Anda di halaman 1dari 21

Kegiatan Belajar 1

Landasan Filosofis, Psikologis Pedagogis dan Sosiologis Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar

Pandangan filosifis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia.
Sementara itu cara psikologis-pedagogis atau psiko-pedagogis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi
proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta
didik. Sedangkan cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks
kehidupan bermasyarakat dan yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.

1. Landasan Filosofis dan Psikologis-pedagogis

Pandangan filosofis dan psikologis-pedagogis mewakili cara pandang pakar dalam bidang filsafat, psikologi, dan
pedagogik/ ilmu mendidik terhadap keniscayaan proses pendidikan untuk usia sekolah 6-13 tahun. Dikatakan
keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia tersebut berlaku universal dan telah menjadi kenyataan atau
sering disebut juga sebagai condition sine quanon.

Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia itu. Pertama, pelembagaan proses pendidikan
untuk usia dalam sistem pendidikan persekolahan atau schooling system, diyakini sangat strategis, artinya sangat
tepat dilakukan, untuk mempengaruhi, mengkondisikan dan mengarahkan perkembangan mental, fisik dan sosial
anak dalam mencapai kedewasaannya secara sistematik dan sistemik. Kedua, proses pendewasaan yang
sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan
menguntungkan, daripada proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual melalui proses
sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga dan masyarakat dan enkulturasi atau pembudayaan interaktif dala
kehidupa budaya yang semata-mata. Ketiga, berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi
landasan konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitifisme, humanisme dan sosial (Bell-
Gredler:1986), filsafat pendidikan seperti perenialisme, yang menekankan pentingnya pewarisan kebudayaan,
esensialisme, yang menekankan pada transformasi nilai esensial, progresifisme, yang menekankan pada
pengembangan potensi individu, dan rekonstruksionalisme sosial, yang menekankan pada pengembagan potensi
individu untuk perubahan masyarakat (Brameld, 1965) sangat mendukung proses pendewasaan anak melalui
pendidikan persekolahan.

Terdapat tiga teori yang sangat relevan untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di
SD/MI yaitu teori kognitifisme, teori historis-kultural, dan teori humanistik.

1. Teori kognitifisme.
Teori kognitifisme atau lebih dikenal sebagai teori perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, dan
diakui sebagai salah satu pilar atau tonggak konseptual dan sumber pengetahuan kognitif anak (Maier, 1978:12)
Piaget menegaskan bahwa teori kognitifisme atau pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan pula
sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan
sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi antara
organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek.

Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni assimilation atau asimilasi adalah
integrasi data baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran; accommodation atau akomodasi
menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru; equilibration atau ekuilibrasi adalah
proses penyesuaian yang menyambung antara asimilasi dan akomodasi.

Empat tahap perkembangan kognistif menurut Jean Piaget yaitu: Tahap sensori motorik merupakan saat mulai
berkembangnya operasi prasimbolik dan praverbal. Tahap praoperasional ditandai dengan perkembangan pikiran
logis parsial mulai tumbuh konsep ketetapan suatu objek dengan penekanan pada identitas kualitas. Tahap operasi
konkret terjadi pergantian perilaku impulsif dengan refleksi dasar. Tahap operasi formal mulai tumbuh pikiran
tentang rencana hidup dan peran orang dewasa, kemampuan berpikir logis dalam berbagai situasi dan mulai
mampu bernalar secara utuh mulsi dari situasi konkret sampai situasi hipotesis.

2. Teori historis-kultural (Cultural Historical Theories)


Teori ini dikembangkan oleh Lev S. Vygotsky yang memusatkan perhatian pada bidang telaah aspek manusia dari
kognisi. Teori ini lebih memusatkan pada penggunaan simbol sebagai alat, dengan dasar pemikiran bahwa manusia
menemukan alat yang telah mengantarkan kemajuan bagi umat manusia. Sistem simbol yang dikembangkan
adalah bahasa lisan dan tulisan, sistem matematika, notasi music dan lainnya. Melalui penggunaan simbol-simbol
ini manusia mengembangkan cara berpikir baru. Faktor-faktor biologis seperti kematangan berpengatuh terhadap
proses berpikir dasar seperti perhatian, ingatan dan persepsi.

3. Teori humanistik,
Pendidikan humanistik adalah pendidikan manusia secara utuh dan menyeluruh, yang memusatkan perhatian pada
proses pendidikan pendidikan yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar menikmati kehidupan atau
mencapai kebutuhan lebih tinggi dalam pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal atau kemungkinan
pertumbuhan yang positif.

Pendekatan humanistik memiliki karekteristik : (a) Menjadikan peserta didik sendiri sebagai isi, yakni mereka
sendiri belajar tentang perasaannya dan perilakunya: (b) Mengenal bahwa imaginasi peserta didik seperti
dicerminkan dalam seni, impian, cerita dan fantasi sebagai hal yang penting dalam kehidupan yang dapat dibahas
bersama dengan teman sekelasnya: (c) Memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal seperti isyarat
dan nada suara karena diyakini hal itu sebagai ungkapan perasaan dan sikap yang dikomunikasikan; (d)
Menggunakan permainan, improvisasi dan bermain peran sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan
diubah.
Tujuh aspek tujuan pendidikan humanistik yakni : (a) Perkembangan personal, contohnya kematangan berbicara
(b) Perilaku kreatif yang mencakup pengembangan kemurnian, kreativitas imajinasi, interpretasi baru, makna baru
dan sejenisnya, seperti bermain untuk membuat berbagai bentuk dari tanah liat (c) Kesadaran antar pribadi,
contohnya setiaporang pasti membutuhkan orang lain untuk berteman (d) Orientasi terhadap mata pelajaran atau
disiplin ilmu (e) Materi, seperti pengetahuan sosial, matematika dan lain-lain (f) Metode pembelajaran afektif,
contohnya bermain peran sosial (g) Guru dan tenaga kependidikan lainnya. Menurut Ericson tentang Affective
Development, diperoleh tahap perkembagan manusia yang sehat sebagai berikut : (a) Tahap bertahan hidup pada
masa bayi (b)Tahap pengokohan pada masa kanak-kanak (c) Tahap sosiabilitas pada masa remaja (d) Tahap
keahlian pada masa dewasa muda (e) Tahap kematangan pada masa dewasa.

Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar

Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi
proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada pesera didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan.

Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah heterogen dalam segala
aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara konstitusional menganut satu sistem pendidikan nasional,
instrumentasi atau pengelolaan sistem pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogeny penuh.

Keseluruhan prinseip tersebut memberi implikasi terhadaop kandungan, proses dan manajemen pendidikan
nasional. Maka sistem pendidikan saat ini diupayakan berbagai pembaruan seperti kurikulum nasional yang bersifat
sentralistik menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersifat desentralistik.

Kegiatan Belajar 2

Landasan Historis, Ideologis dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar

A. Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)


Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta sejarah yang relevan tentang
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah Dasar beserta ide-ide atau pertimbangan yang
melatarbelakanginya.

Secara historis atau kesejarahan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia merupakan kelanjutan dari sistem
pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang dibangun lebih banyak untuk kepentingan penjajahan
Belanda di Indonesia. Pada dasarnya sistem pendidikan pada masa itu ditekankan pada upaya memperoleh tenaga
terampil yang mengerti nilai budaya penjajah sehingga menguntungkan mereka dalam mempertahankan dan
melangsungkan penjajahannya.

Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa berkembang secara dinamis pada
lingkungan masyarakat yang juga berkembang dimensi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Semakin
berkembang dengan konsisten, pendidikan dianggap berfungsi sebagai wahama transformasi, transmisi, dan
sosialisasi nilai-nilai, tradisi, ilmu pengetahuan, serta teknologi dan seni dari masyarakatnya, yang berlangsung
baik melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

B. Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD


Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik Negara Republik Indonesia
yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana sistem
pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Secara ideologis dan yuridis Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional
termasuk di dalamnya pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan moral
yang terkandung dalam bagian dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Pendidikan SD memiliki dua tujuan pendidikan yaitu (1) Pendidikan dasar berfungsi menanamkan nilai-nilai, sikap
dan rasa keindahan, serta memberikan dasar-dasar pengetahuan, kemampuan dan kecakapan membaca, menulis
dan berhitung serta kapasitas belajar peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan menengah dan/atau untuk
hidup di masyarakat, sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional. (2) Pendidikan dasar bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kritis,kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut
sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Peserta sisik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara (1) menjalankan ibadah sesuai
agama yang dianutnya; (2) menghormati pendidik dan tenaga kepandidikan; (3) mengikuti proses pembelajaran
dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku; (4) memelihara
kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni social di antara teman; (5) mencintai keluarga, masyarakat
dan menyayangi sesame; (6) mencintai lingkungan, bangsa dan Negara; dan (7) ikut menjaga dan memelihara
sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan sekolah.

MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1. Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan Sekolah Dasar

A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar


Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang tercantum dalam Pasal 23
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas
tersebut ditetapkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar, maka tujuan
pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar
yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk
mengikuti pendidikan SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh setiap orang yang ingin
hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu, mata pelajaran yang mendukung pembentukan
kemampuan ini mendapat porsi yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang meliputi ketrampilan
akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya dengan ketrampilan
belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


1. Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya. Paling tidak, ada empat
sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai berikut. (Ditjen Dikti, 2006)
a. Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan kemelekwacaan, bukan pada
pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai
fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan kehidupan.
b. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan komunikasi,
yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun informasi yang didapat dari berbagai
sumber, kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya masalah,
mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengekspoitasi alternative pemecahan
masalah, dan memilih alternatif yang paling layak.
d. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara sistematis dan
konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa
berfikir logis sehingga kemampuan bernalarnya berkembang.

2. Karakteristik Khusus Pendidikan SD


Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang mempunyai ciri khas yang
membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
a. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkret, yang ditandai oleh
pandangan yang bersifat holistic.
b. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD, yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
c. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan (SD) bersama
dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung selama enam
tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
d. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk, pengalaman langsung, dan
menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa SD dan tujuan pendidikan Dasar.
e. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup mewah. Pada
umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga tanpa ruang
administrasi.

Kegiatan Belajar 2. Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar

A. Tatanan Organisasi Sekolah Dasar


Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, dalam hal ini
Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi),
Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting Dinas). Pengelolaan SD
juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu
pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan,
pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian dan
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung jawab utama pengelolaan SD berada di
tangan SD sendiri.
B. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal mencakup
SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan non formal
mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena kelaninan fisik atau
mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa yang juga menerima anak-anak yang mempunyai
kelainan, sehingga terjadi perbauran antara anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan
atau Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu, seperti penggunaan
bahasa asing atau menggunakan Kurikulum ernasional.

Paket A adalah pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga negara yang berusia 14-45
tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah rumah atau home schooling adalah sekolah yang
diselenggarakan di rumah, melalui layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif, sehingga potensi anak yang
unik dapat berkembang secara optimal.

RESUME MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde Baru
Pemerintahan di bawah Presiden Soekarno (1945-1965) yang kemudian secara politik disebut Era Orde Lama,
kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto (1967-1998) atau lebih dikenal dengan Era Orde Baru. Era
Orde Baru berakhir pada masa kepemimpinan BJ Habibie (21 Mei 1998) yang dikenal sebagai Era Reformasi.

A. KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PENDIDIKAN SD


Ketentuan perundang-undangan pertama yang mengatur sistem pendidikn nasional sesuai Pasal 31 UUD 1945
adalah :
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret 1946 tentang pembentukan
Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar Dewantara.
UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PKK) .
UU No.12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PKK), yang merupakan
pemberlakuan UU No.4 Tahun 1950 di seluruh RI.
Keputusan Presiden No.145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan Pendidikan sesuai dengan Manipol-USDEK.
Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengganti rumusan
Tujuan Pendidikan Nasioal.
UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi, mewadahi dinamika pemikiran tentang arah
dn tujuan pndidikan nasional dan manajemennya.
UU No 2 Tahun 1989, aturan sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS).

B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT DAN/ATAU TENTANG PENDIDIKAN SD


Strategic policy atau kebijakan strategi artinya kebijakan atau keputusan manajemen/politik yang bersifat
mendasar dan menyeluruh dari sebuah organisasi, dalam hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi yang
memiliki kekuatan dan alat-alat untuk memaksa warganya.
Kebijakan strategi bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, dan agama.
Pengembangan pendidikan nasional pada Repelita V (1990/1991-1993/1994) secara keseluruhan, didasarkan pada
UU tersebut, sehingga setiap warga negara RI diharapkan “...memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis, dan behitung, serta menggunkan Bahasa
Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

C. ISI DAN PROSES PENDIDIKAN SD


Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta pengelolaan
pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993
ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel (PPKn, Agama, Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian, PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal). Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan yang sangat Sentralistik.
Untuk mewujudkan program wajib belajar, ditetapkan tiga kriteria daerah penyebaran, yaitu:
Daerah terpencil secara geografis karena letaknya berjauhan dengan daerah lain dan komunikasi yang sulit.
Daerah dengan penduduk yang padat.
Daerah normal.
Untuk daerah terpencil perluasan program wajar dikdas dilakukan melalui pengembangan SD Kecil, yakni SD yang
terdiri atas dua atau tiga guru untuk melayani murid pada 6 kelas dengan diterapkan pembelajaran kelas rangkap
melalui program satuan bakti guru daerah terpencil seperti di Kepulauan Riau. Daerah dengan penduduk yang
padat, di daerah perkotaan dikembangkan gedung bertingkat dengan ruang belajar lebih dari 6 ruangan agar dapat
menampung murid lebih dari 300 orang. Daerah normal, daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk di
bawah 1000 orang per kilometer persegi, sehingga dibangun gedung SD dengan enam ruangan untuk enam kelas.
SD Tradisional (Konvensional) merupakan SD biasa yang memiliki tempat belajar atau gedung yang dibangun
dengan biaya pemerintah melalui program Inpres. Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan lembaga pendidikan
formal setingkat SD yang dalam proses pendidikannya mengajarkan bidang studi agama Islam dengan beban
belajar lebih banyak dari SD biasa.
SD Pamong merupakan program pendidikan SD kolaborasi dengan masyarakat. Program Kejar (Paket A)
merupakan program pendidikan luar sekolah yang bermakna bekerja sambil belajar (Kejar). Sekolah Luar Biasa
(SLB) merupaka lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah Terpadu
merupakan lembaga pendidikan yang bersifat inklusif, yakni pendidikan yang menggabungkan anak yang normal
dan mengalami ketunaan untuk belajar secara bersama dan gurunya terdiri atas guru biasa dan guru pembimbing
khusus untuk anak yang memiliki ketunaan tersebut.

Kegiatan Belajar 2
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Reformasi

A. KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PENDIDIKAN SD


Ketentuan perundang-undangan yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional pada Era Reformasi adalah Pasal 31
UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen yang terjabar atas:
UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional sampai dengan tahun 2003
UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS yang mengatur pendidikan nasional dari tahun 2003 sampai dengan saat
ini
PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai salah satu ketentuan perundang-undangan
turunannya.
Perlu dikemukakan bahwa proses pendidikan nasional termasuk pendidikan SD tetap dikelola secara nasional
dalam bingkai politik NKRI, namun dalam paradigma yang berbeda yakni semula menerapkan paradigma
sentralisasi pendidikan yang ditandai dengan peran Pemerintah Pusat yang sangat besar, sekarang menjadi
Paradigma desentralisasi pendidikan yang menekankan pada otonomi daerah, melalui peran pemerintah daerah.

B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT DAN/ATAU TENTANG PENDIDIKAN SD DALAM KONTEKS


PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada awal era Reformasi adalah lanjutan Pembangunan Jangka
Panjang Kedua (PJP II) awal Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999) yang merupakan kelanjutan Repelita I hingga
Repelita V era Orde Baru. hal ini diarahkan pada perwujudan komitmen nasional terhadap Pancasila dan UUD 1945
sebagai landasan dan tujuan akhir pendidikan.
Rincian prioritas yang terkait pendidikan SD adalah sebagai berikut.
Penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun
Penyelenggaraan Pendidikan nonformal yang bermutu
Pengembangan kurikulum SD yang disesuaikan dengan IPTEK
Pengembangan pendidikan Kewarganegaraan, multikultural, budi pekerti dan lingkungan hidup
Penyediaan pendidik yang profesional
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik
Mengembangkan TIK
Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
Menyempurnakan manajemen pendidikan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan
Menata sistem pembiayaan pendidikan
Peningkatan anggaran pendidikan hingga 20% dari APBN dan APBD
Meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun.

C. MENGAPA DIPERLUKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN?


Sebagai sarana penjaminan mutu pendidikan nasional, yang pengembangan dan pemantauannya dilakukan oleh
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan sehingga diperlukan Standar Nasional Pendidikan yang mencakup :
SKL
Standar isi
Standar proses
Standar penilaian
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Standar pendanaan
Standar pengelolaan dan pengawasan
Standar sarana prasarana.

D. BAGAIMANA VISI DAN MISI PENDIDIKAN NASIONAL?


Visi Pendidikan Nasional “ Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zamn yang selalu berubah”
Misi Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia
Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat
dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar
Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral
Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu
pengetahun, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global
Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam
konteks NKRI

E. APAKAH ESENSI DARI SISDIKNAS TERSEBUT?


Pasal 1 UU Sisdiknas 20/2003 yang mengartikan pendidikan sebagai “ Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mampu secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”

F. BAGAIMANA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA, ORANG TUA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH?
Proses pencerdasan warga negara dilaksanakn melalui sistem pendidikan yang dijamin secara konstitusional
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 UU Sisdiknas 20/2003 sebagai berikut.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang tepencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.
Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak untuk memperoleh pendidikan khusus.
Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Namun demikian mereka juga dituntut untuk melaksanakan kewajiban “Menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan dan ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.

G. BAGAIMANA KELEMBAGAAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL?


Pendidikan nasional diselenggarakan dalam suatu struktur pendidikan yang bersifat nasional-sistematik, yang
tercakup dalam suatu jalur ( pendidikan formal, nonformal, dan informal), jenjang (pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi), dan jenis pendidikan ( umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

H. ISI DAN PROSES PENDIDIKAN SD


Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan
secara keseluruhan. Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka dasar
kurikulum, dikemukakan beberapa prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut dikemukankan
sebagai berikut.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Beragam dan terpadu
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni
Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Menyeluruh dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan
Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan mewarisi gen dari orang tuanya.
2. Gizi
Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba berkecukupan, akan
terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi
Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya akan lebih
terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan.

5. Jenis Kelamin
Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak laki-laki.
6. Kesehatan
Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak
mengenal lelah
7. Suku Bangsa/Ras
Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang diwarisi dari nenek moyangnya.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik
Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama antara otot, otak dan
saraf.
Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan anak
menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok disebut sebagai keterampilan motorik halus.
Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari serta menjaga keseimbangan
badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar.
Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti gerakan-gerakan berikut.
1. Cara memegang
Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-asalan saja, setelah lebih dewasa, cara
memegang sesuatu sudah sempurna dan siap untuk melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara berjalan
Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasa,
mereka hanya mempergunakan otot yang perlu saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3. Cara memegang
Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan seluruh
anggota badannya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasaakan menendang bola dengan
menggunakan kakinnya dengan menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.

C. Karakteristik Perkembangan Emosi


Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik, secara sosial
tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain, sehingga anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-
ungkapan emosinya tersebut.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi emosi yang menyenangkan.
Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah Dasar merupakan masa peralihan antara masa
anak dan menjelang remaja, sehingga emosi anak kadang-kadang kurang stabil. Dengan menanamkan pengertian
perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri
maupun orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali.

D. Karakteristik Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia Sekolah
Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya
minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman. Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok
dan bahagia apabila dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi secara
tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi. Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan
dalam tiap tahap, yaitu: tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan
Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai individu bukan karena status sosial ekonomi atau yang lainnya,
tetapi mereka lebih tertarik kepada anak lain yang mau bermain bersama, sehingga terjalin persahabatan. Sebab,
anak mengaggap bahwa berteman dan bersahabat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa
Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu kepentingan rasa keadilan.
3. Teman Akrab
Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul akrab. Mereka saling berbagi perasaan, masalah
maupun konflik, bercanda, tertawa, bercerita, dan kadang-kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian
bercanda lagi, sehingga akan terbentuk ikatan emosional yang mendalam.
Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan yang dapat menentukan kkualitas sosial mereka
setelah dewasa. Guru memegang peran untuk membangun kehidupan sosial siswanya. Untuk mengetahui
hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat mempergunakan teknik sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat
mempergunakan teknik sosiometri untuk mengetahui hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik
untuk menggambarkan struktur hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun kegunaan sosiometri bagi
guru atau konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat diidentifikasi siswa mana yang memerlukan bantuan
dalam menyesuaikan dirinya teerhadap kelompok.

Kegiatan Belajar 2 : Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak

A. Karakteristik Perkembangan Intelektual


Intelegensi atau intelek, pada adasarnya mempunyai arti yang sama, dalam hal ini intelek maksudnya ialah pikir,
sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan. Berpikir merupakan perbuatan menimbang-nimbang,
menguraikan, menghubungkan, sampai pada akhirnya mengambil keputusan. Sedang kecerdasan merupakan
kemampuan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat.
1. Desentrasi dan konservasi
Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi
lain.
2. Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk mengatur benda sesuai dengan beberapa
dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3. Pemikiran rasional
Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir secara
rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
4. Inklusi kelas
Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan.Selain itu, anak
dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu
golongan yang mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas atau relasi.
Di sekolah, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat memberi kesempatan pada siswa
untuk beraktivitas baik dalam kelas maupun di luar kelas untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar
yang lain. Anak harus diberi kesempatan untuk bergerak, berbuat, bertindak, dan sekaligus berpikir.

B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak


Manusia mempunyai kemampuan berbahasa lebih tinggi derajatnya daripada binatang. Karena manusia
mempunyai akal dan pikiran, juga mempunyai ragam bahasa.
Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam dalam diri anak tentang hal-hal yang baik dan
buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana bersikap, bertutur kata yang baik terhadap oranng lain.

1. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dapat dalam bentuk
percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik, dan sebagainya.
Tiap individu dituntut memiliki kemampuan untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan menanngkap
pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, anak akan semakin jelas mengutarakan
kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu memberikan rangsangan dengan
cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak berbicara, maka anak akan cepat berbicara dan mengenal
bahasa. Keluarga sebagai salah satu model yang dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi
kelancaran anak dalam berbahasa.
2. Fungsi Bahasa
a Untuk mengekspresikan perasaan
b Untuk memengaruhi orang lain
c Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara
a Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya.
Melalui irama, intensitas maupun gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan diketahui arti tagisan bayi.
b Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah
bunyi eksplosif. Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya beberapa huruf hidup
atau mati yang digabungkan sehingga menimbulkan bunyi.
c Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana bersosialisasi. Disamping sebagai
sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian.

d Mengobrol
Mengobrol merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya didengar
dan dimengerti oleh orang lain.
Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara
a Keluarga
Peran orang tua sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani mengutarakan
pendapatnya.
b Media elektronik
Media elektronik dapat membantu anak untuk belajar bicara dan menambah kosakata.
c Sekolah
Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-anak dapat meningkatkan
penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan pemahaman terhadap kalimat-kalimat yang dibaca, dan
didengar di sekolah.

C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan tingkah laku orang.
Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam
kelompok atau masyarakat.
Nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Pada mulanya
anak mempelajari nilai-nilai moral yang beerlaku di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya setelah mereka
bergaul dan menyesuaikan dengan dengan norma kelompoknya.
1. Perkembangan Moral Menurut Pakar
a Menurut Piaget
Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami dengan kaku. Tetapi pada anak usia 11
tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang, banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya
pengaruh dari lingkungan, kadang-kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu buruk.
b Menurut Kohlberg
Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama pekembangan moral anak-anak. Pada tahap ini
anak mengikuti semua peratutan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan
berharap dapat diterima dalam kelompok.
Sedangkan pada tingkat kedua tingkat perkembangan anak, ia sebut dengan morallitas konvensional atau
moralitas dari aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok
dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral
a Lingkungan Rumah
b Lingkungan Sekolah
c Teman Sebaya dan Aktivitasnya
d Intelegensi dan Jenis Kelamin

D. Perkembangan Agama
Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama
terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi
sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun
keadilan.
Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaituaspek pembentukan kepribadian (ditujukan kepada jiwa)
dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran).
Belajar agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca indera lainnya.
Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara abstrak, sehingga dapat mencerna
pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan menjalankan agama dengan penuh kesadaran.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

A. Belajar Menemukan Karakteristik

Belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk – bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh siswa di SD tempat
mereka belajar sehari – hari. Bentuk – bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak, meniru, menghafal, merangkai,
mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan, mengambil keputusan, berlatih, menghayati, dan
mengamati. Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada siswa SD dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sesuai dengan karakteristik siswa dan kreatifitas guru, sehingga dengan demikian diharapkan
kemampuan belajar siswa SD dapat berkembang secara maksimal. Untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam belajar menemukan, guru dapat menerapkan metode discovery learning yang dikemukakan oleh Bruner,
selain itu dapat juga menggunakan metode eksperimen ( experimental method ).

B. Belajar Menyimak

Belajar menyimak terdiri dari beberapa macam, diantaranya:

Bermain Kata, dilakukan dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti bercerita, membaca serta
menulis.
Bermain dengan pertanyaan, guru memancing keingintahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul
jawaban, kejar dengan pertanyaan , hingga didapatkan hasil yang paling akhir atau kesimpulan
Bermain dengan gambar, misalnya membuar gambar, merancang, dan melihat gambar, slide, video, atau film.
Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata–kata yang terdapat pada lagu
tersebut.
C. Fungsi Motivasi

Motivasi bagi siswa sekolah dasar memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

BACA JUGA
MENGENAL PERMAINAN TRADISIONAL BALOGO DARI MASYARAKAT BANJAR KALIMANTAN SELATAN
LANGKAH MEMBUAT LAPORAN MASALAH KELISTRIKAN MENGGUNAKAN PLN MOBILE
√ CARA MEMPERKECIL UKURAN FILE FOTO DENGAN MUDAH
Motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya
Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi
Motivasi dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan
D. Jenis-jenis Motivasi

Adapun motivasi terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya:

Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari
luar diri seseorang, karena biasanya dalam diri seseorantersebut sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didalam aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar
11 Bentuk dan cara yang dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah :

Memberi nilai
Hadiah
Saingan/Kompetensi
Ego involvement
Memberi ulangan
Mengetahui hasil
Pujian
Hukuman
Hasrat untuk belajar
Minat
Tujuan
E. Cara Guru Memotivasi Siswa

Menurut Agus Sampurno ada 7 kebiasaan guru yang efektif untuk memotivasi siswanya agar lebih bersemangat
dalam belajar, diantaranya:
Konsistensi
Perlakukan siswa sebagai individual
Jadikan lingkungan fisik kelas anda sedapat mungkin bernuansa belajar
Sesering mungkin tapi dengan alasan yang kuat
Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja
Libatkan diri anda dalam setiap ajangberbagi pengetahuan formal maupun informal
Membuka diri terhadap kebutuhan

PERSPEKTIF PENDIDIKAN MODUL 6 (hal. 6.26)C. LAYANAN TERHADAP ANAK DENGAN GANGGUAN
PSIKOLOGISBesar kemungkinan anak dengan gangguan psikologis akan masuk SD biasa karena gangguan
psikologis ini sulit diketahui dalam waktu singkat dan tidak semua orang mampu mengetahuinya. 1. Pengertian,
Klasikasi dan karakteristik Anak TunalarasMenurut PP No. 72 tahun 1991, tunalaras adalah gangguan atau
hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.Menurut UU tentang PLB di Amerika, tunalaras disebut dengan gangguan emosi.
Gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan gejala-gejala ketidakmampuan menjalin hubungan yang
menyenangkan dengan teman dan guru serta berlaku tidak pantas.Pengelompokan tunalaras menurut Rosembera,
yaitu tingkah laku berisiko tinggi dan rendah. Contoh yang berisiko tinggi: hiperaktif, agresif, pembangkang,
delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan aktif. Sedangkan contoh yang berisiko rendah yaitu autisme
dan skizofrenia.Ciri-ciri anak tunalaras yaitu (1) perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya
melanggar norma budaya, aturan keluarga dan sekolah, (2) sering mengganggu, bersikap membangkang atau
menentang dan tidak dapat bekerjasama.

2. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah BiasaContoh perilaku penyimpangan-penyimpangan anak yaitu: suka jail,
iri hati, mencela, rewel, agresif, suka protes dan malas belajar.

3. Gejala-gejala Perilaku MenyimpangPerbuatan jahil adalah perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap orang
lain dengan maksud mengganggu atau membuat orang lain menjadi tidak nyaman atau menderita baik secara fisik
maupun mental atau mengalami kehilangan sesuatu. Sementara si anak jahil merasa puas melihat korban
menderita.Perbuatan iri hati yang berlebihan diwujudkan dengan perilaku mengganggu teman, berebut mainan,
saling bantah, suka menyendiri, mengurung diri atau bahkan menunjukkan rasa murung. Anak dapat menjadi
agresif dan suka menyerang hanya karena hal-hal sepele. Anak agresif yang suka menyerang temannya biasanya
akan ditakuti, dimusuhi dan dijauhi teman-temannya.Anak yang suka menyela pembicaraan orang lain/ orang tua
tetap ngotot untuk terus ikut dalam pembicaraan walaupun sudah disuruh menjauh.

4. Penyebab Perilaku MenyimpangMenurut Hendra Surya (2004) berbagai perilaku menyimpang yang dialami oleh
anak usia antara 3-12 tahun pada umumnya dilatarbelakangi oleh suatu unsur pemuas ego perasaan seseorang.
Perilaku menyimpang tersebut tanpa disadari oleh pemikiran, apakah perbuatan itu baik atau tidak.Timbulnya
perasaan menyimpang karena ada suatu keinginan bawah sadar anak yang terhambat seperti keinginan anak yang
selalu ingin diperhatikan.Perbuatan menyimpang terjadi karena merasa:a. Tidak diperhatikan Contoh: anak merasa
bahwa orang tua lebih perhatian kepada adik baru.b. DisepelekanContoh: orang tua tidak menghiraukan perkataan
si anak.c. Kehadirannya dianggap tidak adaContoh: anak tidak diajak dalam permainan oleh saudara/ teman-
temannya, padahal dirinya ingin sekali turut bermain.d. Tidak mendapat peran apapune. Sebagai pelengkap
penderitaf. Takut kehilangan peran dalam lingkungannyaContoh: anak merasa terusik dan terancam perannya atas
kehadiran orang baru di lingkungannya.

5. Memahami Anak Berperilaku MenyimpangAnak berperilaku menyimpang tidak berbeda dengan anak-anak lain
pada umumnya. Mereka memiliki wajah manis, sangat menggemaskan, namun ia sering terlibat pertentangan
dengan peraturan sekolah dan guru, sering menolak mengerjakan tugas, tidak suka membenahi peralatan atau
duduk tertib di kelas, dia sering berbuat ribut di kelas dan marah-marah tanpa sebab.

6. Perlunya Saling Dukung AntarguruJika terdapat siswa yang menunjukkan perilaku menyimpang, staf dan semua
guru perlu bekerjasama untuk menciptakan perilaku positif di sekolah. Antar staf sekolah perlu saling memberikan
informasi agar dapat ditetapkan langkah-langkah untuk melakukan tindakan bersama dalam mengatasi masalah
tersebut. Para guru dapat memberikan rasa aman baik secara sosial maupun emosional, terutama untuk siswa-
siswa yang memiliki perilaku menyimpang yang umumnya tidak menerima perlakuan tersebut di lingkungan
keluarga.Dukungan rekan sekerja bagi para guru dalam menghadapi anak-anak berperilaku menyimpang
meliputi:a. Pemahaman dari sekolah secara keseluruhan bahwa perlu kebersamaan dalam mengatasi masalah.b.
Pemahaman bahwa masalah-masalah perilaku yang besar membutuhkan pendekatan kelompok.c. Kesediaan wali
kelas untuk menerima dukungan dan pemahaman bahwa dukungan bersifat normatif.d. Penyelenggaraan rapat
oleh wali kelas dengan sesama kolega.e. Pengakuan bahwa penyimpangan perilaku seseorang bukan hanya
tanggung jawab guru yang menyimpang tetapi merupakan tanggung jawab bersama.f. Perlunya pembentukan
forum sekolah.g. Ketersediaan dukungan sesama rekan di dalam observasi kelas dengan saling tukar kelas.

7. Berbagai Hal yang perlu diperhatikan dalam Pelayanan AnakKeberhasilan dalam memberikan pelayanan
terhadap anak sangat ditentukan oleh besarnya perhatian dan pengetahuan kita terhadap perilaku anak.Hal-hal
yang berkaitan dengan perilaku menyimpang:a. Penyimpangan sebagai akibatPada saat mulai masuk sekolah,
anak telah membawa pengalaman dari keluarga ke dalam lingkungan sekolah yang penuh dengan tuntutan dan
peraturan. Tidak semua anak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, sehingga terjadi benturan nilai
yang akan nampak sebagai perilaku destruktif.Contoh: anak di rumah terbiasa berbicara dengan nada keras,
membentak, berteriak, mencemooh dan saling menyalahkan. Hal ini akan terbawa ke lingkungan sekolah.Sebagai
guru, kita wajib menyediakan program, pilihan, kerangka kerja disiplin yang dapat mengajarkan anak alternatif-
alternatif untuk memberikan rasa memiliki, sehingga anak dapat meningkatkan pengendalian perilakunya.b.
Perilaku destruktifPerilaku destruktif anak dapat berupa: terus menerus memanggil guru dan berbicara seenaknya,
berjalan kesana kemari di kelas, menggerakkan kaki terus menerus di kursi, bersuara sangat keras, tidak mampu
konsentrasi, dll.Istilah yang sering diberikan kepada anak berperilaku menyimpang adalah conduct-disordered
(berperilaku menyimpang), attention-deficit disordered (kurang perhatian), socio-emotionally disturbed (terganggu
secara sosial dan emosional), hyperactive (hiperaktif).c. Perilaku mengajarPendekatan yang dapat dilakukan guru
untuk mengajarkan anak agar berperilaku baik adalah dengan memberikan pengarahan dalam hal-hal sebagai
berikut:1) Mengangkat tangan tanpa harus memanggil-manggil2) Menunggu giliran daripada menyerobot3) Duduk
di atas tikar pada jam pelajaran4) Duduk di kursi lebih dari beberapa menit5) Berbicara dengan lebih perlahan6)
Berjalan di dalam kelas tanpa mengganggu dan menjengkelkan orang lain7) Mempertimbangkan perasaan orang
lain8) Apa yang harus dilakukan ketika marahDalam program perubahan perilaku hendaknya dilakukan tanpa
membuat anak merasa terbebani. Perubahan memerlukan waktu dan setiap anak punya daya tangkap yang
berbeda. Keberhasilan perubahan dapat diukur dari penurunan frekuensi dan intensitas perilaku yang
diharapkan.d. Cara mengatasi anak yang berperilaku menyimpangReaksi yang biasanya muncul terhadap perilaku
anak yang tidak biasa adalah teguran, hukuman atau nasihat. Perlu kita sadari bahwa anak memandang
perbuatannya tersebut tidak salah, dia tidak menganggap dirinya sebagai pemicu atau penyebab perbuatan
tersebut. Sikap reaktif dan perlakuan keras pada anak tidak akan menyelesaikan masalah dan membuat anak
menjadi baik, tetapi tindakan yang baik adalah tindakan proaktif untuk menemukan cara-cara memecahkan dan
mengatasi masalah dengan cara mengenali dan menganalisa sebab penyimpangan serta mencari solusi yang tepat.

Cara mengatasai anak yang sering melakukan perilaku menyimpang:1) Jangan emosional terhadap anakWalaupun
perbuatan anak sudah melewati batas, sebagai guru kita tidak boleh terbawa emosi karena bentakan, omelan atau
hukuman fisik hanya akan menimbulkan reaksi negatif dari si anak. Contoh: anak akan cenderung mengulangi
perbuatan yang tidak baik secara lebih keras atau brutal sebagai kompensasi ketidaksenangannya.2) Jangan
kucilkan anakTindakan pengucilan pada anak akan mengakibatkan anak berpikir negatif terhadap dirinya sendiri
sehingga ia akan menjadi depresi, murung, kehilangan gairah hidup, pesimis, kurang inisiatif, selalu curiga, dan
membenci orang lain.Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi anak yang berperilaku menyimpang:a)
Lakukan pendekatan kasih sayang dengan cara:1. Ajak anak ke tempat yang dapat menyenangkan hatinya.2. Buat
anak agar dapat mengungkapkan isi hatinya dengan sukarela tanpa paksaan.3. Tunjukkan kesediaan kita untuk
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.4. Ciptakan suasana yang menyenangkan.5. Ajak anak menilai
perbuatan yang telah dilakukan, sehingga dia dapat membayangkan seandainya perlakuan buruk itu menimpa
dirinya.b) Responsif terhadap perasaan anak dan berikan perhatian.c) Dengarkan suara hati anak dengan
menciptakan hubungan baik dengan anak, meluangkan waktu untuk anak, dan mendengarkan keluh kesahnya.d)
Binalah kasih sayang antaranak dengan berbuat adil terhadap semua anak, jangan membanding-bandingkan anak,
dan usahakan untuk melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak.

UNTUK KESIMPULAN:Menghadapi anak di sekolah dengan karakteristik yang heterogen diperlukan kesabaran yang
tinggi dari para guru. Hubungan antar guru dan siswa sebaiknya tidak terlalu formil, sehingga anak tidak terlalu
asing dengan dunia sekolah. Guru harus dapat berperan sebagai orang tua yang dapat memperlakukan anak
dengan kasih sayang. Kelainan sikap dan perilaku anak lebih banyak disebabkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang. Oleh karena itu, dengan rasa kasih sayang dan pengetahuan yang memadai tentang kelainan tingkah laku
siswa, kita sebagai guru diharapkan mampu mengatasi persoalan-persoalan tersebut di sekolah.
KEGIATAN BELAJAR 1. PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
A. Landasan Pengembangan Kompetensi Guru SD
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi
Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang ditunjukkan oleh
seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam bidang tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung
jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh seseorang jika ia memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap,
keterampilan yang memadai serta sikap yang memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara cerdas.
2. Proses Pengembangan Standar Kompetensi
Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang
mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana halnya sdnegan standar kompetensi
dibidang profesi lainnya, standar kompetensi guru SD di kembangkan dengan mengacu kepada hal-hal berikut.
1. Ketetapan perundang-undangan yang terkait dengan guru SD seperti UU No.20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No.15/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
2. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru SD.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang dianggap benar berdasarkan
dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru lulusan SPG
B. Profil Kompetensi Guru SD
Dalam SKGK-SD/MI, Standar kompetensi dirumuskan dalam 4 rumpun kompetensi yaitu:
1. Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam
2. Penguasaan bidang studi
3. Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik
4. Kemampuan mengembangkan kemampuan professional secra berkelanjutan
Sementara itu, dalam Permen No. 16/2007, Standar Kompetensi Guru SD/MI dorumuskan menjadi 24 kompetensi
inti yang dikelompokkan berdasarkan kompetensi agen pemeblajaranyang terdapat dalam peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No.19/2005, tentang SNP). Kompetensi sebagai agen
pembelajaran terdiri dari:
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
Pengelompokan kompetensi dalam permen No. 16/2007 yang mengambil PP No. 19/2005 tampaknya lebih
mengacu pada teori bukan pada tugas-tugas nyata seorag guru di lapangan. Standar kompetensi guru SD/MI
terdapat dalan dua dokumen yaitu bukuStandar Kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD Tahun 2006 dan
Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional No. 16/2007.
Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi standar kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD, yang terdiri
dari 30 kompetensi. Ke 30 kompetensi itu yang merupakan integrasi dari kompetensi yang terdapat dalam kedua
dokumen tersebut.
Semua komopetensi guru SD tercermin secara integrative dalam kinerja guru, baik ketika merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, mauoun ketika menilai proses dan hasil belajar siswa. Kompetensi lulusan s1 PGSD
mempunyai kelebihan dibandingkan kompetensi lulusan D II PGSD. Kelebihan tersebut antara lain terletak pada
kemampuan memoerbaiki pembelajaran melalui PTK, kemampuan berperan serta dalam kegiatan pendidikan
ditingkat lokal, regional, nasional, dan global, kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik
untuk kepentingan pembelajaran maupun untutk mengembangkan wawasan.
C. Indikator Penguasaan Kompetensi Guru SD
Penguasaan kompetensi harus diakses dengan prosedur dan instrument yang sesuai dengan hakikat kompetensi.
Penguasaan akademik yang merupakan kawasan kognitif dapat diakses dengantes, baik tes objektif maupun tes
uraian. Ketrampilan dapat diakses melalui pengamatan unjuk kerja seperti pidato, menunjukkan ketrampilan dasar
mengajar, sedangka sikap dan nilai harus di akses melalui pengamatan dalam kontek otentik akhirnya, unjuk kerja
professional seperti kemampuan mengajar diakses melalui pengamatan dengan menggunakan instrument seperti
APKG.
Contoh-contoh indicator penguasaan kompetensi dapat dijadikan acuan oleh mahasiswa/Guru SD untuk menilai
statusnya dalam penguasaan kompetensi tertentu. Pengetahuan mengenai kompetensi, asesmen kompetensi, dan
indicator dapat dimanfaatkan oleh para guru SD ketika melaksanakan tugas sebagai seorang guru ketika
mengembangkan indicator keberhasilan dan melakukan asesmen penguasaan kompetensi.

KEGIATAN BELAJAR 2. FORUM PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

A. Peningkatan Profesionalitas Guru


Kompetensi pengingkatan profesionalitas secara berkelanjutan dapat dijabarkan menjadi beberapa kompetensi,
salah satu diantaranya adalah mampu memperbaiki pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dalam hal ini, jabaran kompetensi dapat
dijadikan acuan untuk mengembangkan pengalamn belajar atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan refleksi
2. Berkolaborasi dengan teman sejawat
3. Mengomunikasikan hasil-hasil PTK melalui berbagai media
4. Mengikuti perkembangan dunia pendidikan
5. Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah
6. Berperan serta dalam berbagai kegiatan pendidikan
7. Mengikuti perkembangan ilmu dalam 5 mata pelajaran SD
8. Mengikuti berbagai kegiatan guru

B. Berbagai Wadah Profesionalitas Guru


Ada berbagai wadah atau forum yang meyediakan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan profesionalitas
seperti KKG, LPMP, Klinik Pembelajaran, LPTK, PGRI, Kursus-Kursus.

1. Kelompok Kerja Guru (KKG)


Kelompok Kerja Guru merupakan forum bagi guru SD untuk mengikuti berbagai kegiatan dan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Kegiatan kkg seyogyanya tidak hanya menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan perangkat pembelajarn, tetapi juga kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan perluasan wawasan. KKG bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru
melalui arena bertukar pikiran pengalaman dan informasi sehingga para guru dapat berkembang menjadi guru
yang profesional yang mampu meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam mengelola pembelajaran sehingga
mampu menemukan atau menciptakan inovasi dalam pembelajaran.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
lembaga penjaminan mutu pendidikan merupakan lembaga yang berkedudukan di tingkat provinsi dan berfungsi
untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis kepada
satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal dalam berbagai upaya penjaminan mutu
satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. dalam menjalankan fungsinya LPMP
menyelenggarakan berbagai kegiatan pengembangan dan pelatihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru SD untuk
mengembangkan profesionalitas
3. Klinik Pembelajaran (KP)
Klinik pembelajaran KB merupakan forum berbagi masalah gagasan pengalaman antara para guru calon guru dan
dosen lptk kegiatan berbagi pengalaman ini dilakukan melalui komunikasi dijalan sebentar klinik pembelajaran dan
melalui komunikasi online yang terbuka bagi semua guru.
4. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK menyediakan program Sarjana (S1), Pascasarjana (S2), serta
program Doktor (S3) bagi para guru untuk meningkatkan kualifikasi akademik di samping itu LPTK juga
mempunyai fasilitas dan dosen yang dapat membantu guru SD meningkatkan profesionalitasnya.
5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi profesi yang memperjuangkan hak kesejahteraan
serta peningkatan profesionalitas para anggotanya dalam hal ini berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PGRI
dapat diikuti oleh para guru untuk meningkatkan profesionalitas.
6. Kursus-Kursus

Sebagai seorang guru yang diharapkan mempunyai akses yang luas ke sekedar informasi tentu Anda diharapkan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi tersebut jika ada guru yang memang belum melek teknologi
seyogyanya guru tersebut mengikuti kursus computer, sehingga dapat menggunakan keterampilan yang diperoleh
untuk mengakses berbagai informasi dan mengkomunikasikannya. Tidak diragukan lagi bahwa penguasaan
keterampilan komputer akan membantu guru untuk meningkatkan profesionalitas nya melalui informasi yang dapat
diakses dari internet.
ODUL 8
KURIKULUM SEKOLAH DASAR

A. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN


Pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah pendidikan formal karena semua aspek dalam pendidikan di sekolah
ditata secara formal. Menurut Sukmadinata (2005: 2) salah satu karakteristik pendidikan formal adalah bahwa
pendidikan di sekolah memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis.
Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis pendidikan di sekolah berlangsung secara terencana,
sistematis, dan lebih didasari karakteristik pendidikan formal tersebut menunjukkan bahwa kurikulum merupakan
syarat mutlak bagi terjadinya pendidikan di sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang memberikan jawaban atas pertanyaan untuk apa pendidikan dilakukan
apa yang disampaikan dalam proses pendidikan bagaimana pendidikan akan dilaksanakan serta Bagaimana
mengukur hasil dan proses pendidikan
Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19 yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM


Agar kurikulum yang dikembangkan benar-benar membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan
pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Secara umum,
terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan dalam mengembangkan kurikulum, Sukmadinata
mengemukakan empat prinsip pengembangan kurikulum yaitu relevansi, fleksibilitas, efisiensi, efektivitas, dan
prinsip berkesinambungan.
1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi sesuai dengan arti katanya prinsip ini menuntut kurikulum sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik kurikulum SD dituntut untuk sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik usia
SD serta sesuai dengan proses belajar peserta didik SD sementara itu berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat kurikulum juga harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti dan
beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.
2. Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum mengacu pada sejauh mana kurikulum yang
dirancang dapat diimplementasikan atau dilaksanakan dan dicapai di sekolah.
3. Prinsip Efisiensi
Makna efisiensi secara umum makna efisiensi berkenaan dengan penggunaan sumber daya dalam rangka
pencapaian tujuan dan menerapkan prinsip ini dalam pengembangan kurikulum kurikulum yang dirancang dapat
dilaksanakan dengan lancar dan optimal.
4. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas penerapan prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum menurut kurikulum dapat
disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah tempat kurikulum diimplementasikan.
5. Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan prinsip ini didasarkan pada pandangan bahwa perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu kurikulum yang dikembangkan neneknya
berkesinambungan antara 1 tingkatan kelas dengan kelas berikutnya antara suatu jenjang pendidikan dengan
jenjang pendidikan berikutnya.

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN SD


Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian akhlak mulia dan
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Khusus untuk jenjang Sekolah Dasar sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan pada
satuan pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang SD siswa.
Berkenaan dengan penguasaan peserta didik terhadap standar kompetensi lulusan dan penekanan pada tahun
dengan kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan
berkomunikasi, maka kurikulum dan pembelajaran dikembangkan di SD hendaknya ditekankan pada
pembentukan hal-hal berikut.
1. Kemelekwacaan (literacy)
2. Kemampuan berkomunikasi
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
4. Kemampuan bernalar (reasoning)
Standar kompetensi lulusan SD tersebut dikuasai peserta didik melalui pembelajaran berbagai mata pelajara. Oleh
karena itu standar kompetensi lulusan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam standar kompetensi lulusan mata
pelajaran. Guru SD merupakan guru kelas yang mempunyai tugas utama mengajar 5 mata pelajaran yaitu mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum peran utama Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah memperkuat dasar-dasar kewarganegaraan
Indonesia dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sekaligus menyiapkan warga negara
yang menjadi warga negara global yang siap bersaing dan bekerja sama namun tetap berpijak pada ke-
indonesiaan.
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik secara formal maupun informal.
3. Mata Pelajaran Matematika
Pada dasarnya konsep-konsep matematika adalah relasi-relasi. Mempelajari matematika berarti belajar
menemukan atau mengkonstruksi relasi itu, merumuskannya, menentukan hubungan antara konsep-konsep itu,
menyusunnya dalam suatu struktur, mengembangkannya, dan menggunakannya dalam penyelesaian masalah.
4. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat mengidentifikasikan sebagai: cara berpikir untuk
memahami alam semesta, cara melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan.
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu yakni kajian yang
bersifat terpadu, interdisipliner, multidimensional, bahkan cross disipliner.

KEGIATAN BELAJAR 2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN DI SEKOLAH DASAR


A. Hakikat KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang bersifat desentralistik karena
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Meskipun ktsp bersifat desentralistik, kurikulum yang dikembangkan satuan
pendidikan harus mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang telah ditetapkan secara nasional
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP terdiri atas dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
1. Tujuan Pendidikan SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Struktur Dan Muatan Kurikulum SD
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang harus tercantum dalam struktur dan muatan kurikulum mencakup Mata
Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar, Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan
Kelulusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, serta Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
3. kalender pendidikan SD
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur.
4. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok ada pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

B. Latar Belakang KTSP


Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan atau KTSP merupakan realisasi dari kebijakan pemerintah
dengan diberlakukannya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berkenaan dengan
wewenang pengembangan pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan.
Landasan filosofis dan teoritis yang melatarbelakangi perkembangan KTSP adalah:
1. Kurikulum harus dimulai dari lingkungan terdekat
2. Kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan nasional dan satuan pendidikan, serta
3. Proses pengembangan kurikulum harus bersifat fleksibel.

C. Prosedur Pengembangan KTSP


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan KTSP adalah analisis konteks yang mencakup kegiatan
berikut.
1. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan KTSP
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik pendidik dan tenaga
kependidikan sarana dan prasarana biaya serta program-program
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat serta lingkungan sekitar, komite sekolah,
dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam serta sosial
budaya.
Hasil analisis konteks tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
serta strategi dan implementasi kurikulum. Langkah berikutnya adalah menyusun silabus silabus merupakan
rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu silabus disusun untuk
seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran atau tema telah na penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
Menurut BSNP pengembangan silabus hendak memperhatikan berbagai prinsip berikut.
1. Ilmiah
2. Relevan
3. Sistematis
4. Konsisten
5. Memadai
6. Aktual dan kontekstual
7. Flexible
8. Menyeluruh
Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pelaksanaan kurikulum di sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar.
3. Pelaksanaan kurikulum mungkinkan peserta didik mendapat pelayanan bersifat perbaikan, pengayaan,
dan/atau percepatan.
4. Kurikulum dimaksudkan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani.
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial dan budaya kurikulum yang mencakup
seluruh komponen kompetensi mata pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dengan
keseimbangan keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memakai antar kelas dan jenis serta bidang
pendidikan.

D. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan KTSP


Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP pada SD adalah
1. Tim penyusun yang terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah
2. Komite sekolah
3. Narasumber (ahli kurikulum dan pembelajaran)
4. Dinas pendidikan
5. Serta pihak lain yang terkait.

Modul 9. Bahan Belajar Sekolah Dasar


KB 1 Potret Bahan ajar
A. BENTUK BAHAN AJAR
Bahan ajar berisi konten-tertulis, melalui media atau difasilitasi guru, yang digunakan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Berbagai contoh bahan ajar adalah:
1. Buku teks, biasanya merupakan buku pegangan bagi guru dan siswa.
2. Media taktil (manupulatives), adalah bahan yang digunakan dalam mempelajari suatu konsep, seperti pasir
yang digunakan untuk membuktikan rumus volume tabung.
3. Progam audio, adalah bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan mendengar para
siswa.
4. Program video, adalah bahan ajar yang menyajikan demonstrasi atau stimulasi dari suatu konsep.
5. Lembar kerja siswa, merupakan lembaran panduan yang digunakan oleh siswa baik secara individual atau
kelompok untuk mengerjakan suatu tugas dari guru.
6. Handout, adalah lembaran lepas yang berisi materi pelajaran yang dibagikan kepada siswa. Contohnya bahan
seminar yang berisi materi yang ditayangkan kepada peserta seminar.
7. Surat kabar, majalah, internet, yaitu bahan ajar yang berupa artikel-artikel

B. BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN DI SEKOLAH


Bahan ajar yang sering digunakan guru adalah buku teks dan LKS atau buku kerja siswa. Secara umum, buku
teks sebagai bahan ajar hendaknya mengandung komponen-komponen tujuan pembelajaran, uraian materi dan
evaluasi. Sedangkan komponen yang ada dalam LKS, hendaknya berisi komponen tujuan, materi/sumber, waktu,
cara kerja, hasil yang diharapkan dan tindak lanjut.
Sementara itu, ada kelemahan bahan ajar yang digunakan di SD, diantaranya adalah salah konsep, tidak
memadainya cakupan materi yang disajikan, penggunaan ilustrasi yang kurang tepat, penyajian evaluasi yang
tidak sesuai dengan aturan pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.

KB. 2
Pengembangan Bahan ajar di sekolah dasar

Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:


1. Penulisan sendiri. Dengan menulis sendiri, guru dapat menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik siswa yang dihadapainya serta kondisi lingkungan. Tetapi guru dituntut untuk memiliki keterampilan
dan pengalaman dalalm menulis bahan ajar serta waktu dan sumber belajar yang tersedia.
2. Penggunaan bahan ajar yang sudah tersedia. Dalam hal ini, guru tinggal menggunakan bahan ajar yang ada.
Tetapi tidak semua bahan ajar yang ada sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapi guru serta kondisi
linbgkungan.

A. PENULISAN BAHAN AJAR


Langkah yang dapat dilakukan guru dalam menulis bahan ajar adalah:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menyajikan materi pelajaran, Materinya berdasarkan tujuan pembelajaran dan hendaknya sesuai dengan
karakteristik dan pengetahuan awal siswa, serta sarana dan prasarana yang ada. Disamping itu, uraian materi juga
mencakup ilustrasi (gambar, table, grafik atau contoh) dan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa.
3. Mengembangkan evaluasi. Komponen evaluasi dikembangkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah disajikan.

B. PENGGUNAAN BAHAN AJAR YANG SUDAH TERSEDIA


Ada beberapa kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih bahan ajar, antara lain:
1. Menurut Depdiknas (2004)
a. Kriteria filosofi, berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan
b. Kriteria psiko-pedagogis, berkenaan dengan teori dan asumsi tentang proses terjadinya belajar pada
seseorang.
2. Dick, Carey (2001)
a. Kriteria yang berpusat pada tujuan, memusatkan perhatian pada isi pembelajaran.
b. Kriteria yang berkenan dengan siswa, kesesuaian bahan ajar dengan kelompok target pengguna bahan
ajar tersebut.
c. Kriteria yang berpusat pada konteks, berkenaan dengan kesesuaian bahan ajar yang dipilih dengan konteks
pembelajaran.
d. Kriteria yang berpusat pada proses belajar, berkenaan dengan ketepatan penyajian isi bahan ajar.
Menurut Onrnstein (1990) dalam penggunaan bahan ajar sebagai berikut :
1. Tujuan (objective)
2. Keterbacaan (readability)
3. Kegunaan (utility)
4. Kognisi (cognition)
5. Cakupan materi (content coverage)
6. Audio-visual
7. Teori belajar ( learning theory)
8. Karakteristik fisik (physical characteristics)

MODUL 10. POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KB 1 : POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN DAERAH


Selain terbatasnya guru, kendala proses belajar mengajar yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya
sarana dan prasarana penunjang yang ada. Beberapa indikator yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan
prasarana bagi suatu sekolah, antara lain:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat transportasi yang
memadai.
2. Kurangsinkronan informasi antarintansi yang terkait.
3. Peristiwa bencana alam.
4. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa.
5. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi keterbatasan sarana, dukungan
keluarga dan keramahan alam.

B. METODE PEMBELAJARAN

Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum menguasai bahan ketika belajar atau
kuliah dan guru mengajarkan yang bukan bidangnya. Selain kurang menguasai bidangnya, masih banyak guru
yang dalam mengajar hanya menggunakan model yang sama. Mereka kurang menguasai berbagai model
pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori pendidikan yang baru.
C. KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU

Salah satu persoalan guru, selain kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah mereka. Perbandingan antara
guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di kota sangat jauh. Dari segi kuantitas,
jumlah guru sebetulnya telah memadai, tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya belum sesuai.

KB 2 : PEMBAHARUAN PEMEBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SD

A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan
fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid dan kelas sebagai
fenomena sosial.
kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungann antara
pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai
tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessmennya.

B. PAKEM

PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektifdan menyenangkan.
Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran semestinya membuat anak merasa nyaman, tidak takut untuk bertanya,
tidak tegang dalam menyimak guru dan tidak merasa kesulitan untuk menyerap materi yang diajarkan. Fungsi
pembelajaran yang ditekankan adalah bagaimana menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam
diri siswa serta media yang digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai kehidupan sehari-hari.

Modul 9. Bahan Belajar Sekolah Dasar


KB 1 Potret Bahan ajar
A. BENTUK BAHAN AJAR
Bahan ajar berisi konten-tertulis, melalui media atau difasilitasi guru, yang digunakan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Berbagai contoh bahan ajar adalah:
1. Buku teks, biasanya merupakan buku pegangan bagi guru dan siswa.
2. Media taktil (manupulatives), adalah bahan yang digunakan dalam mempelajari suatu konsep, seperti pasir
yang digunakan untuk membuktikan rumus volume tabung.
3. Progam audio, adalah bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan mendengar para
siswa.
4. Program video, adalah bahan ajar yang menyajikan demonstrasi atau stimulasi dari suatu konsep.
5. Lembar kerja siswa, merupakan lembaran panduan yang digunakan oleh siswa baik secara individual atau
kelompok untuk mengerjakan suatu tugas dari guru.
6. Handout, adalah lembaran lepas yang berisi materi pelajaran yang dibagikan kepada siswa. Contohnya bahan
seminar yang berisi materi yang ditayangkan kepada peserta seminar.
7. Surat kabar, majalah, internet, yaitu bahan ajar yang berupa artikel-artikel

B. BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN DI SEKOLAH


Bahan ajar yang sering digunakan guru adalah buku teks dan LKS atau buku kerja siswa. Secara umum, buku
teks sebagai bahan ajar hendaknya mengandung komponen-komponen tujuan pembelajaran, uraian materi dan
evaluasi. Sedangkan komponen yang ada dalam LKS, hendaknya berisi komponen tujuan, materi/sumber, waktu,
cara kerja, hasil yang diharapkan dan tindak lanjut.
Sementara itu, ada kelemahan bahan ajar yang digunakan di SD, diantaranya adalah salah konsep, tidak
memadainya cakupan materi yang disajikan, penggunaan ilustrasi yang kurang tepat, penyajian evaluasi yang
tidak sesuai dengan aturan pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.

KB. 2
Pengembangan Bahan ajar di sekolah dasar

Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:


1. Penulisan sendiri. Dengan menulis sendiri, guru dapat menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik siswa yang dihadapainya serta kondisi lingkungan. Tetapi guru dituntut untuk memiliki keterampilan
dan pengalaman dalalm menulis bahan ajar serta waktu dan sumber belajar yang tersedia.
2. Penggunaan bahan ajar yang sudah tersedia. Dalam hal ini, guru tinggal menggunakan bahan ajar yang ada.
Tetapi tidak semua bahan ajar yang ada sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapi guru serta kondisi
linbgkungan.

A. PENULISAN BAHAN AJAR


Langkah yang dapat dilakukan guru dalam menulis bahan ajar adalah:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menyajikan materi pelajaran, Materinya berdasarkan tujuan pembelajaran dan hendaknya sesuai dengan
karakteristik dan pengetahuan awal siswa, serta sarana dan prasarana yang ada. Disamping itu, uraian materi juga
mencakup ilustrasi (gambar, table, grafik atau contoh) dan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa.
3. Mengembangkan evaluasi. Komponen evaluasi dikembangkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah disajikan.

B. PENGGUNAAN BAHAN AJAR YANG SUDAH TERSEDIA


Ada beberapa kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih bahan ajar, antara lain:
1. Menurut Depdiknas (2004)
a. Kriteria filosofi, berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan
b. Kriteria psiko-pedagogis, berkenaan dengan teori dan asumsi tentang proses terjadinya belajar pada
seseorang.
2. Dick, Carey (2001)
a. Kriteria yang berpusat pada tujuan, memusatkan perhatian pada isi pembelajaran.
b. Kriteria yang berkenan dengan siswa, kesesuaian bahan ajar dengan kelompok target pengguna bahan
ajar tersebut.
c. Kriteria yang berpusat pada konteks, berkenaan dengan kesesuaian bahan ajar yang dipilih dengan konteks
pembelajaran.
d. Kriteria yang berpusat pada proses belajar, berkenaan dengan ketepatan penyajian isi bahan ajar.
Menurut Onrnstein (1990) dalam penggunaan bahan ajar sebagai berikut :
1. Tujuan (objective)
2. Keterbacaan (readability)
3. Kegunaan (utility)
4. Kognisi (cognition)
5. Cakupan materi (content coverage)
6. Audio-visual
7. Teori belajar ( learning theory)
8. Karakteristik fisik (physical characteristics)
MODUL 10. POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

KB 1 : POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN DAERAH


Selain terbatasnya guru, kendala proses belajar mengajar yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya
sarana dan prasarana penunjang yang ada. Beberapa indikator yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan
prasarana bagi suatu sekolah, antara lain:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat transportasi yang
memadai.
2. Kurangsinkronan informasi antarintansi yang terkait.
3. Peristiwa bencana alam.
4. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa.
5. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi keterbatasan sarana, dukungan
keluarga dan keramahan alam.

B. METODE PEMBELAJARAN

Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum menguasai bahan ketika belajar atau
kuliah dan guru mengajarkan yang bukan bidangnya. Selain kurang menguasai bidangnya, masih banyak guru
yang dalam mengajar hanya menggunakan model yang sama. Mereka kurang menguasai berbagai model
pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori pendidikan yang baru.
C. KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU

Salah satu persoalan guru, selain kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah mereka. Perbandingan antara
guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di kota sangat jauh. Dari segi kuantitas,
jumlah guru sebetulnya telah memadai, tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya belum sesuai.

Text Box: 5KB 2 : PEMBAHARUAN PEMEBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SD

A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan
fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid dan kelas sebagai
fenomena sosial.
kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungann antara
pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai
tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan authentic assessmennya.

B. PAKEM

PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektifdan menyenangkan.
Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran semestinya membuat anak merasa nyaman, tidak takut untuk bertanya,
tidak tegang dalam menyimak guru dan tidak merasa kesulitan untuk menyerap materi yang diajarkan. Fungsi
pembelajaran yang ditekankan adalah bagaimana menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam
diri siswa serta media yang digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai kehidupan sehari-hari.
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar siswa, member umpan balik,
mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa, Kreatif mengmbangkan kegiatan
yang beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana, Efektif sehingga pembelajaran mencapai tujuan,
Menyenangkansehingga anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan, dan tidak dianggap sepele.
Sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya, mengemukakan gagasan dan
mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya,Kreatif merancang/membuat sesuatu dan
menulis/mengarang, Efektif menguasai keterampilan yang diperlukan Menyenangkan sehingga siswa berani
mencoba/membuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF

Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok,
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk mencoba menyelami
karakteristik kehidupan yang heterogen dengan berbagai macam perbedaan karakter yang ada. Dalam melakukan
pembelajaran ini, ada lima langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
3. Pemberian aktifitas kelompok
4. Pembuatan aktifitas belajar mandiri
5. Penerapan penilaian autentik
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar siswa, member umpan balik,
mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa, Kreatif mengmbangkan kegiatan
yang beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana, Efektif sehingga pembelajaran mencapai tujuan,
Menyenangkansehingga anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan, dan tidak dianggap sepele.

Sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya, mengemukakan gagasan dan
mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya,Kreatif merancang/membuat sesuatu dan
menulis/mengarang, Efektif menguasai keterampilan yang diperlukan Menyenangkan sehingga siswa berani
mencoba/membuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF

Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok,
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk mencoba menyelami
karakteristik kehidupan yang heterogen dengan berbagai macam perbedaan karakter yang ada. Dalam melakukan
pembelajaran ini, ada lima langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
3. Pemberian aktifitas kelompok
4. Pembuatan aktifitas belajar mandiri
5. Penerapan penilaian autentik
PEMBAHASAN

2.1 Potret sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana SD pada umumnya sangat bervariasi, dari yang paling terbatas sampai yang paling mewah.
Namun gambaran ideal sarana dan prasarana yang seyogyanya tersedia sesuai dengan yang di tetapkan dalam
perundangan.
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42 menetapkan bahwa sarana dan prasarana
yang harus ada pada setiap satuan pendidikan sebagai berikut :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang di perlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berekreasi dan ruang/ tempat lain yang di perlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Sebuah SD yang ideal seyogianya mempunyai sarana dan prasarana belajar yang lengkap seperti yang
dideskripsikan di atas. Namun tidak selamanya demikian, masih banyak SD yang serba kekurangan. Menyimak
uraian diatas tidak dapat dipungkiri, bahwa peran sarana dan prasarana di SD sebgai penunjang berlangsungnya
pembelajaran, sangat tergantung dari kreativitas yang memanfaatkannya, dalam ini guru, siswa, dan tentu saja
kepala sekolah, sarana dan prasarana yang melimpah tidak akan berfungsi sama sekali jika guu dan siswa tida
mau memanfaatkannya. Sebaliknya jika dimanfaatkan secara efektif akan mampu memernkan fungsi maksimal
sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.

2.2 Potret Sumber Daya Manusia Di SD


PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 35 menetapkan bahwa; “tenaga kependidikan
pada SD/ MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah”. Pada kenyataannya, Sumber Daya Manusia
(SDM) di SD ( pendidik dan tenaga kepandidikan) terdiri dari guru, kepala sekoah dan penjaga sekolah yang
merangkap sebagai tenaga kebersihan. Umunya tenaga administrasi dan pustakawan tidak ada di SD.
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, pasal 38 ayat 2. Kriteria untuk menjadi
kepala SD/MI adalah sebagai berikut :
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagi agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang kependidikan.
Standar Kopetensi kepala sekolah di pilah menjadi 4 rumpun sebagai berikut :
1. Kompetensi kpepribadian
2. Kompetisi manajerial
3. Kompetensi Supervisi
4. Kompetisi sosial

2.3 Potret Sumber Dana Di Sd


Meskipun banyak yang mengatakan bahwa kemauan dan kemampuan adalah modal utama dalam menjalankan
satu usaha, termasuk penyelenggaraan pendidikan, namun tidak dpat di pungkiri bahwa dana sering merupakan
kunci utama berlangsung tidaknya satu kegiatan.
Standar pembiayaan yang merupakan pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang standar Nasional
pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan berikut :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya operasional.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya ar, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.

2.4 Sarana Dan Prasarana Dari Luar SD


Bagi SD yang sarana dan prasarana yang sangat terbatas bisa menggunakan atau memanfaatkan lingkungan
sekolah di luar SD. Kunci dari semua ini adalah prakarsa dari kepala sekolah dan pak guru, kemudian diikuti
dengan jalinan komunikasi yang baik antara sekolah dan perangkat atau pamong desa. Tanpa adanya prakarsa,
keterbatasan sarana dan prasarana akan merampas kesempatan sisiwa untuk menghayati proses pembelajaran
yang menantang, dan semestinya dihayati.

2.5 Sumber Daya Manusia


Penyelenggaraan pendidikan SD menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat dan daerah), di samping melibatkan
melibatkan masyarakat untuk berperan serta. Oleh karena itu,keberlangsungan roda pendidikan di SD juga di
tentukan oleh banyak SDM, baik yang berada di SD sendiri maupun yang berada di luar SD. SDM yang berasal dari
luar SD yaitu: pengawas SD, kepala Dinas Pendidikan (dari kecamatan sampai provinsi), Menteri Pendidikan
Nasional, Komite Sekolah, dan dewan pendidikan.
a. Kriteria minimal menjadi pengawas satuan pendidikan
v Berstatus sebagai guru sekurang – kurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang – kurangnya 4 tahun
v Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan
v Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.

b. Kepala Dinas Pendidikan


Kebijakan dan koordinasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan di SD, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
v Penetapan kalender akademik
v Penetapan kebijakan yang berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan
v Penetapan kebijakan dalam peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
v Penetapan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualifikasi dan kemampuan guru sebagai pendidik
profesional
Kebijakan dan koordinasi yang dikeluarkan dan dilakukan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota, antara lain
sebagai berikut :
1. Mengoordinasikan dan mensupervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
2. Menetapkan kalender akademik dengan berpedoman pada kebijakanDinas Pendidikan Provinsi
3. Mengoordinasi berbagai upaya peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan
4. Mengoordinasi berbagai upaya peningkatan kualifikasi dan kemampuan guru sebagai pendidik profesional
5. Menetapkan muatan lokal dalam rangka meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.

c. Menteri Pendidikan Nasional


Menteri Pendidikan Nasional bertanggung jawab terhadap pengelolaan sistem pendidikan nasional, sebagaimana
yang ditetapkan dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal, pasal 50, ayat (1). Sisitem
pendidikan nasioanl berlaku bagi seluruhjenjang dan jenis pendidikan, termasuk pendidikan SD yang berada pada
jenjang pendidikan dasar. Dengan demikian, tanggung jawab tertinggi penyelengaraan pendidikan SD juga berada
di tangan Mendiknas.

d. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli
pendidikan. Komite sekolah adalah “lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas
sekolah, serta toko masyarakat yang peduli pendidikan” (UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1).
Setiap sekolah, termasuk SD mempunyai komite sekolah, sedangkan dewan pendidikan hanya ada di tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Peran komite sekolah ini sangat sentral dalam penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah
e. Dana
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari berbagai sumber, yaitu yang utama dari pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Di samping itu, dana pendidikan juga berasal dari orang tua murid/masyarakat yang
disalurkan melalui komite sekolah, yang peruntukkannya sudah dirancang terlebih dahulu.
Dana BOS atau bantuan operasional sekolah merupakan program pemerintah yang berasal dari dana subsidi BBM
yang bertujuan untuk membebaskan biaya bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain dalam
rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Yang berhak menerima dana BOS adalah semua sekolah tingkat SD
dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh undonesia. Penggunaan dana BOS meliputi pembiayaan kegiatan
berikut ini :
1. Kegiatan penerimaan siswa baru.
2. Pembelian buku teks pelajaran.
3. Pembelian bahan-bahan habis pakai.
4. Kegiatan kesiswaan.
5. Ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa.
6. Pengembangan profesi guru.
7. Perawatan sekolah.
8. Langganan daya dan jasa.
9. Honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer sekolah.
10. Bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin.
11. Biaya asrama/pondokan dan pembelian peralatan inadah.
12. Pengelolaan BOS
Dana BOS tidak boleh :
1. Disimpan dengan tujuan mendapatkan bunga.
2. Dipinjamkan kepihak lain.
3. Digunakan untuk membayar bonus.
4. Digunakan untuk membangun gedung/ruangan baru.
5. Dugunakan untuk membeli peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.
6. Di tanam sebagai saham.
7. Digunakan untuk membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai secara penuh dari sumber dana
pemerintah pusat atau daerah.
Munitoring dan pengawasan dana BOS dilakukan oleh:
1. Tim monitoring Independen
2. Unsur masyarakat dari unsur Dewan Pendidikan
3. Unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah
Sanksi penyalahgunaan dana BOS:
1. Penerapan sanksi kepegawaian
2. Penerapan tuntunan perbendaharaan dan ganti rugi
3. Penerapan proses hukum
4. Pemblokiran dana

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan sebagai hasil pembahasan dari permasalahan yang terdapat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat di atasi dengan berbagai cara, antara lain dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang adad dilingkungan sekolah, yang dapat dijangkau oleh SD. Sarana dan
prasarana tersebut antara lain sumber belajar yang ada dilingkungan seperti gejala alam, sanggar seni, balai
budaya, perpustakaan, lapangan olah raga, ruang pertemuan, kelas atau tempat ibadah. Agar dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut, sekolah harus menjalin komunikasi profesional dengan pihak-pihak
yang memiliki aau bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan. Prakarsa dari guru
dan kepala sekolah merupakan awal proses pemanfaatan tersebut.
2. Disamping sumber daya manusia yang ada di SD, SDM dan lembaga yang sangat berperan dalam
penyelenggaraan pendidikan SD, meliputi pengawas SD, kepala Dinas Pendidikan, Menteri Pendidikan Nasional,
yang semuanya merupakan pejabat pemerintah, serta dewan pendidikan dan komite sekolah yang anggota-
anggotanya merupakan representasi dari masyarakat yang peduli pendidikan.
3. Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa DOP, dari pemerintah pusat
berupa dana BOS. Disamping sumbangan dari orang tua siswa yang disalurkan Komite Sekolah.

3.2 SARAN
Saran-saran yang perlu penulis kemukakan sehubungan dengan pembahasan isi makalah ini antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah merupakan pimpinan satuan pendidikan yang sangat menentukan iklim kerja dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan. Oleh karena itu seorang kepala sekolah hendaknya berpengalaman sebagai
guru SD minimal selama 5 tahun dan memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan dan harus menguasai standar kompetensi kepala sekolah.
2. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah yang dapat di jangkau oleh SD untuk
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana.
3. Pengelolaan BOS dengan benar sesuai denga ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan, karena jika
pengelolaan dana BOS sudah dilakukan dengan benar maka semestinya siswa SD bebas dari segala pungutan.

Anda mungkin juga menyukai