1
DAFTRA ISI
BAB III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................32
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Karakteristik Sekolah Dasar, Bidang Bimbingan dan Jenis
layanan dan Kegiatan pendukung. Dengan terselesaikan makalah ini, penulis
berharap makalah ini dapat menjadi suatu bahan untuk menambah wawasan serta
dapat membantu dalam mencapai tingkat pemahaman materi Bimbingan
Konseling. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen khususnya mata kuliah Bimbingan KonseIing yang telah mengarahkan kami
sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan makalah dengan baik, dan orang tua
yang telah menyemangati , serta temen-teman seperjuangan yang selalu menjadi
tempat bertukar pikiran.Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
karena keterbatasan sarana buku-buku serta sumber dari media lain yang bisa
mendukung terciptanya makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf jika penyajian makalah ini banyak
hal-hal yang kurang berkenan atau kurang bermutu. Penulis juga berharap kepada
pembaca dapat memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah untuk ke depannya. Penulis juga mohon kepada para pembaca
agar memakluminya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya. Terima kasih
Medan, SepteBab I
3
PendahuIuan
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui di Karakteristik Sekolah Dasar dan SMP
Untuk mengetahui Bidang Bimbingan yang ada di Sekolah dasar dan di SMP
Mengetahui jenis layanan dan kegiatan pendukung yang ada di Sekolah Dasar dan di
SMP
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TUJUAN PENDIDIKAN SD
5
Berkenaan dengan tujuan operasional pendidikan SD, dinyatakan di dalam Kurikulum Pendidikan
Dasar yaitu memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar dapat
diuraikan secara terperinci, seperti berikut:
a. Memberikan Bekal Kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung.
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung (Calistung) merupakan tujuan pertama dan utama
sering disebut juga tujuan yang paling fundamental karena sifatnya sangat menentukan baik-tidaknya
kemampuan-kemampuan lain. Kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan dan ketrampilan
penggunaan bahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, serta kemampuan berhitung yang
meliputi kemampuan dan ketrampilan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur
sederhana dan memahami bentuk geografi. Semua kemampuan ini sangat berguna dan dapat diterapkan
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka.
b. Memberikan Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Ketrampilan dasar yang bermanfaat dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak SD ini sangat
banyak, meliputi pengetahuan dan ketrampilan intelektual, sosial dan personal. Menurut Ahman (2000)
tujuan pendidikan SD tidak lagi menyiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat, melainkan menyiapkan
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP. Perubahan ini sejalan dengan perubahan orientasi
perkembangan anak. Oleh karena lulusan SD tidak semata-mata mengembangkan kemampuan membaca,
menulis dan berhitung, melainkan menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan intelektual, pribadi dan
sosial.
c. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pendidikan di SLTP.
Kegiatan untuk mencapai tujuan ketiga ini tidak dapat dipisah-pisahkan dengan upaya pencapaian
kedua tujuan sebelumnya. Banyak upaya yang dilakukan oleh guru, antara lain memberi informasi lisan
dan tertulis kepada siswa kelas 5 dan 6, mengadakan diskusi alumni SD, mengadakan kunjungan ke SLTP
terdekat, dan sebagainya. Karena pada 2 atau 3 tingkat kelas terakhir di SD perlu lebih ditekankan pada
pembinaan pemahaman dan penghayatan dasar akan ilmu pengetahuan dan teknologi secara sederhana,
tetapi sistematik. Landasan semacam itu diperlukan untuk mencapai keberhasilan di tingkat SLTP.
B. PESERTA DIDIK
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang
belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003)
menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik
usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6 -12/13 tahun yang
sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyeleng-
garaan pendidikan dan pembelajaran. Penting Anda pahami sebagai guru kelas SD
bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Menurut
Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas
sekurangnya mengandung tiga pengertian yaitu :
6
1. Peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari
keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut
terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan
antara suatu bagian dengan bagian lainnya.
2. Keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika
salah satu aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu
(rewel, cepat marah, dll).
3. Peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara
keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam
keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik
adalah mahluk totalitas “homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik
merupakan:
a. mahluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas
dirinya dan alam lingkungan sekitarnya;
b. mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar
berkembang sebagai manusiaa; serta
c. mahluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan,
kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain.
Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta
didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus
melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD itu, agar selanjutnya mampu
memasuki dengan sukses awal masa remajanya, adalah :
1. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaandan sikap dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
8. Membina hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan
9. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
10. Mengembangkan sikap terhaddap kelompok danlembaga-lembaga sosial.
11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
Tahap perkembangan anak-anak usia SD merupakan suatu masa dimana mereka sedang
mempersiapkan dirinya untuk kelangsungan perkembangan hidupnya kelak. Dalam menjalani tugas-tugas
perkembangannya itu nak seringkali menemui hambantan-hambatan dan permasalahn-permasalahan
sehingga mereka banyak tergantung kepada orang lain, terutama orang tua dan guru. Oleh sebab itu anak
usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru/pendidiknya.
Penyelenggaraan pengajaran dan latihan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan serta
penyelenggaraann pelayanan bimbiingan dan konseling diharapkan dapat sebesar-besarnya menunjang
7
pencapaian tugas-tugas perkembangan itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanal dan tujuan
pendidikan SD.
Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses
dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,
antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.
1. Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk
menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam
lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu
disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat
menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan
keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, peserta
didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang
berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat
ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2. Pendekatan Psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan
berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, inat, kebutuhan,
social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan
melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara
menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan
abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan
efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial,
emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
3. Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik
sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan
menyeluruh dan terpadu.
8
2) Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan ini berfungsi agar klien tidak memasuki ketegangan ataupun gangguan tingkat
lanjut dari hidupnya agar tidak memasuki hal-hal yang berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu
pengobatan yang rumit pula.
3) Fungsi pengentasan
Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk mengental dengan
menggunakan unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi konselor mengentas dengan
menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri.
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal
yang merupakan pembawaan, maupun dari hasil penembangan yang telah dicapai selama ini. Dalam
bimbingan dan konseling, funsi pemeliharaan dan pengembang dilaksanakan melalui berbagai
peraturan,kegiatan dan program.
Empat bidang bimbingan yaitu : bidang bimbingan pribadi,sosial, belajar dan karier), tujuh jenis
layanan ( yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan / penyaluran, pembelajaran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok), serta lima kegiatan pendukung ( yaitu
aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus kunjungan rumah, dan alih tangan kasus).
Di SD, Guru Kelas pada dasarnya diharapkan dapat menampilkan segenap unsur yang terkandung
didalam ruang lingkup BK tersebut. Namun demikian, dengan mengingat tingkat kelas yang lebih tinggi,
dan mengingat pula tugas rangkap Guru Kelas yang disamping melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling mempunyai tugas pokok mengajar, maka ruang lingkup kegiatan bimbingan dan konseling
pada setiap tingkat kelas SD dapat berbeda,baik berbeda dalam materinya, bentuk layanannya, maupun
bentuk pelaksanaaannya. Materi bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
9
2.2 BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH DASAR
Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke dalam ke empat bidang bimbingan yaitu,
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.
Bimbingan Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Bidang bimbingan pribadi bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam mengenal diri sendiri agar dapat menjadi pribadi yang baik dan
dapat mengambil keputusan tentang dirinya sendiri.
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memamahami serta
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan
kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi berikut:
1. Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan yang
kreatif dan produktif, baik dalam kehidfupan sehari-hari.
3. Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya
melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4. Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usaha penanggulangannya.
5. Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkan diri.
6. Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat, ,baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
7. Pengembangan kemamapuan mengarahkan diri sesuai keputusan yang telah diambilnya.
B. Bidang Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Bidang ini bertujuan membantu peserta
didik memahami diri kaitannya dengan interaksi dirinya dengan lingkungan dan etika yang didasari
dengan budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal
dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:
1. Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah,
maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat,
peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
3. Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan teman sebaya.
4. Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta kesdaran
untuk melaksanakannya.
10
5. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis
kreatif dan produktif.
6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.
Bimbingan Belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
Bidang ini bertujuan membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
program belajar di sekolah.
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar
yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya untuk melanjutkan
pendidikan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi
berikut:
1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar,
bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas
(PR), mengembangkan keterampilan belajar dan menjalani program penilaian.
2. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok.
3. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di SD.
4. Orientasi belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
5. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah,
lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemamapuan serta
pengembangan pribadi.
11
sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan / karir
yang dipilihnya (Ruslan A.Gani : 11)
Menurut Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan
berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan,
dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan
terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya,
mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan
dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab.
Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengenali dan mulai mengarahkan diri
untuk masa depan karier. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:
1. Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
2. Pengenalan, orientasi dan informasi karier pada umumnya secara sederhana.
3. Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak
dikembangkan.
4. Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam kaitannya
dengan karier yang hendak dikembangkan.
Pemberian materi bimbingan karier untuk siswa-siswa SD pada umumnya dimaksudkan untuk:
Mengembangkn sikap positif terhadap segala jenis pekerjaan.
Membawa para siswa untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja yang ada.
Menjawab berbagai pertanyaan para siswa tentang pekerjaan.
Menekankan jasa dari masing-masing jenis pekerjaan.
Informasi pekerjaan untuk siswa kelas tinggi SD perlu diperluas dan diperkuat. Hal ini bertujuan
agar mereka memahami bahwa :
Pekerjaan ada dimana-mana, di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, dan bahkan
dunia. Pada tingkat perkembangan itu, siswa mulai membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di desa
dan di kota, di daerahnya sendiri dan di daerah lain.
Terdapat saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu diperlukan untuk mencapai keberhasilan
(kesuksesan) bagi sebagian besar jenis pekerjaan.
Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat (yaitu tentang hakekat pekerjaan itu
sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi kerja, dsb.).
Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang menginginkan pekrjaan tertentu
(seperti peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan itu mahal, biaya untuk program pendidikan dan latihan
mahal danwaktunya lama, kondisi kerja dalam pekerjaan itu kurang menyenangkan, dsb.).
Untuk memilih pekerjaan atau karier di masa depan perlu kehati-hatian dan pertimbangan yang matang.
12
2.3 JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG
13
sekolah diharapkan dapat ikut serta. Bahkan mereka yang baru saja tamat dari sekolah itu dan
para alumni lainnya diharapkan dapat memberikan sumbangan pengalaman selama mereka
berada disekolah itu.
2. Layanan Informasi
a. Tujuan dan Fungsi Layanan Informasi
Layanan informasi bertujuan ntuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri. Merencanakan dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman
yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan
kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-
hari dan mengambil keputusan.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh jenis layanan informasi ialah fungsi
pemahaman dan pencegahan.
b. Materi Umum dan Layanan Informasi
Materi yang dapat diangkat melalui layanan informasi ada berbagai macam, yaitu meliputi :
(1) Informasi pengembangan diri
(2) Informasi kurikulum dan proses belajar-mengajar
(3) Informasi sekolah menengah
(4) Informasi jawaban (awal/sederhana)
(5) Informasi lingkungan (kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, keberagamaan,
sosial0budaya, dan lingkungan lainnya).
14
(1) Penempatan di dalam kelas : berdasarkan kondisi dan ciri pribadi dan hubungan sosial siswa,
serta “asas pemerintahan”.
(2) Penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, berdasakan kemampuan, dan kelompok
“campuran”
(3) Penempatan dan penyaluran ke dalam program/kegiatan yang lebih luas.
c. Penyelenggaraan Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran didahului oleh penelaahan tentang :
(1) Kondisi fisik siswa yang meliputi :
a. Keadaan panca indera (terutama mata dan telinga)
b. Ukuran badan
c. Jenis kelamin, dan
d. Keadaan fisik lainnya
(2) Kemampuan belajar, kemampuan berkomunikasi, bakat dan minat
(3) Kondisi psikofisik, seperti terlalu banyak gerak, cepat lelah
Penelaahan hal-hal tersebut di atas dapat dilakukan melalui pengamatan langsung,
analisis hasil belajar dan himpunan data, penyelenggaraan instrumentasi bimbingan dan
konseling (tes dan inventori), wawancara dengan siswa, analisisis laporan (misalnya laporan dan
guru lain ), serta diskusi dengan personil sekolah. Semua hasil telaah itu dipadukan sehingga
diperoleh kesimpulan yang mantap.
4. Layanan Pembelajaran
Sesuai dengan jenis dan sifat materinya, serta tujuan khususnya, layanan pembelajaran
dapat diselerakan dalam bentuk kegiatan klasikal , dan/atau perorangan. Untuk berbagi materi
dalam kataitan dengan aspek belajar tertentu, kegiatan klasikal (yang diikuti oleh siswa seluruh
kelas yang di maksud) dengan metode ceramah yang disertai tanya jawab dan bahkan diskusi
dapat diselenggarakan. Lebih jauh, kelompok-kelompok kecil ‘ dapat dibentuk untuk
memperjelas ataupun mempraktekkan materi yang di maksudkan itu.
Kegiatan mengajar perbaikan dan program pengayaan dapat dilakukan oleh guru kelas.
Guru kelas menganalisis hasil belajar seluruh siswa di kelasnya sehingga dapart didefinisikan
secara tepat siswa-siswa yang memerlukan pengajaran perbaikan ataupun program pengayaan.
Selanjutnya, guru kelas menyusun program kegiatan pengajaran perbaikan atau pengayaan untuk
siswa-siswa yang memerlukan. Kegiatan tersebut dapat diselenggarakan secara klasikal ,
kelompok, dan atau/ individual.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialahfungsi
pengentasan.
Materi yang dapat diangkat melaui layanan koseling perorangan ada berbagai
macam.yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini dilaksanakan untuk segenap masalah
siswa secara perorangan (dalam segenap bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi , sosial,
belajar , dan karier).
Setiap siswa secara peroran gan dapat membawa masalah yang dalaminya kepada Guru
Kelas atau pembimbing . Lebih lanjut, Guru Kelas atau pembimbingh akan melayani siswa
dengan berbagai permasalahannya itu, seorang demi seorang , tanpa membedakan pribadi siswa
ataupun permasalahannya yang dihadapinya.
16
Guru Kelas dapat memanggil siswa untuk mengkonsultasikan masalahnya kepada Guru
Kelas. Pemanggilan ini didahului oleh analisis yang mendalam tentang perlunya siswa yang
bersangkutan dipanggil, sehingga pemanggilan itu benar-benar beralasan dan kedatangan siswa
kepada Guru Kelas akan memberikan hasil yang cukup berarti. Analisis tersebut meliputi
antaralain analisis hasil belajar. Hasil instrumentasi bimbingan dan konseling, hasil pengamatan,
dan/ atau laporan dari pihak-pihak tertentu.
Kedatangan siswa kepada Guru Kelas dapat pula memalui orng lain , misalnya Kepala
sekolah , Guru Mata Pelajaran, Ornag Tua, atau pihak-pihak lain berkenaan dengan cara
kedatangan siswa yang tidak sama itu (datang atas kemauan sendiri, karena dipanggil atau
disuruh/ melaluyi orang lain) , Guru Kelas tidak boleh membedakan para siswa itu atas cara
kedatangan mereka.
Guru Kelas melaksanakan layanan konseling secara intensif dengan menerapkan berbagai
teknik konseling dari teknik pengungkapan maslah , sampai teknik pengubahan tingkah laku.
Apabila dipelukan Guru Kelas dapat menghtlangankan siswa yang memerlukan konseling
kepada pembimbing yang lebih ahli.
17
sebuah kelompok tidak boleh terlalu besar, sekitar 10 orang, atau paling banyak 15 orang.
Jumlah siswa dalam satu kelas dapat dibagi menjadi 3-4 kelompok.
Untuk kelompok –kelompokm siswa siswa itu Guru Kelas menyusun jadwal kegiatan
kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan kegiatan sekali dalam dua
minggu, dengan topik-topik bahasan yang bervariasi. Situasi dan kejadian-kejadian aktual, baik
disekolah, dirumah, ataupun dimasyarakat ( misalnya banyak siswa yang absen, corat-coret pada
dinding kelas atau bangku siswa, mempergunakan sumber-sumber belajar secara lebih efisien,
mengisi waktu senggang, bagaimana membantu urusan rumah tangga, peristiwa tabrak lari,
kebersihan lingkungan, akibat terlalu banyak nonton televisi, dsb ) perlu dijadikan topik yang
hangat untuk dibicarakan oleh setiap kelompok siswa.
Manfaat dan pentingnya bimbingan kelompok perlu mendapat penekanan yang sungguh-
sungguh. Melalui bimbingan kelompok mpara siswa :
(1) diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di
sekitarnya. Pendapat mereka itu boleh jadi bermacam-macam, ada yang positif dan ada yang
negatif. Semua pendapat itu, melalui dinamika kelompok (dan berperannya Guru Kelas atau
pembimbing), diluruskan ( bagi pendapat-pendapat yang salah/negatif), disinkronisasikan dan
dimantapkan sehingga para siswa :
(2) memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka
bicarakan itu. Pemahaman yang obyektif, tepat dan luas itu diharapkan dapat :
(3) menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut-
paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan didalam kelompok. “Sikap Positif” disini
dimaksudkan : menolak hal-hal yang salah/buruk/negatif dan menyokong hal-hal yang
benar/baik/positif. Sikap positif ini lebih jauh diharapkan dapat merangsang para siswa untuk :
(4) menyusun program-program kegiatan guna mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk dan
sokongan terhadap yang baik” itu. Lebih jauh lagi, program-program kegiatan itu diharapkan
dapat mendorong siswa untuk :
(5) melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana
mereka programkan semula.
18
Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota kelompok dapat menampilkan
masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut “dilayani” melalui pembahasan yang
intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu, tanpa kecuali,
sehingga semua masalah terbicarakan.
c. Penyelenggaraan Layanan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan
yang saling keterkaitannnya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok sebagi
media kegiatannya. Apabila dinamika kelompok dikembangkan dan dimanfaatkan secara efektif
didalam kedua jenis layanan itu, maka hasil yang dapat diharapkan dicapai melalui kedua jenis
layanan itu secara bersama-sama, kecuali hal-hal yang bersangkut paut dengan pemahaman
(sebagai fungsi pokok bimbingan kelompok) dan pengentasan masalah (sebagai fungsi pokok
konseling kelompok ) adalah suasana kejiwaan yang sehat, antara lain berkenaan dengan
spontanitas, perasaaan positif (seperti senang, gembira, rileks, nikmat, puas, bangga), katarsis,
serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan sosial.
Dalam kegiatan kelompok (baik layanan bimbingan kelompok maupun konseling
kelompok) hal-hal yang perlu ditampilkan oleh seluruh anggota kelompok adalah :
(1) Membina keakraban dalam kelompok
(2) Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok
(3) Bersama-sama mencapai tujuan kelompok
(4) Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok
(5) Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
(6) Berkomunikasi secara bebas dan terbuka
(7) Membantu anggota lain dalam kelompok
(8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam kelompok
(9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
Dalam konseling kelompok masalah pribadi setiap anggota kelompok dibicarakan melalui
dinamika kelompok. Semua anggota (yang pada dasarnya adalah teman sebaya) ikut secara
langsung dan aktif membicarakan masalah kawannya dengan tujuan agar anggota kelompok
yang bermasalah itu terbantu dan masalahnya terentaskan.
Pemimpin kelompok (dalam hal ini Guru kelas atau Pembimbing) mengembangkan
suasana kelompok sehingga seluruh anggota kelompok bersukarela membuka diri masing-
masing dengan (1) mengemukakan masalah pribadinya, dan selanjutnya (2) berpartisipasi aktif
membantu kawan (sekelompok) memecahkan masalahnya. Di satu segi, anggota kelompok yang
akan mengemukakan masalah pribadinya harus mendapat jaminan bahwa kerahasiaan pribadinya
akan terjaga, dan di segi lain anggota kelompok lainnya dengan sungguh-sungguh sanggup
menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua masalah kawan-kawannya itu. Untuk ini diperlukan
teknik tersendiri yang harus benar-benar dikuasai dan diterapkan oleh Guru kelas atau
pembimbing.
Untuk setiap masalah, pembicaraan langsung ditujukan kepada teratasinya masalah itu.
Semua anggota kelompok ikut serta dalam pembicaraan dengan menyumbangkan pendapat
untuk membantu kawannya yang sedang mengalami masalah. Sebagai fasilitator , Guru Kelas
atau Pembimbing mengatur lalu lintas dinamika kelompok yang berkembang, melalui penguatan,
meluruskan hal-hal yang kurang sesuai, merangsang didiskusikannya lebih lanjut sesuatu yang
19
perlu, dsb. Secara kesseluruhan, pembahasan tentang masalah klien diusahakan mencapai inti
permasalahan serta arah dan alternatif pemecahannya,
8. Operasionalisasi Penyelenggaraan Pelayanan
Sesuai dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, sebagaimana tertera dalam
Bagian Pertama (Panduan Umum) pelayanan bimbingan dan konseling di SD diberikan kepada
semua siswa. Berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling diatas perlu dirinci menjadi
satuan-satuan kegiatan layanan yang masing-masing diuraikan (lihat lampiran) serta
dipersiapkan dengan kebutuhan siswa sebagai sasaran layanan.
Dalam penyelenggaraan setiap layanan yang sudah dirinci tersebut, Guru Pembimbing
perlu memperhatikan dan menerapkan :
(1) Prosedur dan teknik masing-masing layanan secara tepat.
(2) Asas-asas dan kode etik profesional bimbingan dan konseling.
(3) Kerja sama dengan pihak lain. Baik pihak lain disekolah maupun diluar sekolah, sesuai dengan
peranan masing-masing pihak tersebut.
Semua jenis kegiatan pendukung dilaksanakan di SD dan secara langsung dikaitkan pada
keempat bidang bimbingan, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa SD.
Hasil kegiatan pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis layanan
bimbingan dan konseling.
Beberapa kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan pokok, sbb :
1. Aplikasi Instrumentasi
5) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
20
Untuk mengungkapkan dan mengumpulkan berbagai data dan keterangan yang
diperlukan dalam bimbingan dan konseling di manfaatkan sejumlah instrument, baik yang
berupa tes maupun non tes.
Penggunaan instrument standar tidak boleh oleh sembarang orang, melainkan oleh
mereka yang telah memiliki kemampuan dan kewenangan khusus untuk menyelenggarakan
instrument yang dimaksudkan itu.
2. Himpunan Data
4) Catatan anecdot
21
Untuk dapat menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dengan tingkat
efektivitas dan efisiensi yang tinggi, Guru Kelas wajib mengembangkan pemahaman, prosedur
dan teknik masing-masing layanan itu melalui pendidikan prajabatan tenaga bimbingan dan
konseling serta kegiatan pengembangan lainnya yang diprogramkan secara tepat. Demikian juga,
asas-asas dan kode etik bimbingan perlu dihayati sedalam dalamnya dan diterapkan setepat-
tepatnya. Asas dan kode etik adalah jiwa dari setiap layanan.
Data Umum tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik secara pribadi
(perorangan) ataupun kelompok. Data ini berasal dati luar diri siswa, seperti informasi
pendidikan dan jabatan. Informasi lingkungan fisik-sosial-budaya. Data ini biasanya dihimpun
dalam bentuk tersendiri, misalnya berbentuk buku atau kumpulan leaflet tentang informasi
pendidikan, informasi jabatan, informasi social-budaya dan lain sebagainya.
3. Konferensi Kasus
a. Tujuan dan Fungsi Konferensi Kasus
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa
tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti Guru Kelas,
Guru Mata Pelajaran, Kepala Sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya) yang diharapkan dapat
memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan –kemudahan bagi terentasannya
permasalahan tersebut. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Pembahasan permasalahan dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya pengentasan
masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang di maksud. Fungsi utama
bimbingan yang diemban oleh konferensi kasus ialah fungsi pemahamandan pengentasan.
b. Materi Umum Konferensi Kasus
Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang
menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Permasalahan
didalami dan dianalisis berbagai seginya baik rincian masalahnya, sebab-sebab dan sangkut-paut
antara berbagai hal yang ada didalamnya, maupun berbagai kemungkinan pemecahannya serta
factor-faktor penunjangannya.
c. Penyelenggaraan Konferensi Kasus
Tidak semua masalah siswa perlu dikonferensi kasuskan. Guru kelas menyelenggarakan
konferensi kasus hanya apabila untuk penanganan suatu masalah siswa diperlukan
data/keterangan tambahan atau masukan dari pihak-pihak tertentu.
Guru kelas sebagai penyelenggara pertemuan menjelaskan tujuan konferensi kasus dan
menguraikan secara garis besar kasus yang hendak dibicarakan. Dalam seluruh pembicaraan,
asas kerahasiaan harus diselenggarakan secara ketat. Untuk kelas tinggi di SD, rencana
penyelenggaraan konferensi kasus dibicarakan terlebih dahulu dengan siswa yang bermasalah.
Isi pembicaraan didalam konferensi kasus sama sekali tidak boleh dibocorkan atau dibicarakan
ditempat lain.
Dalam pertemuan itu Guru kelas mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta
dapat mengemukakan data/keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiran untuk
memecahkan permasalahan siswa yang kasusnya sedang dibicarakan. Hasil yang diharapkan dari
konferensi kasus yang sukses ialah apabila Guru kelas memperoleh data/keterangan tambahan
yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan terbangunnya komitmen seluruh peserta
pertemuan untuk menyokong upaya pengetasan masalah siswa.
4. Kunjungan Rumah
a. Tujuan dan Fungsi Kunjungan Rumah
22
Kunjungan rumah mempunyai tujuan pokok, yaitu untuk memperoleh berbagai
keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa,
dalam rangka pembahasan dan pengetasan permasalahan siswa.
Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan kunjungan rumah ialahfungsi
pemahaman dan pengentasan.
Anggota keluarga diminta mengemukakan segala hal yang penting berkenaan dengan
masalah siswa, dan hal itu semua akan dirahasiakan oleh Guru kelas.
Hasil yang diharapkan dari kunjungan rumah yang sukses ialah apabila Guru Kelas
memperoleh data/keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan
memperoleh komitmen yang kuat dari orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk
memecahkan masalah tersebut.
5. Alih Tangan Kasus
a. Tujuan dan Fungsi Alih Tangan Kasus
Guru kelas dapat mengalih tangankan permasalahan siswa kepada ahli-ahli lain yang
relevan, seperti Guru Pembimbing, konselor, dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.
Alih tangan kasus bertujuan mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak
kepada pihak yang lebih ahli
Fungsi Utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan alih tangan ialah fungsi
pengetasan.
b. Materi Umum Alih Tangan Kasus
Materi yang dialih tangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum tuntas ditangani
oleh Guru Kelas . materi khusus itu perlu dialihtangankan karena Guru Kelas tidak secar khusus
membidangi materi itu, atau dengan kata lain, materi diluar bidang keahlian ataupun kewenangan
Guru Kelas.
c. Penyelenggaraan Alih Tangan Kasus
23
Alih tangan kasus hanya dilakukan apabila Guru Kelas menjumpai kenyataan bahwa
sebagian atau keseluruhan inti permasalahan siswa berada diluar kemampuan / kewenangan
Guru Kelas.
Proses Alih tangan dimulai dengan pembicaraan dengan siswa yang bersangkutan
tentang perlunya mengalihtangan kan kasus itu(terutama siswa kelas tinggi) selanjutnya dengan
surat pengantar sebagaimana layaknya, kasus itu diantarkan kealamat yang di tuju. Surat
pengantar disertai dengan gambaran secara garis besar materi khusus permasalahan yang
dialihtangankan.
Dengan membawa surat pengantar itu, siswa yang bersangkutan (siswa kelas tinggi)
menemui ahli yang dimaksud. Penanganan masalah siswa sepenuhnya berada ditangan ahli
tempat alih tangan itu.
24
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan.
6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial.
8. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
Menurut Syamsu Yusuf (2004: 26–27) masa usia Sekolah Mengah bertepatan dengan masa
remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya
dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa.
Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
1. Masa praremaja (remaja awal)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai
oleh sidat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif dengan
gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pemisitik, dan sebagainya. Secara garis
besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu (a) negatif dalam prestasi, baik prestasi
jasmani maupun prestasi mental; dan (b) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik
diri dalam masyarakat (negatif pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif
aktif).
2. Masa Remaja (Remaja Madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan
adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka
dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-
dewakan), yaitu sebagai gejala remaja.
Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat
dipandanga sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan
tersebut adalah pertama,karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap
bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu,
bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak
mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu
25
pribadi-pribadi yangdipandang mendukung nilai-nilai tertentu 9 jadi personifikasi nilai-nilai).
Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempua kebanyakan pasif,
mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.
3. Masa remaja akhir
Setelah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja
akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan
pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.
Siswa sekolah menengah pertama memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia anak–
anak ke usia yang remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan ini menimbulkan
berbagai keadaan dimana siswa labil dalam pengendalian emosi. Keingintahuan pada hal–hal
baru yang belum pernah ditemui sebelumnya mengakibatkan muncul perilaku–perilaku yang
mulai memunculkan karakter diri.
Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik memahami diri dalam
kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan
tanggung jawab sosial.
26
3. Bidang Bimbingan Belajar.
Berdasarkan fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan
konseling dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam tiga kegiatan
utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif, dan layanan perencanaan individual.
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh
siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan – keterampilan
hidupnya. Layanan dasar bimbingan ini disajikan secara sistematis bagi seluruh siswa, yang
isinya sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan di atas.
Layanan dasar bimbingan ini juga berisi layanan bimbingan belajar, bimbingan sosial,
bimbingan pribadi dan bimbingan karir, layanan ini untuk seluruh peserta didik, disajikan atau di
luncurkan dengan menggunakan Strategi klasikal dan dinamika kelompok.
2. Layanan Responsif
27
b. Bidang belajar, yaitu cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
c. Bidang sosial, yaitu cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang
baik, cara mengatasi konflik dengan teman.
d. Bidang pribadi, yaitu pembetukan identitas karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan
pekerjaan, dan pembentukan pola karier.
e. Bidang disiplin, yaitu pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta
perilaku disiplin.
g. Bidang perilaku seksual, yaitu penngenalan bahaya perilaku seks bebas, cara berpacaran
yang baik, serta pencegahan perilaku seks bebas.
c. Bidang sosial pribadi yaitu perencanaan pengembangan konsep diri yang positif, serta
perecanaan pengembangan keterampilan – keterampilan sosial yang tepat.
1. Aplikasi instrumentasi
Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat
ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling agar diperoleh data
tentang kondisi tertentu atas dirt klien (siswa). Data tersebut kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
28
2. Himpunan data
Merupakan suatu upaya penghimpunan, penggolongan-penggolongan, dan pengemasan data
dalam bentuk tertentu. Bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap
dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membatu siswa memperoleh
pemahaman diri sendiri.
3. Konferensi kasus
Merupakan forum lerbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas
suatu permasalahan dan arah pemecahannya Bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih
luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus yang terkait
dengan kasus dalam rangka pemecahan masalah.
4. Kunjungan rumah
Merupakan upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan-
permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor
dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan dilakukan apabila data siswa untuk
kepentingan layanan BK belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Tujuannya
untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat serta bertujuan untuk menggalang
komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah yang berkenaan
dengan pemecahan masalah siswa.
5. Alih tangan kasus
Merupakan upaya mengalihkan atau memindahkan tanggung jawab memecahkan masalah
atau kasus-kasus tertentu yang dialami siswa kepada orang lain yang lebih mengetahui dan
berwenang. Bertujuan untuk mem- peroleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah
klien secara lebih tuntas.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling mengemban sejumlah sifat yang hendak dipenuhi
melaui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Sifat-sifat tersebut adalah :
1. Pencegahan ; yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya pesrta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat
29
mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
3. Perbaikan ; yaitu sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari
permasalahan yang dihadapinya sehingga bisa berkembang secara optimal.
Khusus untuk SLTP dan SLTA bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk membantu
satuan pendidikan dalam memfasilitasi peserta didik dalam memilih dan menetapkan program
peminatan akademik bagi peserta didik SMA/MA dan peminatan vokasi bagi peserta didik SLTP
DAN SLTA serta pemilihan mata pelajaran lintas peminatan khusus bagi peserta didik
SMA/MA.
Bimbingan dan konseling juga dimaksudkan untuk memfasilitasi guru bimbingan dan
konseling (guru BK) atau konselor sekolah untuk menangani dan membantu peserta didik yang
secara individual mengalami masalah psikologis atau psikososial, seperti sulit berkonsentrasi,
rasa cemas, dan gejala perilaku menyimpang.
1. Pada satu SLTP dan SLTA diangkat sejumlah Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dengan rasio 1 : 150 (satu Guru bimbingan dan konseling atau Konselor melayani 150
orang siswa) pada setiap tahun ajaran.
2. Jika diperlukan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang bertugas di SLTP dan
SLTA tersebut dapat diminta bantuan untuk menangani permasalahan peserta didik SD/MI
dalam rangka pelayanan alih tangan kasus.
Sebagai pelaksana utama kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan
SLTP dan SLTA, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor wajib menguasai spektrum
pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional bimbingan dan konseling, meliputi:
1. Pengertian, tujuan, prinsip, asas-asas, paradigma, visi dan misi pelayana bimbingan dan
konseling professional.
30
2. Bidang dan materi pelayanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya materi
pendidikan karakter dan arah peminatan siswa
3. Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format pelayanan bimbingan dan konseling
4. Pendekatan, metode, teknik dan media pelayanan bimbingan dan konseling, termasuk di
dalamnya pengubahan tingkah laku, penanaman nilai-nilai karakter dan peminatan peserta didik.
BAB III
31
3.1 KESIMPULAN
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan bisa berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosil, belajar maupun karier melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma norma yang berlaku.
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem
pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksanaan pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung unsur pelaksanaan pendidikan di sekolah, dituntut
untuk memili wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di
sekolah.
32