Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

PDGK4104

Nama : Nanda Aprilia

NIM : 858054432

Jawab :

1) Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan


komitmen politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai
ketentuan normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana system pendidikan
nasional dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan
nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di dalamnya
pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan
moral yang terkandung dalam bagian dari alenia keempat Pembukaan UUD 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi pengembangan potensi peserta
didik secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan
seterusnya. Sedangkan tujuan secara substantif merujuk pada tujuan pendidikan
nasional.
Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara
sebagai berikut :
a) Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
b) Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan
c) Mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi kejujuran
akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku
d) Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial diantara
teman
e) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesama
f) Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
g) Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan., ketertiban, dan
keamanan sekolah.

2) Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar


Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar,
maka tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh
setiap orang yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu,
mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi
yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang
meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal,
ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya
dengan ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan
lainnya. Paling tidak, ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai
berikut. (Ditjen Dikti, 2006) :
1. Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan
kemelekwacaan, bukan pada pembentukan kemampuan akademik.
Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai
fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku
dengan kehidupan.
2. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan
kemampuan komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah
pikiran sendiri maupun informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada
orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan
adanya masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk
memecahkan masalah, mengekspoitasi alternative pemecahan masalah, dan
memilih alternatif yang paling layak.
4. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti
secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa berfikir logis sehingga
kemampuan bernalarnya berkembang.

- Karakteristik Khusus Pendidikan SD


Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang
mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
1. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan
operasi konkret, yang ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic.
2. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran
SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
3. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan
pendidikan (SD) bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi
Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung selama enam tahun,
yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
4. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk,
pengalaman langsung, dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai
dengan karakteristik siswa SD dan tujuan pendidikan Dasar.
5. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai
yang cukup mewah. Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan
ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga tanpa ruang
administrasi.

3) Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara


pemerintah pusat, dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah
daerah, baik tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting Dinas). Pengelolaan
SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan
penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung
jawab utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.

4) Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A dan
Sekolah Rumah.
SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena
kelaninan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa yang
juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran antara
anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu, seperti
penggunaan bahasa asing atau menggunakan Kurikulum ernasional.

Paket A adalah pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga
negara yang berusia 14-45 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah
rumah atau home schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah, melalui
layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif,
sehingga potensi anak yang unik dapat berkembang secara optimal.

5) Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat
pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 ditetapkan Kurikulum
Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel (PPKn, Agama, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian, PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan
Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 dikenal sebagai
Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik.
Untuk mewujudkan program wajib belajar, ditetapkan tiga kriteria daerah penyebaran,
yaitu:
1. Daerah terpencil secara geografis karena letaknya berjauhan dengan daerah lain dan
komunikasi yang sulit.
2. Daerah dengan penduduk yang padat.
3. Daerah normal.

Untuk daerah terpencil perluasan program wajar dikdas dilakukan melalui


pengembangan SD Kecil, yakni SD yang terdiri atas dua atau tiga guru untuk melayani
murid pada 6 kelas dengan diterapkan pembelajaran kelas rangkap melalui program
satuan bakti guru daerah terpencil seperti di Kepulauan Riau. Daerah dengan penduduk
yang padat, di daerah perkotaan dikembangkan gedung bertingkat dengan ruang belajar
lebih dari 6 ruangan agar dapat menampung murid lebih dari 300 orang. Daerah normal,
daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk di bawah 1000 orang per kilometer
persegi, sehingga dibangun gedung SD dengan enam ruangan untuk enam kelas.
SD Tradisional (Konvensional) merupakan SD biasa yang memiliki tempat belajar atau
gedung yang dibangun dengan biaya pemerintah melalui program Inpres. Madrasah
Ibtidaiyah (MI) merupakan lembaga pendidikan formal setingkat SD yang dalam proses
pendidikannya mengajarkan bidang studi agama Islam dengan beban belajar lebih
banyak dari SD biasa.
SD Pamong merupakan program pendidikan SD kolaborasi dengan masyarakat.
Program Kejar (Paket A) merupakan program pendidikan luar sekolah yang bermakna
bekerja sambil belajar (Kejar). Sekolah Luar Biasa (SLB) merupaka lembaga pendidikan
yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah Terpadu merupakan
lembaga pendidikan yang bersifat inklusif, yakni pendidikan yang menggabungkan anak
yang normal dan mengalami ketunaan untuk belajar secara bersama dan gurunya terdiri
atas guru biasa dan guru pembimbing khusus untuk anak yang memiliki ketunaan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai