Anda di halaman 1dari 49

RESUME

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

PRODI S1 PGSD/BI – 119


POKJAR KALIJOGO
UNIT PROGRAM PELAJAR JARAK JAUH
(UPBJJ-UT) SURABAYA
2022

MODUL 1
LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis, dan Sosiologis-Antropologis


Pendidikan Sekolah Dasar

A.    Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar


 Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan dalam
kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa pendidikan
Sekolah Dasar dikembangkan.
 Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah cara melihat  pendidikan dasar dari
fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu sesuai dengan karakteristik
psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedadogis yang relevan dengan fungsi proses itu adalah
bagaimana pendidikan dasar dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
  Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar
dari fungsi proses pendidikan dasardalam sosialisai atau pendewasaan peserta didik dalam konteks
kehiduoan masyarakat, dan proses ankulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta
didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.
 Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia sekolah 6-13 tahun.
a) Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan persekolahan atau
scooling system, diyakini sangat strategis artinya sangat tepat dilakukan, untuk mempengaruhi,
mengondisikan, dan mengarahkan perkembangan mental, fisik, dan sosial anak dalam mencapai
pendewasaannya secara sistematik dan sistemik
b) Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan bermakna,
artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan, daripada proses pendewasaan
yang dilepas secara alami dan kontekstual melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam
keluarga budaya semata-mata.
c) Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan konseptual teori
pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitisfisme, humanisme, dan sosial.
 Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas yang sangat relevan untuk menggali
landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
a) Teori Kognifisme
Pieget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan pula sebagai
tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan
sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara biologis adanya
interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara
organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek.

Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni:


1. Assimilation atau asimilasi
Assimilation atau asimilasi adalah integrasi data baru dangan struktur kognitif yang sudah
ada dalam pikiran
2. Accommodation atau akomodasi
Accommodation atau akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif
dengan situasi baru
3. Equilibration atau ekuibrasi
Equilibration atau ekuibrasi adalah proses penyesuaian yang sinambung antara asimilasi
dan akomodasi.
b) Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)
Secara sosial-kultural aktivitas mental merupakan sesuatu hal yang unik hanya pada manusia.
Hal ini merupakan produk dari belajar sosial atau social learning, yakni penyadaran simbol-
simbol sosial dan internalisasi kebudayaan dan hubungan sosial. Kebudayaan diinternalisasi
dalam bentuk system neuropsikis yang merupakan bagian dari bentuk aktivitas fisiologis dari
otak manusia. Aktivitas mental yang tinggi memungkinkan pembentukan dan perkembangan
proses mental manusia yang lebih tinggi. Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses
pendidikan di SD/MI seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam
diri individu sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan intermental individu
dalam konteks sosial-kultural, lingkungan sosial-kultural.
c) Teori Humanistik
Pendekatan humanistic memiliki karakteristik : (a) menjadikan peserta didik sendiri sebagai
isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya dari perilakunya; (b) mengenal bahwa
imajinasi peserta didik seperti dicerminkan dalam seni, impian, cerita, dan fantasi sebagai hal
yang penting dalam kehidupan yang dapat dibahas bersama dengan teman sekelasnya; (c)
memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal seperti isyarat dan nada karena
diyakini hal itu sebagai ungkapan perasaan dan sikap yang dikomunikasikan; (d)
menggunakan pemainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai wahana simulasi perilaku
yang dapat dikaji dan diubah.

B.     Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar


 Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar
dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua
kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan dalam
kedua proses tersebut adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan dasar dan mengembangan
secara kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik dalam
hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.

  Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah heterogen
dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara konstitusional menganut satu system
pendidikan nasional, instrumental atau pengelolaan system pendidikan itu tidaklah mungkin
dilakukan secara homogen penuh.
 Keseluruhan prinsip tersebut memberi implikasi terhadap kandungan, proses dan manajemen
pendidikan nasional. Untuk itulah dalam system pendidikan kita saat ini diupayakan berbagai
pembaharuan seperti kurikulum nasional yang bersifat sentralistik menjadi kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersifat desentralistik, penerapan kurikulum yang berdiversifikasi untuk melayani
keberagaman, dan pengembangan standar nasional pendidikan sebagai baku mutu pendidikan secara
nasional.
Kegiatan Belajar 2. Landasan Historis, Ideologis, dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar
A.    Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
 Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta sejarah yang
relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah Dasar beserta ide-ide atau
pertimbangan yang melatarbelakangi sejak pada masa Hindia Belanda sampai saat ini.
 Secara historis atau kesejahteraan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia merupakan kelanjutan
dari system pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang dibangun lebih banyak untuk
kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada dasarnya system pendidikan pada masa itu
ditekankan pada upaya memperoleh tenaga terampil yang menegrti nilai budaya penjajah sehingga
menguntungkan mereka dalam mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
 Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa berkembnag secara
dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dalam dimensi ideologi, politik,
ekonomi, maupun sosial budaya.
  Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai gerakan pendidikan pada masa
perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah mendorong tumbuh
dan berkembang pula konsep dan dasar ideology pendidikan yang walaupun berbeda dalam
nomenklatuurnya dan konteks perwujudannya, tetapi semuanya pada satu tujuan adanya system
pendidikan yang inheren dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia.
Salah satunya adalah filsafat dan ideology pendidikan Taman Siswa Ing madya mangun karsa, Ing
Ngarsa sung Tuladha, Tut Wuri Handayani.

B.     Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD


 Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik
Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional
yang mencerminkan bagaimana system pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

  Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional. Hal ini
mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di dalamnya pendidikan di SD/MI harus
sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan moral yang terkandung dalam bagian dari
alenia keempat Pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi pengembangan potensi peserta didik secara
psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan seterusnya. Sedangkan
tujuan secara substantif merujuk pada tujuan pendidikan nasional.
 Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara sebagai berikut.
1. Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
2. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan
3. Mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik dan
mematuhi semua peraturan yang berlaku
4. Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial diantara teman
5. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesame
6. Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
7.  Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan., ketertiban, dan keamanan
sekolah.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1. Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan Sekolah Dasar

A.    Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar


 Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor  20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional. Dalam Pasal 3 UU  tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negarav yang demokratis serta bertanggung jawab”.
 Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar, maka
tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-hitung, 
pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh setiap
orang yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu, mata pelajaran
yang mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang
meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan
sosial, dan ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya dengan
ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

B.     Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


1.      Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan
lainnya. Paling tidak, ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai
berikut. (Ditjen Dikti, 2006)
a. Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan
kemelekwacaan, bukan pada pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan
merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai fonemena/gagasan dilingkungannya
dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan kehidupan.
b. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan
komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
c. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah,
mengekspoitasi alternative pemecahan masalah, dan memilih alternatif yang paling
layak.
d. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara
sistematis dan konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan siswa berfikir logis sehingga kemampuan bernalarnya
berkembang.
2.      Karakteristik Khusus Pendidikan SD
Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang mempunyai ciri khas
yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
a. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkret, yang
ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic.
b. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD, yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
c. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan (SD)
bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD
berlangsung selama enam tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
d. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk, pengalaman langsung, dan
menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa SD dan tujuan
pendidikan Dasar.
e. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup mewah. Pada
umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga
tanpa ruang administrasi.
Kegiatan Belajar 2. Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan
Sekolah Dasar
A.    Tatanan Organisasi Sekolah Dasar
 Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat,
dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi  (Dinas
Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat
kecamatan (Ranting Dinas). Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga
mandiri, yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
  Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas melakukan koordinasi atas
penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan menengah.
 Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian
dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung jawab utama pengelolaan
SD berada di tangan SD sendiri.
B.     Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
 Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, dan SD
Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
  SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena kelaninan
fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa yang juga menerima
anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran antara anak normal dengan
anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang
mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu, seperti penggunaan bahasa asing atau
menggunakan Kurikulum ernasional.
 Paket A adalah pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga negara yang
berusia 14-45 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah rumah  atau home
schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah, melalui layanan pendidikan yang
secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat
lain, dengan proses belajar yang kondusif, sehingga potensi anak yang unik dapat berkembang
secara optimal.
MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde baru


 Era orde baru berawal dari pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Ir.Soekarno (1945-1965),
yang kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto (1967-1998) atau lebih dikenal dengan era
orde baru. Era orde baru berakhir pada masa kepemimpinan BJ Habibie (21 Mei 1998) yang
merupakan simbol dari reformasi.
 3 hal penting dalam perkembangan pendidikan sekolah dasar pada era orde baru yaitu:
1. Perundang-undangan
Semua ketentuan perundang-undangan berdasar pada pasal 31 UUD 1945, jadi Pendidikan
Nasional merupakan produk sejarahdalam pemikiran bangsa Indonesia untuk mewujudkan salah
satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
alenia keempat.
2. Kebijakan Strategis
Yaitu dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang I, dengan jangka waktu 25 tahun
mulai Repelita I hingga Repelita V. hal ini diarahkan pada perwujudan komitmen nasional
terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dan tujuan akhir pendidikan.
3. Isi dan proses
a. Kurikulum dan perangkat pendidikan
Isi pendidikan dasar diterapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian, yaitu ; Pendidikan
Pancasila,Agama, Kewarganegaraan, bahasa Indonesia,Membaca dan Menulis,
Matematika,Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi, SNSU, KTK, PenJaskes,
Menggambar, dan Bahasa Inggris.
b. Pengolahan
Dengan melaksanakan program perluasan dan pemerataan kesempatan belajar yang kita
kenal Wajib Belajar SD ,yaitu :
1) Untuk daerah terpencil, dikembangkan SD Kecil dengan menerapkanpembelajaran kelas
rangkap.
2) Untuk daerah penduduk padat,dengan pembangunan 6 ruangan untuk 6 kelas.
3) Untuk daerah normal, melalui SD Tradisional ( Konvensional), SD Pamong, Program
Kejar Paket A, SLB, SDLB, Sekolah Terpadu.
B. Perkembangan Pendidikan Sekolah dasar di Era Reformasi
Hal- hal penting dalam perkembangan pendidikan SD di era reformasi, Yaitu:
1. Perundang-undangan
Ketentuan Perundang-undangan yaitu Pasal 31 UUD 1945, yang terjabar atas:
a.       UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS
b.      UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS
c.       PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
d.      PP No.32 Thn.2013 tentang SNP
2. Kebijakan Strategis
Pembaharuan sistem pendidikan meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang
dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, sera pembedaan antara
pendidikan agama dan pendidikan umum. Ditandai dengan lahirnya Standar Nasional
Pendidikan, yang terdiri atas:
a. Standar isi
b. Standar Proses
c. Standar Kelulusan
d. Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik
e. Standar Sarana dan Prasarana
f. Standar Pengelolaan
g. Standar Pembiayaan
h. Standar Penilaian
Selain itu berkembangnya tahapan atau golongan pendidikan, yaitu:
a. In formal, contohnya pendidikan didalam keluarga
b. Formal, contohnya pendidikan di sekolah
c. Non Formal, contohnya pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, seperti
kursus.
3. Isi dan proses
a.       Kurikulum dan perangkat pendidikan
Menggunakan kurikulum KTSP, dengan ketentuan sebagai berikut:
 Menggunakan pendekatan tematik untuk kelas I,II dan III, dan pendekatan mata pelajaran
untuk kelas IV,V dan VI
 Silabus dan RPP dikembangkan oleh lembaga sekolah atau guru disesuaikan dengan kondisi
tingkat satuan pendidikan.
 Mewajibkan ekstra kurikuler pramuka
 Stuktur kurkulum terdiri atas:
1. Mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,
IPS, SBK, PENJASKES.
2. Muatan Lokal, Yaitu Bahasa Daerah, Bahasa Inggris
3. Pengembangan Diri
 Jam mengajar terdiri atas:
1. Kelas I : 26 jam + 4 jam = 30 jam
2. Kelas II : 27 jam + 4 jam = 31 jam
3. Kelas III : 28 jam + 4 jam = 32 jam
4. Kelas IV : 32 jam + 4 jam = 36 jam
5. Kelas V : 32 jam + 4 jam = 36 jam
6. Kelas VI : 32 jam + 4 jam = 36 jam
b. Pengolahan
Pengelolaan pendidikan, pengembangan dan penerapan MBS diterapkan secara bertahap
untuk mewadahi konsep si otonomi pendidkan pada tingkat satuan pendidikan.
MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan mewarisi
gen dari orang tuanya.
2. Gizi Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba
berkecukupan, akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi
sosial yang lebih tingg biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama
kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan
berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan.
5. Jenis Kelamin Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat
daripada anak laki-laki.
6. Kesehatan Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya,
aktif bergerak seakan tidak mengenal lelah
7. Suku Bangsa/Ras Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang diwarisi
dari nenek moyangnya.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik
 Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama
antara otot, otak dan saraf.
 Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan.
Keterampilan anak menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok
disebut sebagai keterampilan motorik halus. Sedangkan keterampilan anak berjalan,
melompat, melempar, menangkap, berlari serta menjaga keseimbangan badannya disebut
sebagai keterampilan motorik kasar.
 Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti
gerakan-gerakan berikut.
1. Cara memegang Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-asalan
saja, setelah lebih dewasa, cara memegang sesuatu sudah sempurna dan siap untuk
melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara berjalan Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak.
Namun, pada anak yang lebih dewasa, mereka hanya mempergunakan otot yang perlu
saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3. Cara memegang Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya mengayun ke
depan dengan berlebihan, seakan seluruh anggota badannya ikut bergerak. Namun, pada
anak yang lebih dewasaakan menendang bola dengan menggunakan kakinnya dengan
menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.
C. Karakteristik Perkembangan Emosi
 Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang
baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain, sehingga anak mulai
berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
 Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi emosi yang
menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah Dasar
merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi anak
kadang-kadang kurang stabil.
 Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan. Hal
tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Melalui bimbingan
tersebut, emosi anak bisa terkendali.
D. Karakteristik Perkembangan Sosial
 Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya.
Pada usia Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok.
Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman.
Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok dan bahagia apabila dapat diterima
menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
 Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan
melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi.
 Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu: tahap
pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai individu bukan
karena status sosial ekonomi atau yang lainnya, tetapi mereka lebih tertarik kepada anak lain
yang mau bermain bersama, sehingga terjalin persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa
berteman dan bersahabat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu kepentingan
rasa keadilan.
3. Teman Akrab Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul akrab. Mereka
saling berbagi perasaan, masalah maupun konflik, bercanda, tertawa, bercerita, dan kadang-
kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian bercanda lagi, sehingga akan terbentuk
ikatan emosional yang mendalam. Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan
yang dapat menentukan kkualitas sosial mereka setelah dewasa. Guru memegang peran untuk
membangun kehidupan sosial siswanya.
 Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat mempergunakan teknik
sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat mempergunakan teknik sosiometri untuk mengetahui
hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik untuk menggambarkan struktur
hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun kegunaan sosiometri bagi guru atau
konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat diidentifikasi siswa mana yang memerlukan
bantuan dalam menyesuaikan dirinya teerhadap kelompok.
Kegiatan Belajar 2 : Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual
Anak
A. Karakteristik Perkembangan Intelektual
1. Desentrasi dan konservasi Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat
dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain.
2. Seriasi Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk mengatur
benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3. Pemikiran rasional Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian.
Dalam hal ini anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
4. Inklusi kelas Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang
bagian dan keseluruhan.Selain itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa
sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan yang mempunyai hubungan
pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas atau relasi.
B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
1. Perkembangan Bahasa Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang
digunakan dapat dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah,
ungkapan musik, dan sebagainya. Tiap individu dituntut memiliki kemampuan untuk
menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan menanngkap pemikiran orang lain melalui
bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif. Semakin matang organ-organ
yang berkaitan dengan proses berbicara, anak akan semakin jelas mengutarakan kemauan,
pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu
memberikan rangsangan dengan cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak berbicara,
maka anak akan cepat berbicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai salah satu model yang
dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi kelancaran anak dalam
berbahasa.
2. Fungsi Bahasa a Untuk mengekspresikan perasaan b Untuk memengaruhi orang lain c Untuk
menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara a Menangis Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan
juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya. Melalui irama, intensitas maupun
gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan diketahui arti tagisan bayi. b Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat
mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif. Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak
menimbulkan arti, hanya beberapa huruf hidup atau mati yang digabungkan sehingga
menimbulkan bunyi. c Holofrase Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi
sebagai sarana bersosialisasi. Disamping sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi,
berbicara dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian. d Mengobrol Mengobrol merupakan
bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya didengar dan
dimengerti oleh orang lain. Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa yang dikatakan orang
lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara a Keluarga Peran orang tua sebagai
pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani mengutarakan
pendapatnya. b Media elektronik Media elektronik dapat membantu anak untuk belajar bicara
dan menambah kosakata. c Sekolah Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan
teman-teman di sekolah, anak-anak dapat meningkatkan penguasaan kosakata. Mereka juga
mampu mennngkatkan pemahaman terhadap kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di
sekolah.
C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan
tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai
tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
1. Perkembangan Moral
Menurut Pakar
a. Menurut Piaget Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami
dengan kaku. Tetapi pada anak usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang,
banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh dari lingkungan, kadang-
kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu buruk.
b. Menurut Kohlberg Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama
pekembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua peratutan yang telah
diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan berharap dapat diterima dalam
kelompok. Sedangkan pada tingkat kedua tingkat perkembangan anak, ia sebut dengan
morallitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan
diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok
tersebut.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral
a Lingkungan Rumah ; b Lingkungan Sekolah; c Teman Sebaya dan Aktivitasnya ; d
Intelegensi dan Jenis Kelamin
D. Perkembangan Agama
Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai pedoman
hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk bertingkah laku dan
berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6 Metode Diskusi dan Tanya Jawab
MODUL 5
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD , KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR

KB 1: Bentuk – Bentuk Kegiatan Belajar Yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar

A. Belajar Menemukan Karakteristik belajar


 Bentuk – bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak, meniru, menghafal,
merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan, mengambil keputusan,
berlatih, menghayati, dan mengamati.
 Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada siswa SD dapat dilakukan
dengan berbagai cara, sesuai dengan karakteristik siswa dan kreatifitas guru, sehingga dengan
demikian diharapkan kemampuan belajar siswa SD dapat berkembang secara maksimal. Untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar menemukan, guru dapat menerapkan metode
discovery learning yang dikemukakan oleh Bruner, selain itu dapat juga menggunakan metode
eksperimen ( experimental method ).
B. Belajar Menyimak
 Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
melalui permainan katan dan pertanyaan. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
belajar meniru, guru dapan menggunakan kegiatan bermain peran mengenai pekerjaan / profesi
yang ada di sekitar siswa.
 Contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar menyimak siswa adalah
sebagai berikut:
1. . Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti
bercerita, membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena dapat
membantu siswa mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal – hal lainnya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya. Cara lain adalah dengan melakukan permainan
“kuda bisik”. Melalui permainan ini, siswa dituntut untuk menyimak apa yang disampaikan
oleh temannya untuk kemudian diteruskan kepada teman yang lain.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya, guru memancing keingintahuan dengan berbagai
pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan , hingga didapatkan hasil
yang paling akhir atau kesimpulan.
3. Bermain dengan gambar, misalnya membuar gambar, merancang, dan melihat gambar, slide,
video, atau film.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata – kata yang
terdapat pada lagu tersebut.
C. Belajar Meniru
 Anak – anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru ( modelling ) dari lingkungan
sekitarnya. Guru dan orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak.
 Anak akan banyak sekali belajar melalui melihat, mengamati, menginternalisasi, hingga
meniru dalam bentuk perilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru itu menetap sebagai
suatu kebiasaan dan kegemaran.
 Contohnya siswa bermain peran sabagai polisi lalu lintas, dokter, guru, ibu rumah tangga
sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat sehari – hari.
D. Belajar Menghafal
 Pada pengembangan kemampuan mengahafal, hendaknya siswa diberi bekal pengetahuan
dan berpikir logis serta sistematis, sehingga siswa tidak hanya berada pada tingkatan ingatan
dan pemahaman saja.
 Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh budaya yang
terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu guru ke
siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisasi. Siswa
menjadi penerima yang pasif.
 Walaupun kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah dicanangkan sebagai dasar
strategi proses belajar mengajar, namun dalam praktik di lapangan yang terjadi masih dalam
pola siswa Datang, Duduk, Dengar, Catat dan Hafal (D3CH) dan siswa tidak dibiasakan
untuk belajar secara aktif.
 Lambat laun siswa menjadi cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Hal ini
akan terpola dalam banyak bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa kehilangan sense
oflearning atau kepekaan untuk belajar. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus
membenahi metode belajar siswa.
E. Belajar Merangkai
 Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat menggunakan permainan aneka
jenis binatang dengan karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan Agama karena pada
mata pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang nilai – nilai moral dan pengalamannya
dalam kehidupan sehari – hari.
F. Belajar Mengamalkan
 Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PPKn
dan Agama, karena pada mata pelajaran tersebut anak diajarkan tentang nilai – nilai
moral dan perilaku yang hendaknya ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di
masyarakat.
 Contohnya pada saat mempelajari tentang sikap saling hormat – menghormati antara
penganut agama yang satu dengan yang lain, siswa diajak untuk menanamkan nilai yang
terkandung dari pelajaran tersebut dalam kehidupannya sehari – hari dengan cara
menghormati teman yang sedang berpuasa, memberi selamat hari raya kepada teman
yang sedang merayakan hari besar agamanya, dan lain –lain.
G. Belajar Menganalisis
 Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
menganalisis pada siswa SD adalah dengan menggunakan permainan teka –teki atau tebak
– tebakan, sehingga anak terbiasa menganalisis suatu permasalahan berdasarkan informasi
yang tersedia dan mencari jawabannya.
 Manfaat dari permainan teka – teki ini adalah: 1. Mengasah daya ingat 2. Belahar
klarifikasi 3. Mengembangkan kemampuan analisis 4. Menghibur
H. Belajar Merespon
 Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tetentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD
adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di
sekitarnya.
 Misalnya bagaimana respon/tanggapan yang diberikan siswa apabila temannya sedang
ditimpa musibah banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.
I. Belajar Mengorganisasikan
 Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar humanistik yang dikemukakan
Carl Rogers.
 Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1. Manusia memiliki kekuatan
yang wajar untuk belajar 2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siwa.
 Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
 Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat membiasakan
siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisasikan informasi atau
pengetahuan yang diperolehnya ke dalam pemikirannyamasing – masing. Pengembangan
mengorganisasikan ini sesuai dengan teori humanistik yang dikemukakan oleh Rogers.
 J. Belajar Mengambil Keputusan Pengembangan kemampuan untuk mengambil keputusan
dapat dilakukan dengan metode problem solving atau pemecahan masalah. Sementara
untuk mengembangkan kemampuan berlatih, guru dapat menggunakan metode bermain
peran dengan cara mengajak siswa untuk praktik jual beli di warung sekolah.
K Berlatih Untuk membiasakan anak
 berlatih melakukan kegiatan sehari –hari, guru dapat mengadakan kegiatan bermain peran,
misalnya melakukan transaksi jual beli, seperti yang diterapkan di sekolah alam Ar-Ridho
dalam pembelajaran matematika.
 Contoh lainnya adalah seorang guru melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS di SDN
Kalisalak II Kebasen dan SD Gombong V, Kebumen. Salah satub kegiatannya adalah siswa
diajak ke warung deket sekolah, dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan
harga jual.
L. Belajar Menghayati
 Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat mengajarkan mata pelajaran
kesenian. Pada mata pelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran (drama)
dan menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan tersebut, siswa dapat
memahami karakter atau sifat dari tokoh yang diperankan atau makna yang terkandung dari
sebuah lagu.
M. Belajar Mengamati
 Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh kegiatan yang dapat
dilakukan adalah mengajak anak untuk mengenal ekosistem perairan laut yang memilki
keanekaragaman hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral, penghasilan, dan bibit
budi daya serta berfungsi menyerap karbon dari udara. Kegiatan ini diterapkan dengan
metode Edutainment (edukasi dan entertainment) seperti yang dilakukan oleh Gelanggang
Samudra Ancol.
Kegiatan Belajar 2: Motivasi Belajar Siswa
 Kata motif merupakan kata dasar motivasi yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
 Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali kegiatan perubahan
energi seseorang dan nampak sebagai kegiatan fisik, motivasi ditandai dengan adanya rasa, dan
pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi berupa tujuan yang didasarkan atas
kebutuhan.
 Ruang Lingkup Motivasi Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai dengan
munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan terhadap tujuan oleh Mc. Donald
mengandung 3 aspek penting, yaitu:
1. Motivasi adalah hal yang mengawali kegiatan perubahan energi pada seseorang, sehingga yang
terlihat adalah yang menyangkut kegiatan fisik.
2. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa.
3. Motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Sedangkan tujuan sendiri
menyangkut soal kebutuhan. Teori tentang motivasi lahir dan dan berkembang dengan tingkatan
– tingkatannya.
 Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu terkait dengan masalah kebutuhan
(Teori Abraham Maslow), yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat.
2. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok masyarakat.
4. Kebutuhan akan penghargaan seperti dihargai karena kemampuan, kebutuhan untuk diakui
kenaikan status atau pangkat pada diri seseorang.
5. Kebutuhan untuk mewujudkamn diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha
mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi. (Purwanto, 1990)
 Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi agar kegiatan belajar pada diri
siwa dapat bermanfaat dan berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi motivasi
yaitu sebagai berikut: 1. Motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan 2. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya 3. Motivasi dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan 4. Motivasi
berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
 Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang membagi motivasi menjadi
beberapa macam. Namun, disini kita hanya akan mengkaji motivasi intrinsik dan ekstrinsik saja.
1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsi
yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, karena biasanya dalam diri
seseorang tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohnya adalah
seseorang siswa yang melakukan kegiatan belajar karena ingin menambah ilmu, nilai, atau
keterampilan.
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didalam aktifitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktifitas belajar. Sebagai contohnya adalah seseorang akan belajar hingga keesokan harinya
akan dapat mengerjakan soal dengan baik dan mendapat nilai 100, dengan harapan akan
mendapatkan hadiah dari orangtuanya.
MODUL 6
Layanan Pendidikan Bagi Siswa Sekolah Dasar
Kegiatan Belajar 1 Prinsip-Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar
A. Pengertian Bimbingan
 Menurut Agus Taufik (2007), istilah bimbingan pada umumnya dipahami sebagai upaya
memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai yang bersifat
menuntun ke arah yang baik.
 Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan beberapa padanan dari kata guide yaitu: to direct,
pilot, manage or steer. Bimbingan sering dipadankan dengan “konseling” yang diadopsi dari
bahasa Inggris yaitu Counseling yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
“penyuluhan”. Pada akhir tahun sembilan puluhan , istilah penyuluhan dianggap tidak cocok
lagi karena konotasinya lebih bersifat pemberian informasi, sedangkan konotasi konselng
lebih bersifat hubungan antar dua pribadi, yaitu antara konselor dengan yang diberi bantuan.
 Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebagai suatu proses
membantu individu siswa untuk dapat memahami diri,mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depannya, sehingga diharapkan dapat mencapai perkembangan yang
optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
B. Tujuan Bimbingan Di Sekolah dasar
 Tujuan bimbingan dan konseling adalah memberi kemudahan belajar pada siswa SD agar
mereka dapat belajar dengan percaya diri, menyadari kekurangan dan kelebihannya serta
mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
C. Fungsi Bimbingan Di Sekolah
Ada 6 fungsi bimbingan di sekolah yaitu: 1. Fungsi Pengungkapan 2. Fungsi Penyaluran 3.
Fungsi Penyesuaian 4. Fungsi Pencegahan 5. Fungsi Perkembangan 6. Fungsi Perbaikan
D. Prinsip- prinsip Bimbingan di SD
Ada 8 prinsip dalam bimbingan di SD yaitu : 1. Bimbingan untuk semua 2. Bimbingan di SD
dilaksanakan oleh guru semua kelas 3. Bimbingan diarahkan untuk perkembangan kognitif dan
afektif 4. Bimbingan diberikan secara insidental dan informal 5. Bimbingan ditekankan pada
tujuan belajar dan kebermaknaan belajar 6. Bimbingan difokuskan pada aset 7. Bimbingan
terhadap proses pendewasaan 8. Program bimbingan dilaksanakan secara bersama
E. Peran Guru Dalam Program Bimbingan dan Konseling
Dalam Proses bimbingan guru memiliki peran penting, karena guru mempunyai hubungan yang
sangat dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih terbuka terhadap guru. Bimbingan di SD
dilaksanakan oleh guru kelas bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
MODUL 7
KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1.
PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

A.    Landasan Pengembangan Kompetensi Guru SD


 Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang
ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam bidang tersebut.
Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh seseorang jika ia
memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai serta sikap yang
memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara cerdas.
 Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu menghasilkan
lulusan yang mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana halnya
sdnegan standar kompetensi dibidang profesi lainnya, standar kompetensi guru SD di kembangkan
dengan mengacu kepada hal-hal berikut.
1. Ketetapan perundang-undangan yang terkait dengan guru SD seperti UU No.20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No.15/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru SD.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang dianggap benar
berdasarkan dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru lulusan SPG

B.     Profil Kompetensi Guru SD


 Dalam SKGK-SD/MI, Standar kompetensi dirumuskan dalam 4 rumpun kompetensi yaitu:
1. Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam
2. Penguasaan bidang studi
3. Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik
4. Kemampuan mengembangkan kemampuan professional secra berkelanjutan
 Sementara itu, dalam Permen No. 16/2007, Standar Kompetensi Guru SD/MI dorumuskan
menjadi 24 kompetensi inti yang dikelompokkan berdasarkan kompetensi agen
pemeblajaranyang terdapat dalam peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP No.19/2005, tentang SNP). Kompetensi sebagai agen pembelajaran
terdiri dari:
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
 Pengelompokan kompetensi dalam permen No. 16/2007 yang mengambil PP No. 19/2005
tampaknya lebih mengacu pada teori bukan pada tugas-tugas nyata seorag guru di  lapangan.
Standar kompetensi guru SD/MI terdapat dalan dua dokumen yaitu bukuStandar Kompetensi
guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional No.
16/2007.
 Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi standar kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1
PGSD, yang terdiri dari 30 kompetensi. Ke 30 kompetensi itu yang merupakan integrasi dari
kompetensi yang terdapat dalam kedua dokumen tersebut.
 Semua komopetensi guru SD tercermin secara integrative dalam kinerja guru, baik ketika
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mauoun ketika menilai proses dan hasil belajar
siswa. Kompetensi lulusan s1 PGSD mempunyai kelebihan dibandingkan kompetensi lulusan D
II PGSD. Kelebihan tersebut antara lain terletak pada kemampuan memoerbaiki pembelajaran
melalui PTK, kemampuan berperan serta dalam kegiatan pendidikan ditingkat lokal, regional,
nasional, dan global, kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik untuk
kepentingan pembelajaran maupun untutk mengembangkan wawasan.

C.    Indikator Penguasaan Kompetensi Guru SD


 Penguasaan kompetensi harus diakses dengan prosedur dan instrument yang sesuai dengan
hakikat kompetensi. Penguasaan akademik yang merupakan kawasan kognitif dapat diakses
dengantes, baik tes objektif maupun tes uraian. Ketrampilan dapat diakses melalui pengamatan
unjuk kerja seperti pidato, menunjukkan ketrampilan dasar mengajar, sedangka sikap dan nilai
harus di akses melalui pengamatan dalam kontek otentik akhirnya, unjuk kerja professional
seperti kemampuan mengajar diakses melalui pengamatan dengan menggunakan instrument
seperti APKG.
 Contoh-contoh indicator penguasaan kompetensi dapat dijadikan acuan oleh mahasiswa/Guru SD
untuk menilai statusnya dalam penguasaan kompetensi tertentu. Pengetahuan mengenai
kompetensi, asesmen kompetensi, dan indicator dapat dimanfaatkan oleh para guru SD ketika
melaksanakan tugas sebagai seorang guru ketika mengembangkan indicator keberhasilan dan
melakukan asesmen penguasaan kompetensi.

KEGIATAN BELAJAR 2. FORUM PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

A.    Peningkatan Profesionalitas Guru


 Kompetensi pengingkatan profesionalitas secara berkelanjutan dapat dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi, salah satu diantaranya adalah mampu memperbaiki pembelajaran melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
 Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dalam hal ini, jabaran
kompetensi dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pengalamn belajar atau kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan refleksi
2. Berkolaborasi dengan teman sejawat
3. Mengomunikasikan hasil-hasil PTK melalui berbagai media
4. Mengikuti perkembangan dunia pendidikan
5. Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah
6. Berperan serta dalam berbagai kegiatan pendidikan
7. Mengikuti perkembangan ilmu dalam 5 mata pelajaran SD
8. Mengikuti berbagai kegiatan guru

B.     Berbagai Wadah Profesionalitas Guru


Ada berbagai wadah atau forum yang meyediakan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan
profesionalitas seperti KKG, LPMP, Klinik Pembelajaran, LPTK, PGRI, Kursus-Kursus.
1. Kelompok Kerja Guru (KKG)
Kelompok Kerja Guru merupakan forum bagi guru SD untuk mengikuti berbagai kegiatan dan
untuk meningkatkan profesionalitas guru. Kegiatan kkg seyogyanya tidak hanya menyangkut
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan perangkat pembelajarn, tetapi juga kegiatan yang
berkaitan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan perluasan wawasan.
KKG bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui arena bertukar pikiran
pengalaman dan informasi sehingga para guru dapat berkembang menjadi guru yang profesional
yang mampu meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam mengelola pembelajaran sehingga
mampu menemukan atau menciptakan inovasi dalam pembelajaran.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
lembaga penjaminan mutu pendidikan merupakan lembaga yang berkedudukan di tingkat
provinsi dan berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi bimbingan,
arahan, saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
nonformal dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar
nasional pendidikan. dalam menjalankan fungsinya LPMP menyelenggarakan berbagai kegiatan
pengembangan dan pelatihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru SD untuk mengembangkan
profesionalitas
3. Klinik Pembelajaran (KP)
Klinik pembelajaran KB merupakan forum berbagi masalah gagasan pengalaman antara para
guru calon guru dan dosen lptk kegiatan berbagi pengalaman ini dilakukan melalui komunikasi
dijalan sebentar klinik pembelajaran dan melalui komunikasi online yang terbuka bagi semua
guru.
4. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK menyediakan program Sarjana (S1),
Pascasarjana (S2), serta program Doktor (S3) bagi para guru untuk meningkatkan kualifikasi
akademik di samping itu LPTK juga mempunyai fasilitas dan dosen yang dapat membantu guru
SD meningkatkan profesionalitasnya.
5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi profesi yang
memperjuangkan hak kesejahteraan serta peningkatan profesionalitas para anggotanya dalam
hal ini berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PGRI dapat diikuti oleh para guru untuk
meningkatkan profesionalitas.
6. Kursus-Kursus
Sebagai seorang guru yang diharapkan mempunyai akses yang luas ke sekedar informasi tentu
Anda diharapkan menguasai teknologi informasi dan komunikasi tersebut jika ada guru yang
memang belum melek teknologi seyogyanya guru tersebut mengikuti kursus computer,
sehingga dapat menggunakan keterampilan yang diperoleh untuk mengakses berbagai informasi
dan mengkomunikasikannya. Tidak diragukan lagi bahwa penguasaan keterampilan komputer
akan membantu guru untuk meningkatkan profesionalitas nya melalui informasi yang dapat
diakses dari internet.
MODUL 8
KURIKULUM SEKOLAH DASAR

A.    KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN


   Pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah pendidikan formal karena semua aspek dalam
pendidikan di sekolah ditata secara formal. Menurut Sukmadinata (2005: 2) salah satu karakteristik
pendidikan formal adalah bahwa pendidikan di sekolah memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum
tertulis.
     Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis pendidikan di sekolah berlangsung secara
terencana, sistematis, dan lebih didasari karakteristik pendidikan formal tersebut menunjukkan bahwa
kurikulum merupakan syarat mutlak bagi terjadinya pendidikan di sekolah
       Kurikulum merupakan panduan yang memberikan jawaban atas pertanyaan untuk apa pendidikan
dilakukan apa yang disampaikan dalam proses pendidikan bagaimana pendidikan akan dilaksanakan
serta Bagaimana mengukur hasil dan proses pendidikan
     Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19 yang menyatakan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

B.     PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM


Agar kurikulum yang dikembangkan benar-benar membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pendidikan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum. Secara umum, terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan dalam mengembangkan
kurikulum, Sukmadinata mengemukakan empat prinsip pengembangan kurikulum yaitu relevansi,
fleksibilitas, efisiensi, efektivitas, dan prinsip berkesinambungan.
1.   Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi sesuai dengan arti katanya prinsip ini menuntut kurikulum sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat berkenaan dengan tuntutan
dan kebutuhan perkembangan peserta didik kurikulum SD dituntut untuk sesuai dengan tugas
perkembangan peserta didik usia SD serta sesuai dengan proses belajar peserta didik SD sementara itu
berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat kurikulum juga harus mampu
mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan
masyarakat.
2.   Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum mengacu pada sejauh mana
kurikulum yang dirancang dapat diimplementasikan atau dilaksanakan dan dicapai di sekolah.
3.  Prinsip Efisiensi
Makna efisiensi secara umum makna efisiensi berkenaan dengan penggunaan sumber daya dalam
rangka pencapaian tujuan dan menerapkan prinsip ini dalam pengembangan kurikulum kurikulum yang
dirancang dapat dilaksanakan dengan lancar dan optimal.
4. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas penerapan prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum menurut
kurikulum dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah tempat kurikulum diimplementasikan.
5.  Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan prinsip ini didasarkan pada pandangan bahwa perkembangan dan proses
belajar anak berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu kurikulum yang dikembangkan
neneknya berkesinambungan antara 1 tingkatan kelas dengan kelas berikutnya antara suatu jenjang
pendidikan dengan jenjang pendidikan berikutnya.

C.     STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN SD


Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian akhlak
mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Khusus untuk jenjang
Sekolah Dasar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang
standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan
pendidikan di jenjang SD siswa.
Berkenaan dengan penguasaan peserta didik terhadap standar kompetensi lulusan dan penekanan
pada tahun dengan kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta
kemampuan berkomunikasi, maka kurikulum dan pembelajaran dikembangkan di SD  hendaknya
ditekankan pada pembentukan hal-hal berikut.
      1.      Kemelekwacaan (literacy)
      2.      Kemampuan berkomunikasi
      3.      Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
      4.      Kemampuan bernalar (reasoning)
Standar kompetensi lulusan SD tersebut dikuasai peserta didik melalui pembelajaran berbagai mata
pelajara. Oleh karena itu standar kompetensi lulusan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam standar
kompetensi lulusan mata pelajaran. Guru SD merupakan guru kelas yang mempunyai tugas utama
mengajar 5 mata pelajaran yaitu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 
Secara umum peran utama Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah memperkuat dasar-dasar
kewarganegaraan Indonesia dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
sekaligus menyiapkan warga negara yang menjadi warga negara global yang siap bersaing dan
bekerja sama namun tetap berpijak pada ke-indonesiaan.
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik secara formal
maupun informal.
3. Mata Pelajaran Matematika
Pada dasarnya konsep-konsep matematika adalah relasi-relasi. Mempelajari matematika berarti
belajar menemukan atau mengkonstruksi relasi itu, merumuskannya, menentukan hubungan antara
konsep-konsep itu, menyusunnya dalam suatu struktur, mengembangkannya, dan menggunakannya
dalam penyelesaian masalah.
4.Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat mengidentifikasikan sebagai: cara berpikir
untuk memahami alam semesta, cara melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan
dari penyelidikan.
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu
yakni kajian yang bersifat terpadu, interdisipliner, multidimensional, bahkan cross disipliner.
KEGIATAN BELAJAR 2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A.    Hakikat KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang bersifat desentralistik
karena dikembangkan oleh satuan pendidikan. Meskipun ktsp bersifat desentralistik, kurikulum yang
dikembangkan satuan pendidikan harus mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang
telah ditetapkan secara nasional oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP terdiri atas dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
1.   Tujuan Pendidikan SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2.    Struktur Dan Muatan Kurikulum SD
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang harus tercantum dalam struktur dan muatan
kurikulum mencakup Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban
Belajar, Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, serta
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
3.   Kalender pendidikan SD
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama
satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif, dan hari libur.
4.      Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok ada pelajaran atau tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

B.     Latar Belakang KTSP


Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan atau KTSP merupakan realisasi dari kebijakan
pemerintah dengan diberlakukannya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berkenaan dengan wewenang pengembangan pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan.
Landasan filosofis dan teoritis yang melatarbelakangi perkembangan KTSP adalah:
1.      Kurikulum harus dimulai dari lingkungan terdekat
2.      Kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan nasional dan satuan pendidikan,
serta
3.      Proses pengembangan kurikulum harus bersifat fleksibel.

C.    Prosedur Pengembangan KTSP


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan KTSP adalah analisis konteks yang
mencakup kegiatan berikut.
1.      Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan KTSP
2.      Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik pendidik dan tenaga
kependidikan sarana dan prasarana biaya serta program-program
3.      Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat serta lingkungan sekitar, komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi dunia industri dan dunia kerja, sumber
daya alam serta sosial budaya.
Hasil analisis konteks tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik serta strategi dan implementasi kurikulum. Langkah berikutnya adalah menyusun silabus
silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema
tertentu silabus disusun untuk seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran atau tema
telah na penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Menurut BSNP pengembangan silabus hendak memperhatikan berbagai prinsip berikut.
1.      Ilmiah
2.      Relevan
3.      Sistematis
4.      Konsisten
5.      Memadai
6.      Aktual dan kontekstual
7.      Flexible
8.      Menyeluruh
Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pelaksanaan
kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1.      Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik.
2.      Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar.
3.      Pelaksanaan kurikulum mungkinkan peserta didik mendapat pelayanan bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan.
4.      Kurikulum dimaksudkan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima
dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
5.      Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia
6.      Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial dan budaya kurikulum yang
mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri
diselenggarakan dengan keseimbangan keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memakai antar
kelas dan jenis serta bidang pendidikan.

D.    Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan KTSP


Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP pada SD adalah
1.      Tim penyusun yang terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah
2.      Komite sekolah
3.      Narasumber (ahli kurikulum dan pembelajaran)
4.      Dinas pendidikan
5.     Serta pihak lain yang terkait.
MODUL 9
HAKIKAT KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1: Pengertian, Fungsi, dan Komponen Kurikulum

1. Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran.
2. Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan
evaluasi. Ke-4 bagian/komponen penting kurikulum ini saling berkaitan dan berinteraksi untuk
mencapai perilaku yang diinginkan/dicita-citakan oleh tujuan pendidikan nasional.
3. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula dalam memilih isi/materi yang harus
dikuasai, strategi yang akan digunakan serta bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur
ketercapaian kurikulum.
4. Hierarki perumusan tujuan kurikulum dimulai dari tujuan umum pendidikan, kemudian tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
5. Materi/isi kurikulum menurut Saylor dan Alexander adalah fakta-fakta, observasi, data, persepsi,
penginderaan, pemecahan masalah yang berasal dari pikiran manusia dan pengalamannya yang
diatur dan diorganisasikan dalam bentuk konsep, generalisasi, prinsip, dan pemecahan masalah.
6. Strategi pembelajaran berkaitan dengan bagaimana menyampaikan isi/materi kurikulum agar tujuan
tercapai dan komponen evaluasi kurikulum adalah untuk menilai apakah tujuan kurikulum telah
tercapai. Hasil dari evaluasi kurikulum adalah berupa umpan balik apakah kurikulum ini akan
direvisi atau tidak.

Kegiatan Belajar 2: Pengembangan Kurikulum

1. Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan sedangkan pembelajaran adalah bagaimana
menyampaikan apa yang diajarkan.
2. Menurut McDonald & Leeper kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana kegiatan,
sedangkan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan rencana tersebut. Kurikulum dan
pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih besar, yaitu sistem
persekolahan.
3. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang saling terkait satu sama lain secara terus-
menerus dalam suatu siklus.
4. Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi proses
belajar dalam diri siswa.
5. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya terjadi dalam satu
lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi alami, ini artinya agar proses belajar
siswa berlangsung optimal guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Proses
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ini disebut pembelajaran.
6. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kegiatan pembelajaran adalah:
1) harus berpusat pada siswa yang belajar
2) belajar dengan melakukan,
3) mengembangkan kemampuan sosial,
4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah anak
5) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
6) mengembangkan kreativitas siswa,
7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, dan
9) belajar sepanjang hayat.
7. Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum, yaitu sebagai alat
untuk membantu guru melakukan tugasnya menyampaikan pembelajaran yang menarik minat siswa.
8. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi
keadaan berikut, yaitu merespons perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial di luar sistem
pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa dan merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan.
9. Masalah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum biasanya berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan mengenai bagaimana memilih materi yang diajarkan, apa yang harus dilakukan bila ada
pandangan yang bertolak belakang dengan pengembang dan bagaimana menerapkan kurikulum
secara meyakinkan.
MODUL 10
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

A.           SARANA DAN PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN DAERAH


Selain terbatasnya guru, kendala proses belajar mengajar yang selama ini ditemukan adalah
kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada. Beberapa indikator yang menjadi
sumber terbatasnya sarana dan prasarana bagi suatu sekolah, antara lain:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat transportasi
yang memadai.
2. Kurangsinkronan informasi antarintansi yang terkait.
3. Peristiwa bencana alam.
4. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa.
5. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi keterbatasan sarana,
dukungan keluarga dan keramahan alam.

B.            METODE PEMBELAJARAN


Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum menguasai bahan
ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang bukan bidangnya. Selain kurang menguasai
bidangnya, masih banyak guru yang dalam mengajar hanya menggunakan model yang sama. Mereka
kurang menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori
pendidikan yang baru.

C.            KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU


Salah satu persoalan guru, selain kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah mereka.
Perbandingan antara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di kota sangat
jauh. Dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah memadai, tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya
belum sesuai.
KB 2 : PEMBAHARUAN PEMEBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SD

A.           PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan
dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid
dan kelas sebagai fenomena sosial.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungann antara pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dan authentic assessmennya.

B.            PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektifdan
menyenangkan. Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran semestinya membuat anak merasa nyaman,
tidak takut untuk bertanya, tidak tegang dalam menyimak guru dan tidak merasa kesulitan untuk
menyerap materi yang diajarkan. Fungsi pembelajaran yang ditekankan adalah bagaimana menggali
dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa serta media yang digunakan untuk
menggali pengetahuan dan menanamkan nilai kehidupan sehari-hari.
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar siswa, member
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa, Kreatif
mengmbangkan kegiatan yang beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana, Efektif sehingga
pembelajaran mencapai tujuan, Menyenangkan sehingga anak tidak takut salah, tidak takut
ditertawakan, dan tidak dianggap sepele.
Sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya, mengemukakan gagasan
dan mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya, Kreatif merancang/membuat sesuatu dan
menulis/mengarang, Efektif menguasai keterampilan yang diperlukan, Menyenangkan sehingga siswa
berani mencoba/membuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan mempertanyakan
gagasan orang lain.

C.            PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF


Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-
kelompok, mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini,
siswa diajak untuk mencoba menyelami karakteristik kehidupan yang heterogen dengan berbagai
macam perbedaan karakter yang ada. Dalam melakukan pembelajaran ini, ada lima langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1.    Pembelajaran berbasis masalah
2.    Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
3.    Pemberian aktifitas kelompok
4.    Pembuatan aktifitas belajar mandiri

5.    Penerapan penilaian autentik


MODUL 11
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1. HAKIKAT DAN POTRET EVALUASI PROGRAM


PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
1. Evaluasi program adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai kebijakan atau suatu
program tertentu.
2. Sebagai satu pendekatan formal yang sistematis, evaluasi program sering disebut penelitian evaluasi,
yakni penelitian yang hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan, misal meneruskan program
atau menghentikan program.
3. Salahsatu model yang popular adalah model CIPP, yang merupakan singkatan context, input,
process dan product. Context terkait dengan lingkungan tempat program beroperasi, seperti
karakteristik masyarakat tempat berlangsungnya pemberantasan buta aksara. Input terkait masukan
yang akan berperan dalam proses PBA, seperti kutikulum, tutor, fasilitas. Process adalah proses
pelaksanaan program. Product adalah produk yang dihasilkan program.
4. Jika program pendidikan dinilai dengan menerapkan model CIPP pada evaluasi program
pembelajaran maka yang menjadi sasaran penilaian adalah seluruh aspek program, mulai dari
lingkungan sebagai context, kurikulum, silabus, perencanaan pembelajaran, buku, fasilitas, guru dan
siswa sebagai input, pelaksanaan pembelajaran sebagai process, hasil belajar sebagai product.
5. Tujuan evaluasi program pembelajaran
1) Lingkungan sekolah menunjang terjadinya pembelajaran;
2) Rencana pembelajaran yang dibuat guru dapat dilaksanakan;
3) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran;
4) Guru menunjukkan semangat dalam pembelajaran;
5) Penilaian proses pembelajaran dilakukan secara sistematis;
6) Hasil belajar siswa memenuhi harapan guru.
6. Kerugian jika evaluasi program pembelajaran tidak dilakukan:
1) Guru dan sekolah tidak pernah tahu kualitas program yang ditawarkan kepada masyarakat’
2) Budaya untuk melakukan perbaikan tidak pernah terjadi, karena tidak pernah tersedia infromasi
untuk perbaikan;
3) Pada guru tidak tertantang untuk mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan.
7. Potret evaluasi program pembelajaran di SD masih remang-remang. Di tingkat kelas, dapat
diketahui bahwa dalam rencana pembelajaran, evaluasi program sudah direncanakan, namun
pelaksanaannya masih tanda tanya.
8. Ditingkat SD, evaluasi pembelajaran dilakukan melalui rapat guru pada setiap akhir semester
(minimal); sedangkan evaluasi program dilakukan secara formal oleh satu tim dengan melibatkan
komite sekolah sangat jarang, bahkan belum pernah dilakukan.

KEGIATAN BELAJAR 2 LANGKAH – LANGKAH dan TINDAK LANJUT EVALUASI


PROGRAM PEMBELAJARAN
1. Evaluasi program pembelajaran di tingkat kelas dilakukan pada setiap akhir pelajaran (evaluasi
formatif), sedangkan di tingkat sekolah, dilakukan pada setiap akhir semester (evaluasi sumatif).
2. Lampiran Permen No.20/2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan mencantumkan bahwa
“penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuab untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
pembelajaran”.
3. Langkah penilaian yang dilakukan pendidik meliputi :
1) Pada awal semester, guru menginformasikan silabus mata pelajaran yang memuat rancangan dan
kriteria penilaian.
2) Mengembangkan indicator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang
dilakukan.
3) Mengembangkan instrument dan pedoman penilaian.
4) Melaksanakan penilaian baik tes, pengamatan penugasan dll.
5) Mengolah hasil penilaian untuk kemajuan peserta didik.
6) Mengembalikan hasil pekerjaan peserta didik yang sudah diberi balikan atau komentar.
7) Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
8) Melaporkan hasil penilaian kepada pimpinan satuan pendidikan setiap akhir semester dalam
bentuk nilai prestasi dan deskripsi.
4. Setelah mengkaji langkah – langkah yang dilakukan oleh pendidik, sekolah juga melakukan evaluasi
dengan tujuan menilai pencapaian semua kompetensi peserta didik semua mata pelajaran melalui :
1) Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )
2) Mengoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
3) Menentukan kriteria kenaikan kelas
4) Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada wali peserta didik.
5) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota.
5. Agar evaluasi program pembelajaran tingkat sekolah dapat dilakukan secara sistematis, terdapat
sejumlah langkah yang harus ditempuh antara lain :
1) Mengembangkan desain evaluasi program, meliputi latar belakang dilakukannya penilaian
program, masalah yang akan dijawab melalui penilaian program, tujuan, sasaran, teknik yang
dilakukan.
2) Mengembangkan instrument dimulai dari pembuatan kisi – kisi instrument, yang menjabarkan
variable penilaian menjadi indicator.
3) Mengumpulkan data dilakukan sesuai desain evaluasi.
4) Menganalisis data
5) Menulis laporan
6. Hasil evaluasi pembelajaran haruslah ditindaklanjuti oleh guru untuk evaluasi pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan oleh sekolah untuk evaluasi yang dilakukan oleh sekolah.
7. Guru menindaklanjuti hasil penilaiannya dengan segera ketikan merancang pembelajaran berikutnya
atau menerapkan langkah – langkah PTK
8. Sekolah menindaklanjuti hasil evaluasi program sesuai dengan hakikat temuan.
MODUL 12
SUMBER DAYA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1

POTRET SUMBER DAYA DI SEKOLAH DASAR

Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat dikelompokkan


berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya. Berdasarkan jenisnya, sumber daya dapat
dipilah menjadi :

a. Sarana dan prasarana di SD


b. Sumber daya manusia di SD
c. Sumber dana di SD

Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan menjadi sumber daya yang berada di
SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.

A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 42 menetapkan bahwa sarana dan prasarana yang harus ada pada setiap satuan
pendidikan, termasuk SD meliputi :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai dan
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.
2. Sedangkan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan/kepala sekolah, ruang
guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di SD sangat bervariasi,
dari yang paling lengkap dan ideal sampai yang paling minimal. Banyak SD yang memiliki sarana
dan prasarana belajar seadanya, bahkan ada yang sangat mengkhawatirkan, sehingga menimbulkan
keluhan dari masyarakat karena keterbatasan sarana dan prasarana ini membuat kualitas pelayanan
pendidikan yang diberikan rendah.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari kemampuan dan
kreativitas guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat sarana dan
prasaranayang tidak dimanfaatkan secara maksimal, disamping ada sarana dan prasarana yang
terbatas yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
B. POTRET SUBER DAYA MANUSIA DI SD
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal
35 menetapkan bahwa : “tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.” Pada kenyataannya, banyak SD yang tidak memiliki
tenaga administrasi dan tenaga perpustakaan.
Guru atau pendidik dan kepala sekolah dapat dikatakan merupakan motor berputarnya roda
pendidikan di SD. Idealnya, pada satu SD yang memiliki 6 kelas ( kelas 1 s.d 6) terdapat 6 orang guru
kelas, guru pendidikan agama, guru Pendidikan Jasmani dan Kepala Sekolah. Namun pada
kenyataannya, penyebaran guru SD ini tidak merata. Ada SD yang mempunyai guru yang melimpah,
terutama di kota. Adapula SD yang mempunyai guru terbatas, terutama daerah-daerah terpencil.
Jika kondisi SDM di SD seperti itu, tentu kita akan berpikir keras bagaimana mungkin kita
menyamakan kualitas lulusan SD di kota besar dengan kualitas lulusan di daerah terpencil. Bukan
rahasia umum lagi, bahwa lulusan SD di daerah tertentu belum dapat membaca, menulis, dan
berhitung, bahkan lulusan SMA pun ada yang belum lancar menulis dan membaca.
Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, “ Guru adalah
pendidik professional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”. Kemampuan guru dalam melaksanakan tugas professional
tersebut sangat tergantung dari kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki guru. Kualifikasi dan
kompetensi guru yang bervariasi akan bermuara pada variasi kualitas layanan ahli yang dapat
diberikan guru.
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 38 Ayat 2,
kriteria untuk menjadi Kepala SD/MI adalah :
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang kependidikan

C. POTRET SUMBER DAYA DI SD

Sesuai dengan Standar Pembiayaan Pasal 62 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal
2. Biaya investasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap
3. Biaya personal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan
4. Biaya operasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, trasportasi, konsumsi, pajak,
asuransi dan sebagainya.
Ketersediaan dana pendidikan sering digunakan sebagai alasan lancar tidaknya
penyelenggaraan suatu usaha, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketersediaan dana
pendidikan di SD juga sangat bervariasi, dari yang melimpah sampai yang hanya mampu beroperasi
seadanya.
Banyaknya pungutan yang harus dibayar orang tua siswa merupakan masalah yang
ditemukan dalam satu survei, dan dikeluhkan oleh orang tua siswa yang berdomisili di kota karena
kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan masih rendah.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potret srana dan prasarana, SDM, dan dana di
berbagai SD sangat bervariasi atau beragam. Kesenjangan yang besar tedapat antara SD unggulan
atau SD favorit dengan SD yang berada di daerah terpencil. Sebagai implikasinya, pelayanan
pendidikan yang diberikan pun sangat bervariasi. Dampak dari semua ini adalah kualitas lulusan SD
yang sangat bervariasi pula.

Kegiatan Belajar 2

SUMBER DAYA YANG BERASAL DARI LUAR SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DRI LUAR SD


Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai cara, antara lain
dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang dapat dijangkau
oleh SD. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sumber belajar yang ada di lingkungan seperti
gejala alam, sanggar seni, balai budaya, perpustakaan, lapangan olah raga, ruang pertemuan/ruang
kelas, atau tempat ibadah. Agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut, sekolah harus
menjalin komunikasi professional dengan pihak-pihak yang memiliki atau bertanggung jawab
terhadap sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan.
B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di SD, SDM dan lembaga yang sangat berperan
dalam penyelenggaraan pendidikan SD meliputi :
a. Pengawas SD
b. Kepala Dinas Pendidikan
c. Menteri Pendidikan Nasional

Yang semuanya merupakan pejabat pemerintah, serta Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang
anggota-anggotanya merupakan representasi dari masyarakat yang peduli pendidikan.

a. Pengawas SD
Adalah “Tenaga Kependidikan Profesional berstatus PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan pendidikan pada sekolah/satuan pendidikan”.
Seorang pengawas SD harus berpengalaman sebagai guru SD minimal selama 8 tahun
atau kepala SD selama minimal 4 tahun. Tugas utama pengawas SD adalah sebagai supervisor
akademik manajerial bagi guru dan kepala sekolah.
Kenyamanan di lapangan menunjukkan bahwa kualifikasi dan kompetensi Pengawas
Satuan Pendidikan, termasuk Pengawas SD. Pembinaan yang disediakan bagi para pengawas
dianggap belum memadai, sehingga para pengawas banyak yang merasa ketinggalan dari para
guru yang harus di supervisinya. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan lebih banyak
bersifat teknis administratif.

b. Kepala Dinas Pendidikan


Di tingkat provinsi maupun kabupaten bertugas menjabarkan dan melaksanakan
kebijakan nasional sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Jabaran kegiatan tersebut
tercermin dalam rencana tahunan pemerintah daerah.
Menteri Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas pengelolaan system pendidikan
nasional, pemirintah pusat menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan.

c. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan unsur masyarakat yang peduli
pendidikan. Kedua lembaga ini dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Dalam menjalankan perannya, Dewan Pendidikan memberikan pertimbangan, arahan,
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Komite Sekolah menjalankan perannya dengan memberikan petimbangan,
arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan/sekolah. Komite Sekolah melakukan pengambilan
keputusan dalam bidang non akademik, seperti struktur organisasi sekolah dan biaya
operasional satuan pendidikan dengan dihadiri oleh kepala sekolah. Komite Sekolah
juga dapat memberi pertimbangan pada tata tertib satuan pendidikan dan rencana
tahunan satuan pendidikan/sekolah.
Kenyataannya memnunjukkan bahwa masih banyak orang tua siswa yang
belum tahu tentang keberadaan Komite Sekolah, disamping perannya yang belum
tampak dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

C. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa
DOP, dari pemerintah pusat berupa Dana BOS, disamping sumbangan dari orang tua
siswa yang disalurkan melalui Komite Sekolah.
Dana BOS merupakan program pemerinth yang berasal dari dana subsidi BBM
yang bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan
meringankan bagi siswa lain dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Sehubungan dengan itu, yang berhak menerima dana BOS adalah semua sekolah tingkat
SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Besar dana BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa per tahun ajaran di satu
sekolah, dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen-komponen yang sudah
ditentukan secara ketat. Jika dana BOS dikelola dengan benar, siswa SD semestinya
bebas dari segala pungutan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak
pungutan yang dikenakan kepada siswa SD.

Anda mungkin juga menyukai