Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“upaya pemenuhan hak anak melalui PAUD holistik


integratif”

Dosen Pengampuh :

Disusun Oleh :

Ratna marisa

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022

KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat

menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “upaya pemenuhan

hak anak melalui PAUD holistik integratif”. makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan dan penulis................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Paud.......................................4


B. Holistik Integratif..................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan
di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan
potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini
merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di
masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan
kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-
usia berikutnya.
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia
dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28
ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan
pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian,
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003).
Pendidikan kita selama ini memandang sekolah sebagai tempat
untuk menyerahkan anak didik sepenuhnya. Sekolah dianggap sebagai
tempat segala ilmu pengetahuan dan diajarkan kepada anak didik. Cara
pandang ini sangat keliru mengingat sistem pendidikan juga harus
dikembangkan di keluarga. Sekolah hanyalah sebagai instrumen untuk
memperluas cakupan dan memperdalam intensitas penanaman cita-
cita sosial budaya yang tidak mungkin lagi dikembangkan melalui
mekanisme keluarga (Mukhlishah, 2002).

1
2

Dewasa ini telah terjadi pergeseran arah perubahan kebijakan di


bidang pendidikan, di mana kini bidang pendidikan diletakkan pada
desentralisasi yang kemudian menempatkan/menyerahkan pendidikan
menjadi bagian dari otonomi daerah. Sehingga pendidikan yang selama
ini dikelolah secara sentralistik harus diubah mengikuti irama yang
sedang berkembang di daerah.
Di era reformasi saat ini, terjadi perubahan cukup mendasar di
bidang pendidikan dengan diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang kemudian
disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang telah meletakkan sektor
pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan dan UU No.20
Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
sebagai pengganti UU No.2 Tahun 1989. Hal ini menunjukkan bahwa
otonomi pendidikan sudah dicanangkan dan tidak lagi menganut sistem
sentralistik, tetapi lebih bertumpu pada dua paradigma baru yaitu
desentralisasi dan otonomi. Artinya, banyak hal yang sudah
dipercayakan untuk ditangani dan dikelola oleh daerah bahkan sekolah.
Demikian pula dalam penyelenggaraan PAUD, dapat diawali dari
pendirian PAUD yang terintegrasi dari Posyandu setempat, yang
kemudian dinamai POS PAUD. Sistem pengelolaannya sangat
sederhana, dan dikelola oleh kader Posyandu serta tenaga pendidik
yang kadang juga merupakan salah satu wali murid atau orang tua
AUD peserta Posyandu.
Meskipun demikian penyelenggaraan lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini ( PAUD ) yang kini kian menjamur, masih asing bagi warga
pedesaan, khususnya bagi mereka yang setiap harinya selalu bergelut
dengan padi dan sawah. Belum terpikir oleh mereka jika anak balita
mereka sudah selayaknya masuk dalam dunia pendidikan usia dini
3

sebelum balita mereka tumbuh besar dan siap menerima jenjang


pendidikan di sekolah dasar.
Penyelenggaraan PAUD yang berada di wilayah pedesaan juga
terbentur pada kondisi ekonomi masyarakat yang tergolong kurang
mampu. PAUD sebagai lembaga pendidikan akan dipandang sebelah
mata,. Dalam pola pikir mereka tersirat bahwa pendidikan identik
dengan biaya yang mahal dan jika anak - anak disekolahkan pada usia
dini maka kebutuhan ekonomi akan meningkat. Jika pola pikir yang
demikian terus berlanjut maka itu berarti sebagian penerus dan pengisi
kemerdekaan bangsa ini telah kehilangan momentum penting dalam
hidupnya, yaitu layanan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ).
Bertolak pada hal tersebut, kini masyarakat tidak ragu lagi
mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis masyarakat.
Meskipun secara teori tidak banyak mereka pahami, namun hal
tersebut sudah mereka laksanakan dengan cukup baik. Alasan
penyelenggaraan PAUD berbasis masyarakat diantaranya adalah
keterbatasan dana pemerintah, serta penguatan masyarakat madani.
Sedangkan salah satu tujuannya adalah untuk mendukung prakarsa
pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat terhadap
sekolah, khususnya orang tua dan masyarakat melalui kebijakan
desentralisasi.
Untuk berperan sebagai kekuatan pendidikan nasional, sekaligus
untuk memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya kepada
masyarakat, maka Pendidikan Berbasis Masyarakat harus
mengedepankan; pertama, pola pengembangan yang melibatkan
seluruh potensi di dalam masyarakat  untuk turut bertanggung jawab
mengenai mutu pendidikan setempat khususnya, dan mutu pendidikan
nasional pada umumnya.
Kedua,  pola berbasis masyarakat mengutamakan pengelolaan
sendiri pendidikan di dalam konteks masyarakat, meliputi; penentuan
prioritas program pendidikan yang khas, penyediaan dana operasional
4

dan infrastruktur, pengadaan tenaga-tenaga yang kompeten,


pelaksanaan dan pemantauan secara menyeluruh, penilaian dan
peningkatan efisiensi dan efektifitas.
Mengingat anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka
pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh dan
menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral. Sehingga perlu
dikembangkan strategi pengelolaan PAUD yang berbasis masyarakat
secara holistik (menyeluruh) serta terintegrasi. Disebut Holistik-
Integratif karena program layanan yang diberikan tidak hanya bergerak
dalam bidang pendidikan saja, namun juga mencakup program layanan
yang terkait dengan kesehatan dan gizi, pengasuhan, serta
perlindungan anak
B. Rumusan masalah
1. Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Paud
2. Holistik Integratif

C. Tujuan
1. Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Paud
2. Holistik Integratif
BAB II

PEMBAHASAN

A. UPAYA PEMENUHAN HAK ANAK MELALUI PAUD HOLISTIK


INTEGRATIF
1. Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Paud
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dan utama dalam
kehidupan kita. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan,
dimana dalam hal ini telah tercantum dalam pasal 31 UUD 1945.
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kita
untuk menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Banyak
pendapat dari para ahli filsafat, tentang arti dari pendidikan itu. Tetapi
secara garis besar pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan yang kita terima
tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan in-formal,
dan pendidikan non-formal.
Disebutkan secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional, bahwa pendidikan
akan dimulai sejak usia dini, jadi bukan lagi setelah berusia sekolah.
Lebih lanjut disebutkan dalam undang-undanga tersebut (Bab I,
pasal 1, butir 14) bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.1

1
Zakiyah, Lailatuz, . Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Paud Jombang 15 November
2000. Hal. 90

5
6

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling


mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum pendidikan dasar. Tidak mengherankan
apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Di Indonesia
sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini telah
ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada
puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003,
Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan
pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan
terbaik anak Indonesia.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode
ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali
berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap
perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan
orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah
terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika
anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004). Hal ini
berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4
tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi
pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini
merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara
masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti
habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam
bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari
7

lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan


kemampuan anak.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk
memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih
penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak.
Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses
stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran
yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak
usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti
halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman
sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan
kondisi dan perkembangan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal.
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dan utama dalam
kehidupan kita. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan,
dimana dalam hal ini telah tercantum dalam pasal 31 UUD 1945.
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kita
untuk menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Banyak
pendapat dari para ahli filsafat, tentang arti dari pendidikan itu. Tetapi
secara garis besar pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan yang kita terima
tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan in-formal,
dan pendidikan non-formal..
8

Disebutkan secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional, bahwa pendidikan
akan dimulai sejak usia dini, jadi bukan lagi setelah berusia sekolah.
Lebih lanjut disebutkan dalam undang-undanga tersebut (Bab I,
pasal 1, butir 14) bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut..
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling
mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum pendidikan dasar. Tidak mengherankan
apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Di Indonesia sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini
telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada
puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003,
Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan
pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan
terbaik anak Indonesia.
2. Holistik Integratif
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara
9

yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20/2003 BAB


II Pasal 3)
Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru
serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan
anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah :
1) Dapat mengidentifikasikan perkembangan fisiologis anak usia dini
dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam
pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2) Dapat memahai perkembangan kreatifitas anak usia dini dan
usaha-usaha yang terkait dengan perkembangannya
3) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan
perkembangan anak usia dini.
4) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.
5) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi
perkembangan anak kanak-kanak

Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah :

 Membentuk anak indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang


tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan
dimasa dewasa.
 Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
 Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat
menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi yaitu dimensi
perkembangan anak (bahasa, itelektual, emosi, sosial, motorik,
konsep diri, bakat dan minat).
10

 Melakukan deteksi diri terhadap kemungkinan terjadinya


gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-
potensi yang dimiliki anak.

Tujuan manajemen PAUD secara holistik dan integratif adalah


agar seluruh kebutuhan esensial anak usia dini dapat terpenuhi,
sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangan dan usianya. Sasaran pengembangan PAUD
secara holistik integratif terbagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
tidak langsung. Sasaran langsungnya meliputi anak usia dini sejak janin
dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun. Sasaran tidak langsung
meliputi orang tua, keluarga, kader, tenaga kesehatan dan gizi,
pendidik, pengasuh, masyarakat, organisasi sosial masyarakat, para
pengambil kebijakan, berbagai provider dan stakeholder lainnya yang
relevan dengan terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini. 2

2
Hendrawanto, Lilik,  Bebek Besar Investasi Masa Depan ( Belajar, Bermain, Kreatif
Berbasis Swadaya Masyarakat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dan utama dalam
kehidupan kita. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan, dimana
dalam hal ini telah tercantum dalam pasal 31 UUD 1945. Oleh karena
itu, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kita untuk
menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Banyak pendapat dari
para ahli filsafat,
Masyarakat memiliki potensi untuk mengembangkan pendidikan
berbasis masyarakat dengan memobilisasi masyarakat dalam bertindak
untuk memecahkan masalah pendidikan yang ada di lingkungannya.
Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat dapat dikembangkan
dengan tetap mengacu kepada kurikulum dan evaluasi pendidikan,
serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka
pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh dan
menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral. Sehingga perlu
dikembangkan strategi pengelolaan PAUD yang berbasis masyarakat
secara holistik (menyeluruh) serta terintegrasi
B. Saran
Dengan adanya karya tulis ini, penulis merekomendasikan agar
para pengelola PAUD dapat memahami potensi lokal yang ada, dalam
mengembangkan pengelolaan PAUD secara maksimal. Karena
bagaimanapun hanya masyarakat di lingkungan PAUD lah yang
memahami kebutuhan layanan AUD serta memahami keadaan
ekonomi mayarakat.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Imron. 2009. Penyelenggaraan PAUD. Jakarta : Rajawali, C.V

Deputi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Bidang SDM dan Kebudayaan.


2012. Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-
Integratif (Disampaikan Dalam Tematic Education Dialogue on
ECD)Jakarta. Direktorat PAUD 2008.

Hendrawanto, Lilik,  Bebek Besar Investasi Masa Depan ( Belajar,


Bermain, Kreatif Berbasis Swadaya Masyarakat

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58


tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Zakiyah, Lailatuz, . Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Paud Jombang


15 November 200

Anda mungkin juga menyukai