Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD
PDGK 4104

UNIVERSITAS TERBUKA

DISUSUN OLEH :

Nama : Darman Satria Putra


NIM : 856203227

TUTOR : Dr. ARISWAN

SEMESTER : 3 PGSD-BI

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PADANG
POKJAR PADANG TIMUR
TAHUN 2020
MODUL 1
LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

KB 1. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis, dan Sosiologis - Antropologis


Pendidikan Sekolah Dasar

A. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar


  
Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah cara melihat 
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi
individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-
pedadogis yang relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasardalam sosialisai atau pendewasaan
peserta didik dalam konteks kehiduoan masyarakat, dan proses ankulturasi atau
pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam
konteks pembudayaan.
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merupakan salah satu bentuk
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dalam jalur pendidikan formal di Indonesia
pada saat ini. Bentuk pendidikan ini secara operasional dilaksanakan sebagai satuan
pendidikan masing-masing sekolah.

1.      Landasan Filosofis dan Psikologis-Pedagogis

Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia sekolah 6-


13 tahun.
a) Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan
persekolahan atau scooling system, diyakini sangat strategis artinya sangat
tepat dilakukan, untuk mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan
perkembangan mental, fisik, dan sosial anak dalam mencapai pendewasaannya
secara sistematik dan sistemik
b) Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan
bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan,
daripada proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual
melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga budaya semata-mata.
c) Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan
konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitisfisme,
humanisme, dan sosial.

Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas yang sangat relevan
untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
a)      Teori Kognifisme
Pieget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan
bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya
dalam diri individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran
yang terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi antara organisme
dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara organisme
dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan
objek.
Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental
yakni:
a)    Assimilation atau asimilasi
Assimilation atau asimilasi adalah integrasi data baru dangan struktur
kognitif yang sudah ada dalam pikiran
b)    Accommodation atau akomodasi
Accommodation atau akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian
struktur kognitif dengan situasi baru
c)    Equilibration atau ekuibrasi
Equilibration atau ekuibrasi adalah proses penyesuaian yang sinambung
antara asimilasi dan akomodasi.
Anak usia SD/MI berada dalam tahap perkembangan kognitif
Praoperasional sampai Konkret. Pada usia ini anak memerlukan bimbingan
sistematis atau sistemik guna membangun pengetahuannya. Oleh karena itu,
peran pendidikan di SD/MI sangatlah strategis bagi pengembangan kecerdasan
dan kepribadian anak.

b)      Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)


Secara sosial-kultural aktivitas mental merupakan sesuatu hal yang unik
hanya pada manusia. Hal ini merupakan produk dari belajar sosial
atau social learning, yakni penyadaran simbol-simbol sosial dan internalisasi
kebudayaan dan hubungan sosial. Kebudayaan diinternalisasi dalam bentuk
system neuropsikis yang merupakan bagian dari bentuk aktivitas fisiologis dari
otak manusia. Aktivitas mental yang tinggi memungkinkan pembentukan dan
perkembangan proses mental manusia yang lebih tinggi.
Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses pendidikan di SD/MI
seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam diri
individu sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan
intermental individu dalam konteks sosial-kultural, lingkungan sosial-kultural.

c)      Teori Humanistik
Pendekatan humanistic memiliki karakteristik : (a) menjadikan peserta
didik sendiri sebagai isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya dari
perilakunya; (b) mengenal bahwa imajinasi peserta didik seperti dicerminkan
dalam seni, impian, cerita, dan fantasi sebagai hal yang penting dalam
kehidupan yang dapat dibahas bersama dengan teman sekelasnya; (c)
memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal seperti isyarat dan
nada karena diyakini hal itu sebagai ungkapan perasaan dan sikap yang
dikomunikasikan; (d) menggunakan pemainan, improvisasi, dan bermain peran
sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.

B. Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar

Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat


pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses
enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan dalam kedua proses tersebut
adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan dasar dan mengembangan secara
kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik
dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia
sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara
konstitusional menganut satu system pendidikan nasional, instrumental atau pengelolaan
system pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen penuh.
Keseluruhan prinsip tersebut memberi implikasi terhadap kandungan, proses dan
manajemen pendidikan nasional. Untuk itulah dalam system pendidikan kita saat ini
diupayakan berbagai pembaharuan seperti kurikulum nasional yang bersifat sentralistik
menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersifat desentralistik, penerapan
kurikulum yang berdiversifikasi untuk melayani keberagaman, dan pengembangan
standar nasional pendidikan sebagai baku mutu pendidikan secara nasional.

KB 2. Landasan Historis, Ideologis, dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar

A. Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah Dasar
beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatarbelakangi sejak pada masa Hindia
Belanda sampai saat ini.
Secara historis atau kesejahteraan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia
merupakan kelanjutan dari system pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang
dibangun lebih banyak untuk kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada
dasarnya system pendidikan pada masa itu ditekankan pada upaya memperoleh tenaga
terampil yang menegrti nilai budaya penjajah sehingga menguntungkan mereka dalam
mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa
berkembnag secara dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dalam
dimensi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Dari fakta sejarah pendidikan Sekolah Dasar pada zaman Hindia Belanda, kita
dapat menangkap bahwa makna segregasi sosial dan diskriminasi secara sengaja
dilakukan terhadap anak penduduk bumi putera dalam memperoleh kesempatan belajar
di Sekolah Dasar, tergantung pada latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai gerakan pendidikan pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah
mendorong tumbuh dan berkembang pula konsep dan dasar ideology pendidikan yang
walaupun berbeda dalam nomenklatuurnya dan konteks perwujudannya, tetapi semuanya
pada satu tujuan adanya system pendidikan yang inheren dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia. Salah satunya adalah filsafat dan
ideology pendidikan Taman Siswa Ing madya mangun karsa, Ing Ngarsa sung Tuladha,
Tut Wuri Handayani.

B. Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD

Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan


komitmen politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan
normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana system pendidikan nasional
dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan
nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di dalamnya
pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan
moral yang terkandung dalam bagian dari alenia keempat Pembukaan UUD 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi pengembangan potensi
peserta didik secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP
dan seterusnya. Sedangkan tujuan secara substantif merujuk pada tujuan pendidikan
nasional.
Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan cara
sebagai berikut.
1. Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
2. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan
3. Mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi kejujuran
akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku
4. Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial diantara
teman
5. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesame
6. Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
7. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan., ketertiban, dan
keamanan sekolah.

Bila seluruh ketentuan perundang-undangan tentang wajib belajar 9 tahun dapat


dilaksanakan dengan baik, maka program Wajar tersebut akan memberi dampak yang
luas bagi pencerdasan kehidupan bangsa secara bertahap. Oleh karena itu, sinergi seluruh
unsur pemerintahan pusat dan daerah sangatlah penting.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

KB 1.    Fungsi, Tujuan dan Ciri-ciri Pendidikan Sekolah Dasar


A. Fungsi, Tujuan dan Ciri-ciri Pendidikan Sekolah Dasar
Sejak di canakannya wajib belajar 6 tahun, SD menjadi lembaga pendidikan yang
berfungsi untuk menanamkan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia yang masi dalam
batas-batas usia SD. Dalam mengemban fungsi tersebut, sekolah dasar sebagai mana
halnya lembaga pendidikan lain selalu mengacu pada pendidikan nasional. Yaitu
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan, harkat dan martabat
manusia dan masyarakat Indonesia dalam upaya menwujudan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan Indonesia seutuhnya yaitu manusia yamg beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur dan memiliki pengetahuan dan nalar,
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan
mandiri dan serta rasa tanggung jawab ke masyarakatan. Tujuan di atas dapat di
kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Menanamkan kemampuan dasar baca-tulis-hitung
Menanamkan kemampuan tersebut dianggap merupakan persyaratan bagi setiap
orang agar dapat hidup wajar dlam masyarakat yang selalu berkembang.
2. Menanamkan pengetahuan dan ketrampilan dasar bermanfaat bagi siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya
3. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SMP
Saat ini Indonesia sudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun. Artinya seluruh anak
harus pernah mengenyam pendidikan minimal hingga lulus bangku SMP. Dikelas-
kelas tinggi seperti kelas 6, siswa-siswi sudah dipersiapkan untuk menerima materi
yang lebih kompleks lagi di SMP dengan mematangkan kemampuan dasar baca-
tulis-hitung mereka.
B. Karakteristik pendidikan sekolah dasar
Secara garis besar karakteristik pendidikan sekolah dasar akan di bagi menjadi 2
bagian yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus pendidikan SD.
1.     Karakteristik umum pendidikan SD
Pendidikan di SD memiliki ciri-ciri khas yang membedakan dari satuan pendidikan
lainnya. Yaitu:
a. Kemelekwacanaan
Fokus pendidikan di SD adalah bagaimana peserta didik dibentuk dalam hal
literasi atau kemelekwacanaan, bukan pada pembentukan akademik. Misalnya
bagaimana memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingknya tata
tertib dalam menggunakan jalan raya, dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
Sedangkan pendidikan di SMP dan SMA tidak memiliki karakteristik
pendidikan seperti ini, karena penekanannya pada aspek pembentukan
kemampuan akademik.
b. Kemampuan berkomunikasi.
Semestinya pendidikan di SD sudah mulai membekali siswa untuk mampu
berkomunikasi sederhana secara lisan dengan menyampaikan pendapat,
menyampaikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, serta secara tertulis dengan
membuat karangan, puisi, surat.
c. Kemampuan memecahkan masalah
Pendidikan di SD juga harus mampu memberikan keterampilan melakukan
analisa dan evaluasi situasi secara sederhana. Misalnya apabila pada saat
pulang sekolah, tiba-tiba ada orang yang tidak dikenal datang menjemput, lalu
apa yang harus dilakukan siswa. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisa,
dan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya, akan membuat siswa
siap memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Kemampuan bernalar
Pendidikan di SD juga harus dapat mengarahkan siswa untuk menggunakan
logika dan bukti-bukti nyata, bukan mengambil keputusan didasarkan atas
perkiraan, dugaan, dan perasaan semata.
2.     Karakteristik Khusus Pendidikan SD
Pembahasan tentang karakteristik khusus pendidikan SD akan meliputi pembahasan
komponen-komponen pendidikan SD secara khusus, yaitu:
a. Siswa
Siswa SD adalah anak – anak yang berusia antar 6-12 tahun. Anak – anak SD
mempunyai kemampuan yang berbeda dari satuan pendidikan lainnya. Menurut
Piaget, anak-anak  usia SD berada dalam taraf akhir  masa praoperasional, masa
operasi konkret, serta pada tahap operasi abstrak.
b. Guru
Berbeda dengan guru SLTP ataupun SLTA guru SD adalah guru kelas. Setiap
guru dituntut untuk mampu mengajarkan  semua mata pelajaran di SD, kecuali
Agama dan Penjaskes. Sejalan dengan itu, guru SD mengajar  dari jam pertama
sampai jam terakhir, selain itu guru kelas memegang penuh kelas yang
dipegangnya , mulai dari kehadiran siswa  sampaipemberian rapor dan
terkadang mengerjakan administrasi sekolah seperti laporan Laporan
Pertanggung Jawaban Bantuan Operasional Sekolah ( SPJ BOS ) .
c. Kurikulum
Kurikulum SD merupakan bagian dari Kurikulum Pendidikan Dasar  yang
mempunyai tujuan yang khas. Lama pendidikan di SD enam tahun,yang dibagi
menjadi tingkat kelas. Kurikulum KTSP di SD menggunakan system Semester
dengan lama satu jam pelajaran 30 menit  untuk kelas I,II ,  serta 40 menit untuk
kelas III s/d VI. Di SD terdapat 9 mata pelajarantermasuk muatan local, yang
dimulai dari kelas satu sampai kelas enam.
d. Pembelajaran
Pembelajaran yang terjadi di SD tentu tidak dapat dipisahkan dari tujuan
pendidikan di SD serta karakjteristik siswa SD. Yang dapat kita kaji dua
karakteristik pembelajaran di SD, yaitu kegiatan kingrit dan kegiatan
manipulative.
e. Gedung dan PeralatanPembelajaran
Gedung dan peralatan SD sangat bervariasi. Ada yang sederhana dan bahkan
ada yang cukup mewah. Namun, dapat kita katakana bahwa gedung SD terdiri
dari 3-6 ruang kelas dan satu ruangan guru. Tidak ada ruangan khusus
admministrasi.
KB 2. TATANAN ORGANISASI DAN BENTUK-BENTUK PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. TATANAN ORGANISASI SEKOLAH DASAR

Pada dasarnya, penyelenggaraan pendidikan di SD menjadi tanggung jawab


bersama antara Pemerintah Pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) dan Pemerintah Daerah, baik Tingkat Propinsi (Dinas Pendidikan Propinsi),
Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun Kecamatan (Ranting
Dinas) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tantang kewenangan
Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Pengelolaan SD juga
melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam peningkatan
mutu pelaynan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pemerintah Pusat (Depdiknas) menentukan Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan Pemerintah Propinsi bertugas melakukan koordinasi atau penyelenggaraan
pendidikan. Pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas pendidikan
lintas daerah Kabupaten/Kota untuk Pendidikan Dasar dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdsarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip kemandirian dan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah. Dengan demikian,
tanggung jawab utama pengelolaan SD berada di tangan SD sendiri.

B. BENTUK-BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SD

Untuk memenuhi kewajiban belajar pada jenjang Sekolah Dasar, pendidikan SD


dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yaitu pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB/ SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus
dan SD Inklusi. Sedangkan pendidikan non formal mencakup Paket A dan Sekolah
Rumah.
SDLB diperuntukkan khusus bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam
belajar karena kelainan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah
SD biasa yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi
pambauran antara anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan
atau Sekolah Nasional Plus adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek
tertentu, seperti penggabungan bahasa asing yang menggunakan Kurikulum
Internasional.
Paket A adalah pendidikan nonformal jenjang SD yang diperuntukkan bagi warga
Negara yang berusia 14 – 45 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan SD. Sekolah
rumah atau home schooling adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah melalui
layangan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, dengan proses belajar yang kondusif
sehingga potensi anak yang unik dapat berkembang secara optima

Anda mungkin juga menyukai