TENTANG:
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN FORMAL DI SMP DAN MTs
OLEH :
KELOMPOK 6
DELI RAHMADANI 2030103018
HANIFAH FITRI 2030103031
ULVIA NOVITRI 2030103101
DOSEN PENGAMPU:
VICKY RIZKI FEBRIAN, M.Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyelenggaraan Pendidikan Formal di SMP ............................................ 3
B. Penyelenggaraan Pendidikan Formal di MTs ........................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Oleh Hadari Nawawi (1993: 220) mengelompokkan
pendidikan ini kepada lembaga pendidikan yang kegiatannya dilaksanakan
dengan sengaja, berencana, sistematis dalam rangka membantu peserta
didik dalam mengembangkan potensinya agar mampu menjalankan
kekhalifahnnya.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai dengan
18 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih
tinggi. Pendidikan menengah merupakan awal dari penguatan dan
pengembangan potensi dominan peserta didik yang terpotret pada jenjang
pendidikan dasar. Dengan demikian, program belajar dan pembelajaran
pada jenjang pendidikan menengah harus memperhatikan pengembangan
potensi dominan peserta didik, sehingga program belajar pada jenjang
pendidikan menengah dapat mendukung suksesnya kehidupan peserta
didik, baik pengembangan individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Untuk mendukung keberhasilan pendidikan dasar dan menengah seperti
yang dikehendaki dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka penyelenggaraan jenjang
pendidikan dasar dan menengah harus memenuhi ketentuan tentang
standar nasional pendidikan, dalam aspek-aspek: isi kurikulum, lulusan,
proses pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sistem
pengelolaan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan,
dan sistem penilaian pendidikan.
1
Madrasah Tsanawiyah, yang selanjutnya disingkat MTs, adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama
yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam
pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk
lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau
setara SD atau MI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , penulis membuat rumusan masalah
yang sesuai dengan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan formal di SMP?
2. Bagaimana penyelengaaraan pendidikan formal di MTs?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang penulis dapatkan maka bisa di jelaskan tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan formal di SMP
2. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan formal di MTs
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyelenggaraan Pendidikan Formal di SMP
SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan pendidikan formal
pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan dan pembelajaran pada tingkat
SMP memberikan penekanan peletakan pondasi dalam menyiapkan
generasi agar menjadi manusia yang mampu menghadapi era yang
semakin berat. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 tahun 2003 pasal 17 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa
pendidikan dasar terdiri dari SD (Sekolah Dasar)/sederajat dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama)/sederajat.
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi
manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan
dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya
melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga agar memiliki daya
saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi
pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
3
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan
secara terencana, terarah, dan berkesinambungan (Permen No. 22 tahun
2006).
Dalam dunia organisasi, istilah penyelenggaran atau pengelolaan
pendidikan dan ada juga istilah manajemen pendidikan. Menurut
Suharsimi Arikunto (2018) mengemukakan manajemen pendidikan adalah
suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yag berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar efektif dan efesien. Dalam sistem pengelolaan
pendidikan harus mampu mengembangkan delapan standar yaitu :
1. Standar Isi
Aturan dalam standar isi mencakup komponen materi dan
tingkat kompetensi minimal yang dimiliki oleh siswa pada suatu
jenjang pendidikan. Standar isi memuat beberapa hal yaitu kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), dan kalender akademik. Adapun kata lain, standar
isi adalah standar yang mengatur materi dan komponen dari suatu
jenjang pendidikan demi tercapainya lulusan yang kompeten.
2. Standar Proses
Standar proses sangat berkaitan dengan proses pelaksanaan
pembelajaran di suatu jenjang pendidikan. Dalam menyelenggarakan
sebuah proses pembelajaran setiap instansi pendidikan harus
melakukan dengan interaktif, menyenangkan, inspiratif dan partisipatif
atau mengikutsertakan peserta didik dalam sebuah proses
pembelajaran.
5
Standar pengelolaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu standar
pengelolaan oleh pemerintah daerah, standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan dan standar pengelolaan oleh pemerintah.
7. Standar Pembiayaan
Proses pendidikan bisa diselenggarakan karena adanya
pembiayaan yang berkelanjutan. Pembiayaan dalam dunia pendidikan
terdiri dari tiga komponen yaitu: Biaya investasi, yang termasuk dalam
biaya investasi adalah penyediaan sarana dan prasarana, biaya untuk
penembangan sumber daya manusia, dan biaya untuk modal kerja
tetap. Biaya personal adalah biaya yang dibayarkan oleh peserta didik
agar bisa mengakses pendidikan secara berkelanjutan. Biaya operasi,
yang termasuk dalam biaya operasi ini adalah gaji serta tunjangan
untuk pendidik dan tenaga kependidikan, perlengkapan habis pakai,
termasuk juga biaya listrik, air, koneksi internet, dan lain-lain.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan mengatur segala hal yang
berakitan dengan prosedur penilaian pada peserta didik. Penilaian
dilakukan untuk mengatur keberhasilan pemahaman peserta didik
dalam keberhasilan proses pembelajaran selama ini. Penilaian
pendidikan terdiri dari tiga bagian yaitu penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian oleh satuan pendidikan, dan penilaian oleh
pemerintah.
9
e. Stimulus dan respon yang dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku.
Karena tujuannya adalah perubahan tingkah laku maka teori
pembelajaran yang digunakan adalah teori belajar behavioristik.
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 yang disempurnakan)
Kurikulum 1984 merupakanpenyempurnaan dari kurikulum
1975 dan mengunakan pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan
tetap penting meskipun sudah menggunakan pendekatan proses.
Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang
disempurnakan". Subjek belajarnya adalah siswa. Model seperti ini
yang dinakan aktif learning karena siswa yang akan selalu aktif dalam
pembelajaran. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Namun banyak sekolah yang
menerapkan dengan baik dan alhasil siswa tidak melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan hanya gaduh di kelas.
7. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum)
Kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi
kurikulum 1994. Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pada kurikulum ini terjadi perubahan dari sistem semester ke
sistem catur wulan. Dengan sistem catur wulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak. Tujuan pengajaran kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada
materi pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
Tujuan dan proses kurang berhasil dipadukan. Muatan nasional
dan muatan lokal sangat banyak porsinya. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-
isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
10
menjadi kurikulum yang super padat dan hasilnya juga kurang bagus.
Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang berorientasikan pada
mata pelajaran yang dikenal dengan yang dikenal dengan sebutan
Separate Subject Curriculum, yang di organisasikan dalam mata
pelajaran yang terpisah-pisah sehingga sering juga disebut sebagai
Separate Subject Curriculum.
8. Kurikulum 2004 “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep
pendekatan, strategi kurikulum yang menekankan pada penguasaan
berbagai kompetensi tertentu. Peserta didik tidak hanya menguasai
pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga keterampilan, sikap, minat,
motivasi dan nilai-nilai agar dapat melakukan sesuatu dengan penuh
tanggung jawab.
9. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Berdasarkan pengertiannya, Kurikulum merupakan seperangkat
program dan mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan. Di dalamnya berisi rancangan pendidikan
yang diberikan kepada para peserta didik dalam menjalani suatu
periode dalam pendidikan yang ditempuh. Penting bagi setiap lembaga
pendidikan dan peserta didik untuk mengetahui apa itu kurikulum.
Setiap penyusunan yang tertera dalam mata pelajarannya disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum
pun biasanya diselaraskan dengan maksud serta tujuan dari suatu
sistem pendidikan yang dilakukan. Kurikulum KTSP atau disebut juga
dengan Kurikulum 2006 menjadi salah satu kurikulum yang sudah
lama berlaku di Indonesia. Jadi, sudah diaplikasikan dalam
tingkat sekolah menengah pertama. Salah satu rujukan dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia adalah kurikulum KTSP.
Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari KTSP, maka dari itu
KTSP sering di sebut dengan KBK yang disempurnakan. Unsur
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang melekat pada KBK
11
serta adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan kurikulum yakni
yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS).
Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
secara yuridis telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 mengenai Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP ini
mengacu pada SKL (Standar Kompetensi Kelulusan) dan SI (Standar
Isi). Kedua susunan ini untuk mengatur pendidikan dasar serta
menengah. Di dalam KTSP, sebagian aturan kurikulum dikembangkan
sesuai keinginan pihak daerah maupun sekolah. KTSP lahir dari
semangat dari daerah-daerah bahwasannya pendidikan tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat saja melainkan juga
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, oleh sebab itu dilihat dari
pola atau model kurikulum pengembangannya KTSP merupakan salah
satu model kurikulum bersifat desentralisasi.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum lanjutan yang diarahkan
untuk mengembangkan kurikulum dengan berbasis kompetensi.
Kurikulum ini telah dirintis semenjak tahun 2004 yang mencakup
kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan secara padu.
Kurikulum 2013 juga diaplikasikan dalam sekolah menengah pertama.
Kurikulum tersebut mengedepankan berbasis karakter dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan serta dunia kerja. Hal ini
menjadi upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat,
terutama dalam penguasaan teknologi. Pengembangan kurikulum ini
didasari dengan pemikiran mengenai masa depan, kompetensi masa
depan, dan persepsi masyarakat. Terdapat perbedaan di dalam
kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya. Di dalamnya tertera
karakteristik dan dituangkan dalam Permendikbud No. 96 Tahun 2013.
Karakteristik pembeda tersebut antara lain, yaitu melakukan
keseimbangan antara sikap spiritual, kreativitas, rasa ingin tahu, kerja
sama dengan intelektual. Lalu, sekolah menjadi sarana masyarakat
12
untuk memberikan pengalaman terencana. Yang dimana setiap siswa,
terutama sekolah menengah pertama mampu menerapkan apa yang
dipelajari dituangkan dalam masyarakat. Dalam hal ini, kurikulum
2013 sesuai dengan perkembangan zaman.
Berkaitan dengan pengembangan kurikulum, kurikulum 2013
lebih menekankan pada pendidikan karakter, dengan harapan
melahirkan insan yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.
Meningkatkan proses dan hasil belajar yang diarahkan kepada
pembentukan budi pekerti dan peserta didik yang berakhlak mulia
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap anak didik secara holostik.
Kompetensi pengahuan, ketrampilan dan sikap ditentukan oleh rapor
dan merupakan penentuan kenaikan kelas dan kelulusan anak didik.
11. Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memilki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Rugu memiliki keleluasaan untuk memilih
berbagai peragkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar agar minat peserta didik. Projek untuk
menguatkan pencapaian profil belajar pancasila dikembagkan
berdasarkan tema tertentu yang diterapkan oleh pemerintah. Projek
tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Kurikulum Merdeka Belajar sendiri merupakan kurikulum
dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten
akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dari definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar SMP adalah
13
kurikulum baru yang diterapkan pada jenjang pendidikan SMP dengan
keberagaman pembelajaran intrakurikuler agar siswa dapat
menyesuaikannya dengan kompetensi dan bakat yang
dimiliki. Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka ini memberikan
siswa kebebasan dalam memilih mata pelajaran yang paling sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki. Selain itu,
kurikulum ini juga memberikan kebebasan pada guru dalam memilih
perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan belajar dan minat siswa.
Sejak diperkenalkan pada awal tahun 2022 lalu, Kurikulum
Merdeka Belajar ini sudah mulai diterapkan di berbagai sekolah di
Indonesia, baik pada jenjang pendidikan PAUD, SD, SMP, hingga
SMA/SMK. Penerapan kurikulum baru ini akan terus berlanjut hingga
di tahun 2024 semua sekolah sudah menerapkan Kurikulum Merdeka
Belajar.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan pendidikan formal
pada jenjang pendidikan dasar. Jenjang pendidikan formal ini merupakan
lanjutan dari siswa atau siswi yang telah menempuh kelulusan dari SD
(Sekolah Dasar). Jangka menempuh pendidikan tersebut selama 3 tahun,
terhitung dari kelas 7 sampai dengan kelas 9. Dulu, sekolah menengah
pertama ini disebut sebagai Sekolah Menengah Pertama (Sekolah
Menengah Pertama), hingga tahun ajaran 2003-2004 Sekolah Menengah
Pertama diubah namanya menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ada beberapa jenis pendidikan sekolah menengah pertama selain SMP
yaitu MTs (Madrasah Tsanawiyah), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa), dan Kelompok Belajar/ program paket B. Kurikukum yang
dipakai pada tingkat satuan SMP dan MTs yaitu sama hanya saja MTs
memiliki jumlah mata pelajaran dan jam pengajaran agama yang lebih
banyak daripada SMP.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa memiliki banyak
kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran agar pembuatan
makalah ini kedepannya lebih baik lagi
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2018. Evaluasi Program Pendidikan: pedoman teoritis
praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Insani, Farah Dina. 2019. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Sejak
Awal Kemerdekaan Hingga Saat Ini. Jurnal As-Shalam I. Vol 8. No 1
Irawati, Dini, dkk. 2022. Capaian Standar Pengelolaan Pendidkan Pada SD, SMP,
dan SMA di kota Bandung. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Vol 5. No 1
Mutia. 2019. Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung. Skripsi
Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Permendikbud No. 96 Tahun 2013 tentang Badang Standar Nasional Pendidikan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 17 tentang
Pendidikan Dasar