Kelompok 1 ( Satu )
1. Enia (2286232094)
2. Asri Elyana (2286232047)
2023
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal
mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal
ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II)
dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”
Sama halnya dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Pendidikan di
madrasah Ibtidaiyah (MI) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca,
tulis, hitung” belajar dan keterampilan dasar bermanfaat bagi semua siswa dengan
tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar
“baca, tulis”, maka pengajaran bahasa indonesia di MI menjadi sangat penting.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
3
B. Mengidentifikasi Permasalahan di SD/MI Ditinjau dari 7 Komponen
dalam Sistem Pendidikan.
Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari sebuah
sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses belajar
yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara
memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin
mencapai suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan ketujuh
komponen berikut :
4
ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang
bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar
pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini merupakan salah
satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-
mengajar.
5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu
dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena
ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia,
sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar.
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau
tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan
media yang digunakan oleh guru.
7. Lingkungan Pendidikan, lingkungan yang tidak bertanggung jawab secara
langsung terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak
didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang
disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny
lingkungan mencakuplingkungan didik, lingkungan budaya, dan
lingkungan sosial.
5
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa.Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-
mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja,
melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
6
dalam rencana pembelajarannya seperti pembelajaran dikatakan berhasil jika 80 %
peserta didik menguasai materi yang diajarkan sebesar 75 %. Bila setiap
pembelajaran yang berlangsung dapat mewujudkan tercapainya tujuan
pembelajaran secara optimal maka tujuan kurikulernya telah tercapai pula.Dan
bila seluruh lembaga pendidikan dapat mewujudkan tujuan pendidikan pada
masing-masing lembaganya maka tujuan pendidikan yang diinginkan oleh negara
tersebut telah tercapai.Namun bila dalam pelaksanaannya tujuan pendidikan
belum tercapai optimal maka perlu dilakukan upaya tindak lanjut guna
memperbaikinya seperti adanya program remedial serta layanan belajar lainnya.
Selain melakukan upaya ini, rencana tindak lanjut dapat juga berupa adanya revisi
pada komponen-komponen yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran sehingga
dapat berfungsi lebih efektif dan efisien.Upaya revisi ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja seluruh komponen agar dapat menghasilkan out put yang
bermutu yang tanggap terhadap perkembangan IPTEKS serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya.
1. Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal tersebut dapat terlihat dari
rendahnya profesionalisme guru.Masalah yang timbul adalah seorang gur tidak
bida mendidik anak didiknya dengan baik, misalnya malah melakukan tindak
kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi pada muri sekolah dasar JIS.
2. Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar, dengan
pemilikan kompetensi, guru dapat dilihat kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggungjawabnya.Minimal untuk mengajar di jenjang SD/MI
adalah guru dengan lulusan pendidikan minimal S1 agar berkompeten dalam
mengajar peserta didiknya.
3. Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional dari pada berdasarkan
kompetensi, sehingga bisa dipastikan siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.
7
4. Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak pada kualitas materi yang
disampaikan guru kepada peserta didik. Karena terkadang para guru memikirkan
akan banyak tugas yang dijalaninya, akan dijadikan suat beban, sehingga dalam
proses pembelajaran anak SD/MI yang butuh kesabaran lebih dalam mengajar
tidak akan terealisasikan.
5. Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai dasar-dasar
mengajar, sehingga siswa banyak yang dijadikanpatung/bersifat pasif. Biasanya
permasalahannya berhubungan dengan caa mengajar yang tidak tepat, misalnya
metode pembelajarannya sehingga membuat anak didik tidak berkembang.
1. Senang bermain.
2. Senang bergerak,
8
3. Anak senang bekerja dalam kelompok.
9
Bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa
SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan adalah.
”tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia
dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu
(1)kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya
(2)kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang
memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki
dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.
10
B.3.3.Aplikasi Pemenuhan kebutuhan siswa disekolah
11
2)Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat memahami
siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan
latar belakangnya)
12
2)Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa
13
1)Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi
bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
d. Estetik
14
4)Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta
kognitif siswa.
A. Kurikulum di MI
Pada dasarnya kurikulum di MI sama dengan kurikulum di sekolah dasar,
hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama
islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga
ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti Alquran dan Hadis, Akidah dan
Akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam dan bahasa arab.
Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel struktur program madrasah
ibtidaiyah.
STRUKTUR KURIKULUM
MADRASAH IBTIDAIYAH
15
7. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2 2 2 3 3 4
8. Seni Budaya dan Ketrampilan 3 3 3 3 3 3
9. Pendidikan Jasmani, 3 3 3 3 3 3
Olahraga,dan Kesehatan
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 1
2. Bahasa Daerah/Jawa 1 1 1 1 1 1
3.Aswaja/ke-Nu-an - - - 1 1 1
4. Komputer - - - - - -
5. Pengembangan Diri 2 2 4 4 4 2
6. Al Qur’an Metode Qiraati 8 8 8 8 8 -
Jumlah 40 40 46 46 46 46
B. Kurikulum di SD
Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas, kurikulum
yang digunakan oleh SD adalah kurikulum nasional yang ditetapkan Depdiknas
yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan visi
dan misi sekolah.
16
2. Pada kurikulum di MI terdapat banyak jam pembelajaran dibanding SD.
3. Muatan local MI berbasis Islam sedangkan SD bersifat umum seperti
Komputer, dan sebagainya.
Mengajar anak Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih sulit, karena pada
tahap ini mereka mengalami masa transisi di mana baru memasuki proses belajar
yang serius. Menjadi seorang guru SD tentunya banyak hal yang harus
diperhatikan agar pembelajaran menjadi efektif, seperti : suara yang lantang dan
juga intonasi yang beragam, selain itu dibutuhkan juga waktu untuk beristirahat
dengan menyediakan ice breaker mengingat bahwa waktu konsentrasi mereka
cenderung singkat. Berikut adalah beberapa teknik mengajar anak SD :
Guru membuka jalan pemecahan karena anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang
berpengalaman.
Fokus pada anak yang bermasalah dan sang anak yang menentukan sendiri apakah
dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani. Merupakan teknik bimbingan
kelompok yang bertujuan secara luwes, sehingga tentang apa yang dipergunakan
setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
17
2. Teknik Kelompok, terdiri dari:
a. Home room agar para guru atau pertugas bimbingan dapat mengenal murid-
muridd secara lebih tepat sehingga dapat membantunya secara lebih efektif (Eddy
Hendrarno, dkk; 2003). Jumlah anggota kelompok dapat berupa kelompok kecil
(5-10 orang) maupun kelompok besar (25-30 orang). Tujuan teknik home room,
selain untuk mengidentifikasikan masalah dapat pula membantu siswa untuk
mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik kelas yang telah ada. Pembimbing
masuk dalam kelas seperti guru biasa, tidak mengajarkan mata pelajaran seperti
dalam silabus, melainkan menyampaikan dan membahas masalah bimbingan.
18
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku kemampuan, jenis
kelamin, tempat tinggal dan jalinan hubungan social. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan belajar, menyalurkan bakat dan minat, membentuk
sikap kooperatif dan kompetitif yang sehat, meningkatkan penyesuaian social,
yang kesemuanya akan mengarahkan pada perkembangan murid.
Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan dan tekanan masalah yang
hendak diceritakan. Pada sosiodrama lebih menekankan pada masalah psikis.
Meskipun demikian antara keduanya sagat erat hubunganya dan kadang-kadang
sulit dibedakan.
19
4. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran.
5. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses pelajaranya.
6. Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan belajar.
20
3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
21
4. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan materi yang sesuai dengan yang
akan dikomunikasikan.
5. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, jumlah, usia
maupun tingkat pendidikannya.
6. Hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
tempat media dipergunakan.
7. Janganlah memilih media dengan alasan dengan alasan bahan tersebut satu-
satunya yang kita miliki.
Namun demikian juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih dan
menentukan media pembelajaran adalah: situasi pemebelajaran, atau
memperhatikan bagaimana kecocokan media yang akan digunakan dari sudut
kemampuan media itu untuk menyampaikan komunikasi yang diinginkan.
Sedangkan dalam pandangan Tim Applied Approach Peningkatan
Rancangan Pengajaran Universitas Brawijaya (1993:33) ada beberpa langkah
dalam memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi:
1. Biaya yang murah, baik saat pembelian, dalam pengoperasian, dan pemeliharaan.
2. Kesesuaian dengan metode pengajaran yang digunakan, kajilah kelainan
teknisnya.
3. Kesesuian dengan karakteristik peserta didik.
4. Pertimbangan praktis, kemudahan, keamanan, kesesuaian, dengan fasilitas yang
ada, keawetan dan kemudahan pemeliharaan.
5. Ketersediaan media, berikut suku cadangannya di pasaran.
Mengingat begitu banyaknya media yang bisa kita pilih (pakai) sesuai dengan
kriteria tersebut diatas, namun pada dasarnya kita bisa memilih media berdasarkan
tiga kriteria:
1. Kelaikan praktis, hal ini berhubungan dengan keakraban pengajar dengan media,
ketersediaan media setempat, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan,
ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung.
2. Kelaikan Teknis, hal ini berkaitan dengan terpenuhinya persyaratan bahwa media
yang dipilih mampu untuk merangsang dan mendukung proses belajar peserta
22
didik. Dalam hal ini terdapat dua macam mutu yang perlu deipertimbangkan.
Pertama kualitas pesan , yang meliputi relevansi dengan tujuan belajar , kejelasan
dengan struktur pengajaran, kemudahan untuk dipahami, sistematika yang logis.
Kedua kualitas visual, hal ini megikuti prinsip-prinsip visualisasi seperti
keindahan (menarik membangkitkan motivasi), kesederhanaan (sederhana jelas
terbaca), penonjolan (penekanan pada hal yang penting), keutuhan (kesatuan
konseptual) keseimbangan (seimbang dan harmonis).
23
urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama
materi pelajaran yang secara logis disusun dan di urut-urutkan secara teratur.
Disamping itu, tingkatan materi yang akan disajikan tetap berdasarkan
kompleksitas dan kesulitan isi materi.
5. persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memilki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang
mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses.
6. Emosi. Pelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan
amat berpengaruh dan bertahan. Media pembeljaran adalah cara yang sangat baik
untuk menghasilkan respon emosional. Seperti rasa takut, cemas, empati, cinta
kasih, dan kesenangan.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, sorang siswa harus
mengintenalisasi informasi, tidak sekedar di beritahuakan kepadanya.Oleh karena
itu, belajar memerlukan kegiatan.
8. Umpan Balik. Hasil belajar dapat apabila secara berskala siswa diinformasikan
kemjuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau
kebutuhan untuk perbaikan pada sisi – sisi tertentu akan memberikan sumbangan
terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia harus didorong
untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat
bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi
perilaku di masa- masa yang akan dating.
10. Latihan dan pengulangan. Sesutau hal baru jarang sekali dapat dipelajari
hanya dengan sekali jalan.Agar suatu pengetahuan atau ketrampilan dapat menjadi
bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan
atau ketrampilan itu sering diualngi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian ia dapat tinggal dalam ingatan dalam jangka panjang.
11. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah kemampuan seseorang
untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.
24
B.7. Permasalahan Ditinjau dari Lingkungan Pendidikan di SD/MI
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup
di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain. Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak
adalah masa yang paling baik.Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama.Dalam hal ini biasakanlah anak-
anak untuk pergi ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah,
mendengarkan khutbah-khutbah atau ceramah-ceramah agama.Jangan hendaknya
penanaman dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak
mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.
2. Sekolah
25
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan.Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.Di sekolah, anak
bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang tidak ada hubungan kodrati.
Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang bermacam-macam sifat dan
perangainya. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang mempunyai
hak-hak yang sama dengan dirinya. Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak
istimewa” seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak mempunyai hak
yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban yang sama. Semua anak
diperlakukan yang sama. Di sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip
kehidupan demokratis.Anak-anak dilatih untuk belajar hidup secara demokratis.
3. Masyarakat
26
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah.Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah.Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
29