Manajemen Keuangan
Tujuan dari manajemen keuangan atau pembiayaan adalah selain menciptakan efisiensi
keuangan atau pembiayaan adalah selain menciptakan efisiensi keuangan di semua pos
kebutuhan, juga sebagai bentuk pertanggungjawaban para pejabat tingkat
sekolah/madrasah kepada masyarakat dan pemerintah. Secara garis besar, pengeluaran
dari suatu sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi dua, yakni pembiayaan rutin dan
pembiayaan pembangunan. Pembiayaan rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari
tahu ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non-guru), biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat pengajaran. Sementara pembiayaan
pembangunan, misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan gedung, penambahan furniture, serta biaya pengeluaran lain untuk
barang-barang yang tidak habis pakai.[10]
Manajemen sarana dan prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan
mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas
Negeri Malang, manajemen sarana prasarana adalah “proses kerjasama pendayagunaan
semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.”Pengadaan sarana
dan prasarana bisa ditempuh dengan cara (a) pembelian dengan biaya dari pemerintah,
(b) pembelian dengan biaya SPP, atau (c) bantuan dari masyarakat pengguna
pendidikan. [9]
1 Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 191
3 Rusman, M. Pd. Manajemen kurikulum, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2009) hlm 21
Manajemen kurikulum merupakan bagian internal dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasi dan
merelevansikan kebutuhan daerah dan kondisi di sekolah yang bersangkutan
sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan
peserta didik maupun dengan lingkungan sekolah. 4 Pokok kegiatan pertama
studi manajemen kurikulum adalah meliputi bidang perencanaan dan
pengembangan, pelaksana dan perbaikan kurikulum.
2. Komponen- Komponen Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-
komponen tertentu. Komponen- komponen apa saja yang membentuk
kurikulum itu? Bagaiman keterkaitan antar komponen-komponen itu?
Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu
komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling
berkaitan satu sama lain.5
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin
diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Dalam skala mikro tujuan kurikulum berhubungan dngan visi dan misi
sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit. Seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
b. Komponen Isi atau Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebh banyak menitik beratkan pada
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek
4 Ibid, hlm 4
5 Dadang Suhardan dkk, Manajemen Penididikan (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm 194
yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (Sikap
atau perilaku), dan psikomotorik (Ketrampilan atau skill) yang terdapat
pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan dari semua aspek tersebut.
c. Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metodeyang
desuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam
setiap pokok bahasan.
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks
pengembangan kurikulum evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. 6
2. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum pada dasarnya tidak terlepas dari visi
pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan memperbaiki
kehidupan nasional yang tertera dalam garis besar hukum negara. Oleh
karena itu, pengembangan tersebut hendaknya mengakomodasi tuntutan-
tuntutan sistematik. Secara konseptual lembaga pendidikan optimis akan
mampu memenuhi tuntunan reformasi pembangunan nasional si atas dapat
dibangun melalui perubahan kurikulum yang berusaha membekali peserta
didik untuk menjadi subjek pembangunan yang mampu menampilkan
PENDAHULUAN
Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal dari sesuatu.[3] Asal
mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa, acuan, ikatan, badan atau
organisasi yang mempunyai tujuan jelas terutama dalam bidang keilmuan.
Menurut ensiklopedi Indonesia, lembaga pendidikan yaitu suatu wadah pendidikan yang
dikelola demi mencapai hasil pendidikan yang diinginkan.[4]
Badan pendidikan sesungguhnya termasuk pula dalam alat-alat pendidikan, jadi
badan/lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang karena
sesuatu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan wajar.
Secara terminology lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu mengandung konkirit
berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-
norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu
sendiri.[5]
1. Rumah Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak
sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, famili, saudara-
saudara, teman sepermainan dan kenalan pergaulan.
2. Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk
sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang
profesional.
3. Kesatuan Sosial, yaitu pendidik tertier yang merupakan pendidikan yang terakhir
tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat- istiadat, suasana
masyarakat setempat.[6]
BENTUK-BENTUK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dalam Islam, keluarga dikenal dalam istilah usra, nasl,’Ali, dan nasb. Keluarga dapat
diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, isteri), persusuan dan
pemerdekaan.Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban yang
berbeda karena perbedaan kodratnya. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah SWT di muka
bumi.
Artinya : Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-
Jumu’ah : 10).[7]
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan
Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena
anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 233).[8]
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak
anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian yang kemudian dapat dikembangkan
dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut
tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan
mengombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan tersebut, sehingga
mesjid, pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan
keluarga.
Oleh karena itu, mesjid merupakan lembaga kedua setelah pendidikan keluarga.
Implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
Pada tahap berikutnya Kuttab mengalami perkembangan pesat , karena di dukung dana
dari iuran pendidikan dari masyarakat, serta adanya rencana-rencana yang harus
dipatuhi oleh pendidik dan anak didik.Di Indonesia istilah Kuttub lebih dikenal dengan
istilah pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam yang didalamnya
terdapat seorang Kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)
dengan sarana mesjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut,
serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian,
ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya Kiai, santri, mesjid dan pondok.[11]
3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang
terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka.
4. Prinsip Amar Ma’ Ruf dan Nahi Mungkar dan Membebaskan Manusia dari Belenggu-
belenggu Kenistaan.
5. Prinsip Pengembangan Daya Pikir, Daya Nalar, Daya Rasa Sehingga Dapat
Menciptakan Anak Didik yang Kreatif dan Dapat Memfungsikan Daya Cipta dan
Karsanya.
Pendidikan Islam (tarbiyah al-Islamiyah) oleh para ahli sering diartikan sebagai proses
pemeliharaan, pengembangan dan pembinan.[12] Secara terminologis pendidikan
merupakan proses perbaikan, penguatan dan penyempurnaan terhadap semua
kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang
ada dalam masyarakat.[13] Muhammad Hamid an-Nashir dan Kulah Abd al-Qadir Darwis
mendifinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia
(ri’ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial dan
keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan. Dari keterangan di
atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan
perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna.[14]
Ilmu ialah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai
metode-metode yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan ilmu adalah suatu
uraian yang tersusun secara lengkap tentang suatu keberadaan, tentang segi-segi dari
keberadaan tertentu. Segi-segi saling terkait, mempunyai hubungan sebab akibat,
tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu. Jadi ilmu pendidikan
Islam ialah ilmu yang mempelajari cara-cara dan usaha untuk menuju berhasilnya
pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.
Ilmu pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup sangat luas, karena di dalamnya
penuhnya dengan segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung ataupun
tidak langsung.
Objek ilmu pendidikan Islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia
pengalaman. Diantara objek atau segi ilmu pendidikan Islam dalam situasi pendidikan
Islam ialah:
1. Perbuatan mendidik itu sendiri, yaitu seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan
dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik.
2. Anak didik, yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hayalah
untuk membawa anak didik ke arah tujuan pendidikan islam yang kita cita-citakan.
3. Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaiu landasan yang menjadi fundamental serta
sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam itu dilakukan.
4. Pendidik yaitu Subjek yang melaksanakan pendidikan Islam dan pendidik ini
mempunyai peranan penting terhadap berlangsungnya pendidikan.
6. Metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik
untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
8. Alat-alat pendidikan Islam yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melakukan
pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
9. Lingkungan sekitar yaitu kedaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanan
serta pendidikan Islam.
Ilmu pendidikan Islam mempunyai fungsi yang bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut:
Model ilmu pendidikan Islam secara teoritis berbicara aspek filosofis, epistemologi, dan
pedagogis yang dalam operasionalnya berorientasi pada berikut:
2. Pendidik menganggap anak didik sebagai sumber pengetahuan, subjek dan partner
dalam proses belajar mengajar.
3. Peserta didik melakukan dialogis dengan berbagai pihak dalam proses belajar
mengajar dan menghayatinya kemudian merevisi sikap pandangannya sendiri.
Dengan pendekatan ini pendidikan menganggap manusia sebagai makhluk yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara jasmani dan rohani.
Menurut para pemikir pendidikan baik muslim atau non-muslim potensi dasar yang
dimiliki anak yang dan berkembang ini hanya dapat dilakukan dengan proses
pendidikan. Dimana pendidikan adalah mengarahkan dan melatih peserta didik untuk
mewujudkan cita cita Islami yaitu mencetak pribadi muslim yang memiliki intelektualitas
tinggi dan berbudi luhur.
1. Pendidik, dalam hal ini seorang pendidik harus memenuhi sebagai seorang
pendidik yang ideal. Dia harus matang dalam hal keilmuan, akhlak, dan sebagainya
sebagai penunjang untuk menjadi pendidik yang berkualitas. Karena dialah yang akan
menentukan akan jadi apa peserta didiknya nanti disamping potensinya sendiri yang
akan menentukan hidupnya. Tapi sedikit banyak seorang guru akan memiliki pengaruh
kepada sang murid.
3. Alat pendidikan adalah sarana yang penting dalam menunjang mutu pendidikan.
Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan bisa berupa fisik atau non-fisik yang terseleksi
mana yang lebih berguna. Disamping itu harus mengandung nilai efektif dan efisien yang
diperoleh secara halal sesuai dengan norma-norma Islam.
1. Dalam pandangan agama manusia diberi dua pilihan yaitu jalan sesat yang
mejerumuskan ke jurang nista dan jalan kebenaran yang menuntun manusia menuju
keridhaan Alloh. Sehingga merasakan bahagia dunia-akhirat.
Dilihat dari segi historis ada empat aspek ciri pokok perkembangan pendidikan yang
releven, sejalan dan seirama, yaitu ideal, institusional, dan materil. Ada tiga aspek
pendidikan dengan pendekatan sejarah, secara pedagogis anak didik diletakkan pada
posisi sentral untuk mengembangnkan kemampuan menciptakan hidup bernilai sejarah
dengan mengkaji sejarah masa lalu. Secara kurikuler anak didik dikenalkan pasang surut
kehidupan , positif-negatifnya dan tokoh-tokoh sejarah. Sedangkan secara epistemologi
anak diarahkan menangkap makna kehidupan sejarah. Sehingga bisa mengaktualisasikan
dalam kehidupannya.[16]
Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai
dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidikan sampai
akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penempatan,
pemberian kempensensi, penghargaan, pendidikan dan latihan pengembangan dan
pemberhentian. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan pegawai) mutlak harus
diterapkan oleh kepala sekolah agar dapat mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan hal ini, maka seorang
kepala sekolah harus dapat mencari, memposisikan, mengevaluasi, mengarahkan,
memotivasi, dan mengembangkan bakat setiap guru dan pegawainya serta mampu
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Ø Karakteristik Pendidikan Tinggi Islam dapat dilihat dari segi proses pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam sejak zaman nabi hingga masa kejayaan Islam.
Ø Karakteristik atau ciri khusus dari Pendidikan Tinggi Islam adalah adanya pewarisan
nilai-nilai ajaran agama Islam. Dapat dilihat dari segi kurikulum yang mengedapankan
mata pelajaran atau mata kuliah yang berbasis Islam dan secara komprehensif dan
terpadu.
Ø Konsep dasar pengembangan pendidikan Tinggi Islam melalui Al-Quran dan Hadist
seperti halnya dalam Firman Allah surah At-Taubah ayat 122 yang artinya “
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali padanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya”
Ø Tantangan Pendidikan Tinggi Islam itu dating dari Pendidikan Tinggi Umum secara
khususnya. Dikarenakan kenapa? Karena kurangnya daya tampung mahasiswa dalam
pendidikan Tinggi Islam, dan tantangan juga dating dari persoalan dunia kerja, sangat
sedikit lowongan perkerjaan yang berbasis Pendidikan Tinggi islam beda dengan
Pendidikan Tinggi Umum yang mengedepankan untuk mendapatkan pekeirjaan yang di
inginkan oleh mahasiswa. Tantangan juga dating dari diri mahasiswa itu sendiri, kenapa?
Karena kebanyakan mahasiswa sekarag terkadang gengsi dalam menuntut ilmu di
Pendidikan Tinggi Islam.
Ø Pengertian Pendidikan Tinggi Islam , bisa ditinjau dari segi sempit dan
luasnya. Pengertian sempit adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk
pentransferan atau penyaluran ilmu ( knowledge ) , nilai ( value ) dan
ketrampilan ( skill ) berdasarkan ajaran Islam dari seorang pendidik terhadap seorang
yang didiknya, guna terbentuk pribadi Muslim yang seutuhnya atau sesungguhnya. Hal
ini lebih bersifat proses pembelajaran , dimana ada pendidik, peserta didik dan ada
bahan ( materi ) yang disampaikan dengan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.
Sedangkan Pendidikan Tinggi Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses
penyaluran yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah,
pemikiran dan lembaga.
Ø Tantangan pendidikan Tinggi Islam saat ini jauh berbeda denagn tantangan
pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan pertengahan. Baik
secara internal maupun eksternal tantangan pendidikan Islam di zaman klasik dan
pertengahan cukup berat, namun secara psikologis dan ideologis lebih mudah diatasi.
Ø Selain itu beberapa problem utama yang mewarnai atmosfer dunia pendidikan Islam
pada umumnya setidaknya dapat di klasifikasikan dalam tiga hal. Jika dianalisis , maka
dapat disimpulkan bahwa problem-problem tersebut merupakan rangkaian yang saling
kait mengait dan berjalan secara beriringan. Yaitu;
1. Dikotomi
Ø Atau bisa juga pengertian dari manajemen pendidikan tinggi islam menurut unit 3
MPI UIN Ar-Ranirry “ suatu proses pemanfaatan sumber daya( umat islam dan lembaga
pendidikan) untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien guna
tercapainya kebahagian kesejahteraan dunia dan akhirat.
Ø Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
Ø Evaluasi kurikulum merupakan rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan
pendidikan serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Konsep nilai dan arti, dalam konteks penilaian terhadap suatu kurikulum memiliki makna
yang berbeda
Ø Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
Pengertian Madrasah
Kata "madrasah" juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari akar kata yang
sama yaitu "darasa", yang berarti "membaca dan belajar" atau "tempat duduk untuk
belajar". Dari kedua bahasa tersebut, kata "madrasah" mempunyai arti yang sama:
"tempat belajar". Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah"
memiliki arti "sekolah" kendati pada mulanya kata "sekolah" itu sendiri bukan berasal
dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola.