Anda di halaman 1dari 30

“ MAKALAH ”

BERBAGAI PERMASALAHAN GURU SD/MI

Dosen Pengampu : Sri Enggar Kencana D. M. Pd

Kelompok 1 ( Satu )

1. Enia (2286232094)
2. Asri Elyana (2286232047)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR

2023

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal
mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal
ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II)
dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”
Sama halnya dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Pendidikan di
madrasah Ibtidaiyah (MI) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca,
tulis, hitung” belajar dan keterampilan dasar bermanfaat bagi semua siswa dengan
tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar
“baca, tulis”, maka pengajaran bahasa indonesia di MI menjadi sangat penting.

B. Rumusan Masalah

1. Apa tujuan pendidikan di SD/MI ?


2. Apa saja bahan atau materi pembelajaran di SD/MI ?
3. Apa metode pendidikan di SD/MI ?
4. Bagaimana Pendidik di SD/MI ?
5. Bagaimana Pebelajar di SD/MI ?
6. Bagaimana alat atau media pendidikan di SD/MI ?
7. Bagaimana lingkungan pendidikan di SD/MI ?

1
C. Tujuan

Adapun tujuan - tujuan dari pembuatan makalah “Mengindentifikasi Permasalahan di


SD/MI ” adalah sebagai berikut :
1) Memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan.
2) Mengetahui apa tujuan pendidikan di SD/MI.
3) Mengetahui apa saja bahan atau materi pembelajaran di SD/MI.
4) Mengetahui apa metode pendidikan di SD/MI.
5) Mengetahui bagaimana Pendidik di SD/MI.
6) Mengetahui bagaimana Pebelajar di SD/MI.
7) Mengetahui bagaimana alat atau media pendidikan di SD/MI.
8) Mengetahui bagaimana lingkungan pendidikan di SD/MI.
9) Mengetahui komponen-komponen dalam system pendidikan di SD/MI beserta
permasalahannya.

BAB II

2
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.Di Indonesia, setiap


warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah
dasar (atau sederajat) 6 tahun.Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945,
maka pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk
mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga
terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta
mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah
dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan 13 tahun
sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat bagi siswa.
Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah yang kedudukannya setara dengan
Sekolah Dasar (SD) di Departemen Pendidikan Nasional dianggap sebagai satu
jenjang pendidikan formal yang paling penting dalam perkembangan setiap
individu. Jenjang pendidikan ini mengajarkan tentang dasar-dasar ilmu
pengetahuan, seperti membaca, menulis, dan berhitung serta menanamkan dasar-
dasar nilai moral kepada setiap anak.Merupakan kewajiban para orangtua untuk
mendorong anak-anak agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini yang
merupakan dasar penting sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi untuk meraih gelar-gelar terhormat dan prestasi-prestasi lainnya.Sama
halnya dengan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dibagi menjadi Madrasah
IbtidaiyahNegeri (MIN) dan Madrasah IbtidaiyahSwasta (MIS).Yang disebut
terakhir pengelolaannya dapat dilakukan oleh perseorangan maupun kelompok.

3
B. Mengidentifikasi Permasalahan di SD/MI Ditinjau dari 7 Komponen
dalam Sistem Pendidikan.

Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari sebuah
sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses belajar
yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara
memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin
mencapai suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan ketujuh
komponen berikut :

1. Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan yang 


dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan
pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan
dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar berorientasi pada dimensi
kognitif.
2. Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan,
kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup,
maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan
dalam pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam program
pengajaran.
3. Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta didik
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial,
lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat
kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap peserta didik. Makin
tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi
ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun suatu
strategi belajar-mengajar yang tepat.
4. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal
dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat
dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal

4
ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang
bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar
pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini merupakan salah
satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-
mengajar.
5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu
dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena
ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia,
sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar.
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau
tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan
media yang digunakan oleh guru.
7. Lingkungan Pendidikan, lingkungan yang tidak bertanggung jawab secara
langsung terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak
didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang
disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny
lingkungan mencakuplingkungan didik, lingkungan budaya, dan
lingkungan sosial.

B.1. Tujuan Pendidikan di SD/MI

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh


peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan.Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu.Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen
dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral.Itu
sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan
pendidikan (Suardi, 2010:7).

5
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa.Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-
mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja,
melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Apakah tujuan pembelajaran di SD/MI sudah terealisasikan (terwujud) ?

Berbicara tentang apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum


maka terlebih dahulu harus dipahami apakah indikator pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.Untuk mengukur apakah tujuan pendidikan di suatu negara
sudah tercapai atau belum maka tujuan yang ideal itu perlu dirincikan menjadi
tujuan yang lebih sederhana lagi agar dapat diamati dan diukur tingkat
pencapaiannya.Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pendidikan di
Indonesia dapat dibagi dalam empat jenjang yakni tujuan pendidikan nasoinal,
tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Tujuan suatu
pembelajaran akan tercapai bila dipersiapkan secara matang oleh pihak pendidik
melalui suatu perencanaan pembelajaran yang baik dan sistematis. Bila
dilaksanakan dengan sebaik mungkin maka tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan dalana tujuan pembelajaran akan terwujud. Pembelajaran dikatakan
berhasil bila tujuan pembelajaran dapat dicapai dan dikuasai oleh peserta
didik.Untuk dapat mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
yang telah diajarkan, perlu dilakukan evaluasi.Indikator keberhasilan ini dapat
diketahui dari hasil evaluasi.Jika sebagian besar peserta didik telah menguasai dan
memahami materri yang diajarkan maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran
telah tercapai.Biasanya para pendidik mencantumkan derajat tingkat keberhasilan

6
dalam rencana pembelajarannya seperti pembelajaran dikatakan berhasil jika 80 %
peserta didik menguasai materi yang diajarkan sebesar 75 %.  Bila setiap
pembelajaran yang berlangsung dapat mewujudkan tercapainya tujuan
pembelajaran secara optimal maka tujuan kurikulernya telah tercapai pula.Dan
bila seluruh lembaga pendidikan dapat mewujudkan tujuan pendidikan pada
masing-masing lembaganya maka tujuan pendidikan yang diinginkan oleh negara
tersebut telah tercapai.Namun bila dalam pelaksanaannya tujuan pendidikan
belum tercapai optimal maka perlu dilakukan upaya tindak lanjut guna
memperbaikinya seperti adanya program remedial serta layanan belajar lainnya.
Selain melakukan upaya ini, rencana tindak lanjut dapat juga berupa adanya revisi
pada komponen-komponen yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran sehingga
dapat berfungsi lebih efektif dan efisien.Upaya revisi ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja seluruh komponen agar dapat menghasilkan out put yang
bermutu yang tanggap terhadap perkembangan IPTEKS serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya.

B.2. Permasalahan Ditinjau dari Pendidik/Guru di SD/MI

1. Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal tersebut dapat terlihat dari
rendahnya profesionalisme guru.Masalah yang timbul adalah seorang gur tidak
bida mendidik anak didiknya dengan baik, misalnya malah melakukan tindak
kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi pada muri sekolah dasar JIS.
2. Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar, dengan
pemilikan kompetensi, guru dapat dilihat kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggungjawabnya.Minimal untuk mengajar di jenjang SD/MI
adalah guru dengan lulusan pendidikan minimal S1 agar berkompeten dalam
mengajar peserta didiknya.
3. Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional dari pada berdasarkan
kompetensi, sehingga bisa dipastikan siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.

7
4. Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak pada kualitas materi yang
disampaikan guru kepada peserta didik. Karena terkadang para guru memikirkan
akan banyak tugas yang dijalaninya, akan dijadikan suat beban, sehingga dalam
proses pembelajaran anak SD/MI yang butuh kesabaran lebih dalam mengajar
tidak akan terealisasikan.
5. Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai dasar-dasar
mengajar, sehingga siswa banyak yang dijadikanpatung/bersifat pasif. Biasanya
permasalahannya berhubungan dengan caa mengajar yang tidak tepat, misalnya
metode pembelajarannya sehingga membuat anak didik tidak berkembang.

B.3. Permasalahan Ditinjau dari Peserta Didik/Pebelajar di SD/MI

B.3.1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD/MI)

1. Senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan


kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas
rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius
seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur
permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan

2. Senang bergerak,

Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD


dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk
jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

8
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.

Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-


aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga
dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.

4.Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki


tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka,
ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih
dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi
contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang
solat jikalangsung dengan prakteknya.

B.3.2. Kebutuhan siswa

9
Bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa
SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan adalah.

”tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia
dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .

Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik


diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar menangkap dan
menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan
dirinya,. Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari kebudayaan
seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab
sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber
dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan
untuk bekerja.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu
(1)kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya
(2)kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang
memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki
dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik


dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk
menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang
tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak itu sendiri.

10
B.3.3.Aplikasi Pemenuhan kebutuhan siswa disekolah

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis

a)Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis,

b)Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan


temperatur yang tepat,

c)Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.

d)Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang


representatif

2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:

a)Sikap guru menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap


siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.

b)Adanya ekspektasi yang konsisten

c)Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan


sistem pendisiplinan siswa secara adil.

d)Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui


pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian
hukuman atas perilaku negatif siswa.

3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:

a. Hubungan Guru dengan Siswa:

1)Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan


intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi
pendengar yang baik.

11
2)Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat memahami
siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan
latar belakangnya)

3)Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang


positif dari pada yang negatif.

4)Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat


dan keputusan setiap siswanya.

5)Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan


kepercayaan terhadap siswanya.

b. Hubungan Siswa dengan Siswa:

1)Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya


kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa

2)Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai


forum, seperti olah raga atau kesenian.

3)Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk


kepentingan pembelajaran.

4)Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang


beragam.

4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:

a. Mengembangkan Harga Diri Siswa

1)Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan


yang dimiliki siswanya (scaffolding)

12
2)Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa

3)Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa

4)Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi

5)Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami


kesulitan

6)Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan


bertanggung jawab.

7)Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan


secara pribadi, tidak di depan umum.

b. Penghargaan dari pihak lain

1)Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana


setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak
saling mencemoohkan.

2)Mengembangkan program “star of the week”

3)Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan


prestasi yang diperoleh siswa.

4)Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa


untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.

5)Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan


keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri.

c. Pengetahuan dan Pemahaman

13
1)Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi
bidang-bidang yang ingin diketahuinya.

2)Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual


melalui pendekatan discovery-inquiry

3)Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang


beragam

d. Estetik

1)Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik

2)Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan,


termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa
yang dianggap menarik.

3)Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan

4)Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah

5)Ruangan yang bersih dan wangi

6)Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah

5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri

1)Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan hal yang


terbaiknya

2)Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah


kemampuan dan potensi yang dimilikinya

3)Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan


nyata.

14
4)Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta
kognitif siswa.

B.4. Permasalahan Ditinjau dari Materi Pembelajaran di SD/MI

A. Kurikulum di MI
Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan kurikulum di sekolah dasar,
hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama
islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga
ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti Alquran dan Hadis, Akidah dan 
Akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam dan bahasa arab.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel struktur program madrasah
ibtidaiyah.
STRUKTUR KURIKULUM
MADRASAH IBTIDAIYAH

KOMPONEN KELAS dan ALOKASI WAKTU


I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
(PAI)
a. Al-Qur’an Hadis 1 1 1 1 1 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2 1 1 2
c. Fiqih 2 2 2 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 5 8
4. Bahasa Arab 1 1 1 2 2 2
5. Matenatika 5 5 5 5 5 8
6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2 2 2 3 4 5

15
7. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2 2 2 3 3 4
8. Seni Budaya dan Ketrampilan 3 3 3 3 3 3
9. Pendidikan Jasmani, 3 3 3 3 3 3
Olahraga,dan   Kesehatan
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 1
2. Bahasa Daerah/Jawa 1 1 1 1 1 1
3.Aswaja/ke-Nu-an - - - 1 1 1
4. Komputer - - - - - -
5. Pengembangan Diri 2 2 4 4 4 2
6. Al Qur’an Metode Qiraati 8 8 8 8 8 -
Jumlah 40 40 46 46 46 46

B. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas, kurikulum
yang digunakan oleh SD adalah kurikulum nasional yang ditetapkan Depdiknas
yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan visi
dan misi sekolah.

C. Perbandingan Kurikulum di MI dan SD


Dari uraian di atas kita dapat mengetahui kurikulum di MI dan SDdengan
beberapa perbedaan sebagai berikut:
1. Pada kurikulum di MI Pendidikan Agama dibedakan menjadi beberapa mata
pelajaran diantaranya: Sejarah Kebudayaan Islam, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist,
Bahasa Arab, Fiqih. Sedangkan di SD hanya ada mata pelajaran Pendidikan
Agama.

16
2. Pada kurikulum di MI terdapat banyak jam pembelajaran dibanding SD.
3. Muatan local MI berbasis Islam sedangkan SD bersifat umum seperti
Komputer, dan sebagainya.

B.5. Permasalahan Ditinjau dari Metode Pembelajaran di SD/MI

Mengajar anak Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih sulit, karena pada
tahap ini mereka mengalami masa transisi di mana baru memasuki proses belajar
yang serius. Menjadi seorang guru SD tentunya banyak hal yang harus
diperhatikan agar pembelajaran menjadi efektif, seperti : suara yang lantang dan
juga intonasi yang beragam, selain itu dibutuhkan juga waktu untuk beristirahat
dengan menyediakan ice breaker mengingat bahwa waktu konsentrasi mereka
cenderung singkat. Berikut adalah beberapa teknik mengajar anak SD :

1.    Teknik Individual, terdiri dari:

a.    Directive counseling

Guru membuka jalan pemecahan karena anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang
berpengalaman.

b.    Non-directive counseling

Fokus pada anak yang bermasalah dan sang anak yang menentukan sendiri apakah
dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain.

c.    Eclective counseling

Masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani. Merupakan teknik bimbingan
kelompok yang bertujuan  secara luwes, sehingga tentang apa yang dipergunakan
setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.

17
2.    Teknik Kelompok, terdiri dari:

a.    Home room agar para guru atau pertugas bimbingan dapat mengenal murid-
muridd secara lebih tepat sehingga dapat membantunya secara lebih efektif (Eddy
Hendrarno, dkk; 2003). Jumlah anggota kelompok dapat berupa kelompok kecil
(5-10 orang) maupun kelompok besar (25-30 orang). Tujuan teknik home room,
selain untuk mengidentifikasikan masalah dapat pula membantu siswa untuk
mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya

b.    Field drip (karya wisata)

Kegiatan karyawisata selain mrupakan kegiatan rekreasi ataupun salah satu


metode mengajar, dapat pula difungsikan sebagai salah satu teknik dalam
bimbingan kelompok (Djumhur dalam Eddy Hendrarno, dkk;2003). Melalui
kegiatan karyawisata pertugas bimbingan dapat mengarahkan murid untuk belajar
melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan kelompok.. Tujuan teknik ini
adalah pemberian informasi, pembentukan sikap dan pengembangan bakat serta
minat.

c.    Group discussion bimbingan kelompok yang dilakukan dalam kelompok


kecil (5-10 orang). Pada umumya diskusi kelompok berlangsung antara 30-60
menit.

d.    Pelajaran bimbingan

Bimbingan dilakukan dalam kelompok-kelompok

Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik kelas yang telah ada. Pembimbing
masuk dalam kelas seperti guru biasa, tidak mengajarkan mata pelajaran seperti
dalam silabus, melainkan menyampaikan dan membahas masalah bimbingan.

e.    Kelompok bekerja

18
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku kemampuan, jenis
kelamin, tempat tinggal dan jalinan hubungan social. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan belajar, menyalurkan bakat dan minat, membentuk
sikap kooperatif dan kompetitif yang sehat, meningkatkan penyesuaian social,
yang kesemuanya akan mengarahkan pada perkembangan murid.

f.    Pengajaran remidi

Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang mengalami kesulitan


belajar.

g.    Organisasi murid

Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat mengenal berbagai


aspek kehidupan social, mengembangkan sikap kepemimpinan dan kerjasama,
rasa tanggung jawab dan harga diri. Tujuannya antara lain menyangkut
penyesuaian diri, sikap kepemimpinan dan kerjasama dan pemecahan masalah.

i.    Sosiodrama dan psikodrama

Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan dan tekanan masalah yang
hendak diceritakan. Pada sosiodrama lebih menekankan pada masalah psikis.
Meskipun demikian antara keduanya sagat erat hubunganya dan kadang-kadang
sulit dibedakan.

B.6. Permasalahan Ditinjau dari Media Pembelajaran di SD/MI


A.    Pentingnya Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam hubungannya dengan pentingnya penggunaan media, maka dapat
disimpulkan bahwa pentingnya pemilihan media yakni sebagai berikut:
1.      Perhatian siswa terhadap pengajar sudah berkurang akibat kebosanan
mendengarkan guru.
2.      Bahan pengajaran siswa yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.
3.      Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata
kata akibat kelelahan dalam mengajar.

19
4.      Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran.
5.      Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses pelajaranya.
6.      Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan belajar.

B.     Jenis-jenis Pemilihan Media Pembelajaran


Apabila dilihat dari bentuknya, jenis-jenis pemilihan media dapat dikelompokan
menjadi tiga model, yaitu :
1.      Model flowchart yang menggunakan system pengguguran atau eliminasi dalam
pengambilan keputusan pemilihan.
2.      Model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan
sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.
3.      Model check list yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua
kriterianya dipertimbangkan.
Adapun jenis-jenis media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. 
Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan
mahal harganya.  Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang
diproduksi pabrik.  Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung
dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang
untuk keperluan pembelajaran
Secara garis besarnya, media pembelajaran terbagi menjadi 10 golongan,
yaitu sebagai berikut :
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran

1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD,


telepon

2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur,


leaflet, gambar

20
3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis

4 Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT),


Film bingkai (slide)

5 Proyeksi Audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara

6 Visual gerak Film bisu

7 Audio Visual gerak film gerak bersuara, video/VCD,


televisi

8 Obyek fisik Benda nyata, model, specimen

9 Manusia dan lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran

10 Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan


komputer), CBI (Pembelajaran
berbasis komputer)

C.    Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Dalam menggunakan media pembelajran guru tidak serta merta
menggunakannya. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika akan
menggunakan media pembelajaran. Secara ringkas cara memilih media
pembelajaran dapat dilihat berikut ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Soeparno (1987:10), yakni:
1.                     Hendaknya mengetahui karakteristik setiap media.
2.      Hendaknya memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3.      Hendaknya memilih media yang sesuai dengan metode yang kita pergunakan.

21
4.      Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi yang sesuai dengan yang
akan dikomunikasikan.
5.      Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, jumlah, usia
maupun tingkat pendidikannya.
6.      Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
tempat media dipergunakan.
7.      Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan bahan tersebut satu-
satunya yang kita miliki.
Namun demikian juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih dan
menentukan media pembelajaran adalah: situasi pemebelajaran, atau
memperhatikan bagaimana kecocokan media yang akan digunakan dari sudut
kemampuan media itu untuk menyampaikan komunikasi yang diinginkan.
Sedangkan dalam pandangan Tim Applied Approach Peningkatan
Rancangan Pengajaran Universitas Brawijaya (1993:33) ada beberpa langkah
dalam memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi:
1.      Biaya yang murah, baik saat pembelian, dalam pengoperasian, dan pemeliharaan.
2.      Kesesuaian dengan metode pengajaran yang digunakan, kajilah kelainan
teknisnya.
3.      Kesesuian dengan karakteristik peserta didik.
4.      Pertimbangan praktis, kemudahan, keamanan, kesesuaian, dengan fasilitas yang
ada, keawetan dan kemudahan pemeliharaan.
5.      Ketersediaan media, berikut suku cadangannya di pasaran.
Mengingat begitu banyaknya media yang bisa kita pilih (pakai) sesuai dengan
kriteria tersebut diatas, namun pada dasarnya kita bisa memilih media berdasarkan
tiga kriteria:

1.      Kelaikan praktis, hal ini berhubungan dengan keakraban pengajar dengan media,
ketersediaan media setempat, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan,
ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung.

2.      Kelaikan Teknis, hal ini berkaitan dengan terpenuhinya persyaratan bahwa media
yang dipilih mampu untuk merangsang dan mendukung proses belajar peserta

22
didik. Dalam hal ini terdapat dua macam mutu yang perlu deipertimbangkan.
Pertama kualitas pesan , yang meliputi relevansi dengan tujuan belajar , kejelasan
dengan struktur pengajaran, kemudahan untuk dipahami, sistematika yang logis.
Kedua kualitas visual, hal ini megikuti prinsip-prinsip visualisasi seperti
keindahan (menarik membangkitkan motivasi), kesederhanaan (sederhana jelas
terbaca), penonjolan (penekanan pada hal yang penting), keutuhan (kesatuan
konseptual) keseimbangan (seimbang dan harmonis).

D.    Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran


Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip psikologi yang perlu
mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai
berikut:
1. Motivasi.Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak
siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi
pula,pengalaman yang dialamai siswa harus relevan dengan dan bermakna
baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang
memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu.
2. perbedaan individual. siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang
berbeda-beda. Factor – factor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan,
kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa
untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus
berdasarkan kepada tingkat pemahaman.
3.  Tujuan pembelaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka
pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam
pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernyataan mengeanai tujuan belajar
yang ingin di capai dapat menolong perancag dan penulis materi pelajaran. Tujuan
ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian
pokok dalam media pembelajaran.
4. Organisasi isi. Pembelajran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau
ketrampilan fisik yang akan dipelajarai diatur dan diorganisasikan kedalam

23
urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama
materi pelajaran yang secara logis disusun dan di urut-urutkan secara teratur.
Disamping itu, tingkatan materi yang akan disajikan tetap berdasarkan
kompleksitas dan kesulitan isi materi.
5. persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memilki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang
mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses.
6. Emosi.  Pelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan
amat berpengaruh dan bertahan. Media pembeljaran adalah cara yang sangat baik
untuk menghasilkan respon emosional. Seperti rasa takut, cemas, empati, cinta
kasih, dan kesenangan.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, sorang siswa harus
mengintenalisasi informasi, tidak sekedar di beritahuakan kepadanya.Oleh karena
itu, belajar memerlukan kegiatan.
8. Umpan Balik. Hasil belajar dapat apabila secara berskala siswa diinformasikan
kemjuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau
kebutuhan untuk perbaikan pada sisi – sisi tertentu akan memberikan sumbangan
terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia harus didorong
untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat
bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi
perilaku di masa- masa yang akan dating.
10. Latihan dan pengulangan. Sesutau hal baru jarang sekali dapat dipelajari
hanya dengan sekali jalan.Agar suatu pengetahuan atau ketrampilan dapat menjadi
bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan
atau ketrampilan itu sering diualngi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian ia dapat tinggal dalam ingatan dalam jangka panjang.
11.  Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah kemampuan seseorang
untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.

24
B.7. Permasalahan Ditinjau dari Lingkungan Pendidikan di SD/MI

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup
di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang


pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat
kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga
berfungsi:

1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak


2. Menjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak

Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain. Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak
adalah masa yang paling baik.Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama.Dalam hal ini biasakanlah anak-
anak untuk pergi ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah,
mendengarkan khutbah-khutbah atau ceramah-ceramah agama.Jangan hendaknya
penanaman dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak
mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.

2. Sekolah

25
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan.Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.Di sekolah, anak
bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang tidak ada hubungan kodrati.
Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang bermacam-macam sifat dan
perangainya. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang mempunyai
hak-hak yang sama dengan dirinya. Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak
istimewa” seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak mempunyai hak
yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban yang sama. Semua anak
diperlakukan yang sama. Di sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip
kehidupan demokratis.Anak-anak dilatih untuk belajar hidup secara demokratis.

Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh


pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan
ketrampilan, yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat.
Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk
kehidupannya nanti.Inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah.Sekolah
bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap
pendidikan, diantaranya sebagai berikut:

1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik


serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3. Sekolah melaqtih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan
benar atau salah, dan sebagainya.

3. Masyarakat

26
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah.Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah.Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap


pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif.Yang
dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif di sini ialah, segala sesuatu yang
membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak.Yaitu
pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak
itu sendiri, maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama.

27
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Permasalahan-permasalahan di SD/MI dapat ditinjau dari Tujuan


Pendidikannya, Pendidik/guru SD/MI, Peserta Didiknya, metode
pembelajarannya, media pembelajarannya, materi pembelajarannya, hingga
lingkungan pendidikannya. Adapaun tujuan pendidikan adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Selanjutnya Peserta didik dan pendidik memiliki kesinambungan, karena
satu sama lain berkaitan. Adapun dengan metode, materi, dan media dalam
pembelajarannya berpengaruh pada hasil atau output anak didik di jenjang SD/MI
tersebut.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991.Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.


Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi.Jakarta : PT Indeks.
Suwarno. 1992.Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Roesmaningsih, dan Lamijan Hadi. 2015. Teori dan Praktek Pendidikan.
Surabaya: FIP Universitas Surabaya.

29

Anda mungkin juga menyukai