SARANA PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
MARDANI, M.Pd.I
Disusun Oleh :
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Permasalahan Pendidikan di
Indonesia”‘
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Citra Guru Profesional atau
yang lebih khususnya Membahas pengertian citra guru yang profesional, faktor-faktor
yang mempengaruhi citra guru, serta identifikasi dan contoh citra guru.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Citra Guru Profesional. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Permasalahan.........................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
3. ANGGARAN PENDIDIKAN................................................................................7
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN....................................................................................................11
B. SARAN................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pelaksanaan otonomi daerah, penyelenggaraan pendidikan
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Tujuan sebenarnya adalah
untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembangunan bidang pendidikan.
Namun kondisi saat ini tampaknya pemerintah kabupaten/kota dapat
dikatakan belum memiliki kesiapan.
B. Permasalahan
Masalah-masalah apa saja yang di hadapi Pemerintah dalam pelaksanaan
Pendidikan Dasar?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah apa saja yang di hadapi
Pemerintah dalam pelaksanaan Pendidikan Dasar1
1 Wahjoetomo, Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Gramedia Widiasarana. Jakarta. 1993.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. FUNGSI PENDIDIKAN DASAR
Fungsi Pendidikan adalah untuk mewujudkan/mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada peserta didik dalam konteks dimensi
kehidupan keberagamaan, moralitas, induvidualitas/personalitas, sosialitas,
dan keberbudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi.
Fungsi Pendidikan Dasar adalah :
1. Sebagai jenjang pendidikan awal dalam hubungannya dengan jenjang
pendidikan menengah
2. Untuk mewujudkan/mengembangkan berbagai potensi yang ada pada
peserta didik dalam konteks dimensi kehidupan keberagamaan, moralitas,
individualitas/personalitas, sosialitas, dan keberbudayaan secara
menyeluruh dan terintegrasi, sehingga memiliki kemampuan dan
keterampilan dasar untuk pendidikan selanjutnya dan bekal untuk hidup
dalam masyarakat.2
7
karenanya MK dalam Putusan No. 026/PUU-IV/2007 kembali
menegaskan bahwa UU No. 18/2006 tentang APBN 2007 menyangkut
anggaran pendidikan adalah bertentangan dengan UUD 1945 sehingga
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pemerintah mengulangi
kembali pelanggaran konstitusional pada APBN 2008 ini. Padahal,
Mahkamah Konstitusi (MK) sudah mengeluarkan keputusan bahwa APBN
2006 dan APBN 2007 melanggar konstitusi. Jadi, dengan tidak
tercapainya anggaran pendidikan 20% berarti pemerintah dan DPR
bersama-sama mengabaikan keputusan MK.
Rupanya keputusan MK itu tidak mampu juga menggetarkan
kemauan politik para penentu kebijakan di negara ini. Pengabaian juga
terjadi terhadap keputusan raker yang telah disepakati antara Komisi X
DPR RI dengan tujuh Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yaitu Menko
Kesra, Mendiknas, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan dan
Aparatur Negara (Menpan), Menteri PPN/Ketua Bappenas, Menteri
Agama, dan Menteri Keuangan pada 4 Juli 2005 lalu telah menyepakati
kenaikan anggaran pendidikan adalah 6,6% pada 2004, menjadi 9,3%
(2005), menjadi 12% (2006), menjadi 14,7% (2007), menjadi 17,4 %
(2008), dan terakhir 20,1% (2009).
Sementara realisasinya, tahun 2004 anggaran pendidikan masih
sekitar 5,5% dari APBN atau sekitar Rp20,5 triliun. Dan meningkat
menjadi Rp 24,6 tiriliun pada 2005. Pada tahun 2006 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 9,7 persen dan dalam APBN
2007 anggaran untuk sektor pendidikan hanya sebesar 11,8 persen, Dan
APBN 2008 hanya mengalokasikan 12%, nilai ini setara dengan Rp61,4
triliun dari total nilai anggaran Rp854,6 triliun.3
3 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor : 01 Kep./ Menko / Kesra /
I /1991 tentang Tim Koordinasi Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
8
4. SARPRAS PENDIDIKAN KURANG MENDUKUNG
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selain tergantung
kepada kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai.
Tapi sayangnya, hingga sekarang ini, sarana dan prasarana pendidikan
yang dimiliki sebagian besar sekolah di Indonesia masih kurang memadai
seperti fasiltas laboratorium dan sebagainya. Sarana dan prasarana ini
padahal sangat vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar. Sebagian
besar alat peraga di sekolah-sekolah masih kurang terkontrol baik dari segi
mutu, harga dan sikap pribadi para pengusaha sarana pendidikan.
Padahal setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi,
dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Tanpa ada sarana dan prasarana yang mendukung proses
Pendidikan, pendidikan di Indonesia akan sulit mengalami kemajuan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana akan sangat menunjang atas
tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal
pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi
sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan
efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan,
sehingga akan tercipta keserasian,
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan sangat penting untuk perkembangan bangsa Indonesia.
Terutama Dikdas, karena pada Dikdas peserta didik akan dibentuk
10
wataknya untuk menjadi seperti apa nantinya. Perkembangan Pendidikan
Dasar di Indonesia masih sangat jauh dari maju karena masalah-masalah
yang di hadapi Pemerintah dan Dinas Pendidikan seperti banyak gedung
dan meja/kursi yang rusak, kekurangan buku perpustakaan, kekurangan
guru, kualitas lulusan yang rendah, dan masalah anggaran yang tidak
mencukupi dan mjsih banyak lagi yang lainnya.
Dari semua masalah tadi, masalah yang paling serius adalah
anggaran dari Pemerintah yang di dalam UU tertulis 20% sampai
sekarang belum terlaksana seutuhnya, kurangnya buku-buku perpustakaan
yang di gunakan untuk menambah ilmu yang tidak diberikan di dalam
pelajaran, kurangnya guru yang professional dikarenakan kurangnya
perhatian Pemerintah terhadap kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru
akan berakibat profesinal atau tidaknya seorang guru.
B. SARAN
Masalah-masalah yang dijelaskan di atas hanyalah masalah-
masalah yang menurut penulis penting dari sekian banyak masalah yang di
hadapi pemerintah. Makalah ini sifatnya hanyalah sebagai pengantar
belajar mahasiswa, jadi pembaca bisa menambahkan masalah-masalah apa
saja yang sampai saat ini masih di hadapi pemerintah.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk melengkapi dan memperbaiki makalah kami yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
11
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Nomor : 01 Kep./ Menko / Kesra / I /1991 tentang Tim
Koordinasi Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
12