satu jenis keilmuan yang sama yaitu keilmuan islam.
Ø  Merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan
dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat, institut dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.

Manajemen Pendidikan Tinggi Islam

Ø  Manajemen pendidikan Tinggi Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga


pendidikan tinggi Islam berkenaan dengan aplikasi visi dan misi serta cara menyiasati
sumber, metode, dan strategi pembelajaran dan hal-hal lain yang terkait untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Ø  Atau bisa juga pengertian dari manajemen pendidikan tinggi islam menurut unit 3
MPI UIN Ar-Ranirry “ suatu proses pemanfaatan sumber daya( umat islam dan lembaga
pendidikan) untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien guna
tercapainya kebahagian kesejahteraan dunia dan akhirat.

Evaluasi dan Perkembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam

Ø  Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.

Ø  Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan


untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu

Ø   Evaluasi kurikulum merupakan rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan
pendidikan serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Konsep nilai dan arti, dalam konteks penilaian terhadap suatu kurikulum memiliki makna
yang berbeda

Ø  pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana


tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara
mempelajarinya.

Ø  Evaluasi adalah langkah untuk menentukan keberhasilan suatu kurikulum. Sekaligus


menemukan kelemahan yang ada pada proses tersebut untuk diperbaiki. Evaluasi
kurikulum dilakukan pada semua komponen kurikulum, yaitu tujuan, materi, metode,
dan evaluasi itu sendiri. Komponen-komponen ini mewarnai hasil evaluasi yang
dilakukan, yaitu tentang validitas (kesahihan), reliabilitas (keterandalan), signifikansi
(keterpercayaan), dan objektifitas.

Peranan Pendidikan Islam membentuk Karakter


Ø  karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus sebagai pendorong dan penggerak
serta membedakannya dengan yang lain.

Ø  Dalam hal pembentukan karakter seseorang, pendidikan Islam mempunyai peranan


yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan Islam berperan sebagai pengendali
tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdasarkan
emosi.

Ø  ilmu pendidikan  mempunyai hubungan yang erat dengan Agama, Sehingga Agama


dijadikan sebagai suatu landasan perumusan pendidikan, dan pendidikan agama
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral dan karakter anak didik.

Manajemen dan Penerapan Kurikulum

Ø  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

Ø  Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif,


komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada
lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga
pendidikan tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan

Ø  Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat satuan


pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup manajemen
kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum.

Ø  Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien, dan
optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun
komponen kurikulum.
Manajemen Pendidikan Pesantren hakikatnya adalah suatu proses penataan
dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan sumber daya
manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan Pen-
didikan Pesantren secara efektif dan efisien.

Konsep Manajemen Pendidikan Islam


Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. ... Pandangan para ahli menyimpulkan bahwa Konsep
manajemen pendidikan Islam menurut perspektif (pandangan) al-Qur'an adalah
sebagai berikut yaitu fleksibel, efektif, effisien, terbuka, cooperative dan partisipatif.

Pengertian Madrasah

Kata "madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan tempat" (zharaf


makan) dari akar kata "darasa". Secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat
belajar para pelajar", atau "tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata
"darasa" juga bisa diturunkan kata "midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari"
atau "tempat belajar"; kata "al-midras" juga diartikan sebagai "rumah untuk
mempelajari kitabTaurat’.

Kata "madrasah" juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari akar kata yang
sama yaitu "darasa", yang berarti "membaca dan belajar" atau "tempat duduk untuk
belajar". Dari kedua bahasa tersebut, kata "madrasah" mempunyai arti yang sama:
"tempat belajar". Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah"
memiliki arti "sekolah" kendati pada mulanya kata "sekolah" itu sendiri bukan berasal
dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola.

Sungguhpun secara teknis, yakni dalam proses belajar-mengajarnya secara


formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah, namun di Indonesia madrasah tidak
lantas dipahami sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni
"sekolah agama", tempat di mana anak-anak didik memperoleh pembelajaran hal-ihwal
atau seluk-beluk agama dan keagamaan (dalam hal ini agama Islam).

Dalam prakteknya memang ada madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu


keagamaan (al-'ulum al-diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah-
sekolah umum. Selain itu ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada pelajaran
ilmu-ilmu agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah. Kenyataan bahwa kata
"madrasah" berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami "madrasah" sebagai lembaga
pendidikan Islam, yakni "tempat untuk belajar agama" atau "tempat untuk memberikan
pelajaran agama dan keagamaan".

Para ahli sejarah pendidikan seperti A.L.Tibawi dan Mehdi Nakosteen, mengatakan


bahwa madrasah (bahasa Arab) merujuk pada lembaga pendidikan tinggi yang luas di
dunia Islam (klasik) pra-modern. Artinya, secara istilah madrasah di masa klasik Islam
tidak sama terminologinya dengan madrasah dalam pengertian
bahasa Indonesia. Para peneliti sejarah pendidikan Islam menulis kata tersebut secara
bervariasi misalnya, schule Nakosteen menerjemahkan madrasah dengan kata university
(universitas). la juga menjelaskan bahwa madrasah-madrasah di masa klasik Islam itu
didirikan oleh para penguasa Islam ketika itu untuk membebaskan masjid dari beban-
beban pendidikan sekuler-sektarian. Sebab sebelum ada madrasah, masjid ketika itu
memang telah digunakan sebagai lembaga pendidikan umum. Tujuan pendidikan
menghendaki adanya aktivitas sehingga menimbulkan hiruk-pikuk, sementara beribadat
di dalam masjid menghendaki ketenangan dan kekhusukan beribadah. Itulah sebabnya,
kata Nakosteen, pertentangan antara tujuan pendidikan dan tujuan agama di dalam
masjid hampir-hampir tidak dapat diperoleh titik temu. Maka dicarilah lembaga
pendidikan alternatif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan umum,
dengan tetap berpijak pada motif keagamaan. Lembaga itu ialah madrasah.

George Makdisi berpendapat bahwa terjemahan kata "madrasah" dapat disimpulkan


dengan tiga perbedaan mendasar yaitu: Pertama, kata universitas, dalam pengertiannya
yang paling awal, merujuk pada komunitas atau sekelompok sarjana dan
mahasiswa, Kedua; merujuk pada sebuah bangunan tempat kegiatan pendidikan setelah
pendidikan dasar (pendidikan tinggi) berlangsung. Ketiga; izin mengajar (ijazah al-tadris,
licentia docendi) pada madrasah diberikan oleh syaikh secara personal tanpa kaitan apa-
apa dengan pemerintahan.

Erat kaitannya dengan penggunaan istilah '''madrasah" yang menunjuk pada lembaga


pendidikan, dalam perkembangannya kemudian istilah "madrasah" juga mempunyai
beberapa pengertian di antaranya: aliran, mazhab, kelompok atau golongan filosof dan
ahli fikir atau penyelidik tertentu pada metode dan pemikiranyang sama.10 Munculnya
pengertian ini seiring dengan perkembangan madrasah sebagai lembaga pendidikan
yang di antaranya menjadi lembaga yang menganut dan mengembangkan pandangan
atau aliran dan mazdhab pemikiran (school of thought) tertentu.

Pandangan-pandangan atau aliran-aliran itu sendiri timbul sebagai akibat perkembangan


ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan ke berbagai bidang yang saling mengambil
pengaruh di kalangan umat Islam, sehingga mereka dan berusaha untuk
mengembangkan aliran atau mazhabnya masing-masing, khususnya pada periode Islam
klasik. Maka, terbentuklah madrasah-madrasah dalam pengertian kelompok pemikiran,
mazhab, atau aliran tersebut. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar madrasah yang
didirikan pada masa klasik itu dihubungkan dengan nama-nama mazhab yang terkenal,
misalnya madrasah Safi'iyah, Hanafiyah, Malikiyah dan Hambaliyah. Hal ini juga berlaku
bagi madrasah-madrasah di Indonesia, yang kebanyakan menggunakan nama orang
yang mendirikannya atau lembaga yang mendirikannya.

1. Apa itu manajemen Berbasis madrasah?


Pengertian Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) sebagai suatu
konsep yang menempatkan kekuasaan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat
dengan proses belajar mengajar.
2. Apa saja yang harus dikelola dalam sebuah madrasah?
pengelolaan madrasah yang efektif terdapat enam komponen
yang perlu dikelola dengan baik yaitu: kurikulum dan program
pengajaran tenaga pendidik dan kependidikan kesiswaan, keuangan,
sarana prasarana pendidikan dan hubungan madrasah dengan
masyarakat
3. Apa itu manajemen LPI?
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif" dan efisien
4. Apa yang dimaksud dengan konsep manajemen?
Apa itu Konsep Manajemen Menurut Robert L. Trewelly dan M.
Gene Newport Manajemen didefinisikan sebagai proses perencanaan
pengorganisasian penggerakkan dan pengendalian operasi organisasi
untuk mencapai koordinasi sumber daya manusia dan material yang
penting dalam pencapaian tujuan yang efektif dan efisien
5. Apa itu manajemen perguruan tinggi?
Pengertian manajemen perguruan tinggi menurut Biro
Perencanaan Depdikbud dalam Suhar saputra (2015) adalah
perencanaan pengorganisasian kepemimpinan pengendalian sumber
daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya dengan
6. Apa yang dimaksud dengan manajemen keuangan pendidikan?
Secara garis besar, manajemen keuangan sekolah adalah
kegiatan pengelolaan keuangan sekolah. Kegiatan tersebut meliputi:
perencanaan anggaran, pengorganisasian, pembukuan, pelaksanaan
atau pembelanjaan, pengawasan dan terakhir pertanggungjawaban.

Anda mungkin juga menyukai