Anda di halaman 1dari 32

MODUL 1

LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1.
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis, dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan
Sekolah Dasar
A. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar
 Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
 Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu
sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedadogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
 Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasardalam sosialisai atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehiduoan masyarakat, dan proses
ankulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan.
 Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia sekolah 6-13
tahun.
1. Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan persekolahan
atau scooling system, diyakini sangat strategis artinya sangat tepat dilakukan, untuk
mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan perkembangan mental, fisik, dan
sosial anak dalam mencapai pendewasaannya secara sistematik dan sistemik
2. Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan
bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan, daripada
proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual melalui proses
sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga budaya semata-mata.
3. Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan konseptual
teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitisfisme, humanisme, dan
sosial.
 Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas yang sangat relevan untuk
menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
1. Teori Kognifisme
Piaget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan
pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri
individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk,
karena secara biologis adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan
secara kognitif adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara
kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek. Secara teoritik
perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni:
a. Assimilation atau asimilasi  Integrasi data baru dangan struktur kognitif yang
sudah ada dalam pikiran
b. Accommodation atau akomodasi  Menunjuk pada proses penyesuaian struktur
kognitif dengan situasi baru
c. Equilibration atau ekuibrasi  Proses penyesuaian yang sinambung antara
asimilasi dan akomodasi.
2. Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)
Secara sosial-kultural aktivitas mental merupakan sesuatu hal yang unik hanya pada
manusia. Hal ini merupakan produk dari belajar sosial atau social learning, yakni
penyadaran simbol- simbol sosial dan internalisasi kebudayaan dan hubungan sosial.
Kebudayaan diinternalisasi dalam bentuk system neuropsikis yang merupakan
bagian dari bentuk aktivitas fisiologis dari otak manusia. Aktivitas mental yang
tinggi memungkinkan pembentukan dan perkembangan proses mental manusia yang
lebih tinggi. Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses pendidikan di SD/MI
seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam diri individu
sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan intermental individu
dalam konteks sosial-kultural, lingkungan sosial-kultural.
3. Teori Humanistik
Pendekatan humanistic memiliki karakteristik : (a) menjadikan peserta didik sendiri
sebagai isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya dari perilakunya; (b)
mengenal bahwa imajinasi peserta didik seperti dicerminkan dalam seni, impian,
cerita, dan fantasi sebagai hal yang penting dalam kehidupan yang dapat dibahas
bersama dengan teman sekelasnya; (c) memberikan perhatian khusus terhadap
ekspresi non-verbal seperti isyarat dan nada karena diyakini sebagai ungkapan
perasaan dan sikap yang dikomunikasikan; d)Menggunakan pemainan, improvisasi,
dan bermain peran sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.

B. Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar


 Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses
enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan dalam kedua proses tersebut
adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan dasar dan mengembangan secara
kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik
dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.
 Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah
heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara
konstitusional menganut satu system pendidikan nasional, instrumental atau
pengelolaan system pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen
penuh.
 Keseluruhan prinsip tersebut memberi implikasi terhadap kandungan, proses dan
manajemen pendidikan nasional. Untuk itulah dalam system pendidikan kita saat ini
diupayakan berbagai pembaharuan seperti kurikulum nasional yang bersifat
sentralistik menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersifat desentralistik,
penerapan kurikulum yang berdiversifikasi untuk melayani keberagaman, dan
pengembangan standar nasional pendidikan sebagai baku mutu pendidikan secara
nasional.

Kegiatan Belajar 2
Landasan Historis, Ideologis, dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar
A. Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
 Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah
Dasar beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatarbelakangi sejak pada masa
Hindia Belanda sampai saat ini.
 Secara historis atau kesejahteraan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia merupakan
kelanjutan dari system pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang dibangun
lebih banyak untuk kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada dasarnya
system pendidikan pada masa itu ditekankan pada upaya memperoleh tenaga terampil
yang menegrti nilai budaya penjajah sehingga menguntungkan mereka dalam
mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
 Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa berkembnag
secara dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dalam dimensi
ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
 Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai gerakan pendidikan pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah
mendorong tumbuh dan berkembang pula konsep dan dasar ideology pendidikan yang
walaupun berbeda dalam nomenklatuurnya dan konteks perwujudannya, tetapi
semuanya pada satu tujuan adanya system pendidikan yang inheren dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia. Salah satunya adalah filsafat dan
ideology pendidikan Taman Siswa Ing madya mangun karsa, Ing Ngarsa sung
Tuladha, Tut Wuri Handayani.

B. Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD


 Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan
komitmen politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai
ketentuan normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana system pendidikan
nasional dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
 Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan
nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di
dalamnya pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai,
konsep dan moral yang terkandung dalam bagian dari alenia keempat Pembukaan
UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
 Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi pengembangan potensi peserta
didik secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan
seterusnya. Sedangkan tujuan secara substantif merujuk pada tujuan pendidikan
nasional.
 Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara
sebagai berikut.
1. Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
2. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Mengikutiproses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi kejujuran
akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku
4. Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial diantara
teman
5. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesame
6. Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
7. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan., ketertiban, dan
keamanan sekolah.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Fungsi, Tujuan, dan Ciri-Ciri Pendidikan Sekolah Dasar
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
 Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
 Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar,
maka tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
SMP.
1. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh
setiap orang yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu,
mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi
yang cukup besar di SD.
2. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”,
yang meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal,
ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional.
3. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya
dengan ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


1. Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan
lainnya. Paling tidak, ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai
berikut. (Ditjen Dikti, 2006)
a. Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan
kemelekwacaan, bukan pada pembentukan kemampuan akademik.
Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai
fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan
kehidupan.
b. Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan
kemampuan komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah
pikiran sendiri maupun informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang
lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya
masalah, mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan
masalah, mengekspoitasi alternative pemecahan masalah, dan memilih alternatif
yang paling layak.
d. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti
secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa berfikir logis sehingga
kemampuan bernalarnya berkembang.
2. Karakteristik Khusus Pendidikan SD
Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang
mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
a. Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkret,
yang ditandai oleh pandangan yang bersifat holistic.
b. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD, yaitu
Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
c. Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan
(SD) bersama dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas
Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung selama enam tahun, yang dibagi
menjadi enam tingkat kelas.
d. Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk, pengalaman
langsung, dan menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik
siswa SD dan tujuan pendidikan Dasar.
e. Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup
mewah. Pada umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah,
tanpa ruang guru dan juga tanpa ruang administrasi.

Kegiatan Belajar 2
Tatanan Organisasi dan Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar
A. Tatanan Organisasi Sekolah Dasar
 Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, dalam hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah
daerah, baik tingkat provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting Dinas).
Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
 Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas
melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga
kependidikan, dan penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota
untuk pendidikan dasar dan menengah.
 Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
kemandirian dan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung
jawab utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.
B. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD
 Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A
dan Sekolah Rumah.
 SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena
kelaninan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa
yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran
antara anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau
Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu,
seperti penggunaan bahasa asing atau menggunakan Kurikulum ernasional.
 Paket A adalah pendidikan non formal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga
negara yang berusia 14-45 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah
rumah atau home schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah, melalui
layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif,
sehingga potensi anak yang unik dapat berkembang secara optimal.

MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde baru
 Era orde baru berawal dari pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan Ir.Soekarno
(1945- 1965), yang kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto (1967-1998) atau
lebih dikenal dengan era orde baru. Era orde baru berakhir pada masa kepemimpinan BJ
Habibie (21 Mei 1998) yang merupakan simbol dari reformasi.
 3 hal penting dalam perkembangan pendidikan sekolah dasar pada era orde baru yaitu:
1. Perundang-undangan
Semua ketentuan perundang-undangan berdasar pada pasal 31 UUD 1945, jadi
Pendidikan Nasional merupakan produk sejarahdalam pemikiran bangsa Indonesia
untuk mewujudkan salah satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat.
2. Kebijakan Strategis
Yaitu dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang I, dengan jangka waktu 25
tahun mulai Repelita I hingga Repelita V. Hal ini diarahkan pada perwujudan
komitmen nasional terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dan tujuan
akhir pendidikan.
3. Isi dan proses
a. Kurikulum dan perangkat pendidikan
Isi pendidikan dasar diterapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian, yaitu ;
Pendidikan Pancasila,Agama, Kewarganegaraan, bahasa Indonesia,Membaca dan
Menulis, Matematika,Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi, SNSU, KTK,
PenJaskes, Menggambar, dan Bahasa Inggris.
b. Pengolahan
c. Dengan melaksanakan program perluasan dan pemerataan kesempatan belajar yang
kita kenal Wajib Belajar SD ,yaitu :
1) Untuk daerah terpencil, dikembangkan SD Kecil dengan
menerapkanpembelajaran kelas rangkap.
2) Untuk daerah penduduk padat,dengan pembangunan 6 ruangan untuk 6 kelas.
3) Untuk daerah normal, melalui SD Tradisional ( Konvensional), SD Pamong,
Program Kejar Paket A, SLB, SDLB, Sekolah Terpadu.

KEGIATAN BELAJAR 2
Perkembangan Pendidikan Sekolah dasar di Era Reformasi
Hal- hal penting dalam perkembangan pendidikan SD di era reformasi, Yaitu:
A. Ketentuan Perundang-undangan Terkait Pendidikan SD
Ketentuan Perundang-undangan yaitu Pasal 31 UUD 1945, yang terjabar atas:
1. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS
2. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS
3. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. PP No.32 Thn.2013 tentang SNP
B. Kebijakan Strategis
Pembaharuan sistem pendidikan meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan
yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, sera pembedaan
antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Ditandai dengan lahirnya Standar
Nasional Pendidikan, yang terdiri atas: 1) Standar isi; 2) Standar Proses; 3) Standar
Kelulusan; 4) Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik; 5) Standar Sarana dan
Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan; 8) Standar Penilaian
Selain itu berkembangnya tahapan atau golongan pendidikan, yaitu:
1. In formal, contohnya pendidikan didalam keluarga
2. Formal, contohnya pendidikan di sekolah
3. Non Formal, contohnya pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, seperti
kursus.
C. Isi dan proses
1. Kurikulum dan perangkat pendidikan
Menggunakan kurikulum KTSP, dengan ketentuan sebagai berikut:
 Menggunakan pendekatan tematik untuk kelas I,II dan III, dan pendekatan mata
pelajaran untuk kelas IV,V dan VI
 Silabus dan RPP dikembangkan oleh lembaga sekolah atau guru disesuaikan
dengan kondisi tingkat satuan pendidikan.
 Mewajibkan ekstra kurikuler pramuka
 Stuktur kurkulum terdiri atas:
a. Mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA, IPS, SBK, PENJASKES.
b. Muatan Lokal, Yaitu Bahasa Daerah, Bahasa Inggris
c. Pengembangan Diri
 Jam mengajar terdiri atas:
a. Kelas I : 26 jam + 4 jam = 30 jam
b. Kelas II : 27 jam + 4 jam = 31 jam
c. Kelas III : 28 jam + 4 jam = 32 jam
d. Kelas IV : 32 jam + 4 jam = 36 jam
e. Kelas V : 32 jam + 4 jam = 36 jam
f. Kelas VI : 32 jam + 4 jam = 36 jam
2. Pengolahan
Pengelolaan pendidikan, pengembangan dan penerapan MBS diterapkan secara
bertahap untuk mewadahi konsep si otonomi pendidkan pada tingkat satuan pendidikan.

MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan
mewarisi gen dari orang tuanya.
2. Gizi Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan
yang serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk
seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial
ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan
hidupnya, terutama kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan.
5. Jenis Kelamin Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat
daripada anak laki-laki.
6. Kesehatan Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar
penampilannya, aktif bergerak seakan tidak mengenal lelah
7. Suku Bangsa/Ras Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang
diwarisi dari nenek moyangnya.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik
 Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja
sama antara otot, otak dan saraf.
 Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya
bimbingan. Keterampilan anak menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau
memegang sendok disebut sebagai keterampilan motorik halus. Sedangkan
keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari serta menjaga
keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar.
 Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti
gerakan-gerakan berikut.
1. Cara memegang Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-
asalan saja, setelah lebih dewasa, cara memegang sesuatu sudah sempurna dan siap
untuk melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara berjalan Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut
bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasa, mereka hanya mempergunakan
otot yang perlu saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3. Cara memegang Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya
mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan seluruh anggota badannya ikut
bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasaakan menendang bola dengan
menggunakan kakinnya dengan menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.
C. Karakteristik Perkembangan Emosi
 Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi
yang kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain,
sehingga anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
 Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi
emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia
Sekolah Dasar merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja,
sehingga emosi anak kadang-kadang kurang stabil.
 Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat
berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali.
D. Karakteristik Perkembangan Sosial
 Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan
sosialnya. Pada usia Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai
usia berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas
bersama teman-teman. Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok dan
bahagia apabila dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
 Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan
melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi.
 Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu:
tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai
individu bukan karena status sosial ekonomi atau yang lainnya, tetapi mereka lebih
tertarik kepada anak lain yang mau bermain bersama, sehingga terjalin
persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa berteman dan bersahabat merupakan
salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu
kepentingan rasa keadilan.
3. Teman Akrab Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul
akrab. Mereka saling berbagi perasaan, masalah maupun konflik, bercanda, tertawa,
bercerita, dan kadang- kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian
bercanda lagi, sehingga akan terbentuk ikatan emosional yang mendalam.
Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan yang dapat
menentukan kkualitas sosial mereka setelah dewasa. Guru memegang peran untuk
membangun kehidupan sosial siswanya.
 Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat
mempergunakan teknik sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat mempergunakan teknik
sosiometri untuk mengetahui hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik
untuk menggambarkan struktur hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun
kegunaan sosiometri bagi guru atau konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat
diidentifikasi siswa mana yang memerlukan bantuan dalam menyesuaikan dirinya
teerhadap kelompok.

Kegiatan Belajar 2
Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak
A. Karakteristik Perkembangan Intelektual
1. Desentrasi dan konservasi Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi,
dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain.
2. Seriasi Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk
mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3. Pemikiran rasional Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu
kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka
lihat.
4. Inklusi kelas Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan
tentang bagian dan keseluruhan.Selain itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat
mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan yang
mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas
atau relasi.
B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
1. Perkembangan Bahasa Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa.
Bahasa yang digunakan dapat dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak
tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik, dan sebagainya. Tiap individu dituntut
memiliki kemampuan untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan
menanngkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat
berlangsung secara efektif. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan
proses berbicara, anak akan semakin jelas mengutarakan kemauan, pikiran maupun
perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu
memberikan rangsangan dengan cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak
berbicara, maka anak akan cepat berbicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai
salah satu model yang dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi
kelancaran anak dalam berbahasa.
2. Fungsi Bahasa a Untuk mengekspresikan perasaan b Untuk memengaruhi orang lain c
Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara a Menangis Menangis merupakan cara bayi untuk
berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya. Melalui
irama, intensitas maupun gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan
diketahui arti tagisan bayi. B Berceloteh Dengan bertambahnya umur dan semakin
berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif.
Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya beberapa
huruf hidup atau mati yang digabungkan sehingga menimbulkan bunyi. C Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana
bersosialisasi. Disamping sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara
dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian. D Mengobrol Mengobrol merupakan
bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya
didengar dan dimengerti oleh orang lain. Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa
yang dikatakan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara a Keluarga Peran orang tua
sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani
mengutarakan pendapatnya. B Media elektronik Media elektronik dapat membantu
anak untuk belajar bicara dan menambah kosakata. C Sekolah Melalui buku pelajaran,
komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-anak dapat meningkatkan
penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan pemahaman terhadap
kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.
C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan
tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
1. Perkembangan Moral
Menurut Pakar
a. Menurut Piaget Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih
dipahami dengan kaku. Tetapi pada anak usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah
mulai berkembang, banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh
dari lingkungan, kadang- kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu
buruk.
b. Menurut Kohlberg Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat
pertama pekembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua
peratutan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan
berharap dapat diterima dalam kelompok. Sedangkan pada tingkat kedua tingkat
perkembangan anak, ia sebut dengan morallitas konvensional atau moralitas dari
aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada
dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moral
a. Lingkungan Rumah ; b Lingkungan Sekolah; c Teman Sebaya dan Aktivitasnya ; d
Intelegensi dan Jenis Kelamin
D. Perkembangan Agama
Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai
pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk
bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

MODUL 5
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD , KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1
Bentuk – Bentuk Kegiatan Belajar Yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar

A. Belajar Menemukan Karakteristik belajar


 Bentuk – bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa SD diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak, meniru,
menghafal, merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan,
mengambil keputusan, berlatih, menghayati, dan mengamati.
 Kegiatan pengembangan masing – masing kemampuan belajar pada siswa SD dapat
dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan karakteristik siswa dan kreatifitas
guru, sehingga dengan demikian diharapkan kemampuan belajar siswa SD dapat
berkembang secara maksimal. Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
belajar menemukan, guru dapat menerapkan metode discovery learning yang
dikemukakan oleh Bruner, selain itu dapat juga menggunakan metode eksperimen
( experimental method).
B. Belajar Menyimak
 Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia melalui permainan katan dan pertanyaan. Sedangkan untuk
mengembangkan kemampuan belajar meniru, guru dapan menggunakan kegiatan
bermain peran mengenai pekerjaan / profesi yang ada di sekitar siswa.
 Contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar menyimak
siswa adalah sebagai berikut:
1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti
bercerita, membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena
dapat membantu siswa mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal – hal lainnya
dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya. Cara lain adalah dengan
melakukan permainan “kuda bisik”. Melalui permainan ini, siswa dituntut untuk
menyimak apa yang disampaikan oleh temannya untuk kemudian diteruskan
kepada teman yang lain.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya, guru memancing keingintahuan dengan
berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan , hingga
didapatkan hasil yang paling akhir atau kesimpulan
3. Bermain dengan gambar, misalnya membuar gambar, merancang, dan melihat
gambar, slide, video, atau film.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata –
kata yang terdapat pada lagu tersebut.
C. Belajar Meniru
 Anak – anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru ( modelling ) dari
lingkungan sekitarnya. Guru dan orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat
dengan anak.
 Anak akan banyak sekali belajar melalui melihat, mengamati, menginternalisasi,
hingga meniru dalam bentuk perilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru itu
menetap sebagai suatu kebiasaan dan kegemaran.
 Contohnya siswa bermain peran sabagai polisi lalu lintas, dokter, guru, ibu rumah
tangga sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat sehari – hari.
D. Belajar Menghafal
 Pada pengembangan kemampuan mengahafal, hendaknya siswa diberi bekal
pengetahuan dan berpikir logis serta sistematis, sehingga siswa tidak hanya berada
pada tingkatan ingatan dan pemahaman saja.
 Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh budaya
yang terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah,
yaitu guru ke siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun
individualisasi. Siswa menjadi penerima yang pasif.
 Walaupun kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah dicanangkan sebagai
dasar strategi proses belajar mengajar, namun dalam praktik di lapangan yang terjadi
masih dalam pola siswa Datang, Duduk, Dengar, Catat dan Hafal (D3CH) dan siswa
tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif.
 Lambat laun siswa menjadi cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar.
Hal ini akan terpola dalam banyak bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa
kehilangan sense oflearning atau kepekaan untuk belajar. Oleh karena itu, guru
sebagai pendidik harus membenahi metode belajar siswa.
E. Belajar Merangkai
 Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat menggunakan permainan
aneka jenis binatang dengan karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan
kemampuan mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan
Agama karena pada mata pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang nilai – nilai moral
dan pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari.
F. Belajar Mengamalkan
 Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PPKn
dan Agama, karena pada mata pelajaran tersebut anak diajarkan tentang nilai – nilai
moral dan perilaku yang hendaknya ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di
masyarakat.
 Contohnya pada saat mempelajari tentang sikap saling hormat – menghormati antara
penganut agama yang satu dengan yang lain, siswa diajak untuk menanamkan nilai
yang terkandung dari pelajaran tersebut dalam kehidupannya sehari – hari dengan cara
menghormati teman yang sedang berpuasa, memberi selamat hari raya kepada teman
yang sedang merayakan hari besar agamanya, dan lain –lain.
G. Belajar Menganalisis
 Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
menganalisis pada siswa SD adalah dengan menggunakan permainan teka –teki atau
tebak-tebakan, sehingga anak terbiasa menganalisis suatu permasalahan berdasarkan
informasi yang tersedia dan mencari jawabannya.
 Manfaat dari permainan teka – teki ini adalah: 1) Mengasah daya ingat; 2) Belahar
klarifikasi; 3) Mengembangkan kemampuan analisis; 4) Menghibur
H. Belajar Merespon
 Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tetentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi
siswa SD adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang
terjadi di sekitarnya.
 Misalnya bagaimana respon/tanggapan yang diberikan siswa apabila temannya sedang
ditimpa musibah banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.
I. Belajar Mengorganisasikan
 Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar humanistik yang
dikemukakan Carl Rogers.
 Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1. Manusia memiliki
kekuatan yang wajar untuk belajar 2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang
bermakna bagi dirinya.
J. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siwa.
 Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
 Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat
membiasakan siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisasikan
informasi atau pengetahuan yang diperolehnya ke dalam pemikirannyamasing –
masing. Pengembangan mengorganisasikan ini sesuai dengan teori humanistik yang
dikemukakan oleh Rogers.
 J. Belajar Mengambil Keputusan Pengembangan kemampuan untuk mengambil
keputusan dapat dilakukan dengan metode problem solving atau pemecahan masalah.
Sementara untuk mengembangkan kemampuan berlatih, guru dapat menggunakan
metode bermain peran dengan cara mengajak siswa untuk praktik jual beli di warung
sekolah.
K. Berlatih Untuk Membiasakan Anak
 berlatih melakukan kegiatan sehari –hari, guru dapat mengadakan kegiatan bermain
peran, misalnya melakukan transaksi jual beli, seperti yang diterapkan di sekolah alam
Ar-Ridho dalam pembelajaran matematika.
 Contoh lainnya adalah seorang guru melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS
di SDN Kalisalak II Kebasen dan SD Gombong V, Kebumen. Salah satub kegiatannya
adalah siswa diajak ke warung deket sekolah, dengan menanyakan berbagai jenis
barang, harga beli dan harga jual.
L. Belajar Menghayati
Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat mengajarkan mata pelajaran
kesenian. Pada mata pelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran
(drama) dan menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan tersebut,
siswa dapat memahami karakter atau sifat dari tokoh yang diperankan atau makna yang
terkandung dari sebuah lagu.
M. Belajar Mengamati
Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah mengajak anak untuk mengenal ekosistem perairan laut yang
memilki keanekaragaman hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral,
penghasilan, dan bibit budi daya serta berfungsi menyerap karbon dari udara. Kegiatan
ini diterapkan dengan metode Edutainment (edukasi dan entertainment) seperti yang
dilakukan oleh Gelanggang Samudra Ancol.

KEGIATAN BELAJAR 2
MOTIVASI BELAJAR SISWA
 Kata motif merupakan kata dasar motivasi yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
 Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali kegiatan
perubahan energi seseorang dan nampak sebagai kegiatan fisik, motivasi ditandai
dengan adanya rasa, dan pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi
berupa tujuan yang didasarkan atas kebutuhan.
 Ruang Lingkup Motivasi Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai
dengan munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan terhadap tujuan
oleh Mc. Donald mengandung 3 aspek penting, yaitu:
1. Motivasi adalah hal yang mengawali kegiatan perubahan energi pada seseorang,
sehingga yang terlihat adalah yang menyangkut kegiatan fisik.
2. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa.
3. Motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Sedangkan
tujuan sendiri menyangkut soal kebutuhan. Teori tentang motivasi lahir dan dan
berkembang dengan tingkatan-tingkatannya.
 Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu terkait dengan masalah
kebutuhan (Teori Abraham Maslow), yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat.
2. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok masyarakat.
4. Kebutuhan akan penghargaan seperti dihargai karena kemampuan, kebutuhan
untuk diakui kenaikan status atau pangkat pada diri seseorang.
5. Kebutuhan untuk mewujudkamn diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan
usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.
(Purwanto, 1990)
 Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi agar kegiatan
belajar pada diri siwa dapat bermanfaat dan berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut,
ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut: 1. Motivasi sebagai motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan 2. Motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya 3. Motivasi
dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan 4. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
 Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang membagi motivasi
menjadi beberapa macam. Namun, disini kita hanya akan mengkaji motivasi intrinsik
dan ekstrinsik saja.
1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau
berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, karena
biasanya dalam diri seseorang tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contohnya adalah seseorang siswa yang melakukan kegiatan
belajar karena ingin menambah ilmu, nilai, atau keterampilan.
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didalam aktifitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Sebagai contohnya adalah seseorang
akan belajar hingga keesokan harinya akan dapat mengerjakan soal dengan baik
dan mendapat nilai 100, dengan harapan akan mendapatkan hadiah dari
orangtuanya.

MODUL 6
Layanan Pendidikan Bagi Siswa Sekolah Dasar

Kegiatan Belajar 1
Prinsip-Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar
A. Pengertian Bimbingan
 Menurut Agus Taufik (2007), istilah bimbingan pada umumnya dipahami sebagai
upaya memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai
yang bersifat menuntun ke arah yang baik.
 Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan beberapa padanan dari kata guide yaitu:
to direct, pilot, manage or steer. Bimbingan sering dipadankan dengan “konseling”
yang diadopsi dari bahasa Inggris yaitu Counseling yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi “penyuluhan”. Pada akhir tahun sembilan puluhan ,
istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena konotasinya lebih bersifat
pemberian informasi, sedangkan konotasi konselng lebih bersifat hubungan antar
dua pribadi, yaitu antara konselor dengan yang diberi bantuan.
 Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebagai suatu
proses membantu individu siswa untuk dapat memahami diri,mengenal lingkungan
dan merencanakan masa depannya, sehingga diharapkan dapat mencapai
perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
B. Tujuan Bimbingan Di Sekolah dasar
Tujuan bimbingan dan konseling adalah memberi kemudahan belajar pada siswa SD
agar mereka dapat belajar dengan percaya diri, menyadari kekurangan dan
kelebihannya serta mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
C. Fungsi Bimbingan Di Sekolah
Ada 6 fungsi bimbingan di sekolah yaitu: 1. Fungsi Pengungkapan 2. Fungsi
Penyaluran 3. Fungsi Penyesuaian 4. Fungsi Pencegahan 5. Fungsi Perkembangan 6.
Fungsi Perbaikan
D. Prinsip- prinsip Bimbingan di SD
Ada 8 prinsip dalam bimbingan di SD yaitu : 1. Bimbingan untuk semua 2. Bimbingan
di SD dilaksanakan oleh guru semua kelas 3. Bimbingan diarahkan untuk
perkembangan kognitif dan afektif 4. Bimbingan diberikan secara insidental dan
informal 5. Bimbingan ditekankan pada tujuan belajar dan kebermaknaan belajar 6.
Bimbingan difokuskan pada aset 7. Bimbingan terhadap proses pendewasaan 8.
Program bimbingan dilaksanakan secara bersama
E. Peran Guru Dalam Program Bimbingan dan Konseling
Dalam Proses bimbingan guru memiliki peran penting, karena guru mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih terbuka terhadap guru.
Bimbingan di SD dilaksanakan oleh guru kelas bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran.

KEGIATAN BELAJAR 2
BERBAGAI LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

A. Layanan Pendidikan Anaka Berbakat


1. Pengertian Anak Berbakat
Dalam UUSPN No.2 Tahun 1989, bahwa anak berbakat adalah warga Negara yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kecerdasan berhubungan dengan
perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak
hanya terbatas pada kemampuan intelektual saja.
B. Layanan Penoyandang Kelainan Fisik
1. Pengertian
Kelainan disebut juga sebagai keadaan yang luar biasa atau keluarbiasaan. Menurut
Mulyono Abdulrachman (dalam pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa, 2007)
keluarbiasaan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi anak
yang menunjukkan perbedaan dengan anak normal pada umumnya. 
2. Layanan Bimbingan Terhadap Penyendang Kelainan Fisik
a. Layanan Terhadap Anak Tunanetra
Layanan yang diberikan meliputi layanan akademik, latihan dan bimbingan.
Layanan bimbingan terhadap anak tunanetra terutama diperlukan dalam
mengatasi dampak kelainan terhadap aspek psikologisnya, serta pengembangan
sosialisasi siswa.
b. Layanan Terhadap Anak Tunarungu
Harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik/tingkat ketunarunguannya.
Untuk anak tunarungu pada tingkat ringan mungkin masih dapat dilayani dengan
baik, namun untuk tingkat yang lebih tinggi diperlukan bantuan tenaga
pembimbing khsus.
c. Layanan Terhadap Anak Tunadaksa
Semua jenis layanan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pihak
yang akan kita layani, tak terkecuali layanan terhadap anak tunadaksa.
Karakteristik anak tunadaksa dapat dilihat dari segi akademis,social/emosional
dan fisik/kesehatan.
C. Layanan Terhadap Anak Dengan Gangguan Psikologis
1. Pengertian, Klasifikasi, dan Karakteristik Anak Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991 disebutkan bahwa : tunalaras adalah
gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. 
Menurut Rosembera, anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang
beresiko tinggi dan rendah. Yang beresiko tinggi yaitu hiperaktif, agresif,
pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan social,
sedangkan yang beresiko rendah yaitu autism dan skizofrenia.
Dari segi social dan emosional, anak tunalaras akan menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut : (a) perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya
melanggar norma budaya, aturan keluarga dan sekolah. (b) sering mengganggu,
bersikap membangkang atau menentang dan tidak dapat bekerja sama.
2. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah Biasa
Penyimpangan-penyimpangan perilaku tersebut seperti anak suka jail, iri hati,
mencela, rewel, agresif, suka protes dan malas belajar.
3. Gejala-Gejala Perilaku Menyimpang
Anak yang suka jahil, iri hati, menyela dan agresif.
4. Penyebab Perilaku Menyimpang
Perbuatan menyimpang terjadi karena merasa dirinya : tidak mendapat perhatian,
disepelekan, kehadirannya dianggap tidak ada, tidak mendapat peran apapun, sebagai
pelengkap penderita dan takut kehilangan peran dalam lingkungannya.

D. Layanan Kegiatan Ekstra Kurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran
yang tercantum dalam susunan program sesuai keadaan dan kebutuhan sekolah. Siswa
diharapkan akan mampu mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh di sekolah
dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Jenis kegiatan ekstra kurikuler yang
diselenggarakan di sekolah antara lain : pramuka, UKS, olahraga, palang merah remaja,
kesenian dan kegiatan lainnya. Melalui kegiatan ekstra kurikuler siswa akan memperoleh
secara maksimal pengembangan fisik, mental, emosional, kognitif dan sosial.
Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler biasanya dilakukan oleh para guru yang menguasai
bidangnya, karena pengalaman atau latar belakang pendidikan yang diperolehnya.
Petugas ekstra kurikuler dapat juga diambil dari luar sekolah, dengan menggunakan
tenaga ahli yang tersedia di masyarakat atau lembaga-lembaga tertentu di sekitar sekolah.

MODUL 7
KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1.
PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
A. Landasan Pengembangan Kompetensi Guru SD
 Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang
ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam bidang
tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh
seseorang jika ia memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai
serta sikap yang memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara cerdas.
 Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu menghasilkan
lulusan yang mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana
halnya sdnegan standar kompetensi dibidang profesi lainnya, standar kompetensi guru SD di
kembangkan dengan mengacu kepada hal-hal berikut.
1. Ketetapan perundang-undangan yang terkait dengan guru SD seperti UU
No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang Guru
dan Dosen, dan PP No.15/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru SD.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang
dianggap benar berdasarkan dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut
oleh bangsa Indonesia
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru lulusan
SPG

B. Profil Kompetensi Guru SD


 Dalam SKGK-SD/MI, Standar kompetensi dirumuskan dalam 4 rumpun kompetensi yaitu:
1. Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam
2. Penguasaan bidang studi
3. Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik
4. Kemampuan mengembangkan kemampuan professional secra berkelanjutan
 Sementara itu, dalam Permen No. 16/2007, Standar Kompetensi Guru SD/MI dorumuskan
menjadi 24 kompetensi inti yang dikelompokkan berdasarkan kompetensi agen
pemeblajaranyang terdapat dalam peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP No.19/2005, tentang SNP). Kompetensi sebagai agen pembelajaran
terdiri dari:
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
 Pengelompokan kompetensi dalam permen No. 16/2007 yang mengambil PP No.
19/2005 tampaknya lebih mengacu pada teori bukan pada tugas-tugas nyata seorag
guru di lapangan. Standar kompetensi guru SD/MI terdapat dalan dua dokumen yaitu
bukuStandar Kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD Tahun 2006 dan
Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional No. 16/2007.
 Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi standar kompetensi guru kelas
SD/MI lulusan S1 PGSD, yang terdiri dari 30 kompetensi. Ke 30 kompetensi itu
yang merupakan integrasi dari kompetensi yang terdapat dalam kedua dokumen
tersebut.
 Semua komopetensi guru SD tercermin secara integrative dalam kinerja guru, baik
ketika merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mauoun ketika menilai
proses dan hasil belajar siswa. Kompetensi lulusan s1 PGSD mempunyai kelebihan
dibandingkan kompetensi lulusan D II PGSD. Kelebihan tersebut antara lain terletak
pada kemampuan memoerbaiki pembelajaran melalui PTK, kemampuan berperan
serta dalam kegiatan pendidikan ditingkat lokal, regional, nasional, dan global,
kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik untuk
kepentingan pembelajaran maupun untutk mengembangkan wawasan.

B. Indikator Penguasaan Kompetensi Guru SD


 Penguasaan kompetensi harus diakses dengan prosedur dan instrument yang sesuai dengan
hakikat kompetensi. Penguasaan akademik yang merupakan kawasan kognitif dapat diakses
dengantes, baik tes objektif maupun tes uraian. Ketrampilan dapat diakses melalui
pengamatan unjuk kerja seperti pidato, menunjukkan ketrampilan dasar mengajar, sedangka
sikap dan nilai harus di akses melalui pengamatan dalam kontek otentik akhirnya, unjuk kerja
professional seperti kemampuan mengajar diakses melalui pengamatan dengan menggunakan
instrument seperti APKG.
 Contoh-contoh indicator penguasaan kompetensi dapat dijadikan acuan oleh mahasiswa/Guru
SD untuk menilai statusnya dalam penguasaan kompetensi tertentu. Pengetahuan
mengenaikompetensi, asesmen kompetensi, dan indicator dapat dimanfaatkan oleh para guru
SD ketika melaksanakan tugas sebagai seorang guru ketika mengembangkan indicator
keberhasilan dan melakukan asesmen penguasaan kompetensi.

KEGIATAN BELAJAR 2.
FORUM PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

A. Peningkatan Profesionalitas Guru


 Kompetensi pengingkatan profesionalitas secara berkelanjutan dapat dijabarkan
menjadi beberapa kompetensi, salah satu diantaranya adalah mampu memperbaiki
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
 Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dalam hal
ini, jabaran kompetensi dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pengalamn
belajar atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan refleksi
2. Berkolaborasi dengan teman sejawat
3. Mengomunikasikan hasil-hasil PTK melalui berbagai media
4. Mengikuti perkembangan dunia pendidikan
5. Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah
6. Berperan serta dalam berbagai kegiatan pendidikan
7. Mengikuti perkembangan ilmu dalam 5 mata pelajaran SD
8. Mengikuti berbagai kegiatan guru

B. Berbagai Wadah Profesionalitas Guru


Ada berbagai wadah atau forum yang meyediakan kesempatan bagi guru untuk
mengembangkan profesionalitas seperti KKG, LPMP, Klinik Pembelajaran, LPTK,
PGRI, Kursus-Kursus.
1. Kelompok Kerja Guru (KKG)
Kelompok Kerja Guru merupakan forum bagi guru SD untuk mengikuti berbagai
kegiatan dan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Kegiatan kkg seyogyanya
tidak hanya menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan perangkat
pembelajarn, tetapi juga kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan perluasan wawasan. KKG bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme guru melalui arena bertukar pikiran pengalaman dan
informasi sehingga para guru dapat berkembang menjadi guru yang profesional yang
mampu meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam mengelola pembelajaran
sehingga mampu menemukan atau menciptakan inovasi dalam pembelajaran.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
lembaga penjaminan mutu pendidikan merupakan lembaga yang berkedudukan di
tingkat provinsi dan berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk
supervisi bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan nonformal dalam berbagai upaya penjaminan
mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Dalam
menjalankan fungsinya LPMP menyelenggarakan berbagai kegiatan pengembangan
dan pelatihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru SD untuk mengembangkan
profesionalitas
3. Klinik Pembelajaran (KP)
Klinik pembelajaran KB merupakan forum berbagi masalah gagasan pengalaman
antara para guru calon guru dan dosen lptk kegiatan berbagi pengalaman ini
dilakukan melalui komunikasi dijalan sebentar klinik pembelajaran dan melalui
komunikasi online yang terbuka bagi semua guru.
4. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK menyediakan program Sarjana
(S1), Pascasarjana (S2), serta program Doktor (S3) bagi para guru untuk
meningkatkan kualifikasi akademik di samping itu LPTK juga mempunyai fasilitas
dan dosen yang dapat membantu guru SD meningkatkan profesionalitasnya.
5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi profesi yang
memperjuangkan hak kesejahteraan serta peningkatan profesionalitas para
anggotanya dalam hal ini berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PGRI dapat
diikuti oleh para guru untuk meningkatkan profesionalitas.
6. Kursus-Kursus
Sebagai seorang guru yang diharapkan mempunyai akses yang luas ke sekedar
informasi tentu Anda diharapkan menguasai teknologi informasi dan komunikasi
tersebut jika ada guru yang memang belum melek teknologi seyogyanya guru
tersebut mengikuti kursus computer, sehingga dapat menggunakan keterampilan
yang diperoleh untuk mengakses berbagai informasi dan mengkomunikasikannya.
Tidak diragukan lagi bahwa penguasaan keterampilan komputer akan membantu
guru untuk meningkatkan profesionalitas nya melalui informasi yang dapat diakses
dari internet.

MODUL 8
KURIKULUM SEKOLAH DASAR

A. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN


Pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah pendidikan formal karena semua
aspek dalam pendidikan di sekolah ditata secara formal. Menurut Sukmadinata
(2005: 2) salah satu karakteristik pendidikan formal adalah bahwa pendidikan di
sekolah memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis.
Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis pendidikan di sekolah
berlangsung secara terencana, sistematis, dan lebih didasari karakteristik pendidikan
formal tersebut menunjukkan bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak bagi
terjadinya pendidikan di sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang memberikan jawaban atas pertanyaan
untuk apa pendidikan dilakukan apa yang disampaikan dalam proses pendidikan
bagaimana pendidikan akan dilaksanakan serta Bagaimana mengukur hasil dan
proses pendidikan
Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19
yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

B. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM


Agar kurikulum yang dikembangkan benar-benar membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pendidikan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Secara umum, terdapat beberapa prinsip
yang harus kita perhatikan dalam mengembangkan kurikulum, Sukmadinata
mengemukakan empat prinsip pengembangan kurikulum yaitu relevansi, fleksibilitas,
efisiensi, efektivitas, dan prinsip berkesinambungan.
1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi sesuai dengan arti katanya prinsip ini menuntut kurikulum
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan peserta didik dan
perkembangan masyarakat berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan
peserta didik kurikulum SD dituntut untuk sesuai dengan tugas perkembangan
peserta didik usia SD serta sesuai dengan proses belajar peserta didik SD sementara
itu berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat kurikulum
juga harus mampu peserta didik untuk dapat mengikuti dan beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat.
2. Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum mengacu
pada sejauh mana kurikulum yang dirancang dapat diimplementasikan atau
dilaksanakan dan dicapai di sekolah.
3. Prinsip Efisiensi
Makna efisiensi secara umum makna efisiensi berkenaan dengan penggunaan
sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan dan menerapkan prinsip ini dalam
pengembangan kurikulum kurikulum yang dirancang dapat dilaksanakan dengan
lancar dan optimal.
4. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas penerapan prinsip fleksibilitas dalam pengembangan
kurikulum menurut kurikulum dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah
tempat kurikulum diimplementasikan.
5. Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan prinsip ini didasarkan pada pandangan bahwa
perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan. Oleh
karena itu kurikulum yang dikembangkan neneknya berkesinambungan antara 1
tingkatan kelas dengan kelas berikutnya antara suatu jenjang pendidikan dengan
jenjang pendidikan berikutnya.

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN KARAKTERISTIK MATA


PELAJARAN SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan
kepribadian akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut. Khusus untuk jenjang Sekolah Dasar sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi
kelulusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan
pendidikan di jenjang SD siswa.
Berkenaan dengan penguasaan peserta didik terhadap standar kompetensi lulusan
dan penekanan pada tahun dengan kemampuan dan kegemaran membaca dan
menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi, maka kurikulum
dan pembelajaran dikembangkan di SD hendaknya ditekankan pada pembentukan
hal-hal berikut.
1. Kemelekwacaan (literacy)
2. Kemampuan berkomunikasi
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
4. Kemampuan bernalar (reasoning)

Standar kompetensi lulusan SD tersebut dikuasai peserta didik melalui


pembelajaran berbagai mata pelajara. Oleh karena itu standar kompetensi lulusan
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam standar kompetensi lulusan mata pelajaran.
Guru SD merupakan guru kelas yang mempunyai tugas utama mengajar 5 mata
pelajaran yaitu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum peran utama Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah
memperkuat dasar-dasar kewarganegaraan Indonesia dalam konteks negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sekaligus menyiapkan warga negara
yang menjadi warga negara global yang siap bersaing dan bekerja sama namun
tetap berpijak pada ke-indonesiaan.
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi baik secara formal maupun informal.
3. Mata Pelajaran Matematika
Pada dasarnya konsep-konsep matematika adalah relasi-relasi. Mempelajari
matematika berarti belajar menemukan atau mengkonstruksi relasi itu,
merumuskannya, menentukan hubungan antara konsep-konsep itu, menyusunnya
dalam suatu struktur, mengembangkannya, dan menggunakannya dalam
penyelesaian masalah.
4.Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat mengidentifikasikan
sebagai: cara berpikir untuk memahami alam semesta, cara melakukan investigasi,
dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan.
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai
pendidikan disiplin ilmu yakni kajian yang bersifat terpadu, interdisipliner,
multidimensional, bahkan cross disipliner.

KEGIATAN BELAJAR 2.
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A. Hakikat KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
bersifat desentralistik karena dikembangkan oleh satuan pendidikan. Meskipun ktsp
bersifat desentralistik, kurikulum yang dikembangkan satuan pendidikan harus
mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang telah ditetapkan
secara nasional oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP terdiri atas dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
1. Tujuan Pendidikan SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Struktur Dan Muatan Kurikulum SD
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang harus
tercantum dalam struktur dan muatan kurikulum mencakup Mata Pelajaran,
Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar, Ketuntasan
Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, serta
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
3. Kalender pendidikan SD
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun
pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.
4. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok ada pelajaran
atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi
pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar.

B. Latar Belakang KTSP


Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan atau KTSP merupakan
realisasi dari kebijakan pemerintah dengan diberlakukannya UU No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berkenaan dengan wewenang
pengembangan pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan.
Landasan filosofis dan teoritis yang melatarbelakangi perkembangan KTSP adalah:
1. Kurikulum harus dimulai dari lingkungan terdekat
2. Kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan nasional dan
satuan pendidikan, serta
3. Proses pengembangan kurikulum harus bersifat fleksibel.

C. Prosedur Pengembangan KTSP


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan KTSP adalah analisis
konteks yang mencakup kegiatan berikut.
1. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam
penyusunan KTSP
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik
pendidik dan tenaga kependidikan sarana dan prasarana biaya serta program-program
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat serta lingkungan
sekitar, komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi dunia
industri dan dunia kerja, sumber daya alam serta sosial budaya.
Hasil analisis konteks tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam kemampuan
yang harus dimiliki peserta didik serta strategi dan implementasi kurikulum. Langkah
berikutnya adalah menyusun silabus silabus merupakan rencana pembelajaran pada
suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu silabus disusun untuk
seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran atau tema telah na
penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Menurut BSNP pengembangan silabus hendak memperhatikan berbagai prinsip
berikut.
1. Ilmiah
2. Relevan
3. Sistematis
4. Konsisten
5. Memadai
6. Aktual dan kontekstual
7. Flexible
8. Menyeluruh
Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
pelaksanaan kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta
didik.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar.
3. Pelaksanaan kurikulum mungkinkan peserta didik mendapat pelayanan bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan.

4. Kurikulum dimaksudkan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Ing
Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan
multimedia
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial dan budaya
kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran muatan
lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dengan keseimbangan keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memakai antar kelas dan jenis serta bidang
pendidikan.

D. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan KTSP


Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP pada SD adalah
1. Tim penyusun yang terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah
2. Komite sekolah
3. Narasumber (ahli kurikulum dan pembelajaran)
4. Dinas pendidikan
5. Serta pihak lain yang terkait.

MODUL 9
HAKIKAT KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1: Pengertian, Fungsi, dan Komponen Kurikulum

1. Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses


pembelajaran.
2. Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi
pembelajaran, dan evaluasi. Ke-4 bagian/komponen penting kurikulum ini saling
berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai perilaku yang diinginkan/dicita-citakan
oleh tujuan pendidikan nasional.
3. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula dalam memilih
isi/materi yang harus dikuasai, strategi yang akan digunakan serta bentuk dan alat
evaluasi yang tepat untuk mengukur ketercapaian kurikulum.
4. Hierarki perumusan tujuan kurikulum dimulai dari tujuan umum pendidikan,
kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
5. Materi/isi kurikulum menurut Saylor dan Alexander adalah fakta-fakta, observasi,
data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah yang berasal dari pikiran
manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk
konsep, generalisasi, prinsip, dan pemecahan masalah.
6. Strategi pembelajaran berkaitan dengan bagaimana menyampaikan isi/materi
kurikulum agar tujuan tercapai dan komponen evaluasi kurikulum adalah untuk
menilai apakah tujuan kurikulum telah tercapai. Hasil dari evaluasi kurikulum
adalah berupa umpan balik apakah kurikulum ini akan direvisi atau tidak.

Kegiatan Belajar 2: Pengembangan Kurikulum

1. Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan sedangkan pembelajaran adalah


bagaimana menyampaikan apa yang diajarkan.
2. Menurut McDonald & Leeper kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana
kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan rencana
tersebut. Kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari
suatu sistem yang lebih besar, yaitu sistem persekolahan.
3. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem yang saling terkait satu sama lain
secara terus- menerus dalam suatu siklus.

4. Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang untuk mempengaruhi proses belajar dalam diri siswa.
5. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya
terjadi dalam satu lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi
alami, ini artinya agar proses belajar siswa berlangsung optimal guru perlu
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Proses menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif ini disebut pembelajaran.
6. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kegiatan pembelajaran
adalah:
1) harus berpusat pada siswa yang belajar
2) belajar dengan melakukan,
3) mengembangkan kemampuan sosial,
4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah anak
5) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
6) mengembangkan kreativitas siswa,
7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, dan
9) belajar sepanjang hayat.
7. Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum,
yaitu sebagai alat untuk membantu guru melakukan tugasnya menyampaikan
pembelajaran yang menarik minat siswa.
8. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan
mengantisipasi keadaan berikut, yaitu merespons perkembangan ilmu dan
teknologi, perubahan sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa
dan merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan.
9. Masalah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum biasanya berkaitan
dengan pertanyaan- pertanyaan mengenai bagaimana memilih materi yang
diajarkan, apa yang harus dilakukan bila ada pandangan yang bertolak belakang
dengan pengembang dan bagaimana menerapkan kurikulum secara meyakinkan

MODUL 10
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN DAERAH


Selain terbatasnya guru, kendala proses belajar mengajar yang selama ini
ditemukan adalah kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada.
Beberapa indikator yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan prasarana bagi suatu
sekolah, antara lain:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan
alat transportasi yang memadai.
2. Kurangsinkronan informasi antarintansi yang terkait.
3. Peristiwa bencana alam.
4. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa.
5. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi
keterbatasan sarana, dukungan keluarga dan keramahan alam.

B. METODE PEMBELAJARAN
Ada beberapa alasan banyak guru belum kompeten, antara lain: guru belum
menguasai bahan ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang bukan
bidangnya. Selain kurang menguasai bidangnya, masih banyak guru yang dalam
mengajar hanya menggunakan model yang sama. Mereka kurang menguasai berbagai
model pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori
pendidikan yang baru.

C. KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU


Salah satu persoalan guru, selain kesejahteraan adalah ketidakmerataan jumlah
mereka. Perbandingan antara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru
yang mengajar di kota sangat jauh. Dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah
memadai, tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya belum sesuai.

KB 2 : PEMBAHARUAN PEMEBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SD

A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran secara kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang berhubungan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat, fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid dan kelas sebagai fenomena sosial.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungann antara
pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Dalam pembelajran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang
akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
authentic assessmennya.

B. PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang partisipatif, aktif,
kreatif, efektifdan menyenangkan. Dalam konteks ini, sebuah pembelajaran
semestinya membuat anak merasa nyaman, tidak takut untuk bertanya, tidak tegang
dalam menyimak guru dan tidak merasa kesulitan untuk menyerap materi yang
diajarkan. Fungsi pembelajaran yang ditekankan adalah bagaimana menggali dan
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa serta media yang
digunakan untuk menggali pengetahuan dan menanamkan nilai kehidupan sehari-
hari.
PAKEM dalam perspektif guru adalah guru Aktif memantau kegiatan belajar
siswa, member umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan
mempertanyakan gagasan siswa, Kreatif mengmbangkan kegiatan yang beragam dan
membuat alat bantu belajar sederhana, Efektif sehingga pembelajaran mencapai
tujuan, Menyenangkan sehingga anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan,
dan tidak dianggap sepele.
Sementara PAKEM dalam perspektif siswa adalah siswa Aktif bertanya,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain serta gagasannya,
Kreatif merancang/membuat sesuatu dan menulis/mengarang, Efektif menguasai
keterampilan yang diperlukan, Menyenangkan sehingga siswa berani
mencoba/membuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan
mempertanyakan gagasan orang lain.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF


Pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok- kelompok, mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk mencoba
menyelami karakteristik kehidupan yang heterogen dengan berbagai macam
perbedaan karakter yang ada. Dalam melakukan pembelajaran ini, ada lima langkah
yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
3. Pemberian aktifitas kelompok
4. Pembuatan aktifitas belajar mandiri
5. Penerapan penilaian autentik

MODUL 11
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1. HAKIKAT DAN POTRET EVALUASI


PROGRAM
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
1. Evaluasi program adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai
kebijakan atau suatu program tertentu.
2. Sebagai satu pendekatan formal yang sistematis, evaluasi program sering disebut
penelitian evaluasi, yakni penelitian yang hasilnya digunakan untuk mengambil
keputusan, misal meneruskan program atau menghentikan program.
3. Salahsatu model yang popular adalah model CIPP, yang merupakan singkatan
context, input, process dan product. Context terkait dengan lingkungan tempat
program beroperasi, seperti karakteristik masyarakat tempat berlangsungnya
pemberantasan buta aksara. Input terkait masukan yang akan berperan dalam
proses PBA, seperti kutikulum, tutor, fasilitas. Process adalah proses pelaksanaan
program. Product adalah produk yang dihasilkan program.
4. Jika program pendidikan dinilai dengan menerapkan model CIPP pada evaluasi
program pembelajaran maka yang menjadi sasaran penilaian adalah seluruh aspek
program, mulai dari lingkungan sebagai context, kurikulum, silabus, perencanaan
pembelajaran, buku, fasilitas, guru dan siswa sebagai input, pelaksanaan
pembelajaran sebagai process, hasil belajar sebagai product.
5. Tujuan evaluasi program pembelajaran
1) Lingkungan sekolah menunjang terjadinya pembelajaran;
2) Rencana pembelajaran yang dibuat guru dapat dilaksanakan;
3) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran;
4) Guru menunjukkan semangat dalam pembelajaran;
5) Penilaian proses pembelajaran dilakukan secara sistematis;
6) Hasil belajar siswa memenuhi harapan guru.
6. Kerugian jika evaluasi program pembelajaran tidak dilakukan:
1) Guru dan sekolah tidak pernah tahu kualitas program yang ditawarkan kepada
masyarakat’
2) Budaya untuk melakukan perbaikan tidak pernah terjadi, karena tidak pernah
tersedia infromasi untuk perbaikan;
3) Pada guru tidak tertantang untuk mengembangkan profesionalisme secara
berkelanjutan.
7. Potret evaluasi program pembelajaran di SD masih remang-remang. Di tingkat
kelas, dapat diketahui bahwa dalam rencana pembelajaran, evaluasi program
sudah direncanakan, namun pelaksanaannya masih tanda tanya.
8. Ditingkat SD, evaluasi pembelajaran dilakukan melalui rapat guru pada setiap
akhir semester (minimal); sedangkan evaluasi program dilakukan secara formal
oleh satu tim dengan melibatkan komite sekolah sangat jarang, bahkan belum
pernah dilakukan.

KEGIATAN BELAJAR 2 LANGKAH – LANGKAH dan TINDAK LANJUT


EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
1. Evaluasi program pembelajaran di tingkat kelas dilakukan pada setiap akhir
pelajaran (evaluasi formatif), sedangkan di tingkat sekolah, dilakukan pada setiap
akhir semester (evaluasi sumatif).
2. Lampiran Permen No.20/2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
mencantumkan bahwa “penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuab untuk memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didik untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran”.
3. Langkah penilaian yang dilakukan pendidik meliputi :
1) Pada awal semester, guru menginformasikan silabus mata pelajaran yang
memuat rancangan dan kriteria penilaian.
2) Mengembangkan indicator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik
penilaian yang dilakukan.
3) Mengembangkan instrument dan pedoman penilaian.
4) Melaksanakan penilaian baik tes, pengamatan penugasan dll.
5) Mengolah hasil penilaian untuk kemajuan peserta didik.
6) Mengembalikan hasil pekerjaan peserta didik yang sudah diberi balikan atau
komentar.
7) Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
8) Melaporkan hasil penilaian kepada pimpinan satuan pendidikan setiap akhir
semester dalam bentuk nilai prestasi dan deskripsi.
4. Setelah mengkaji langkah – langkah yang dilakukan oleh pendidik, sekolah juga
melakukan evaluasi dengan tujuan menilai pencapaian semua kompetensi peserta
didik semua mata pelajaran melalui :
1) Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )
2) Mengoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan
ulangan kenaikan kelas.
3) Menentukan kriteria kenaikan kelas
4) Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada wali peserta didik.

5) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas


pendidikan kabupaten/kota.
5. Agar evaluasi program pembelajaran tingkat sekolah dapat dilakukan secara
sistematis, terdapat sejumlah langkah yang harus ditempuh antara lain :
1) Mengembangkan desain evaluasi program, meliputi latar belakang
dilakukannya penilaian program, masalah yang akan dijawab melalui penilaian
program, tujuan, sasaran, teknik yang dilakukan.
2) Mengembangkan instrument dimulai dari pembuatan kisi – kisi instrument,
yang menjabarkan variable penilaian menjadi indicator.
3) Mengumpulkan data dilakukan sesuai desain evaluasi.
4) Menganalisis data
5) Menulis laporan
6. Hasil evaluasi pembelajaran haruslah ditindaklanjuti oleh guru untuk evaluasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan oleh sekolah untuk evaluasi yang
dilakukan oleh sekolah.
7. Guru menindaklanjuti hasil penilaiannya dengan segera ketikan merancang
pembelajaran berikutnya atau menerapkan langkah – langkah PTK
8. Sekolah menindaklanjuti hasil evaluasi program sesuai dengan hakikat temuan.

MODUL 12
SUMBER DAYA SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
POTRET SUMBER DAYA DI SEKOLAH DASAR

Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat


dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya.
Berdasarkan jenisnya, sumber daya dapat dipilah menjadi :
a. Sarana dan prasarana di SD
b. Sumber daya manusia di SD
c. Sumber dana di SD
Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan menjadi sumber
daya yang berada di SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.

A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42 menetapkan bahwa sarana dan prasarana
yang harus ada pada setiap satuan pendidikan, termasuk SD meliputi :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
2. Sedangkan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan/kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.
Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di SD
sangat bervariasi, dari yang paling lengkap dan ideal sampai yang paling
minimal. Banyak SD yang memiliki sarana dan prasarana belajar seadanya,
bahkan ada yang sangat mengkhawatirkan, sehingga menimbulkan keluhan dari
masyarakat karena keterbatasan sarana dan prasarana ini membuat kualitas
pelayanan pendidikan yang diberikan rendah.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari
kemampuan dan kreativitas guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika terdapat sarana dan prasaranayang tidak dimanfaatkan secara
maksimal, disamping ada sarana dan prasarana yang terbatas yang dapat
dimanfaatkan secara optimal

B. POTRET SUBER DAYA MANUSIA DI SD


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal
35 menetapkan bahwa : “tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.”
Pada kenyataannya, banyak SD yang tidak memiliki tenaga administrasi dan
tenaga perpustakaan.
Guru atau pendidik dan kepala sekolah dapat dikatakan merupakan motor
berputarnya roda pendidikan di SD. Idealnya, pada satu SD yang memiliki 6 kelas
( kelas 1 s.d 6) terdapat 6 orang guru kelas, guru pendidikan agama, guru
Pendidikan Jasmani dan Kepala Sekolah. Namun pada kenyataannya, penyebaran
guru SD ini tidak merata. Ada SD yang mempunyai guru yang melimpah,
terutama di kota. Adapula SD yang mempunyai guru terbatas, terutama daerah-
daerah terpencil.
Jika kondisi SDM di SD seperti itu, tentu kita akan berpikir keras
bagaimana mungkin kita menyamakan kualitas lulusan SD di kota besar dengan
kualitas lulusan di daerah terpencil. Bukan rahasia umum lagi, bahwa lulusan SD
di daerah tertentu belum dapat membaca, menulis, dan berhitung, bahkan lulusan
SMA pun ada yang belum lancar menulis dan membaca.
Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen, “ Guru adalah pendidik professional yang bertugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”. Kemampuan guru dalam melaksanakan tugas professional tersebut
sangat tergantung dari kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki guru. Kualifikasi
dan kompetensi guru yang bervariasi akan bermuara pada variasi kualitas layanan
ahli yang dapat diberikan guru.
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 38 Ayat 2, kriteria untuk menjadi Kepala SD/MI adalah :
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang undangan yang
berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
kependidikan

C. POTRET SUMBER DAYA DI SD


Sesuai dengan Standar Pembiayaan Pasal 62 PP No. 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal
2. Biaya investasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap
3. Biaya personal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bias mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
4. Biaya operasi satuan pendidikan pada ayat 1 meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
trasportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan sebagainya.
Ketersediaan dana pendidikan sering digunakan sebagai alasan lancar
tidaknya penyelenggaraan suatu usaha, termasuk dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ketersediaan dana pendidikan di SD juga sangat bervariasi, dari yang
melimpah sampai yang hanya mampu beroperasi seadanya.
Banyaknya pungutan yang harus dibayar orang tua siswa merupakan
masalah yang ditemukan dalam satu survei, dan dikeluhkan oleh orang tua siswa
yang berdomisili di kota karena kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan
masih rendah.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potret srana dan prasarana,
SDM, dan dana di berbagai SD sangat bervariasi atau beragam. Kesenjangan yang
besar tedapat antara SD unggulan atau SD favorit dengan SD yang berada di
daerah terpencil. Sebagai implikasinya, pelayanan pendidikan yang diberikan pun
sangat bervariasi. Dampak dari semua ini adalah kualitas lulusan SD yang sangat
bervariasi pula.

Kegiatan Belajar 2
SUMBER DAYA YANG BERASAL DARI LUAR SEKOLAH DASAR

A. SARANA DAN PRASARANA DRI LUAR SD


Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai
cara, antara lain dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di
lingkungan sekolah, yang dapat dijangkau oleh SD. Sarana dan prasarana tersebut
antara lain sumber belajar yang ada di lingkungan seperti gejala alam, sanggar
seni, balai budaya, perpustakaan, lapangan olah raga, ruang pertemuan/ruang
kelas, atau tempat ibadah. Agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
tersebut, sekolah harus menjalin komunikasi professional dengan pihak-pihak
yang memiliki atau bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang akan
dimanfaatkan

B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di SD, SDM dan lembaga yang
sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan SD meliputi :
a. Pengawas SD
b. Kepala Dinas Pendidikan
c. Menteri Pendidikan Nasional
Yang semuanya merupakan pejabat pemerintah, serta Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah yang anggota-anggotanya merupakan representasi dari masyarakat yang
peduli pendidikan.
a. Pengawas SD
Adalah “Tenaga Kependidikan Profesional berstatus PNS yang diberi
tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada
sekolah/satuan pendidikan”.
Seorang pengawas SD harus berpengalaman sebagai guru SD minimal
selama 8 tahun atau kepala SD selama minimal 4 tahun. Tugas utama
pengawas SD adalah sebagai supervisor akademik manajerial bagi guru dan
kepala sekolah.
Kenyamanan di lapangan menunjukkan bahwa kualifikasi dan
kompetensi Pengawas Satuan Pendidikan, termasuk Pengawas SD.
Pembinaan yang disediakan bagi para pengawas dianggap belum memadai,
sehingga para pengawas banyak yang merasa ketinggalan dari para guru yang
harus di supervisinya. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan lebih
banyak bersifat teknis administratif.
b. Kepala Dinas Pendidikan
Di tingkat provinsi maupun kabupaten bertugas menjabarkan dan
melaksanakan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing. Jabaran kegiatan tersebut tercermin dalam rencana tahunan
pemerintah daerah.
Menteri Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas pengelolaan
system pendidikan nasional, pemirintah pusat menentukan kebijakan nasional
dan standar nasional pendidikan.

c. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan unsur masyarakat
yang peduli pendidikan. Kedua lembaga ini dibentuk dan berperan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Dalam menjalankan perannya, Dewan Pendidikan memberikan
pertimbangan, arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Sekolah menjalankan perannya dengan memberikan petimbangan, arahan,
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan/sekolah. Komite Sekolah melakukan pengambilan keputusan
dalam bidang non akademik, seperti struktur organisasi sekolah dan biaya
operasional satuan pendidikan dengan dihadiri oleh kepala sekolah. Komite Sekolah
juga dapat memberi pertimbangan pada tata tertib satuan pendidikan dan rencana
tahunan satuan pendidikan/sekolah.
Kenyataannya memnunjukkan bahwa masih banyak orang tua siswa yang
belum tahu tentang keberadaan Komite Sekolah, disamping perannya yang belum
tampak dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

C. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa
DOP, dari pemerintah pusat berupa Dana BOS, disamping sumbangan dari orang tua
siswa yang disalurkan melalui Komite Sekolah.
Dana BOS merupakan program pemerinth yang berasal dari dana subsidi BBM
yang bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu
dan meringankan bagi siswa lain dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Sehubungan dengan itu, yang berhak menerima dana BOS adalah semua sekolah
tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Besar dana BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa per tahun ajaran di satu
sekolah, dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen-komponen yang
sudah ditentukan secara ketat. Jika dana BOS dikelola dengan benar, siswa SD
semestinya bebas dari segala pungutan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih
banyak pungutan yang dikenakan kepada siswa SD.

Anda mungkin juga menyukai