Anda di halaman 1dari 26

MODUL 1

LANDASAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
NAMA : AJI SANTOSO
KURROTUL AYUN
USWATUN HASANAH
ABIDATUL KHASANAH
MAULIDATUL KHOIROH
KELAS/SEMESTER : A/ 3 BI
KEGIATAN
BELAJAR 1
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis,
dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan
Sekolah Dasar
A.   Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis
Pendidikan Sekolah Dasar

 Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat


pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan
kita bahas adalah untuk apa pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
 Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah
cara melihat  pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar
dalam pengembangan potensi individu sesuai dengan karakteristik
psikologis peserta didik.
1. Landasan Filosofis dan Psikologis-
Pedagogis

 Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan


persekolahan atau scooling system, diyakini sangat strategis artinya
sangat tepat dilakukan, untuk mempengaruhi, mengondisikan,
dan mengarahkan perkembangan mental, fisik, dan sosial anak
dalam mencapai pendewasaannya secara sistematik dan sistemik
 Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih
efektif dan bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik
dan menguntungkan, daripada proses pendewasaan yang dilepas
secara alami dan kontekstual melalui proses sosialisasi atau
pergaulan dalam keluarga budaya semata-mata.
 Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi
landasan konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme,
kognitisfisme, humanisme, dan sosial.
Teori Kognifisme
menurut pieget Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang
terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi antara organisme dengan
lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan,
dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek.

Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses


mental yakni:
 Assimilation atau asimilasi adalah integrasi data baru dangan
struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran
 Accommodation atau akomodasi menunjuk pada proses
penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru
 Equilibration atau ekuibrasi adalah proses penyesuaian yang
sinambung antara asimilasi dan akomodasi.
Teori Historis-Kultural (Cultural
Historical Theories)

Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses pendidikan di


SD/MI seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan
kemampuan dalam diri individu sebagai produk interaksi antara
kemampuan intramental dan intermental individu dalam konteks
sosial-kultural, lingkungan sosial-kultural.
Teori
Humanistik
 Pendekatan humanistic memiliki karakteristik :
 (a) menjadikan peserta didik sendiri sebagai isi, yakni mereka
sendiri belajar tentang perasaannya dari perilakunya.
 (b) mengenal bahwa imajinasi peserta didik seperti
dicerminkan dalam seni, impian, cerita, dan fantasi sebagai hal
yang penting dalam kehidupan yang dapat dibahas bersama
dengan teman sekelasnya.
 (c) memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-
verbal seperti isyarat dan nada karena diyakini hal itu sebagai
ungkapan perasaan dan sikap yang dikomunikasikan;
 (d) menggunakan pemainan, improvisasi, dan bermain peran
sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.
B.  Landasan Sosiologis-Antropologis
Pendidikan Sekolah Dasar

 Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis


adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses
pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan
peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan
proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada
peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks
pembudayaan
 walaupun kita secara konstitusional menganut satu system
pendidikan nasional, instrumental atau pengelolaan system
pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen
penuh.
Kegiatan Belajar
2.
Landasan Historis, Ideologis, dan
Yuridis Pendidikan Sekolah
Dasar
A. Landasan Historis, Ideologis, dan
Yuridis
Pendidikan Sekolah Dasar

Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat


dari fakta sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Sekolah Dasar
Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa
berkembang secara dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga
berkembang dalam dimensi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya
Dari fakta sejarah pendidikan Sekolah Dasar pada zaman Hindia Belanda, kita
dapat menangkap bahwa makna segregasi sosial dan diskriminasi secara
sengaja dilakukan terhadap anak penduduk bumi putera dalam
memperoleh kesempatan belajar di Sekolah Dasar, tergantung pada latar
belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
 Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai
gerakan pendidikan pada masa perjuangan kemerdekaan yang
dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah mendorong
tumbuh dan berkembang pula konsep dan dasar ideology
pendidikan yang walaupun berbeda dalam nomenklatuurnya
dan konteks perwujudannya, tetapi semuanya pada satu tujuan
adanya system pendidikan yang inheren dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia. Salah
satunya adalah filsafat dan ideology pendidikan Taman Siswa Ing
madya mangun karsa, Ing Ngarsa sung Tuladha, Tut Wuri
Handayani.
B.  Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis
Pendidikan SD

  Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya


merupakan komitmen politik Negara Republik Indonesia yang
diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional yang
mencerminkan bagaimana system pendidikan nasional dibangun
dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
  Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional.
 Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi
pengembangan potensi peserta didik secara psikologis dan
pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan
seterusnya
Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-
norma pendidikan dengan cara sebagai berikut.

 Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya


 Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan
 Mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi
kejujuran akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku
 Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni
sosial diantara teman
 Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesame
 Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
 Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan.,
ketertiban, dan keamanan sekolah.
MODUL 2
LANDASAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR
1
Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri

Pendidikan Sekolah Dasar
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Sekolah
Dasar
 Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan
nasional yang tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor  20 Tahun
2003 tentang system pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU  tentang
Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negarav yang demokratis serta bertanggung jawab”
Tujuan pendidikan SD dapat dipilah
menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Menanamkan kemampuan dasar baca tulis hitung
mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemampuan ini
mendapat porsi yang cukup besar di SD.
2. Menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life
skills”, yang meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung),
ketrampilan personal, ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional.
3. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SMP.
Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para
siswanya dengan ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di
kelas 6.
B.  Karakteristik Pendidikan
Sekolah
Dasar
1. Karakteristik Umum
Pendidikan SD
2. Karakteristik Khusus
Pendidikan SD
Karakteristik Umum
Pendidikan SD
 Kemelekwacanaan (literacy)
Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai fonemena/gagasan
dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan kehidupan.
 Kemampuan berkomunikasi
, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
mencakup merasakan adanya masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi
untuk memecahkan masalah,
 Kemampuan bernalar (reasoning)
yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara sistematis dan konsisten untuk
sampai pada simpulan.
Karakteristik Khusus
Pendidikan SD
Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi
1.
konkret, yang ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic.
2. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata
pelajaran SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
3.  Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan
pendidikan (SD) bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas
Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung selama enam tahun, yang dibagi
menjadi enam tingkat kelas.
4. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk,
pengalaman langsung, dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai
dengan karakteristik siswa SD dan tujuan pendidikan Dasar.
5.  Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai
yang cukup mewah. Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang
kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga tanpa ruang administrasi.
KEGIATAN BELAJAR
2
TatananOrganisasi dan Bentuk-Bentuk
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar
A.    Tatanan Organisasi Sekolah
Dasar
 Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah pusat
 Dalam UU No. 20/ 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional, juga
dijelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah Pusat dalam
menyiapkan standar nasional, sedangkan penyelenggaraan
pendidikan berada sepenuhnya dalam kewenangan pemerintah
daerah. sedangkan penyelenggaraan pendidikan berada
sepenuhnya dalam kewenangan pemerintah daerah. Namun
berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan harus mengikuti
standar nasional dari Pemerintah Pusat
B. Bentuk-Bentuk
Penyelenggaraan
Pendidikan SD
1. Pendidikan Formal

2. Pendidikan non formal


Pendidikan formal mencakup
 SD/MI, merupakan jenjang pertama pendidikan dasar bagi anak usia
6-12 bulan.
 SDLB, SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus
dalam belajar karena kelaninan fisik atau mental yang dialaminya
 SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, menyelenggarakan
pendidikan umum dengan keunggulan yang merupakan kelebihannya
dari SD biasa. Kelebihan tersebut berupa penggunaan bahasa asing,
jumlah jam pelajaran lebih banyak, tersedia pendidikan khusus,
fasilitas lengkap, dan jumlah siswa dalam satu kelas relatif kecil.
 SD Inklusi, SD biasa yang juga menerima anak-anak yang
mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran antara anak normal
dengan anak berkelainan.
Pendidikan non formal
mencakup
Paket A, pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi

warga negara yang berusia 14-45 tahun yang belum menyelesaikan
pendidikan SD.
 Sekolah Rumah (Home Schooling), sekolah yang diselenggarakan
di rumah, melalui layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat-
tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif, sehingga potensi
anak yang unik dapat berkembang secara optimal.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai