Anda di halaman 1dari 13

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI SD

RANGKUMAN MODUL 1,2,3, DAN 4

(NOR ATMAH)

(858302874)

UPBJJ BANJARMASIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2023
MODUL 1
LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah
Dasar

Pandangan filosofis dan psikologis-pedagogis mewakili cara pandang pakar dalam


bidang filsafat, psikologi, dan pedagogic/ ilmu mendidik terhadap keniscayaan proses pendidikan
untuk usia sekolah 6-13 tahun. Dikatakan keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia
tersebut berlaku universal dan telah menjadi kenyataan atau sering disebut juga sebagai condition
sine quanon.
Terdapat tiga teori yang sangat relevan untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-
pedagogis pendidikan di SD/MI yaitu teori kognitifisme, teori historis-kultural, dan teori
humanistic.
Teori kognitifisme.
Piaget menegaskan bahwa teori kognitifisme atau pengetahuan bukanlah duplikat dari
objek, dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya
dalam diri individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk,
karena secara biologis adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif
adanya interaksi antara pikiran dengan objek.
Teori historis-kultural lebih memusatkan pada penggunaan symbol sebagai alat, dengan
dasar pemikiran bahwa manusia menemukan alat yang telah mengantarkan kemajuan bagi umat
manusia. Sistem symbol yang dikembangkan adalah bahasa lisan dan tulisan, sistem matematika,
notasi music dan lainnya. Melalui penggunaan simbol-simbol ini manusia mengembangkan cara
berpikir baru. Factor-faktor biologis seperti kematangan berpengatuh terhadap proses berpikir
dasar seperti perhatian, ingatan dan persepsi.
Teori humanistik, pendidikan humanistik adalah pendidikan manusia secara utuh dan
menyeluruh, yang memusatkan perhatian pada proses pendidikan pendidikan yang
memungkinkan
peserta didik melakukan belajar menikmati kehidupan atau mencapai kebutuhan lebih tinggi
dalam
pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal.
Kegiatan Belajar 2
Landasan Historis, Ideologis dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar

Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik
Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional
yang mencerminkan bagaimana sistem pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional. Hal ini mengandung
makna bahwa pendidikan nasional termasuk di dalamnya pendidikan di SD/MI harus
sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan moral yang terkandung dalam bagian
dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan SD memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengembangan potensi pesrta didik
secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan seterusnya.
Sedangkan tujuannya secara substansif merujuk pada tujuan pendidikan nasional.
Peserta sisik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara (1)
menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya; (2) menghormati pendidik dan tenaga
kepandidikan; (3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik
dan mematuhi semua peraturan yang berlaku; (4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk
mewujudkan harmoni social di antara teman; (5) mencintai keluarga, masyarakat dan
menyayangi sesame; (6) mencintai lingkungan, bangsa dan Negara; dan (7) ikut menjaga dan
memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan sekolah.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional.
Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar, maka
tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh setiap orang
yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu, mata pelajaran yang
mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang meliputi
ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan sosial, dan
ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya dengan
ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


1. Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
Paling tidak, ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai berikut. (Ditjen Dikti,
2006)
a. Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan kemelekwacaan,
bukan pada pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman
siswa tetang berbagai fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku
dengan kehidupan.
b. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan
komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
c. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah,
mengekspoitasi alternative pemecahan masalah, dan memilih alternatif yang paling layak.
d. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara
sistematis dan konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan siswa berfikir logis sehingga kemampuan bernalarnya
berkembang.

2. Karakteristik Khusus Pendidikan SD


Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang mempunyai ciri
khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
a. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkret, yang
ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic.
b. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD, yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
c. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan (SD)
bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD
berlangsung selama enam tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
d. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk, pengalaman
langsung, dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa SD dan
tujuan pendidikan Dasar.
e. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup
mewah. Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru
dan juga tanpa ruang administrasi.

Kegiatan Belajar 2. Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan


Pendidikan Sekolah Dasar

A. Tatanan Organisasi Sekolah Dasar


Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat,
dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi
(Dinas Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun
tingkat kecamatan (Ranting Dinas). Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai
lembaga mandiri, yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan
pendidikan.
Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas melakukan koordinasi atas
penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung jawab
utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.
B. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, dan SD
Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena kelaninan
fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa yang juga menerima
anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran antara anak normal dengan
anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang
mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu, seperti penggunaan bahasa asing atau
menggunakan Kurikulum ernasional.
RISUM MODUL 3

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. Ketentuan Perundang-undangan Terkait Pendidikan SD

Ketentuan perundang-undangan pertama yang mengatur sistem pendidikn nasional sesuai Pasal
31 UUD 1945 adalah :

1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret
1946 tentang pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar
Dewantara.
2. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK) .
3. UU No.12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK), yang merupakan pemberlakuan UU No.4 Tahun 1950 di seluruh RI.
4. Keputusan Presiden No.145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan Pendidikan sesuai
dengan Manipol-USDEK
5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mengganti rumusan Tujuan Pendidikan Nasioal.
6. UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi, mewadahi dinamika
pemikiran tentang arah dn tujuan pndidikan nasional dan manajemennya.
7. UU No 2 Tahun 1989, aturan sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS).

B. Berbagai Kebijakan Strategis Dan Atau Tentang Pendidikan SD

1. Strategic policy atau kebijakan strategi artinya kebijakan atau keputusan


manajemen/politik yang bersifat mendasar dan menyeluruh dari sebuah organisasi, dalam
hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi yang memiliki kekuatan dan alat-alat
untuk memaksa warganya.
2. Kebijakan strategi bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, dan agama.

C. Isi dan Proses Pendidikan SD

Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya
serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel
(PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian,
PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2
Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik

Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Reformasi


1. Ketentuan Perundang-undanganTerkait Pendidikan SDKetentuan perundang-undangan
yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional pada Era Reformasi adalah Pasal 31 UUD
1945 sebelum dan sesudah amandemen yang terjabar atas:
2. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional sampai
dengan tahun 2003
3. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional dari tahun
2003 sampai dengan saat ini
4. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai salah satu ketentuan
perundang-undangan turunannya.

A. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait dan atau Tentang Pendidikan SD dalam Konteks
Pembangunan Pendidikan Nasioanal.

Rincian prioritas yang terkait pendidikan SD adalah sebagai berikut.

1. Penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun


2. Penyelenggaraan Pendidikan nonformal yang bermutu
3. Pengembangan kurikulum SD yang disesuaikan dengan IPTEK
4. Pengembangan pendidikan Kewarganegaraan, multikultural, budi pekerti dan lingkungan
hidup
5. Penyediaan pendidik yang profesional
6. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
7. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik
8. Mengembangkan TIK
9. Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
10. Menyempurnakan manajemen pendidikan
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan
12. Menata sistem pembiayaan pendidikan
13. Peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% dari APBN dan APBD
14. Meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pelaksanaan Wajar
Dikdas 9 tahun.

1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret
1946 tentang pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar
Dewantara.
2. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK) .
3. UU No.12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(PKK), yang merupakan pemberlakuan UU No.4 Tahun 1950 di seluruh RI.
4. Keputusan Presiden No.145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan Pendidikan sesuai
dengan Manipol-USDEK
5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mengganti rumusan Tujuan Pendidikan Nasioal.
6. UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi, mewadahi dinamika
pemikiran tentang arah dn tujuan pndidikan nasional dan manajemennya.
7. UU No 2 Tahun 1989, aturan sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS).
B. Berbagai Kebijakan Strategis Dan Atau Tentang Pendidikan SD

1. Strategic policy atau kebijakan strategi artinya kebijakan atau keputusan


manajemen/politik yang bersifat mendasar dan menyeluruh dari sebuah organisasi, dalam
hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi yang memiliki kekuatan dan alat-alat
untuk memaksa warganya.
2. Kebijakan strategi bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, dan agama.

C. Isi dan Proses Pendidikan SD

Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya
serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel
(PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian,
PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2
Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik

Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Reformasi

1. Ketentuan Perundang-undanganTerkait Pendidikan SDKetentuan perundang-undangan


yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional pada Era Reformasi adalah Pasal 31 UUD
1945 sebelum dan sesudah amandemen yang terjabar atas:
2. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional sampai
dengan tahun 2003
3. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional dari tahun
2003 sampai dengan saat ini
4. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai salah satu ketentuan
perundang-undangan turunannya.

A. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait dan atau Tentang Pendidikan SD dalam Konteks
Pembangunan Pendidikan Nasioanal.

Rincian prioritas yang terkait pendidikan SD adalah sebagai berikut.

1. Penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun


2. Penyelenggaraan Pendidikan nonformal yang bermutu
3. Pengembangan kurikulum SD yang disesuaikan dengan IPTEK
4. Pengembangan pendidikan Kewarganegaraan, multikultural, budi pekerti dan lingkungan
hidup
5. Penyediaan pendidik yang profesional
6. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
7. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik
8. Mengembangkan TIK
9. Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
10. Menyempurnakan manajemen pendidikan
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan
12. Menata sistem pembiayaan pendidikan
13. Peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% dari APBN dan APBD
14. Meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pelaksanaan Wajar
Dikdas 9 tahun.
RISUM MODUL 4

A. Karakteristik perkembangan fisik, motorik, emosi, dan sosial anak


Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan prosedur pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan peserta didik dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar
disekolah. Departemen Pendidikan nasional (2003) menegaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Peserta didik pada usia SD/MI adalah semua anak yang memiliki rentang usia 7-12
atau 13 tahun.

Kesimpulannya, peserta didik yaitu semua komponen mayarakat yang belajar dan
mengembangkan diri melalui prosedur– prosedur, baik prosedur formal maupun nonformal.
Sedangkan tenaga pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu dan pengalamannya
dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai pengabdian terhadap masyarakat
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Antara lain seperti, ada peserta didik
yang cepat menerima materi, dan ada yang harus diulangi sehingga ia mengerti suatu materi.
Ada yang sifatnya cepat menghafal, dan ada yang sulit menghafal. Oleh karena beragamnya
karakteristik setiap peserta didik, yang harus diperhatikanoleh pendidik adalah harus pandai-
pandai mengenal karakteristik setiap peserta didik.
Karakteristik perkembangan fisiknya dipengaruhi oleh : (1) Pengaruh keluarga atau
keturunan, anak akan mewarisi gen dari orang tuanya. (2) Gizi, anak yang dalam
pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba berkecukupan, akan
terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya. (3) Tingkat Sosial Ekonomi anak
yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya
akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan fisik. (4) Faktor
emosional, anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan berkurangnya
pembentukan hormon pertumbuhan. (5) Jenis Kelamin, Sekitar umur 11-12 tahun anak
perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak laki-laki. (6) Kesehatan anak yang sehat
dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak
mengenal lelah. Suku Bangsa atau Ras, keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa
atau ras yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Karakteristik Perkembangan Motorik yang memiliki arti gerakan-gerakan tubuh yang
terkoordinasi karena adanya kerja sama antara otot, otak dan saraf. Keterampilan motorik akan
berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan anak
menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok disebut sebagai
keterampilan motorik halus. Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar,
menangkap, berlari serta menjaga keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan
motorik kasar.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi
emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah
Dasar merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi
anak kadang-kadang kurang stabil. Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan
emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun
orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali. Karakteristik Perkembangan
Sosial b erarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia
Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok. Pada usia ini
ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman.
B. Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak
Karakteristik memiliki arti bahwa kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki
cirri khusus atau unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek. Aspek
perkembangan anak yang berupa perkembangan intelektual, bahasa, moral dan spiritual saling
berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu aspek mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh aspek lain. Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau memfasilitasi
perkembangan pada aspek-aspek lainnya. Anak yang secara fisik berkembangsehat, akan
cendrung menunjukkan konsepsi diri yang positif, dan konsepsi diri yang positifakan
berpengaruh positif terhadap perkembangan belajarnya dan sebaliknya.
Karakteristik perkembangan bahasa anak, manusia mempunyai kemampuan berbahasa
lebih tinggi derajatnya daripada binatang. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran, juga
mempunyai ragam bahasa. Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam
dalam diri anak tentang hal-hal yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
bagaimana bersikap, bertutur kata yang baik terhadap orang lain.
1. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dapat
dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik,
dan sebagainya.
2. Fungsi Bahasa
a Untuk mengekspresikan perasaan
b Untuk memengaruhi orang lain
c Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara seperti : menangis, berceloteh, dan mengobrol.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara yaitu keluarga, sekolah, dan media
elektronik.
1. Perkembangan Moral Menurut Pakar
a. Menurut Piaget : Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih
dipahami dengan kaku.
b. Menurut Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama
pekembangan moral anak-anak.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah, teman
sebaya dan ktivitasnya, serta intelegensi dan jenis kelamin
Perkembangan Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus
dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama
mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun
keadilan. Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaituaspek pembentukan
kepribadian (ditujukan kepada jiwa) dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran). Belajar
agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca indera
lainnya. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara abstrak,
sehingga dapat mencerna pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan menjalankan
agama dengan penuh kesadaran. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

Anda mungkin juga menyukai