Kegiatan Belajar 1.
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis, dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan
Sekolah Dasar
A. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar
Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu
sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedadogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasardalam sosialisai atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehiduoan masyarakat, dan proses
ankulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan.
Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia sekolah 6-13
tahun.
1. Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan persekolahan
atau scooling system, diyakini sangat strategis artinya sangat tepat dilakukan, untuk
mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan perkembangan mental, fisik, dan
sosial anak dalam mencapai pendewasaannya secara sistematik dan sistemik
2. Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan
bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan, daripada
proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual melalui proses
sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga budaya semata-mata.
3. Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan konseptual
teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitisfisme, humanisme, dan
sosial.
Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas yang sangat relevan untuk
menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
1. Teori Kognifisme
Piaget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan
pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri
individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk,
karena secara biologis adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan
secara kognitif adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara
kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek. Secara teoritik
perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni:
a. Assimilation atau asimilasi Integrasi data baru dangan struktur kognitif yang
sudah ada dalam pikiran
b. Accommodation atau akomodasi Menunjuk pada proses penyesuaian struktur
kognitif dengan situasi baru
c. Equilibration atau ekuibrasi Proses penyesuaian yang sinambung antara
asimilasi dan akomodasi.
2. Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)
Secara sosial-kultural aktivitas mental merupakan sesuatu hal yang unik hanya pada
manusia. Hal ini merupakan produk dari belajar sosial atau social learning, yakni
penyadaran simbol- simbol sosial dan internalisasi kebudayaan dan hubungan sosial.
Kebudayaan diinternalisasi dalam bentuk system neuropsikis yang merupakan
bagian dari bentuk aktivitas fisiologis dari otak manusia. Aktivitas mental yang
tinggi memungkinkan pembentukan dan perkembangan proses mental manusia yang
lebih tinggi. Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses pendidikan di SD/MI
seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam diri individu
sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan intermental individu
dalam konteks sosial-kultural, lingkungan sosial-kultural.
3. Teori Humanistik
Pendekatan humanistic memiliki karakteristik : (a) menjadikan peserta didik sendiri
sebagai isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya dari perilakunya; (b)
mengenal bahwa imajinasi peserta didik seperti dicerminkan dalam seni, impian,
cerita, dan fantasi sebagai hal yang penting dalam kehidupan yang dapat dibahas
bersama dengan teman sekelasnya; (c) memberikan perhatian khusus terhadap
ekspresi non-verbal seperti isyarat dan nada karena diyakini sebagai ungkapan
perasaan dan sikap yang dikomunikasikan; d)Menggunakan pemainan, improvisasi,
dan bermain peran sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.
Kegiatan Belajar 2
Landasan Historis, Ideologis, dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar
A. Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah
Dasar beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatarbelakangi sejak pada masa
Hindia Belanda sampai saat ini.
Secara historis atau kesejahteraan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia merupakan
kelanjutan dari system pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang dibangun
lebih banyak untuk kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada dasarnya
system pendidikan pada masa itu ditekankan pada upaya memperoleh tenaga terampil
yang menegrti nilai budaya penjajah sehingga menguntungkan mereka dalam
mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa berkembnag
secara dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dalam dimensi
ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai gerakan pendidikan pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah
mendorong tumbuh dan berkembang pula konsep dan dasar ideology pendidikan yang
walaupun berbeda dalam nomenklatuurnya dan konteks perwujudannya, tetapi
semuanya pada satu tujuan adanya system pendidikan yang inheren dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia. Salah satunya adalah filsafat dan
ideology pendidikan Taman Siswa Ing madya mangun karsa, Ing Ngarsa sung
Tuladha, Tut Wuri Handayani.
Kegiatan Belajar 1
Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan Sekolah Dasar
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar,
maka tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh
setiap orang yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu,
mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi
yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”,
yang meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal,
ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya
dengan ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.
Kegiatan Belajar 2
Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar
A. Tatanan Organisasi Sekolah Dasar
Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah
daerah, baik tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting Dinas).
Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas
melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga
kependidikan, dan penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota
untuk pendidikan dasar dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung
jawab utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.
B. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A
dan Sekolah Rumah.
SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena
kelaninan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa
yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran
antara anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau
Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu,
seperti penggunaan bahasa asing atau menggunakan Kurikulum ernasional.
Paket A adalah pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga
negara yang berusia 14-45 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah
rumah atau home schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah, melalui
layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif,
sehingga potensi anak yang unik dapat berkembang secara optimal.
MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde baru
Era orde baru berawal dari pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Ir.Soekarno
(1945- 1965), yang kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto (1967-1998) atau
lebih dikenal dengan era orde baru. Era orde baru berakhir pada masa kepemimpinan BJ
Habibie (21 Mei 1998) yang merupakan simbol dari reformasi.
3 hal penting dalam perkembangan pendidikan sekolah dasar pada era orde baru yaitu:
1. Perundang-undangan
Semua ketentuan perundang-undangan berdasar pada pasal 31 UUD 1945, jadi
Pendidikan Nasional merupakan produk sejarahdalam pemikiran bangsa Indonesia
untuk mewujudkan salah satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat.
2. Kebijakan Strategis
Yaitu dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang I, dengan jangka waktu 25
tahun mulai Repelita I hingga Repelita V. Hal ini diarahkan pada perwujudan
komitmen nasional terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dan tujuan
akhir pendidikan.
3. Isi dan proses
a. Kurikulum dan perangkat pendidikan
Isi pendidikan dasar diterapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian, yaitu ;
Pendidikan Pancasila,Agama, Kewarganegaraan, bahasa Indonesia,Membaca dan
Menulis, Matematika,Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi, SNSU, KTK,
PenJaskes, Menggambar, dan Bahasa Inggris.
b. Pengolahan
c. Dengan melaksanakan program perluasan dan pemerataan kesempatan belajar yang
kita kenal Wajib Belajar SD ,yaitu :
1) Untuk daerah terpencil, dikembangkan SD Kecil dengan
menerapkanpembelajaran kelas rangkap.
2) Untuk daerah penduduk padat,dengan pembangunan 6 ruangan untuk 6 kelas.
3) Untuk daerah normal, melalui SD Tradisional ( Konvensional), SD Pamong,
Program Kejar Paket A, SLB, SDLB, Sekolah Terpadu.
KEGIATAN BELAJAR 2
Perkembangan Pendidikan Sekolah dasar di Era Reformasi
Hal- hal penting dalam perkembangan pendidikan SD di era reformasi, Yaitu:
A. Ketentuan Perundang-undangan Terkait Pendidikan SD
Ketentuan Perundang-undangan yaitu Pasal 31 UUD 1945, yang terjabar atas:
1. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS
2. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS
3. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. PP No.32 Thn.2013 tentang SNP
B. Kebijakan Strategis
Pembaharuan sistem pendidikan meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan
yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, sera pembedaan
antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Ditandai dengan lahirnya Standar
Nasional Pendidikan, yang terdiri atas: 1) Standar isi; 2) Standar Proses; 3) Standar
Kelulusan; 4) Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik; 5) Standar Sarana dan
Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan; 8) Standar Penilaian
Selain itu berkembangnya tahapan atau golongan pendidikan, yaitu:
1. In formal, contohnya pendidikan didalam keluarga
2. Formal, contohnya pendidikan di sekolah
3. Non Formal, contohnya pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, seperti
kursus.
C. Isi dan proses
1. Kurikulum dan perangkat pendidikan
Menggunakan kurikulum KTSP, dengan ketentuan sebagai berikut:
Menggunakan pendekatan tematik untuk kelas I,II dan III, dan pendekatan mata
pelajaran untuk kelas IV,V dan VI
Silabus dan RPP dikembangkan oleh lembaga sekolah atau guru disesuaikan
dengan kondisi tingkat satuan pendidikan.
Mewajibkan ekstra kurikuler pramuka
Stuktur kurkulum terdiri atas:
a. Mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA, IPS, SBK, PENJASKES.
b. Muatan Lokal, Yaitu Bahasa Daerah, Bahasa Inggris
c. Pengembangan Diri
Jam mengajar terdiri atas:
a. Kelas I : 26 jam + 4 jam = 30 jam
b. Kelas II : 27 jam + 4 jam = 31 jam
c. Kelas III : 28 jam + 4 jam = 32 jam
d. Kelas IV : 32 jam + 4 jam = 36 jam
e. Kelas V : 32 jam + 4 jam = 36 jam
f. Kelas VI : 32 jam + 4 jam = 36 jam
2. Pengolahan
Pengelolaan pendidikan, pengembangan dan penerapan MBS diterapkan secara
bertahap untuk mewadahi konsep si otonomi pendidkan pada tingkat satuan pendidikan.
MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan
mewarisi gen dari orang tuanya.
2. Gizi Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan
yang serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk
seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial
ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan
hidupnya, terutama kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan.
5. Jenis Kelamin Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat
daripada anak laki-laki.
6. Kesehatan Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar
penampilannya, aktif bergerak seakan tidak mengenal lelah
7. Suku Bangsa/Ras Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang
diwarisi dari nenek moyangnya.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik
Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja
sama antara otot, otak dan saraf.
Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya
bimbingan. Keterampilan anak menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau
memegang sendok disebut sebagai keterampilan motorik halus. Sedangkan
keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari serta menjaga
keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar.
Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti
gerakan-gerakan berikut.
1. Cara memegang Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-
asalan saja, setelah lebih dewasa, cara memegang sesuatu sudah sempurna dan siap
untuk melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara berjalan Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut
bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasa, mereka hanya mempergunakan
otot yang perlu saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3. Cara memegang Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya
mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan seluruh anggota badannya ikut
bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasaakan menendang bola dengan
menggunakan kakinnya dengan menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.
C. Karakteristik Perkembangan Emosi
Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi
yang kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain,
sehingga anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi
emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia
Sekolah Dasar merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja,
sehingga emosi anak kadang-kadang kurang stabil.
Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat
berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali.
D. Karakteristik Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan
sosialnya. Pada usia Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai
usia berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas
bersama teman-teman. Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok dan
bahagia apabila dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan
melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi.
Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu:
tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai
individu bukan karena status sosial ekonomi atau yang lainnya, tetapi mereka lebih
tertarik kepada anak lain yang mau bermain bersama, sehingga terjalin
persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa berteman dan bersahabat merupakan
salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu
kepentingan rasa keadilan.
3. Teman Akrab Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul
akrab. Mereka saling berbagi perasaan, masalah maupun konflik, bercanda, tertawa,
bercerita, dan kadang- kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian
bercanda lagi, sehingga akan terbentuk ikatan emosional yang mendalam.
Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan yang dapat
menentukan kkualitas sosial mereka setelah dewasa. Guru memegang peran untuk
membangun kehidupan sosial siswanya.
Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat
mempergunakan teknik sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat mempergunakan teknik
sosiometri untuk mengetahui hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik
untuk menggambarkan struktur hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun
kegunaan sosiometri bagi guru atau konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat
diidentifikasi siswa mana yang memerlukan bantuan dalam menyesuaikan dirinya
teerhadap kelompok.
Kegiatan Belajar 2
Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak
A. Karakteristik Perkembangan Intelektual
1. Desentrasi dan konservasi Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi,
dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain.
2. Seriasi Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk
mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3. Pemikiran rasional Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu
kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka
lihat.
4. Inklusi kelas Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan
tentang bagian dan keseluruhan.Selain itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat
mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan yang
mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas
atau relasi.
B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
1. Perkembangan Bahasa Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa.
Bahasa yang digunakan dapat dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak
tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik, dan sebagainya. Tiap individu dituntut
memiliki kemampuan untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan
menanngkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat
berlangsung secara efektif. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan
proses berbicara, anak akan semakin jelas mengutarakan kemauan, pikiran maupun
perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu
memberikan rangsangan dengan cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak
berbicara, maka anak akan cepat berbicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai
salah satu model yang dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi
kelancaran anak dalam berbahasa.
2. Fungsi Bahasa a Untuk mengekspresikan perasaan b Untuk memengaruhi orang lain c
Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara a Menangis Menangis merupakan cara bayi untuk
berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya. Melalui
irama, intensitas maupun gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan
diketahui arti tagisan bayi. B Berceloteh Dengan bertambahnya umur dan semakin
berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif.
Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya beberapa
huruf hidup atau mati yang digabungkan sehingga menimbulkan bunyi. C Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana
bersosialisasi. Disamping sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara
dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian. D Mengobrol Mengobrol merupakan
bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya
didengar dan dimengerti oleh orang lain. Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa
yang dikatakan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara a Keluarga Peran orang tua
sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani
mengutarakan pendapatnya. B Media elektronik Media elektronik dapat membantu
anak untuk belajar bicara dan menambah kosakata. C Sekolah Melalui buku pelajaran,
komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-anak dapat meningkatkan
penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan pemahaman terhadap
kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.
C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan
tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
1. Perkembangan Moral
Menurut Pakar
a. Menurut Piaget Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih
dipahami dengan kaku. Tetapi pada anak usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah
mulai berkembang, banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh
dari lingkungan, kadang- kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu
buruk.
b. Menurut Kohlberg Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat
pertama pekembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua
peratutan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan
berharap dapat diterima dalam kelompok. Sedangkan pada tingkat kedua tingkat
perkembangan anak, ia sebut dengan morallitas konvensional atau moralitas dari
aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada
dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moral
a. Lingkungan Rumah ; b Lingkungan Sekolah; c Teman Sebaya dan Aktivitasnya ; d
Intelegensi dan Jenis Kelamin
D. Perkembangan Agama
Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai
pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk
bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab
MODUL 5
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD , KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
Bentuk – Bentuk Kegiatan Belajar Yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar
KEGIATAN BELAJAR 2
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Kata motif merupakan kata dasar motivasi yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali kegiatan
perubahan energi seseorang dan nampak sebagai kegiatan fisik, motivasi ditandai
dengan adanya rasa, dan pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi
berupa tujuan yang didasarkan atas kebutuhan.
Ruang Lingkup Motivasi Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai
dengan munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan terhadap tujuan
oleh Mc. Donald mengandung 3 aspek penting, yaitu:
1. Motivasi adalah hal yang mengawali kegiatan perubahan energi pada seseorang,
sehingga yang terlihat adalah yang menyangkut kegiatan fisik.
2. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa.
3. Motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Sedangkan
tujuan sendiri menyangkut soal kebutuhan. Teori tentang motivasi lahir dan dan
berkembang dengan tingkatan-tingkatannya.
Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu terkait dengan masalah
kebutuhan (Teori Abraham Maslow), yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat.
2. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok masyarakat.
4. Kebutuhan akan penghargaan seperti dihargai karena kemampuan, kebutuhan
untuk diakui kenaikan status atau pangkat pada diri seseorang.
5. Kebutuhan untuk mewujudkamn diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan
usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.
(Purwanto, 1990)
Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi agar kegiatan
belajar pada diri siwa dapat bermanfaat dan berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut,
ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut: 1. Motivasi sebagai motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan 2. Motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya 3. Motivasi
dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan 4. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang membagi motivasi
menjadi beberapa macam. Namun, disini kita hanya akan mengkaji motivasi intrinsik
dan ekstrinsik saja.
1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau
berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, karena
biasanya dalam diri seseorang tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contohnya adalah seseorang siswa yang melakukan kegiatan
belajar karena ingin menambah ilmu, nilai, atau keterampilan.
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didalam aktifitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Sebagai contohnya adalah seseorang
akan belajar hingga keesokan harinya akan dapat mengerjakan soal dengan baik
dan mendapat nilai 100, dengan harapan akan mendapatkan hadiah dari
orangtuanya.
MODUL 6
Layanan Pendidikan Bagi Siswa Sekolah Dasar
Kegiatan Belajar 1
Prinsip-Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar
A. Pengertian Bimbingan
Menurut Agus Taufik (2007), istilah bimbingan pada umumnya dipahami sebagai
upaya memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai
yang bersifat menuntun ke arah yang baik.
Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan beberapa padanan dari kata guide yaitu:
to direct, pilot, manage or steer. Bimbingan sering dipadankan dengan “konseling”
yang diadopsi dari bahasa Inggris yaitu Counseling yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi “penyuluhan”. Pada akhir tahun sembilan puluhan ,
istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena konotasinya lebih bersifat
pemberian informasi, sedangkan konotasi konselng lebih bersifat hubungan antar
dua pribadi, yaitu antara konselor dengan yang diberi bantuan.
Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebagai suatu
proses membantu individu siswa untuk dapat memahami diri,mengenal lingkungan
dan merencanakan masa depannya, sehingga diharapkan dapat mencapai
perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
B. Tujuan Bimbingan Di Sekolah dasar
Tujuan bimbingan dan konseling adalah memberi kemudahan belajar pada siswa SD
agar mereka dapat belajar dengan percaya diri, menyadari kekurangan dan
kelebihannya serta mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
C. Fungsi Bimbingan Di Sekolah
Ada 6 fungsi bimbingan di sekolah yaitu: 1. Fungsi Pengungkapan 2. Fungsi
Penyaluran 3. Fungsi Penyesuaian 4. Fungsi Pencegahan 5. Fungsi Perkembangan 6.
Fungsi Perbaikan
D. Prinsip- prinsip Bimbingan di SD
Ada 8 prinsip dalam bimbingan di SD yaitu : 1. Bimbingan untuk semua 2. Bimbingan
di SD dilaksanakan oleh guru semua kelas 3. Bimbingan diarahkan untuk
perkembangan kognitif dan afektif 4. Bimbingan diberikan secara insidental dan
informal 5. Bimbingan ditekankan pada tujuan belajar dan kebermaknaan belajar 6.
Bimbingan difokuskan pada aset 7. Bimbingan terhadap proses pendewasaan 8.
Program bimbingan dilaksanakan secara bersama
E. Peran Guru Dalam Program Bimbingan dan Konseling
Dalam Proses bimbingan guru memiliki peran penting, karena guru mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih terbuka terhadap guru.
Bimbingan di SD dilaksanakan oleh guru kelas bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran.
KEGIATAN BELAJAR 2
BERBAGAI LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR
MODUL 7
KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1.
PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
A. Landasan Pengembangan Kompetensi Guru SD
Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang
ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam bidang
tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh
seseorang jika ia memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai
serta sikap yang memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara cerdas.
Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu menghasilkan
lulusan yang mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana
halnya sdnegan standar kompetensi dibidang profesi lainnya, standar kompetensi guru SD di
kembangkan dengan mengacu kepada hal-hal berikut.
1. Ketetapan perundang-undangan yang terkait dengan guru SD seperti UU
No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang Guru
dan Dosen, dan PP No.15/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru SD.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang
dianggap benar berdasarkan dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut
oleh bangsa Indonesia
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru lulusan
SPG
KEGIATAN BELAJAR 2.
FORUM PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU
MODUL 8
KURIKULUM SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 2.
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A. Hakikat KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
bersifat desentralistik karena dikembangkan oleh satuan pendidikan. Meskipun ktsp
bersifat desentralistik, kurikulum yang dikembangkan satuan pendidikan harus
mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang telah ditetapkan
secara nasional oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP terdiri atas dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
1. Tujuan Pendidikan SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Struktur Dan Muatan Kurikulum SD
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang harus
tercantum dalam struktur dan muatan kurikulum mencakup Mata Pelajaran,
Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar, Ketuntasan
Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, serta
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
3. Kalender pendidikan SD
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun
pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.
4. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok ada pelajaran
atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi
pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar.
4. Kurikulum dimaksudkan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Ing
Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan
multimedia
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial dan budaya
kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran muatan
lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dengan keseimbangan keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memakai antar kelas dan jenis serta bidang
pendidikan.
MODUL 9
HAKIKAT KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
4. Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang untuk mempengaruhi proses belajar dalam diri siswa.
5. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya
terjadi dalam satu lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi
alami, ini artinya agar proses belajar siswa berlangsung optimal guru perlu
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Proses menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif ini disebut pembelajaran.
6. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kegiatan pembelajaran
adalah:
1) harus berpusat pada siswa yang belajar
2) belajar dengan melakukan,
3) mengembangkan kemampuan sosial,
4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah anak
5) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
6) mengembangkan kreativitas siswa,
7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, dan
9) belajar sepanjang hayat.
7. Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum,
yaitu sebagai alat untuk membantu guru melakukan tugasnya menyampaikan
pembelajaran yang menarik minat siswa.
8. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan
mengantisipasi keadaan berikut, yaitu merespons perkembangan ilmu dan
teknologi, perubahan sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa
dan merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan.
9. Masalah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum biasanya berkaitan
dengan pertanyaan- pertanyaan mengenai bagaimana memilih materi yang
diajarkan, apa yang harus dilakukan bila ada pandangan yang bertolak belakang
dengan pengembang dan bagaimana menerapkan kurikulum secara meyakinkan
MODUL 10
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
B. METODE PEMBELAJARAN
Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum
menguasai bahan ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang bukan
bidangnya. Selain kurang menguasai bidangnya, masih banyak guru yang dalam
mengajar hanya menggunakan model yang sama. Mereka kurang menguasai berbagai
model pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori
pendidikan yang baru.
A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang berhubungan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid dan kelas sebagai fenomena sosial.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungann antara
pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang
akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
authentic assessmennya.
B. PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif,
kreatif, efektifdan menyenangkan. Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran
semestinya membuat anak merasa nyaman, tidak takut untuk bertanya, tidak tegang
dalam menyimak guru dan tidak merasa kesulitan untuk menyerap materi yang
diajarkan. Fungsi pembelajaran yang ditekankan adalah bagaimana menggali dan
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa serta media yang
digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai kehidupan sehari-
hari.
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar
siswa, member umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan
mempertanyakan gagasan siswa, Kreatif mengmbangkan kegiatan yang beragam dan
membuat alat bantu belajar sederhana, Efektif sehingga pembelajaran mencapai
tujuan, Menyenangkan sehingga anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan,
dan tidak dianggap sepele.
Sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya,
Kreatif merancang/membuat sesuatu dan menulis/mengarang, Efektif menguasai
keterampilan yang diperlukan, Menyenangkan sehingga siswa berani
mencoba/membuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan
mempertanyakan gagasan orang lain.
MODUL 11
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH DASAR
MODUL 12
SUMBER DAYA SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
POTRET SUMBER DAYA DI SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 2
SUMBER DAYA YANG BERASAL DARI LUAR SEKOLAH DASAR
C. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa
DOP, dari pemerintah pusat berupa Dana BOS, disamping sumbangan dari orang tua
siswa yang disalurkan melalui Komite Sekolah.
Dana BOS merupakan program pemerinth yang berasal dari dana subsidi BBM
yang bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu
dan meringankan bagi siswa lain dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Sehubungan dengan itu, yang berhak menerima dana BOS adalah semua sekolah
tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Besar dana BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa per tahun ajaran di satu
sekolah, dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen-komponen yang
sudah ditentukan secara ketat. Jika dana BOS dikelola dengan benar, siswa SD
semestinya bebas dari segala pungutan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih
banyak pungutan yang dikenakan kepada siswa SD.