Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERSPEKTIF KELAS RANGKAP


MODUL 2 DAN 3

Oleh:
Kelompok 1
Annisa Syu’ara (856049102)
Srbanny Marito Bintang (855865448)
Friska Agustya Hutabalian (856050375)
Diah Mutiara Putri (856049632)

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MEDAN
2022
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SD

KB 1. Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan SD

A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan SD


Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban manusia yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan degan tujuan pendidikan dasar, maka tujuan
pendidikan SD adalah memberikan bekal kempuan dasar sebagai berikut :
a. Kemampuan dasar bca-tulis-hitung
Merupakan kemampuan yang dibutuhkan setiap orang yang hidup secara wajar dalam era
globalisasi. Oleh karena itu mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemamluan ini
mendapat porsi yang cukup besar di SD.
b. Pengetahuan dam keteranpilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang
meliputi keterampilan akademik (baca–tulis–hitung), keterampilan personal, keterampilan
sosial dan keterampilan vokasional.
c. Persiapan untuk melanjutkan pendidikan di SMP menuntut SD membekali para
siswannya dengan keterampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


Pada dasarnya, karakteristik pendidikan dasar tercermin dalam berbagai komponen
pendidikan seperti siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, gedung dan fasilitas/peralatan.
Komponen-komponen tersebut daibagi ke dalam 2 bagian sebagai berikut :
a. Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakan dari satuan pendidikan lainnya,
ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD yaitu sebagai berikut :
 Kemelekwacanaan merujuk kepada pemahaman siswa tentang berbagai fenomena
atau gagasan di lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan
kehidupan
 Kemampuan berkomunikasi, memungkinkan siswa mampu menyampaikan apa
diketahuinya kepada orang lain dengan bahasa indonesia yang baik dan benar
 Kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah,
mengeksplorasi alternatif pemecahan masalah, dan memilih alternatif yang paling layak
 Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara
sistematis dan konsisten untuk sampai pada kesimpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk
mengembangkan kemapuan siswa berfikir logis sehingga kemampuan bernalarnya
berkembang.
b. Karakteristik Khusus Pendidikan SD
Komponen khusus pendidikan SD adalah sebagai berikut:
 Siswa SD, berada dalam tahap perkembangan pra-opersional dan opersional konkret,
yang ditandai oleh pandangannya yang bersifat holistik
 Guru SD, adalah guru kelas yang wajib mengajarkan 5 mata pelajaran SD, yaitu
Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn
 Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan SD
bersama komite sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kab/Kota. Pendidikan SD
berlangsung selama enam tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
 Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistik, pengalaman
langsung dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa
SD dan tujuan pendidikan dasar,
 Gedung dan fasilistas SD bervariasi dari paling sederhana sampai yang cukup mewah.
Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang
guru dan juga ruang administrasi.
KB 2. Tatanan Organisasi Dan Bentuk–Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD

A. Tatanan Organisasi Sekolah Dasar


Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
pusat, dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi
(Dinas Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun
tingkat kecamatan (Ranting Dinas). sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000
tantang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Pengelolaan
SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan, Kemudian berdasarkan Undang-undang
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pemerintah puasat dalam hal ini Depdiknas
menentukan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah
provinsi bertugas melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga
kependidikan, dan penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk pendidikan
dasar dan menengah. Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian,
tanggung jawab utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.
Secara lebih teknis, pengelolaan pendidikan SD terdapat dalam Rancangan Peraturan Pemerintah
(RPP), butir-butir penting yang dapat digali dari RPP antara lain:
 Pengelolaan
 Pengelolaan SD, MI atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan berdasarkan standart
pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah.
 Pengelolaan SD, MI atau bentuk lain yang sederajat mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pelaporan dan pertanggung-jawaban yang meliputi komponen: Kurikulum,
peroses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi
kelembagaan satuan pendidikan, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta
didik, peran serta masyarakat dan lingkungan/budaya sekolah.
 Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disusun oleh sekolah/madrasah dengan
memperhatikan pertimbangan dan arahan dari komite sekolah/madrasah.
 Pertanggung jawaban dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah kepada masyarakat melalui
komite sekolah/madrasah.
 Untuk keperluan pertanggungjawaban dibidang keuangan komite sekolah/madrasah dapat
menunjukan akuntan public atas beban pembiayaan sekolah/madrasah.
 Sarana dan Prasarana
 sarana dan prasarana pendidikan SD dan MI harus memenuhi persyaratan standar nasional
pendidikan
 sarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi sekurang-kurangnya alat
tulis kelas, alat peraga dan bahan ajar
 prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi sekurang-kurangnya
ruang kelas, ruang pendidikan, ruang bermain, halaman bermain/olahraga, perpustakaan,
kantin, dan kamar kecil.
 sd dan mi harus memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
intelektual dan emosional, perkembangan kemampuan interaksi sosial dan kejiwaan peserta
didik.
B. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, dan SD
Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
Bentuk Formal:
 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
SD (Sekolah Dasar) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan
pendidikan umum bagi anak usia 6 – 12 tahun MI (Madrasah Ibtidaiyah) menyelenggarakan
pendidikan umum setingkat SD, di samping pendidkan Agama Islam.
 SD Unggulan Atau Sekolah Nasional Plus
Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan umum dengan memiliki keunggulan sebagai
berikut:
 Penggunaan Dwi bahasa dalam komunikasi sehari – hari
 Jumlah jam mengajar lebih banyak
 Tersedia pendidikan khusus, ujian, dan sertifikat bagi siswa yang memenuhi standar
kompetensi
 Fasilitas yang lengkap
 Jumlah siswa dalam satu kelas relatif kecil.
 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
SDLB untuk anak – anak yang memerlukan pendidikan khusus atau yang mempunyai
kelainan. kurikulum yang digunakan pada umumnya sama dengan kurikulum SD biasa dengan
berbagai penyesuaian terutama dalam proses belajar dan evaluasi.
 Sekolah Dasar Inklusi
Pada Sekolah Dasar Inklusi berbaur anak biasa (normal) dengan anak luar biasa. Konsep
inklusi berawal dari Gerakan Pendidikan untuk semua (Education for all) yang dicanangkan
UNESCO. Sebagai konsekuensinya adanya anak luar biasa di SD biasa, maka SD biasa harus
dilengkapi dengan guru pembimbing khusus yang memiliki kompetensi membimbing anak
luar biasa.
Bentuk Non Formal
 Program Paket A & B
Program paket A setara dengan SD/MI yang diperuntukkan bagi peserta didik usia 15 – 44
tahun. Program paket B setara dengan SMP/MTs. Program ini ditunjukkan untuk menuntaskan
Wajib Belajar Sembilan Tahun. Program paket A dapat di selenggarakan oleh:
 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
 Pondok pesantren.
 Sekolah Rumah (Home Schooling)
Direktorat Pendidikan Kesetaraan mendefinisikan Home Schooling adalah sekolah yang
diselenggarakan di rumah sebagai layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah
dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah.
Beberapa alasan memilih home schooling:
1. Memberikan suasana belajar yang lebih meotivasi.
2. Banyaknya kekerasan yang terjadi di sekolah formal yang membuat orang tua khawatir.
3. Orang tua tidak setuju dengan kurikulum di sekolah yang dianggap terlalu berat.
4. Alasan karena agama.
5. Alasan keamanan.
6. Anak yang perlu bantuan khusus.
Sekolah Rumah di klasifikasikan menjadi:
1. Sekolah Rumah Tunggal: Sekolah Rumah yang di selenggarakan orang tua oleh satu keluarga.
2. Sekolah Rumah Majemuk: Sekolah Rumah yang di selenggarakan oleh orang tua lebih dari
dua atau lebih keluarga.
3. Komunitas Sekolah Rumah: Gabungan dari beberapa Sekolah Rumah Majemuk.
MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

KB 1. Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde Baru

A. Ketentuan Perundang-Undangan Terkait Pendidikan SD


Era Orde Lama di bawah Presiden Soekarno (1945-1965) menunjuk pada kurun waktu dari
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai dengan lahirnya orde tahun 1966. Era Orde Baru di bawah
Presiden Soeharto (1967-1998) Dalam Era ini, perkembangan pendidikan nasional, termasuk di
dalamnya pendidikan dasar, khususnya Sekolah Dasar, dipolakan secara nasional dalam konteks
Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) tahun 1969/1970 -1993/1994 dan bagian awal dari PJP II
tahun 1994/1995 – 2018/2019. Pada era orde baru secara historis, politis, dan social kultural
merupakan kelanjutan dari perkembangan pendidikan sebelumnya, yakni pendidikan sejak
Indonesia merdeka tahun 1945 sampai dengan seluruh kurun waktu pemerintahan Presiden
Soekarno, yang kemudian disebut pendidikan nasional pada era orde lama yang berakhir pada
tahun 1967 ketika Presiden Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, dan menandai dimulainya
era Orde Baru.
B. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait Dan/ Atau Tentang Pendidikan SD
Kebijakan strategis artinya kebijakan atau keputusan manajemen/ politik yang bersifat
mendasar dan menyeluruh dari sebuah organisasi. Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan era
orde baru dituangkan dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun.
PJP I dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita I-V) dan Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (PJP II) awal Repelita VI. Selama PJP I Pembangunan sektor Pendidikan
terutama diarahkan pada perwujudan komitmen nasional bangsa Indonesia terhadap Pancasila dan
UUD 1945 sebagai landasan dan tujuan akhir pendidikan.
C. Isi dan Proses Pendidikan SD
Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta
pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi pendidikan dasar ditetapkan sekurang-
kurangnya 13 bidang kajian yang secara konseptual dirancang untuk mengembangkan kemampuan
dan kepribadian anak didik.
Dalam rangka pembangunan pendidikan, selama PJP I dilaksanakan program perluasan dan
pemerataan kesempatan belajar, terutama pada pendidikan di SD. Untuk itu pada Repelita II
dilakukan pembangunan gedung baru untuk mengakomodasikan sebanyak 720.000 orang anak
usia SD serta didukung pengangkatan guru baru dan penghapusan secara bertahap Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP). Program Wajib Belajar SD dicanangkan pada 2 Mei 1984,
bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Untuk mewujudkan program wajib belajar
ditetapkan 3 kriteria daerah penyebaran yaitu:
1. Daerah Terpencil secara geografis karena letaknya berjauhan dengan daerah lain dan
komunikasi yang sulit.
2. Daerah dengan penduduk yang padat
3. Daerah normal.

KB 2. Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar Di Era Reformasi


A. Ketentuan Perundang-Undangan Terkait Pendidikan SD
Ketentuan perundang-undangan yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional pada Era
Reformasi adalah Pasal 31 UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen yang terjabar atas:
1. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional sampai
dengan tahun 2003
2. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikannasional dari
tahun 2003 sampai dengan saat ini
3. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaisalah satu ketentuan
perundang-undangan turunannya.
4. PP No.32 Thn.2013 tentang SNP

Perlu dikemukakan bahwa proses pendidikan nasional termasuk pendidikan SD tetap


dikelola secara nasional dalam bingkai politik NKRI, namun dalam paradigma yang berbeda
yakni semula menerapkan paradigma sentralisasi pendidikan yang ditandai dengan peran
Pemerintah Pusat yang sangat besar, sekarang menjadi Paradigma desentralisasi pendidikan yang
menekankan pada otonomi daerah, melalui peran pemerintah daerah.

B. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait Dan/Atau Tentang Pendidikan SD dalam


Konteks Pembangunan Pendidikan Nasional
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada awal era Reformasi adalah lanjutan
Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) awal Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999) yang
merupakan kelanjutan Repelita I hingga Repelita V era Orde Baru. Hal ini diarahkan pada
perwujudan komitmen nasional terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dan tujuan
akhir pendidikan. Rincian prioritas yang terkait pendidikan SD adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun

2. Penyelenggaraan Pendidikan nonformal yang bermutu

3. Pengembangan kurikulum SD yang disesuaikan dengan IPTEK

4. Pengembangan pendidikan Kewarganegaraan, multikultural, budi pekertidan lingkungan


hidup
5. Penyediaan pendidik yang profesional

6. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai

7. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik

8. Mengembangkan Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan

9. Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi

10. Menyempurnakan manajemen pendidikan

11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan

12. Menata sistem pembiayaan pendidikan

13. Peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% dari APBN dan APBD

14. Meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pelaksanaan Wajar


Dikdas 9 tahun.

C. Mengapa Diperlukan Standar Nasional Pendidikan?


Sebagai sarana penjaminan mutu pendidikan nasional, yang pengembangan dan pemantauan
nya dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan sehingga diperlukan Standar
Nasional Pendidikan yang mencakup : Standar kelulusan, Standar isi, Standar proses, Standar
penilaian, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar pendanaan, Standar pengelolaan
dan pengawasan dan Standar sarana prasarana.

D. Bagaimana Visi dan Misi Pendidikan Nasional?


Visi Pendidikan Nasional “ Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zamn yang selalu
berubah”. Misi Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang


bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahun, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
prinsip otonomi dalam konteks NKRI

E. Apakah Esensi Dari Sisdiknas Tersebut?

Pasal 1 UU Sisdiknas 20/2003 yang mengartikan pendidikan sebagai “ Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mampu
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”

F. Bagaimana Hak Dan Kewajiban Warganegara, Orangtua, Masyarakat dan


Pemerintah?
Proses pencerdasan warga negara dilaksanakn melalui sistem pendidikan yang dijamin
secara konstitusional sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 UU Sisdiknas 20/2003 sebagai
berikut.
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperolehpendidikan yang
bermutu
2. Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental,intelektual, dan/ sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus
3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adatyang tepencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewaberhak untuk
memperoleh pendidikan khusus
5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Namun demikian mereka juga dituntut untuk melaksanakan kewajiban “Menjaga norma-
norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan dan ikut
menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari
kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
G. Bagaimana Kelembagaan Sistem Pendidikan Nasional?
Pendidikan Nasional diselenggarakan dalam struktur pendidikan yang bersifat nasional-
sistemik, yang tercakup dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 13, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,informal dan nonformal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya, yang dapat diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui
tatap muka atau melalui jarak jauh.
1. Pendidikan formal disebut sebagai pedidikan persekolahan, seperti: SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA dan PTN/PTS.
2. Pendidikan nonformal disebut pendidikan luar sekolah merupakan lembaga pendidikan
hidup dalam masyarakat yang tidak terstruktur ketat, seperti: kursus-kursus belajar dan
keterampilan,kejar bina usaha.
3. Pendidikan informal merupakan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat, seperti
pergaulan rumah, dan dalam masyarakat yang menimbulkan pengalaman ajar.

H. Isi dan Proses Pendidikan Sd


Isi pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas kelompok mata
pelajaran.
SD/MI dan komite sekolah berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan, khususnya
Standar Kompetensi Lulus (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat BSNP. Prinsip-prinsip tersebut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
2. Beragam dan terpadu

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Dalam pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan SD/MI digariskan prinsip-prinsip
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar

3 Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat


perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi.

4 Kurikulum dilakukan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik saling
menerima,menghargai, akrab, terbuka dan hangat.

5 Kurikulum menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia.

6 Kurikulum mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya.

7 Kurikulum mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokaldan


pengembangan diri

Anda mungkin juga menyukai