Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ESSAY

PERSPEKTIF PENDIDIKAN di SD

Nama : Rachel Maryam Maulida Umar

NPM : 23862060052

Tema : Karakteristik dan Perkembangan Pendidikan di SD

Pertemuan ke : 2

Kelas : Banjarbaru

A. Karakteristik Pendidikan di SD
Fungsi dan tujuan pendidikan di SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional
yang tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Pada Pasal 3 Undang-Undang tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan
bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional, maka tujuan pendidikan di sekolah dasar adalah
memberikan pengalaman serta keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkatan perkembangannya, dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan ke tingkat
pendidikan menengah pertama.
1. Fungsi dan Tujuan Pendidikan di Sekolah Dasar
Sejak diberlakukannya kebijakan wajib belajar 6 tahun pada tahun 1984, sekolah
dasar menjadi sebuah lembaga pendidikan yang fungsinya sebagai wadah penanaman
kemampuan dasar bagi tiap-tiap warga Negara Indonesia yang berada di usia sekolah
dasar, yaitu antara usia 6-11 tahun. Dalam rancangan repelita VI Pendidikan Nasional,
sekolah dasar berperan sebagai bidang pendidikan dasar yang berfungsi dalam
menuntaskan wajib belajar pada tingkat pendidikan dasar 9 tahun, yaitu 6 tahun di
bangku sekolah dasar, dan sisanya 3 tahun di tingkat SLTP/sederajat. Berikut beberapa
spesifikasi fungsi serta tujuan diadakannya pendidikan dasar, :
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung (calistung) merupakan kemampuan
paling minimum yang harus dimiliki oleh tiap orang dalam berkehidupan di
era globalisasi ini. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar memberikan
porsi mata pelajaran yang kiranya mampu menunjang pembentukan
kemampuan tersebut dalam jumlah porsi yang cukup besar.
2. Memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar untuk berkehidupan
dengan normal yang tentunya berkaitan dengan life skill, diantaranya seperti
keterampilan akademik, personal, sosial, dan vokasional.
3. Mempersiapkan peserta didik untuk melangkah ke jenjang lanjutan
pendidikan dasar di sekolah menengah pertama. Sekolah dasar nantinya akan
membekali para peserta didiknya dengan keterampilan-keterampilan lebih
lanjut khususnya diberikan lebih intensif saat telah memasuki fase C di kelas
6,
2. Ciri Pendidikan di Sekolah Dasar
a. Ciri Umum Pendidikan di Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah dasar memiliki ciri khas yang mampu membedakannya dari
satuan pendidikan lain. Paling tidak, kiranya terdapat empat sasaran utama dalam
pendidikan di sekolah dasar, diantaranya :
1. Kemelekwacaan (literacy).
Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan kemelekwacaan, bukan pada
pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman
siswa tetang berbagai fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka
menyesuaikan perilaku dengan kehidupan.
2. Kemampuan berkomunikasi (communication skill).
Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan komunikasi, yaitu
mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun informasi
yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
Mencakup merasakan adanya masalah, mengidentifikasi masalah, mencari
informasi untuk memecahkan masalah, mengekspoitasi alternatif pemecahan
masalah, dan memilih alternatif yang paling layak.
4. Kemampuan bernalar (reasoning)
Yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara sistematis dan konsisten untuk
sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berpikir logis sehingga kemampuan bernalarnya berkembang.
b. Ciri Khusus Pendidikan di Sekolah Dasar
Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang
mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
1. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkrit,
yang ditandai oleh pandangan yang bersifat holistik.
2. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD,
yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
3. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan
pendidikan (SD) bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas
Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung selama enam tahun, yang dibagi
menjadi enam tingkat kelas.
4. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistik, pengalaman
langsung, dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik
siswa SD dan tujuan pendidikan dasar.
5. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup
mewah. Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah,
tanpa ruang guru dan juga tanpa ruang administrasi.
6. Bentuk penyelenggaraan pendidikan SD dapat dipilah menjadi pendidikan formal
dan non formal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau
Sekolah Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan non formal
mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
Adapun SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam
belajar karena kelainan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi
adalah SD biasa yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan,
sehingga terjadi perbauran antara anak normal dengan anak berkelainan.
Sementara itu, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang
mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu, seperti penggunaan bahasa asing
atau menggunakan kurikulum internasional.
Sedangkan untuk yang non-formal, seperti paket A dan home schooling atau
sekolah rumah. Paket A ialah pendidikan non formal jenjang SD yang
diperuntukkan bagi warga Negara yang berusia 14-45 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar. Adapun sekolah rumah atau home
schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah, melalui layanan
pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau
keluarga secara take home ataupun bisa pula di tempat-tempat lainnya, dengan
lingkngan dan suasana belajar yang sekondusif mungkin sehingga mampu
mengembangkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Maka secara keseluruhan dapat disimpulkan, bahwa siswa Sekolah Dasar berada pada
tahap operasi konkrit serta sangat bervariasi dalam kemampuan dan latar belakang sosial-
ekonomi, guru Sekolah Dasar adalah guru kelas yang harus mengajar semua mata pelajaran,
kecuali mata pelajaran Agama dan Penjaskes. Kurikulum Sekolah Dasar bertujuan untuk
menanamkan kemampuan dasar, terdiri dari sembilan 9 mata pelajaran. Pembelajaran
Sekolah Dasar bercirikan dengan kegiatan konkrit, manipulatif, dan terpadu.

Gedung dan fasilitas Sekolah Dasar sangat bervariasi, namun umumnya lebih sederhana
dan terbatas dibandingkan SLTP dan SLTA. Peyelenggaraan pendidikan SD menjadi
tanggung jawab menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tanggung jawab ini berdada pada 4
pihak yaitu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah, Menteri Agama, dan
Yayasan/Badan Pendidikan Swasta. Untuk SD sendiri diselenggarakan oleh Pemerintah,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab atas pengadaan, pendayagunaan dan
pengembangan tenaga kependidikan, kurikulum, buku pelajaran, dan peralatan pendidikan.
Selanjutnya, untuk Sekolah Dasar diselenggarakan oleh masyarakat, tanggung jawab
terhadap pengadaan, dan pendayagunaan tenaga kependidikan, buku pelajaran, dan peralatan
pendidikan serta peyediaan, pemeliharaan tanah serta gedung
terletak pada badan atau yayasan peyelenggara pendidikan. Kepala Sekolah Dasar yang
diselenggarakan oleh pemerintah bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Gubernur Kepala daerah Tingkat I, Kepala Madrasah Negeri bertanggung
jawab kepada Menteri Agama, dan Kepala SD Swasta bertanggung jawab kepada Yayasan
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Perkembangan Pendidikan di SD
Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa, mulai dari masa
penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, masa Orde Baru, hingga masa Reformasi.
Pendidikan pada masa Orde Baru lebih terpusat pada pemerintah dan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan pada masa Reformasi, pendidikan mengalami
perkembangan yang lebih maju dengan fokus pada perkembangan peserta didik dan
kualifikasi profesional bagi tenaga kependidikan. Selain itu, sarana dan prasarana pendidikan
juga mengalami peningkatan yang baik. Saat ini, pendidikan di Indonesia sudah dilakukan
hampir di seluruh wilayah Indonesia dan menggunakan teknologi-teknologi canggih seperti
LCD proyektor, handphone, dan WiFi. Namun, masih terdapat beberapa sekolah di daerah
pedalaman yang belum mengalami pemerataan pendidikan.
Pada masa Orde Baru perkembangan pendidikan masih sangat kurang dan hanya
berfokus kepada pembangun infastruktur sekolahnya saja. Sedangkan pendidikan SD pada
masa reformasi lebih berfokus kepada kualitas dari pendidikan yang diajarkan di sekolah SD.
Sedangkan kualitas pendidikan di era Reformasi telah terjadi banyak peningkatan nyata. Pada
masa atau era Reformasi banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada di indonesia salah satunya adalah dengan mengubah sistem kurikulum
yang ada di Indonesia. Pada masa dahulu kurikulum pendidikan di Indonesia menggunakan
sistem pembelajaran yang berpusat kepada guru sedangkan pada saat sekarang dilakukan
perubahan dengan sistem pendidikan yang berpusat kepada siswa.
Berikut beberapa rinciannya :
1. Perkembangan pendidikan era Orde Baru
Pendidikan SD di era orde baru yakni pada era pemerintahan di bawah presiden
Suharto (1967-1998) yang mana proses pendidikan di era orde baru lebih mencangkup
kurikulum dan perangkat pendidikan secara keseluruhan, selain itu adanya perluasan
dan pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan keadaan agar setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, yang didukung
dengan pengangkatan guru baru danpenghapusan Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) yang sebelumnya menjadi beban bagi orangtua/wali murid.
Kemudian pada masa orde baru ini terdapat yang namanya SD kecil untuk daerah
terpencil, ada juga SD Tradisional (konvensional) yang mana proses pembelajaran
berlangsung dari pagi, siang dan sore dengan beban mengajar 33 jam perminggu, lalu
adayang namanya Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara atau setingkat SD, lalu ada
yang namanya SD Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru)
merupakan program pendidikan SD yang berkolaborasi dengan masyarakat, lalu ada
Program Kejar (Paket A), ada Sekolah Luar Biasa, dan yang terakhir adanya SD
Terpadu yang bersifat inklusif gabungan antara anak normal dengan anak ketunaan
untuk belajar secara bersamaan. Selain itu, kurikulum yang digunakan pada era orde
baru sering berubah-ubah, mulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, dan kurikulum 1994.

2. Perkembangan pendidikan era Reformasi


Reformasi pendidikan merupakan hukum alam yang akan mencari jejaknya
sendiri, khususnya memasuki masa milenium ketiga yang mengglobal dan sangat ketat
dengan persaingan. Agar kita tidak mengalami keterkejutan budaya dan merasa asing
dengan dunia kita sendiri, refleksi ini setidaknya merupakan sebuah potret diri agar
dikemudian hari kita tidak lupa dengan wajah diri kita sendiri (Suyanto & Hisyam,
2000: 2).
Perubahan yang sangat menonjol pada era reformasi adalah dilaksanakannya
otonomi daerah sebagai implementasi dari UU No. 22/1999 tentang pemerintahan
daerah. Lebih lanjut, tantangan yang berkaitan dengan regulasi adalah kondisi UU No.
2/1989 tentang sistem pendidikan nasional (UU SPN) yang menganut manajemen
pendidikan sentralistis/k dan masih lebih menitikberatkan penyelenggaraan pendidikan
pada pemerintah, yang tidak lagi sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
Dari segi kualifikasi tenaga guru di Indonesia masih jauh dari harapan. Hal ini
ditunjukkan oleh statistik sebagai berikut: dari jumlah guru SD sebanyak 1.141.161
orang, 53% diantaranya berkualifikasi D-II atau statusnya lebih rendah. Dari jumlah
guru SLTP sebanyak 441.174 orang, 36% berkualifikasi D-II atau lebih rendah, 24,9%
berijasah D-III kemudian dari 346.783 orang guru sekolah menengah, sebanyak 32%
masih berkualifikasi D-III atau lebih rendah statusnya. Sementara itu pengangkatan
tenaga pendidik yang baru setiap tahun hanya dipenuhi 25% dari usulan kebutuhan
akan tenaga pendidik (Soearni, 2003: 396 – 397).
Implikasi dari situasi bangsa Indonesia seperti itu adalah dalam waktu kurang dari
satu dasawarsa ini sering terjadi pergantian kabinet sesuai dengan presiden yang
berkuasa. Hal ini tentu saja membawa dampak secara tidak langsung terhadap sistem
pendidikan di Indonesia. Pergantian kabinet, termasuk menteri pendidikan nasional
dapat berdampak seringnya terjadi pergantian kurikulum pendidikan yang diterapkan di
seluruh Indonesia.
Pada era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum 1994 yang
disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan
Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang pendidikan, antara lain :
a. Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya disempurnakan
menjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan kurikulum yang pada dasarnya berorientasi pada pengembangan tiga
aspek utama, antara lain aspek afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan
psikomotorik (ketrampilan).
b. Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak Asasi Manusia.
Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU Republik
Indonesia No. 20/2003, pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk
memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi dari
pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Adapun misi dari pendidikan nasional adalah sebagai berikut
:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh pendidikan dan
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global.
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun pada masa SBY juga
ditetapkan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Penetapan Undang – Undang
tersebut disusul dengan pergantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan kurikum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing - masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan serta silabus (BSNP, 2006: 2). KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip
sebagai berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan pesrta didik serta
lingkungan.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
h. Tujuan pendidikan KTSP :
 Untuk pendidikan dasar, diantaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
 Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
 Untuk pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Sehingga secara keseluruhan jika kita telaah lebih dalam tentu kita akan menemukan
perbedaan yang mencolok antara pendidikan SD di era orde baru dan era reformasi, yaitu
perbedaannya terletak pada Kurikulum yang digunakan, yang mana kurikulum pada era
reformasi lebih kontekstual dan mudah digunakan sesuai dengan tujuan dalam pendidikan.
Selain iu, di era reformasi ini terdapat visi dan misi nasional yang bertujuan agar
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Pada era reformasi ini juga waktu berlangsungnya pendidikan hanyadi pagi hari saja tidak
seperti di era orde baru, dan juga untuk jumlah jam mengajar tingkat SD yaitu 24 jam dalam
seminggu.

Anda mungkin juga menyukai