TATANAN ORGANISASI DAN BENTUK – BENTUK PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
A. TATANAN ORGANISASI SEKOLAH DASAR
Semenjak undang – undang otonomi daerah, Pendidikan SD Menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, Pemerintah Pusat berwewenang untuk kewenangan tersebut, Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan berubah nama dan fungsi menjadi Dinas Pendidikan Propinsi. Pada perubahan sistem pendidikan di SD UU No. 20 / 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, kewenangan tersebut dipertegas dalam Pasal 50 Ayat (1) sampai dengan (4). Hal yang paling menonjol dalam Pasal 50, Ayat (1) sampai dengan (4). adalah tanggung jawab Pemerintah Pusat dalam menyiapkan standar nasional, sedangkan penyelenggaraan pendidikan berada sepenuhnya dalam kewenangan pemerintah daerah. Meskipun dari segi pengelolaan, SD sepenuhnya berada di bawah kewenangan pemerintah daerah, namun berbagai aspek harus mengikuti standar nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional seperti tersebut di atas. Sebagaimana halnya dengan satuan pendidikan yang lain, secara umum yang bertanggung jawab pada pendidikan SD adalah Menteri Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan UU No. 2/1989 dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dengan sendirinya, pendidikan SD sebagai bagian pendidikan dasar dan pendidikan nasional merupakan tanggung jawab menteri, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, sebagaimana yang dinyatakan dalam PP. No. 28/1990. Selain pemerintah pusat, masyarakat juga berperan aktif dalam penyelenggaraan sesuai dengan UU Nomor 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XV, yang menyangkup peran masyarakat secara umum, Pendidikan berbasis Masyarakat, serta Dewan Pendidikan dan Komite. Khusus tentang yang terakhir yaitu Dewan dan Komite Sekolah ada empat ayat yang menetapkan peran tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dewan dan komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan bagi komite sekolah dan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota bagi dewan pendidikan, tanpa hubungan hierarkis. Selanjutnya, secara lebih teknis, pengelolaan pendidikan SD terdapat dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah. Butir-butir penting yang dapat digali dari RPP tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pengelolaan. Dimana Pengelolaan Pendidikan SD diatur pada Pasar 24 yang terdiri dari 6 ayat yang isinya menyangkut tentanf pengelolaan, perencanaan dan pertanggungjawaban serta Pasal 25 yang menerangkan bahwa pengelolaan SD/MI atau bentuk lain yang sederajat dapat digabungkan dengan SMP, MTS, atau bentuk lain yang sederajat dalam satu atau dua satuan pendidikan. 2. Sarana dan Prasarana yang diatur sesuai Pasal 26 yang terdiri dari 6 ayat. Organisasi Pengelolaan SD merupakan tanggung jawab bersama terutama pemerintah pusat (Depdiknas) dengan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan ranting Dinas (Depdagri), Sementara Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri yang berperan langsung dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan. Jadi, Peran Komite Sekolah adalah mitra terdekat sekolah dalam upaya peningkatan mutu layanan pendidikan terhadap masyarakat. B. BENTUK – BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SD Untuk memungkinkan semua warga negara memperoleh pendidikan dasar SD diselenggarakan dalam berbagai bentuk karna terkait dengan Wajib belajar sembilan tahun. Secara umum bentuk penyelenggaraan pendidikan SD dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Bentuk penyelenggaraan pendidikan formal antara lain; a. Sekolah Dasar b. Madrasah Ibtidaiyah c. SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus d. Sekolah Dasar Luar Biasa e. SD Inklusi Bentuk Pengelenggaraan pendidikan nonformal antara lain; Paket A dan Sekolah Rumah (Homeschooling). 1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Dasar merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak – anak usia 6-12 tahun, Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah madrasah yang menyelenggarakan pendidikan umum setingkat dengan SD, disamping Pendidikan Agama Islam. 2. Sekolah Unggulan atau Sekolah Nasional Plus Sekolah Unggulan atau sekolah nasional plus adalah sekolah yang dapat menerapkan kurikulum internasional didalamnya dan memberikan kelebihan yang tidak diberikan SD misalnya, penggunaan bahasa asing atau dwi bahasa, jam pelajaran lebih banyak, fasilitas lebih dari standar sekolah nasional, jumlah siswa dalam kelas relatif kecil dan meberikan pendidikan khusus, ujian serta sertifikat bagi siswa yang memenuhi standar kompetensi pada lembaga pendidikan global 3. Sekolah Dasar Luar Biasa Sekolah Dasar Luar Biasa merupakan pendidikan yang ada untuk melayani mereka yang memiliki kelainan sesuai UU No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32. Kurikulum yang digunakan seperti kurikulum SD Biasa dengan berbagai penyesuaian, terutama dalam proses pembelajaran dan evaluasi 4. SD Inklusi SD Inklusi merupakan berbaurnya anak normal dengan anak luar biasa, konsep inklusi ini berawal dari Gerakan Pendidikan untuk Semua (Education for All) yang dicanangkan oleh unesco yang menuntut agar semua anak dapat didik di sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya, 5. Program Paket A Program Paket A merupakan program pendidikan nonformal setara SD/MI yang diperuntukkan bagi para peserta didik yang berusia 15-44 tahun, Bersama dengan Program Paket B Setara SMP/MTs, program ini ditujukan untuk menuntaskan Wajib Belajar Sembilan Tahun bagi warga negara yang karena berbagai alasan tidak mungkin mengikuti pendidikan forma. Sebagaimana disebutkan dalam Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006), alasan atau kendala tersebut sangat beragam, seperti: (1) memiliki potensi khusus, (2) waktu yang terbatas karena dimanfaatkan untuk bekerja, (3) tempat tinggal yang terisolasi/ terpencil, (4) keterbatasan kemampuan ekonomi, (5) faktor keyakinan, dan (6) punya masalah sosial atau hukum. Sebagai pendidikan kesetaraan, program Paket A dapat diselenggarakan oleh berbagai lembaga, organisasi, dan komunitas belajar, di antaranya: (1) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (2) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), (3) Pondok Pesantren. PKBM dikelola oleh masyarakat atau organisasi masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah yang sudah berjumlah 3.064 dan tersebar di berbagai desa dan kota di Indonesia. Pendidikan kesetaraan Program Paket A. Paket B, dan Paket C dibina oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Direktorat Pendidikan Masyarakat melalui pengadaan kurikulum. modul, dan berbagai acuan pendidikan kesetaraan, sedangkan pelaksanaan penyeleng-garaan, kegiatan belajar, evaluasi dan kegiatan lain yang berkaitan dibina oleh Kasubdin Propinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi PLS (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006). Proses pembelajaran berlangsung dalam berbagai modus dengan menggunakan bahan belajar berupa modul, serta menerapkan pendekatan induktif, tematik, partisipatif (andragogis), konstruktif, dan lingkungan. Bimbingan diberikan baik secara individual maupun kelompok. Pada akhir pendidikan, peserta Paket A dapat menempuh ujian kesetaraan SD/MI, dan jika lulus, mereka berhak mendapat ijazah SD/MI 6. Sekolah Rumah Sekolah Rumah atau lebih terkenal dengan sebutan home schooling, adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah. Direktorat Pendidikan Kesetaraan (2006) mendefinisikan Sekolah Rumah sebagai layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau tempat-tempat lain di mana proses belajar berlangsung secara kondusif dengan tujuan agar potensi anak yang unik dapat berkembang secara optimal. Sekolah Rumah dapat diklasifikasikan menjadi: Sekolah Rumah Tunggal, Sekolah Rumah Majemuk, dan Komunitas Sekolah Rumah. Sekolah Rumah Tunggal adalah sekolah rumah yang diselenggarakan oleh orang tua satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lain, Selanjutnya, Sekolah Rumah Majemuk adalah sekolah yang diselenggarakan oleh orang tua dari dua atau lebih keluarga lain yang menerapkan Sekolah Rumah. Dapat Anda bayangkan bahwa dalam sekolah seperti ini, kemungkinan anak berinteraksi dengan temannya lebih tinggi dibandingkan dengan Sekolah Rumah Tunggal. Akhirnya, Komunitas Sekolah Rumah adalah gabungan dari beberapa Sekolah Rumah Majemuk.