NIM : 857682732
TUGAS TUWEB 3
PENDIDIKAN SENI DI SD
c) Tari Kreasi
Tari modern disebut juga dengan tari kreasi baru. Tarian jenis ini dapat
bersumber dari 2 jenis tarian yaitu kerakyatan dan klasik. Tari kreasi baru
merupakan hasil dari sebuah proses kreasi dari bentuk aslinya (kerakyatan atau
klasik). Tampilan tari kreasi baru mencerminkan sikap dinamis yang menjadi
tuntutan masyarakat. Dinamika yang digambarkan dari sebuah karya baru itu
dapat diterima oleh semua pihak, sehingga keberadaan sebuah karya tari baru
akan terus berkembang.
Tari kreasi baru secara prinsip mampu memberi nuansa baru meskipun
materinya lama. Baru dalam pemahaman ini adalah format yang dikemas
sedemikian rupa sehingga aspek yang membentuk kebaruan itu tidak lagi
muncul di Indonesia diantaranya yang terkenal adalah Didik Ninik Thowok
dari Yogyakarta.
3. Manfaat kegiatan mengapresiasi tari bagi anak yang berfungsi sebagai media
pendidikan.
Apresiasi Sebagai Media Pendidikan
Secara edukatif, apresiasi dapat menumbuhkan pengalaman berfikir kreatif
bagi anak. Kegiatan berkesenian bagi anak merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan bakat yang ada pada anak. Dalam teori intelegensi (multiple
intelegences) yang dikemukakan oleh Gardner (1986) pada prinsipnya manusia
memiliki 8 macam kecerdasan yakni :
a. Logical-Mathematical Intelligence
b. Spatial Intelligence
c. Bodily-Kinesthetic Intelligence
d. Musical-Rythmic Intelligence
e. Interpersonal Intelligence
f. Intrapersonal Intelligence
g. Verbal-Linguistic Intelligence
h. Naturalist Intelligence
Anak memiliki kedelapannya dengan tingkat yang berbeda-beda. Ada satu anak
yang cerdas di bidang kinestetik, tetapi anak lain justru cerdas di matematika. Dan
sebaliknya hal itu dapat terjadi. Dalam kondisi seperti ini peran orang tua dan guru
sangat penting untuk menggali potensi yang dimiliki siswa, sehingga akan mampu
meningkatkan kemampuannya. Jika orang tidak cerdas dalam bidang tertentu dan
memiliki kelebihan dan kecerdasan dibidang lain, hal inilah yang harus diasah agar
mampu membantu dari sisi kelemahan bidang lain. Secara umum orang telah
mengakui bahwa seni memiliki peran memnbantu kecerdasan siswa dibidang lain.
Dalam dunia seni tari misalnya kita mengenal adanya 3 elemen dasar untuk
mempelajari yaitu wiraga, wirama dan wirasa. Dari landasan itu kitta dapat
menyerap bidang lain yang kita pelajari.
Pada suatu ketika pertumbuhan badan (biological age) anak lebih cepat daripada
perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut
menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal,
oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan
nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana
fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa
tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di
suatu tempat tidak akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia
SD yang lain, perkembangan emosinya ditandai oleh perkembangan keseniannya.
Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak juga berubah. Sekitra
usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran
anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya,
terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak
yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih
dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan,
anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok – blok
warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok
dari pada yang lain.
Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan
tanpa takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan
demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun
kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan
oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya
untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami
lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan
komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa
pikiran yang dikelilingi asosiasi.
Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar
dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata
lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya,
ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra.
Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik
saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah
mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya
dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata
bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.