Anda di halaman 1dari 8

Nama : Diah Ayu Meilianti Putri

NIM : 857682732

Kelas : PGSD.C (Semester 2)

TUGAS TUWEB 3

PENDIDIKAN SENI DI SD

1. Sebutkan dan jelaskan 3 fungsi ornamen dilihat dari segi kemanfaatan!


2. Jelaskan pengertian :
a) Tari Rakyat
b) Tari Klasik
c) Tari Kreasi
3. Jelaskan manfaat kegiatan mengapresiasitari bagi anak yang berfungsi sebagai
media pendidikan!
4. Jelaskan pengertian seni membantu pertumbuhan mental!
5. Jelaskan perkembangan mental pada anak pada “Masa Realisme Awal”!
Jawab:

1. Dilihat dari segi kemanfaatan, ornamen mempunyai 3 fungsi :


a. Hiasan
Fungsi ornamen sebagai hiasan, maksudnya gambar ornamen tersebut untuk
memperindah benda, objek atau yang lain.
b. Simbolik
Ornamen simbolik merujuk makna simbolik ornamen, biasanya berkaitan
dengan adat dan kepercayaan.
c. Konstruktif
Ornamen konstruktif merujuk kepada fungsi ornamen untuk memperindah
konstruksi, bangunan, furnitur maupun senjata.

2. Pengertian Tari Rakyat, Tari Klasik dan Tari Kreasi

a) Tari Rakyat atau Tari Tradisional Kerakyatan


Tari tradisional kerakyatan adalah tari tradisional yang hidup dan berkembang
di lingkungan pedesaan atau di luar tembok istana. Seni kerakyatan lebih
dikenal masyarakat di daerah pedesaan. Dari perkembangan sejarah seni
pertunjukan menunjukkanbahwa, kehidupan seni pertunjukan tradisional
kerakyatan semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat luas. Hal ini bisa
terjadi karena sifat-sifat seni kerakyatan yang lebih mengakar. Materi gerak
dalam tari kerakyatan lebih cenderung dilakukan berulang-ulang, sehingga
menjadi monoton. Ragam geraknya pun tidak terlalu rumit seperti tari klasik.
Gerak tari kerakyatan sederhana, mudah dilakukan dan mudah diingat.
Inilah salah satu ciri dari tarian kerakyatan yang sederhana itu. Dari aspek
iringan tarinya, seni tari kerakyatan tidak terlalu banyak menuntut. Pola iringan
yang simpel memberikan tekanan dan kekuatan pada gerak tari yang statis.
Untuk rias busana, seni tari kerakyatan lebih bersifat natural dalam
penggunaanya, sehingga tidak banyak menggunakan ornamen-ornamen seperti
dalam tari klasik.
Tata aturan atau norma yang ada dalam tari kerakyatan pun tidak terlalu
dibatasi dengan aturan yang rumit seperti dalam tari klasik. Tari kerakyatan
lebih bersifat welcome menerima masukan atau perubahan untuk lebih baiknya
sebuah pertunjukan.

b) Tari Klasik atau Tari Tradisional Klasik


Tari tradisional klasik adalah tari tradisional yang hidup dan berkembang di
lingkungan istana atau kraton. Tari tradisional klasik hanya dikenal di
lingkungan kraton. Berbeda dengan tari kerakyatan, tari klasik memiliki sifat
yang bertolak belakang dengan tari kerakyatan. Dalam hal tari klasik sangat
mempertahankan norma yang sangat kuat dipeluk, sehingga untuk dikenal ke
luar tembok kraton masih sulit. Namun demikian ini bukan merupakan indikasi
bahwa tari klasik tidak bisa berkembang. Tari klasik kalau dipentaskan di
dalam kraton merupakan klangenan yang harus dipatuhi segala tata aturannya.
Namun bila tari klasik sudah berada di luar kraton tentunya akan dapat
dikembangkan dengan tidak meninggalkan unsur-unsur yang esensial dalam
tari klasik itu sendiri.
Ciri-ciri utama dalam tari klasik adalah dari sisi bentuk penyajiannya masih
sangat formal. Misalnya Wayang Wong yang ada di kraton Yogyakarta. Gaya
penampilannya klasik dan tidak romantik.

c) Tari Kreasi
Tari modern disebut juga dengan tari kreasi baru. Tarian jenis ini dapat
bersumber dari 2 jenis tarian yaitu kerakyatan dan klasik. Tari kreasi baru
merupakan hasil dari sebuah proses kreasi dari bentuk aslinya (kerakyatan atau
klasik). Tampilan tari kreasi baru mencerminkan sikap dinamis yang menjadi
tuntutan masyarakat. Dinamika yang digambarkan dari sebuah karya baru itu
dapat diterima oleh semua pihak, sehingga keberadaan sebuah karya tari baru
akan terus berkembang.
Tari kreasi baru secara prinsip mampu memberi nuansa baru meskipun
materinya lama. Baru dalam pemahaman ini adalah format yang dikemas
sedemikian rupa sehingga aspek yang membentuk kebaruan itu tidak lagi
muncul di Indonesia diantaranya yang terkenal adalah Didik Ninik Thowok
dari Yogyakarta.

3. Manfaat kegiatan mengapresiasi tari bagi anak yang berfungsi sebagai media
pendidikan.
Apresiasi Sebagai Media Pendidikan
Secara edukatif, apresiasi dapat menumbuhkan pengalaman berfikir kreatif
bagi anak. Kegiatan berkesenian bagi anak merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan bakat yang ada pada anak. Dalam teori intelegensi (multiple
intelegences) yang dikemukakan oleh Gardner (1986) pada prinsipnya manusia
memiliki 8 macam kecerdasan yakni :
a. Logical-Mathematical Intelligence
b. Spatial Intelligence
c. Bodily-Kinesthetic Intelligence
d. Musical-Rythmic Intelligence
e. Interpersonal Intelligence
f. Intrapersonal Intelligence
g. Verbal-Linguistic Intelligence
h. Naturalist Intelligence

Anak memiliki kedelapannya dengan tingkat yang berbeda-beda. Ada satu anak
yang cerdas di bidang kinestetik, tetapi anak lain justru cerdas di matematika. Dan
sebaliknya hal itu dapat terjadi. Dalam kondisi seperti ini peran orang tua dan guru
sangat penting untuk menggali potensi yang dimiliki siswa, sehingga akan mampu
meningkatkan kemampuannya. Jika orang tidak cerdas dalam bidang tertentu dan
memiliki kelebihan dan kecerdasan dibidang lain, hal inilah yang harus diasah agar
mampu membantu dari sisi kelemahan bidang lain. Secara umum orang telah
mengakui bahwa seni memiliki peran memnbantu kecerdasan siswa dibidang lain.
Dalam dunia seni tari misalnya kita mengenal adanya 3 elemen dasar untuk
mempelajari yaitu wiraga, wirama dan wirasa. Dari landasan itu kitta dapat
menyerap bidang lain yang kita pelajari.

4. Seni Membantu Pertumbuhan Mental

Pada suatu ketika pertumbuhan badan (biological age) anak lebih cepat daripada
perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut
menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal,
oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan
nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana
fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa
tersebut berpengaruh juga dalam gambar.

Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di
suatu tempat tidak akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia
SD yang lain, perkembangan emosinya ditandai oleh perkembangan keseniannya.
Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak juga berubah. Sekitra
usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran
anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya,
terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak
yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih
dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan,
anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok – blok
warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok
dari pada yang lain.

Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi


oleh faktor lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya,
guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink
sebagai internal factor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua faktor tersebut
berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual,
emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang
mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan
bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik.
Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi
perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa.
Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan
pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu,
dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang is inginkan (Maslow,
dalam Eggen & Kauchak, 1997).

Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat


dikategorikan sebagai perkembangan mental. Dalam skema pertumbuhan anak,
terurai bahwa bisa terjadi urutan perkembangan usia yang tidak seimbang. Usia
kronologis (yaitu usia berdasarkan urutan yang dihitung sejak lahir) anak berusia 6
tahun berkembang terus sesuai dengan tahun. Usia kronologis ini kebeltulan
mempunyai perkembangan sejajar dan seiring dengan usia mental. Namun, pada
usia pertumbuhan, badan anak kurang normal dibanding dengan kedua usia di atas,
mungkin kerdil, atau bahkan lebih cepat matang kedewasaannya. Perkembangan
usia ini sedikit banyak mempengaruhi pola berkarya seni rupa. Ketika usia
pertumbuhan badan normal belum tentu akan diikuti oleh perkembangan usia
mental. Mungkin hambatan psikologis keluarga dengan berbagai aturan pergaulan
dalam keluarga terlampau ketat maka perkembangan mental akan berbeda dengan
anak yang hidup dalam keluarega sesuai dengan adat dan pergaulan dengan
masyarakat lain. Jika selanjutnya dikaitkan dengan kebutuhan penciptaan karya
seni, maka respon seseorang dipegaruhi oleh faktor internal, maupun eksternal.
Secara harfiah, anak ingin memvisualkan atau mengaktualisasikan dirinya dalam
konteks tanggapan terhadap lingkungan atau obyek.
Proses ini bisa dianalisa , bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi
oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena Skema 1, Pertumbuhan Anak
dorongan dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada
otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar.
Lihat gambar sebelah, fungsi mata adalah mencari dan mengangkat obyek yang
mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhadap obyek
diserahkan kepada otak untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan
setelah itu meminta tangan menangani kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide
dan gagasannya. Pada saat fungsi otak bergerak, dimana diantaranya otak kiri
bertugas mengkoordinasikan kerja teratur dan rasional, untuk mengangkap
permasalahan dan mngurai secara porporsional. Otak kanan bertugas
mengkoordinasikan tugas yang bersifat emosional: artistik, intuitif maupun yang
lainh sehingga anak berani mengemukakan tanggapannya.

Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan
tanpa takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan
demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun
kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan
oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya
untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami
lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan
komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa
pikiran yang dikelilingi asosiasi.

Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar
dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata
lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya,
ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra.
Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik
saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah
mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya
dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata
bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.

5. Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun

Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan.


Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri.
Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Perhatian kepada objek sudah
mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi
(perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah
mulai disadari. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek
tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga
mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang,
penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada
periode ini.

Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang


kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

Anda mungkin juga menyukai