KEBANYAKAN ORGANISASI SAAT INI MENYADARI pentingnya menjadi organisasi pembelajaran: Mereka
harus belajar lebih baik dan lebih cepat atau mereka akan mati. Tantangan yang mereka
hadapi adalah, bagaimana? Banyak organisasi mencari pendekatan yang cepat dan mudah.
Yang lainnya hanya fokus pada satu atau dua aspek perubahan dan pembelajaran organisasi,
misalnya mendapatkan keahlian dan teknologi baru. Sebagai akibat dari berbagai usaha
mencari jalan pintas ini, kebanyakan perusahaan benar-benar gagal. Mereka menolak
mempertimbangkan rumitnya menciptakan dan mempertahankan pembelajaran di seluruh
bagian perusahaan. Mereka tidak memahami dan mengimplementasikan berbagai komponen
BAB
24
Organisasi
Manusia
Pengetahuan
Teknologi
Subsistem Pembelajaran
Pembelajaran merupakan subsistem ini dari organisasi pembelajaran. Pembelajaran terjadi di
level individu, kelompok, dan organisasi.
Keahlian pemikiran sistem, model mental,
penguasaan personal, pembelajaran sendiri, dan dialog sangat dibutuhkan untuk
memaksimalkan pembelajaran organisasi. Subsistem pembelajaran merujuk pada beberapa
level dan jenis pembelajaran yang penting bagi pembelajaran organisasi dan keahlian
organisasi yang relevan (lihat Gambar 2).
Level-Level Pembelajaran
Ada tiga level berbeda namun saling terkait dalam organisasi pembelajaran:
25
Level
Model Organisasi Pembelajaran Sistem
Individu
Kelompok/Tim
Organisasi
Jenis
Adaptif
Antisipatif
Tindakan
Keahlian
Pemikiran sistem
Model mental
Pembelajaran
Penguasaan
personal
Pembelajaran
sendiri
Dialog
Gambar 2 Subsistem Pembelajaran
Pembelajaran individu merujuk pada berbagai perubahan dalam hal keahlian, gagasan,
pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh lewat pembelajaran sendiri, pengajaran
menggunakan teknologi, dan pengamatan.
Pembelajaran kelompok atau tim mencakup peningkatan pengetahuan, keahlian, dan
kompetensi yang dicapai oleh dan di dalam kelompok.
Dan pembelajaran organisasi menggambarkan peningkatan kemampuan intelektual dan
kemampuan produktif yang diperoleh lewat komitmen terhadap, dan lewat peluang untuk,
perbaikan terus menerus di seluruh bagian organisasi.
Jenis-Jenis Pembelajaran
Tiga metode atau pendekatan pembelajaran ini sangat penting dan bernilai bagi organisasi
pembelajaran. Meski masing-masing memang berbeda, seringkali ketiganya saling tumpang
tindih dan saling melengkapi.
Pembelajaran adaptif terjadi saat kita merefleksi pengalaman masa lalu dan kemudian
mengubah tindakan kita di masa depan.
Pembelajaran antisipatif adalah proses pemerolehan pengetahuan lewat membayangkan
berbagai kemungkinan masa depan (pendekatan yang bergerak dari membayangkan, ke
tindakan, ke refleksi). Pendekatan pembelajaran ini berusaha untuk menghindari hasil
negatif, dan pengalaman negatif, dengan mengidentifikasi peluang masa depan terbaik serta
menentukan cara untuk mencapai masa depan tersebut.
Pembelajaran tindakan berarti menggali dan merefleksi realita saat ini (ketika tindakan
dilakukan) dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk mengembangkan individu,
kelompok, dan organisasi.
26
Subsistem Organisasi
Organisasi sendiri, seting dan badan dimana proses pembelajaran terjadi, merupakan sebuah
subsistem organisasi pembelajaran. Empat dimensi atau komponen utama untuk subsistem
ini adalah visi, budaya, strategi, dan struktur (lihat Gambar 3).
27
Visi melingkupi harapan, sasaran, dan arah masa depan sebuah perusahaan.
Visi
merupakan gambaran organisasi yang ditumbuhkan dalam perusahaan itu sendiri dan
kemudian disebarkan ke semua pihak diluar organisasi. Budaya organisasi pembelajaran
mendukung visi perusahaan yang terus berubah, dimana pembelajaran dan pembelajar
menciptakan berbagai produk dan jasa baru yang terus menerus berkembang.
Budaya merujuk pada nilai, keyakinan, praktek, ritual, dan kebiasaan organisasi. Budaya
membantu membentuk perilaku dan mencetak persepsi. Dalam organisasi pembelajaran,
budaya perusahaan adalah budaya dimana pembelajaran diakui sebagai hal yang penting
bagi keberhasilan usaha; dalam organisasi semacam ini, pembelajaran menjadi sebuah
bagian yang tak terpisahkan dan sebuah kebiasaan dalam semua fungsi organisasi. Budaya
yang kaya dan bisa beradaptasi ini menciptakan hubungan dan meningkatkan pembelajaran
dengan mendorong berbagai nilai seperti kerja tim, manajemen diri, pemberdayaan, dan
berbagi. Budaya ini merupakan kebalikan dari arsitektur birokrasi yang tertutup dan kaku.
Strategi berhubungan dengan rencana kerja, metodologi, taktik, dan langkah-langkah yang
diterapkan untuk mewujudkan visi dan mencapai sasaran organisasi. Dalam organisasi
pembelajaran, strategi mengoptimalkan pembelajaran yang telah diperoleh, disebarkan, dan
digunakan di semua tindakan dan operasi perusahaan.
Visi
Struktur
Organisasi
Budaya
Strategi
Gambar 3 Subsistem Organisasi
28
Subsistem Manusia
Subsistem manusia dalam organisasi pembelajaran mencakup para manajer dan pemimpin
perusahaan, pegawai, konsumen, rekan usaha dan aliansi, pemasok, penjual, dan masyarakat
sekitar (lihat Gambar 4). Tiap kelompok bernilai besar bagi organisasi pembelajaran, dan
semua harus diberdayakan dan diberi kesempatan untuk belajar.
Sebagai pembelajar, para manajer dan pemimpin perusahaan melaksanakan pelatihan,
pembimbingan, dan pencontohan dengan tanggung jawab utama untuk memunculkan dan
memperbesar peluang pembelajaran bagi orang-orang di sekitar mereka.
Pegawai diberdayakan dan diharapkan untuk belajar, merencanakan kompetensi masa
depan mereka, mengambil tindakan dan resiko, dan memecahkan masalah.
Para konsumen berpartisipasi dengan mengidentifikasi kebutuhan, menerima pelatihan,
dan pembangunan hubungan dengan organisasi pembelajaran.
Manajer
dan
Pemimpin
Pegawai
Masyarakat
Manusia
Konsumen
Pemasok
dan
Penjual
Gambar 4 Subsistem Manusia
Rekan
Bisnis &
Aliansi
29
Rekan bisnis dan aliansi diuntungkan dengan berbagi kompetensi dan pengetahuan.
Model Organisasi Pembelajaran Sistem
Pemasok dan penjual menerima dan berkontribusi pada berbagai program pengajaran.
Berbagai kelompok masyarakat seperti agensi sosial, agensi pendidikan, dan agensi
ekonomi saling berbagi dalam memberikan dan menerima pembelajaran.
Subsistem Pengetahuan
Subsistem pengetahuan dalam organisasi pembelajaran mengelola pemerolehan dan
penciptaan pengetahuan bagi organisasi. Subsistem ini mencakup pemerolehan, penciptaan,
penyimpanan, analisis dan penggalian data, penyebaran, dan penerapan serta validasi
pengetahuan (lihat Gambar 5).
Keenam elemen pengetahuan dalam organisasi pembelajaran bersifat terus menerus dan
interaktif, alih-alih sekuensial dan terpisah-pisah. Distribusi informasi terjadi lewat sejumlah
saluran, masing-masing dengan kerangka waktu berbeda. Manajemen pengetahuan terus
menerus diteruskan lewat filter persepsi serta lewat tindakan proaktif dan reaktif.
Pemerolehan
Penciptaan
Penerapan dan
Validasi
Pengetahuan
Gambar 5 Subsistem Pengetahuan
Penyimpana
n
Penyebaran
Analisis dan
Penggalian
data
30
Subsistem Teknologi
Subsistem teknologi terdiri dari mendorong, mengintegrasikan jaringan teknologi dan
perangkat informasi yang memungkinkan akses ke dan pertukaran informasi dan
pembelajaran. Subsistem ini mencakup berbagai proses teknis, sistem, dan struktur untuk
kolaborasi, pelatihan, koordinasi, dan berbagai keahlian pengetahuan lainnya. Subsistem ini
melingkupi semua perangkat elektronik dan metode canggih untuk pembelajaran, seperti
simulasi, konferensi komputer, dan kolaborasi.
Semua perangkat ini digunakan untuk
menciptakan jalan bebas hambatan pengetahuan.
Dua komponen utama subsistem teknologi diterapkan untuk mengelola pengetahuan dan
peningkatan pembelajaran (lihat Gambar 6).
31
Culture
Model Organisasi Pembelajaran Sistem
Teknologi
Teknologi untuk mengelola pengetahuan merujuk pada teknologi berbasis komputer yang
mengumpulkan, mengkodekan, menyimpan, dan menyebarkan informasi ke seluruh bagian
organisasi dan ke seluruh dunia.
Teknologi untuk meningkatkan pembelajaran melibatkan penggunaan video, audio, dan
pelatihan multimedia berbasis komputer yang bertujuan untuk menyampaikan dan
mengembangkan pengetahuan dan keahlian.
Mengelola
Pengetahuan
Meningkatkan
Pembelajaran
32
untuk terus menerus beradaptasi, memperbaharui, dan memperbaiki diri untuk menanggapi
lingkungan yang terus berubah.
Seperti yang akan kita lihat di bab 5, ada sebuah iklim perusahaan yang mendorong,
menghargai, dan mempercepat pembelajaran individu dan kelompok.
Para pegawai
membentuk jaringan secara inovatif seperti sebuah komunitas, baik di dalam maupun di luar
organisasi. Perubahan dirangkul, dan kejutan yang tidak terduga dan bahkan kegagalan
dianggap sebagai peluang untuk belajar. Semua orang didorong oleh keinginan untuk
menjadi lebih baik secara berkualitas dan terus menerus.
Aspirasi, refleksi, dan
konseptualisasi mencirikan kegiatan harian. Para pegawai akan memiliki akses tak terbatas
terhadap informasi dan sumber daya data yang sangat penting bagi keberhasilan perusahaan.
Organisasi yang menerapkan dan mengintegrasikan kelima subsistem dalam model ini
akan memiliki kemampuan luar biasa untuk
Mengantisipasi dan beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan
Mempercepat perkembangan produk, proses, dan jasa.
Pembelajaran harus dihubungkan dengan kebutuhan usaha mendasar dan hasil yang
dituntut oleh para manajer, konsumen, rekan kerja, dan para pemegang saham. Mereka akan
mengukur efektivitas pembelajaran bukan dengan menghitung jumlah kelas pelatihan atau
jumlah peserta yang hadir, tapi berdasarkan kinerja usaha. Dalam perusahaan-perusahaan
ini, pembelajaran mendasari hasil usaha seperti pemerolehan pegawai berbakat, manajemen
saluran usaha, kapasitas kepemimpinan, waktu siklus usaha yang lebih singkat, peluncuran
produk baru yang lebih cepat, integrasi merjer
33
dan akuisisi, manajemen resiko dan kepatuhan hukum, serta pemeliharaan dan kepuasan
Model Organisasi Pembelajaran Sistem