(NOR ATMAH)
(858302874)
UPBJJ BANJARMASIN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
MODUL 1
LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah
Dasar
Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik
Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional
yang mencerminkan bagaimana sistem pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional. Hal ini mengandung
makna bahwa pendidikan nasional termasuk di dalamnya pendidikan di SD/MI harus
sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan moral yang terkandung dalam bagian
dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan SD memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengembangan potensi pesrta didik
secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan seterusnya.
Sedangkan tujuannya secara substansif merujuk pada tujuan pendidikan nasional.
Peserta sisik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara (1)
menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya; (2) menghormati pendidik dan tenaga
kepandidikan; (3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik
dan mematuhi semua peraturan yang berlaku; (4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk
mewujudkan harmoni social di antara teman; (5) mencintai keluarga, masyarakat dan
menyayangi sesame; (6) mencintai lingkungan, bangsa dan Negara; dan (7) ikut menjaga dan
memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan sekolah.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional.
Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar, maka
tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh setiap orang
yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu, mata pelajaran yang
mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang meliputi
ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan sosial, dan
ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya dengan
ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.
Ketentuan perundang-undangan pertama yang mengatur sistem pendidikn nasional sesuai Pasal
31 UUD 1945 adalah :
1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret
1946 tentang pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar
Dewantara.
2. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK) .
3. UU No.12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK), yang merupakan pemberlakuan UU No.4 Tahun 1950 di seluruh RI.
4. Keputusan Presiden No.145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan Pendidikan sesuai
dengan Manipol-USDEK
5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mengganti rumusan Tujuan Pendidikan Nasioal.
6. UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi, mewadahi dinamika
pemikiran tentang arah dn tujuan pndidikan nasional dan manajemennya.
7. UU No 2 Tahun 1989, aturan sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS).
Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya
serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel
(PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian,
PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2
Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik
A. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait dan atau Tentang Pendidikan SD dalam Konteks
Pembangunan Pendidikan Nasioanal.
1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret
1946 tentang pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar
Dewantara.
2. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK) .
3. UU No.12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK), yang merupakan pemberlakuan UU No.4 Tahun 1950 di seluruh RI.
4. Keputusan Presiden No.145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan Pendidikan sesuai
dengan Manipol-USDEK
5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mengganti rumusan Tujuan Pendidikan Nasioal.
6. UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi, mewadahi dinamika
pemikiran tentang arah dn tujuan pndidikan nasional dan manajemennya.
7. UU No 2 Tahun 1989, aturan sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS).
B. Berbagai Kebijakan Strategis Dan Atau Tentang Pendidikan SD
Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya
serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel
(PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian,
PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2
Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik
A. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait dan atau Tentang Pendidikan SD dalam Konteks
Pembangunan Pendidikan Nasioanal.
Kesimpulannya, peserta didik yaitu semua komponen mayarakat yang belajar dan
mengembangkan diri melalui prosedur– prosedur, baik prosedur formal maupun nonformal.
Sedangkan tenaga pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu dan pengalamannya
dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai pengabdian terhadap masyarakat
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Antara lain seperti, ada peserta didik
yang cepat menerima materi, dan ada yang harus diulangi sehingga ia mengerti suatu materi.
Ada yang sifatnya cepat menghafal, dan ada yang sulit menghafal. Oleh karena beragamnya
karakteristik setiap peserta didik, yang harus diperhatikanoleh pendidik adalah harus pandai-
pandai mengenal karakteristik setiap peserta didik.
Karakteristik perkembangan fisiknya dipengaruhi oleh : (1) Pengaruh keluarga atau
keturunan, anak akan mewarisi gen dari orang tuanya. (2) Gizi, anak yang dalam
pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba berkecukupan, akan
terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya. (3) Tingkat Sosial Ekonomi anak
yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya
akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan fisik. (4) Faktor
emosional, anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan berkurangnya
pembentukan hormon pertumbuhan. (5) Jenis Kelamin, Sekitar umur 11-12 tahun anak
perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak laki-laki. (6) Kesehatan anak yang sehat
dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak
mengenal lelah. Suku Bangsa atau Ras, keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa
atau ras yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Karakteristik Perkembangan Motorik yang memiliki arti gerakan-gerakan tubuh yang
terkoordinasi karena adanya kerja sama antara otot, otak dan saraf. Keterampilan motorik akan
berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan anak
menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok disebut sebagai
keterampilan motorik halus. Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar,
menangkap, berlari serta menjaga keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan
motorik kasar.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi
emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah
Dasar merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi
anak kadang-kadang kurang stabil. Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan
emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun
orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali. Karakteristik Perkembangan
Sosial b erarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia
Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok. Pada usia ini
ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman.
B. Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak
Karakteristik memiliki arti bahwa kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki
cirri khusus atau unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek. Aspek
perkembangan anak yang berupa perkembangan intelektual, bahasa, moral dan spiritual saling
berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu aspek mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh aspek lain. Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau memfasilitasi
perkembangan pada aspek-aspek lainnya. Anak yang secara fisik berkembangsehat, akan
cendrung menunjukkan konsepsi diri yang positif, dan konsepsi diri yang positifakan
berpengaruh positif terhadap perkembangan belajarnya dan sebaliknya.
Karakteristik perkembangan bahasa anak, manusia mempunyai kemampuan berbahasa
lebih tinggi derajatnya daripada binatang. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran, juga
mempunyai ragam bahasa. Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam
dalam diri anak tentang hal-hal yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
bagaimana bersikap, bertutur kata yang baik terhadap orang lain.
1. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dapat
dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik,
dan sebagainya.
2. Fungsi Bahasa
a Untuk mengekspresikan perasaan
b Untuk memengaruhi orang lain
c Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara seperti : menangis, berceloteh, dan mengobrol.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara yaitu keluarga, sekolah, dan media
elektronik.
1. Perkembangan Moral Menurut Pakar
a. Menurut Piaget : Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih
dipahami dengan kaku.
b. Menurut Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama
pekembangan moral anak-anak.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah, teman
sebaya dan ktivitasnya, serta intelegensi dan jenis kelamin
Perkembangan Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus
dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama
mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun
keadilan. Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaituaspek pembentukan
kepribadian (ditujukan kepada jiwa) dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran). Belajar
agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca indera
lainnya. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara abstrak,
sehingga dapat mencerna pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan menjalankan
agama dengan penuh kesadaran. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab