Anda di halaman 1dari 15

REVIEW BUKU ILMU PENDIDIKAN

Review buku ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.

Dosen pengampu :

1. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd.


2. Zulkarnain, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kanaya Arfinsa Damayanti

(18406241052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
REVIEW

BUKU ILMU PENDIDIKAN

Judul Buku : Ilmu Pendidikan


Penulis : Dwi Siswoyo, dkk.
ISBN : 979-8418-17-4
Penerbit : UNY Press
Tebal Halaman:165 + viii
Ukuran : 15 x 20,5 cm
Tahun Terbit : 2013
BAB I

Dasar, Fungsi Tujuan dan Asas Pendidikan

A. Dasar Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan manusia dan
masyarakat. Pendidikan akan berlangsung sepanjang hayat manusia. Di mana ada
manusia pasti ada pendidikan. Pendidikan dapat digunakan sebagai usaha untuk
memanusiakan manusia. Dengan kata lain, upaya ini didasarkan atas pandangan hidup
atau falsafah hidup, bahkan latar belakang sosial kultural tiap-tiap masayarakat serta
pemikiran-pemikiran psikologis tertentu.
Dasar pendidikan adalah landasan berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai
sarana pengembangan manusia dan masyarakat. Pendidikan akan selalu dilaksanakan
berdasarkan pandangan hidup masyarakat meskipun pendidikan bersifat universal.
Terdapat hubungan antara filsafat dan pendidikan. Filsafat memberikan pandangan
tentang realita, pandangan hidup dan pandangan dunia. Jika semua itu dimasukkan
kedalam pendidikan, maka akan memberi landasan tentang tujuan dan metodelogi
pendidikan.
Berdasarkan ututan timbulnya dalam sejarah filsafat, filsafat dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu naturalisme, idealisme, realisme dan pragmatisme. Naturalisme
berpandangan bahwa semuadatang dari alam yang bersifat fisik. Naturalisme berembang
menjadi naturalisme objektif, naif dan kritis. Filsafat idealisme berpendapat bahwa
kenyataan terdiri dari substansi yang berupa ide-ide. Gagasan, spirit atau jiwa. Menurut
idealisme, semua benda-benda yang ada sesungguhnya ada di dalam ide. Filsafat idelisme
berkembang menjadi idealisme subjektif, objektif dan personalistis. Filsafat realisme
berpendapat bahwa segala sesuatu adalah sesuatu yang nyata. Manusia dapat mengetahui
sesuatu melalui indera. Filsafat pragmatisme berpendapat bahwa manfaat atau kegunaan
menempati posisi yang paling utama. Selain keempat aliran tersebut, ada juga aliran
filsafat lain seperti neo scholaticisme dan eksistensialisme.
Filsafat menjadi dasar bagi pemikiran-pemikiran pendidikan secara filosofis.
Pemikiran-pemikiran tersebut disebut filsafat pendidikan. Terdapat empat pemikiran
filsafat pendidikan, yaitu :
1. Menghendaki pendidikan pada hakekatnya progresif.
2. Mengendaki pendidikan pada hakekatnya di dasarkan atas nilai-nilai yang
tinggi, yang kedudukannya esensial dalam kebudayaan.
3. Mengendaki konsepsi pendidikan didasarkan pada pertanyaan apakah yang
paling utama untuk menghadapi tantangan krisis masa depan.
4. Mengendaki pendidikan hakekatnya dapat menmbangkitkan anak-anak
merekonstruksi pengalaman hidupnya.

Empat filosofis tersebut melahirkan empat aliran filsafat pendidikan, yaitu progresifisme,
esensialisme, perenialisme dan rekonstrukurisme. Dari pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa filsafat memberikan dasar bagi filsafat pendidikan, filsafat
pendidikan menjadi dasar bagi ajaran pendidikan dan ajaran pendidikan menjadi dasar
bagi praktik pendidikan.

Ada beberapa landasan yang perlu diperhatikan dalam filsafat pendidikan, yaitu
landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan kultiral, landasan historis, landasan
psikologis dan landasan ilmiah teknologis.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai hakekat pendidikan,
mengapa pendidikan diberikan atau diberikan oleh dan kepada manusia, apa
yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Filsafat sebagai kajian formal
dipakai sebagai landasan bagi pendidikan dan berpengaruh besar terhadap
pendidikan. Hasil tersebut diterapkan dalam pendidikan, misalnya keberadaan
dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini.
Terdapat mazhab-mazhab teori pendidikan berdasarkan aliran filsafat
tertentu seperti essensialisme, behaviorisme, perenialisme, progresivisme,
rekonstrukturisme dan humanisme.
a. Essensialisme
Merupakan aliran filsafat yang menerapkan filsafat idealisme dan
realisme secara eklektis. Prinsip pendidikan esensialis yaitu, tugas
pertama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasar, belajar adalah
kerja keras dan disiplin serta guru merupakan inti dari kekuasaan
kelas. Penganut esensialis biasanya menghendaki agar pengajar di
sekolah berjalan evektif dengan memberikan pengajaran pokok sesuai
dengan perkembangan ilmu dan peradaban yang ada.
b. Perenialisme
Hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada
keabadian atau ketetapan. Yang abadi adalah pengetahuan yang benar,
keindahan dan kecintaan kepada kebaikan.
c. Progresivisme
Mazhab ini menginginkan sebuah kemajuan. Mazhab ini berpendapat
bahwa pendidikan tidak tergantung kepada masa lalu, tetapi pada alam
dan seluruh pengalaman manusia. Pendidikan bukan untuk
mempersiapkan hidup, tetapi untuk hidup sepanjang hayat.
d. Rekonstruksionisme
Mazhab ini merupakan kelanjutan dari progresivisme. Mazhab ini
berpandangan bahwa pendidikan/sekolah hendaknya mempelopori
pembaharuan kembali masyarakat agar menjadi lebih baik.
e. Behaviorisme
Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber, pertama filsafat
realisme. Melalui realisme, behaviorisme memutuskan pada hukum
alam. Tugas behaviorisme adalah mengobservasi kehidupan organisme
termasuk manusia agar ditemukan hukum-hukum perilaku yang kelak
dipakai untuk merekayasa perilaku menusia. Kedua positivisme, yang
menjelaskan tentang pengetahuan positiv. Ketiga matrealisme, yang
menurutnya realitas itu ditentukan materi dan gerak, sehingga mereka
menolak keyakinan tentang daya fikir, spiritualitas dan kesadaran.
f. Humanisme
Humanisme merupakan kelanjutan dari progresivisme. Sumber
humanisme bukan saja dari progresivisme melainkan juga dari
eksitensialisme yang menemukan makna personal dan eksistensi
manusia, dengan menekankan individualitas siswa. Pendidikan
humanis berpusat pada kekuatan menciptaan lingkungan belajar
dimana siswa menjadi bebas dengan kompetisi, disiplin yang kaku dan
aman serta dengan lingkungan yang hangat.
2. Landasan Sosiologis
Pada pembahasan mengenai dimensi kemanusiaan telah disebutkn bahwa
manusia merupakan makhluk sosial sehingga manusia harus hidup
berkelompok dalam waktu yang lama. Akibatnya, masing-masing kelompok
memiliki karakteristik yang berbeda.
Kegiatan pendidikan merupakan interaksi antara peserta didik dengan
pengajar, antar satu generasi dengan generasi lain. Kajian sosiologi
pendidikan sangat esensial untuk memahami sisitem pendidikan dengan
keseluruhan hidup masyarakat. Pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan
kondisi masyarakat. Salah satu wujud bahwa pendidikan dilaksanakan sesuai
dengan kondisi masyarakat adalah dengan adanya muatan lokal dan
kurikulum.
3. Landasan Kultural
Budaya dalam masyarakat menjadi landasan dalam pendidikan. Di Indonesia
telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia. Pendidikan dan kebudayaan memiliki timbal balik. Kebudayaan
dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan, sebaliknya bentuk,
ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan masyarakat.
4. Landasan Historis
Kehidupan manusia memiliki sejarah panjang sehingga manusia tidak dapat
mengetahui titik kapan dimulainya kehidupan ini. Sejarah mengenai Indonesia
atau dunia merupakan bahan pemikiran yang sangat penting bagi pendidikan
kita saat ini atau pun esok.
5. Landasa Psikologis
Kegiatan pendidikan melibatkan kejiwaan manusia. Karena itu landasan
psikologi menjadin landasan yang penting. Pada umumnya, pendidikan
berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia,
khususnya dalam prose belajar mengajar. Sebagai contoh aspek kejiwaan
tersebut adalah perbedaan individual karena aspek kejiwaan seperti minat,
bakat kecerdasan dan lain-lain.
6. Landasan Teknologi, Ilmiah dan Seni
Pendidikan dan IPTEKS saling berhubungan erat. IPTEKS merupakan salah
satu pengajaran sebagai bagian dari pendidikan. Jadi, pendidikan dalam
pewarisan dan pengembangan IPTEKS sangat penting. Disisi lain, IPTEKS
sangat mempengaruhi pendidikan. S di sini merupakan seni sebagai
pembentukan manusia secara utuh dan harmonis.
7. Landasan Politik
Politik sebagai cita-cita yang harus diperjuangkan melalui pendidikan,
dimaksudkan agar cita-cita dan tujuan suatu bangsa dapat tercapai. Adanya
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pertanda bahwa
pendidikan menggunakan landasan politik.
8. Landasan Ekonomi
Dengan adanya pendidikan manusia terdidik dapat menjadi modal bagi
pembangunan. Di sisi lain untuk memperoleh pendidikan diperlkan biaya.
Biaya pendidikan perlu dihitung berpa satuan biaya pada tingkat tertentu, dan
berapa keuntungan yang di dapat. Dalam pengukuran ini diperlukan ilmu
ekonomi.
9. Landasan Yuridis
Pendidikan disemua negara dilaksanakan sesuai dengan kondisi
masyarakatnya. Di Indonesia pendidikan di atur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 dan pasal 31 UUD 1945. Semua
diatur sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia.
B. Fungsi Pendidikan
Bagi dirinya sendiri, pendidikan berfungsi untuk menyiapkan dirinya agar
menjadi manusia seutuhnya, sehingga ia dapat menunaikan tugas hidup dengan baik dan
dapat hidup wajar sebagi manusia. Pendidikan memiliki fungsi yang sanga luas karena
mencakup segala aspek kehidupan. Secara garis besar, fungsi pendidikan yaitu untuk
menyiapkan manusia sebagai manusia, menyiapkan manusia sebagai tenaga kerja serta
menyiapkan manusia menjadi warga negara yang baik. Menurut pasal 3 UU Nomor 20
tahun 2003 fungsi pendidikan yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa ...”.
C. Tujuan Pendidikan
Tujuan umum pendidikan bagi Langeveld adalah kedewasaan, yang salah satu
cirinya adalah telah hidup dengan mandiri. Tujuan khusus pendidikan adalah inteligensi,
pekerjaan,bakat, minat, perkembangan dan lain-lain. Tujuan tak lengkap pendidikan
meliputi aspek psikologis.
D. Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan ketententuan yang dijadikan pegangan atau pedoman bagi
terlaksanakannya pendidikan. Asas pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
1. Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang
artinya, ditengah memberi dorongan, dibelakang memberi pengaruh agar menjadi
lebih baik.
2. Asas pendidikan sepanjang hayat.
3. Asas uaha bersama.
4. Asas demokratis.
5. Asas semesta, menyeluruh dan padu.
6. Asas manfaat, pendidikan membawa manfaat.
7. Asas adil dan merata.
8. Asas berkehidupan dalam keseimbangan.
9. Asas kesadaran hukum.
10. Asas kepercayaan pada diri sendiri.
11. Asas evisiensi dan evektifitas.
12. Asas mobilitas.
13. Asas fleksibelitas.

BAB II

Urgensi Memahami Hakikat Manusia

A. Pengertian Manusia
Drijarkara dalam bukunya yang berjudul Filsafat Manusia mengatakan bahwa
manusia adalah makshluk yang berhadapan dengan dirinya sendiri. Manusia mengolah
diri sendiri, meninggikan dan merendahkan diri sendiri dan sebgainya. Definisi lainnya
manusia adalah: homo sapiens, homo feber, homo ekonomicus dan homo religiousus. Ada
juga yang menyatakan manusia sebagai: animal rotiale, animal syimbolicum dan animan
educandum. Banyaknya definisi tentang manusia membuktikan bahwa manusia adalah
makhluk dimensiona, manusia memiliki banyak wajah.
1. Manusia menurut pola pemikiran biologis manusia dipahami dari sisi internalis yaitu
manusia sebgai pusat kegiatan intern yang menggunakan bentuk lahiriah tubuhnya
untuk mengekspresikan diri dalam komunikasi dengan sesamanya.
2. Manusia menurut pola psikologis menekan kemampuan manusia untuk mengarahkan
dirinya baik dari pengaruh internal maupun eksternal. Hal ini menum=njukkan bahwa
manusia dapat melakukan sesuatu akibat desakan dari faktor internal.
3. Manusia menurut pola Sosial-Budaya yaitu kodrat manusia tidak hanya mengenal
satu bentuk unifrom melainkan berbagai bentuk.
4. Manusia menurut pola religius yaitu manusia hidup di alam yang sakral, penuh
dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati keskralan alam yang ada di alam
semesta.
B. Wujud dan Hakekat Manusia
Menurut kaum eksistensialis wujud sifat hakekat manusia meliputi:
1. Kemampuan menyadarkan diri.
2. Kemampuan beresksistensi.
3. Kata hati, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang baik sebagia
manusia.
4. Tanggung jawab.
5. Rasa bebas.
6. Kewajiban dan hak.
7. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
C. Unsur-unsur Hakekat Manusia
Manusia merupakan makhluk monopluraris yaitu manusia yang memiliki banyak
unsur kodrat dan makhluk kesatuan. Manusia dapat terdiri dari dua unsur, yaitu manusia
sebagai dirinya sendiri dan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia juga terdiri
dari unsur jiwa dan raga, namun merupakan satu kesatuan. Dapat juga terdiri dari unsur
individual dan unsur sosial.
D. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Manusia memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi keindividualan, artinya semua orang dilahirkan dengan keadaan yang
berbeda dengan orang lain.
2. Dimensi kesosialan, yaitu manusia dilahirkan menjadi makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri.
3. Dimensi kesusilaan, yaitu dalam diri manusia terdapat sifat kebaikan atau moralitas
seperti kejujuran, adil dan sebagainya.
4. Dimensi keberagamaan, yaitu manusia memiliki keyakinan terhadap adanya Tuhan.
5. Dimensi kesejarahan, yaitu manusia mampu menghayati kehidupan masa lalu.

Atas dasar inilah hakekat manusia dan pendidikan terdapat hubungan. Melalui
pendidikan potensi manusia dapat berkembang dengan baik.

BAB III

Arti Pendidikan dan Tantangan Batas Pendidikan

A. Arti Pendidikan
Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia karena dengan
adanya pendidikan, manusia dapat berkembanhg dengan baik. Pendidikan masuk
kedalam semua aspek kehidupan manusia. Pendidikan memernkan arti penting dalam
drama manusia. Adanya pendidikan setua dengan adanya kehidupan manusia. Seperti
yang telah disebutkan sebelumya, dimana ada kehidupan manusia disitu pasti ada
pendidikan.
B. Tantangan Batas-Batas Pendidikan
Keterbatasan pendidikan terdapat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidikan serta
lingkungan dan sarana pendidikan.
1. Peserta Didik, sebagai peserta didik setiap orang menilikin perbedaan seperti
kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat dan sebagainya. Hal
ini menjadi tantangan peserta didik.
2. Pendidik. Keterbatasan pendidik yang tidak dapat di tolerir adalah keterbatasan yang
dapat menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dalam proses pendidikan. Keterbatasan yang dapat ditolerir misalnya kurangnya
pengetahuan pendidik, hal ini dapat diatasi dengan cara pendidik menambah
pengetahuannya.
3. Lingkungan dan sarana pendidikan. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan. Pendidikan harus berada di lingkungan yang baik agar dapat tercipta
peserta didik yang baik dan berkualitas. Sarana yang tidak memadai juga menjadi
tantangan dalam pendidikan.
BAB IV

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Sebagai Sistem

Dari uraian-uraian para ahli tentang ilmu pendidikan, dapat disimpulkan bahwa ilmu
pendidikan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, baik aktivitas
mendidik dan dididik serta suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Suatu studi dapat menjadi
disiplin ilmu apabila memiliki tiga syarat. Pertama memiliki objek studi yaitu objek material
yang merupakan manusia dan objek formal yang berupa fenomena yang berhubungan dengan
pendidikan. Kedua, memiliki sistematika yang dibagi menjadi tiga, yaitu melihat pendidikan
sebagai gejala manusiawi dan melihat pendidikan sebagai upaya sadar. Ketiga, memiliki metode
yaitu metode normatif, ekpenatori, teknologis, deskriptif-fenomenologs, hermenuitis dan analisis
kritis. Ilmu pendidikan juga memiliki sifat yaitu empiris, rohaniah, normatif, historis, teoritis dan
praktis.

Sistem merupakansuatu hal yang aktif bergerak, bergerak dan menuju ke arah atau
produk tertentu. Sistem tersebut merupakan aktualisasidari konsep dasar dan cita-cita. Untuk
mencapai tujuan dan cita-citanya, ilmu pendidikan akan selalu menjadi dinamis kontekstual dan
harus selalu terbuka dengan tuntutan kualitas dan relevansi. Pendidikan memiliki tiga komponen
yaitu pendidik, peserta didik dan interaksi pendidikan. Semua komponen dalam pendidikan
tersebut harus sealu berhubungan agar pendidikan berjalan dengan baik.

Dalam susatu sistem pasti memiliki suatu tujuan, agar tujuan itu tercapai suatu sistem
perlu disusun dan difungsionalkan dengan baik. Dalam mencapai tujuan tersebut, pendidikan
memiliki tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut seperti kegagalan dalam
mengembangkan kemampuan.

BAB V

Pendidik dan Peserta Didik


Aktivitas pendidikan selalu melibatkan komponen pendidikan, diantaranya adalah
pendidik dan peserta didik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, komponen pendidikan
harus saling berhubungan agar proses pendidikan berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan dan cita-cita pendidikan.

Peserta didik adalah seseorang yang membutuhkan orang lain untuk mengembangkan
potensinya melalui pendidikan. Peserta didik biasanya merupakan anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan menuju kedewasaan. Namun, peserta didik tidak sebatas anak-anak yang
sedang menuju kedewasaan, peserta didik juga bisa seseorang yang sudah dewasa namun masih
ingin terus mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Ciri khas peserta didik yang harus diketahui dan difahami oleh pendidik adalah setiap
peserta didik memiliki potensi dan minat yang berbeda antara satu dengan lainnya, selalu ada
perkembangan dan perubahan dalam diri peserta didik secara wajar, peserta didik sangat
membutuhkan bantuan atau bimbingan dari pihak lain yang lebih paham serta peserta didik
memiliki sifat yang ingin mandiri.

Selain ciri khas, peserta didik sebagai persona yang multidimensional peserta didik
memiliki dimensi yang bisa muncul pada saat berinteraksi dengan lingkungannya. Dimensi
tersebut antara lain dimensi individualitas, sosialitas, religiusitas, historitas dan moralitas. Orang
yang mengerti adanya dimensi-dimensi tersebut yang kehidupannya dinamis tidak statis.

Peserta didik selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap.


Pertumbuhan meliputi bertambahnya tinggi badan, berat badan dan semakin efektifnya fisik.
Perkembangan diartikan sebagai semakin optimalnya kemajuan aspek psikis peserta didik seperti
kemampuan rasa, cipta, karya, karsa dan sebagainya. Terdapat beberapa tahapan dalam
perkembangan peserta didik, yaitu masa permulaan, masa menanjakan yang biasanya
berlangsung sampai 25 tahun, masa puncak hidup antara 25 – 50 tahun, masa penarikan diri dari
lingkungan masyarakat dan yang terakhir masa akhir kehidupan.

Terdapat banyak teori tentang perkembangan. Teori tersebut antara lain teori nativisme
yang berorientasi biologis secara klasik. Teori empirisme yang berorientasi pada pengalaman.
Teori naturalisme yang merupakan pengembangan dari teori empirisme, yang mengatakan bahwa
penentu perkembangan adalah alam serta teori interaksionisme yang merupakan gabungan
keduanya.

Perkembangan didik peserta didik meliputi kekuatan, ketahanan, keseimbangan,


kecekatan dan kecepatan. Perkembangan biologis lebih kepada tehapan-tahapan perkembangan
fisik dan psikosesksual. Perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam empat tahap,
yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret dan tahap
operasional formal. Perkembangan sosial yaitu proses peserta didik menyesuaikan diri dengan
lingkungananya.

Pendidik adalah seseorang yang dapat membantu orang lain untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki orang tersebut. Pendidik bertanggung jawab dalam proses berlangsungnya
pendidikan. Seseorang yang akan menjadi seorang pendidik harus memiliki kriteria tertentu.
Kriteria tersebut antara lain memiliki rasa terpanggil untuk mengajar, memiliki rasa tanggung
jawab, memiliki pengetahuan lebih dan bersedia mengajarkan apa yang dia ketahui kepada
peserta didik.

Seorang pendidik juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi profesional, yaitu


pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai apa yang akan dia ajarkan kepada
peserta didik. Kompetensi personal, yaitu pendidik harus memiliki kepribadian yang mantap.
Kompetensi sosial, yaitu pendidik harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
kepada peserta didik.

Seorang pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan. Pendidik
menjadi orang yang paling menentukan dalam proses pendidikan. Pendidik memiliki tugas
mendidik dan mengajar. Dalam arti lain pendidik memiliki tugas untuk memberi dasar-dasar dari
corak kehidupan yang akan datang. Kesalahan seorang pendidik dalam proses pendidikan akan
berakibat fatal terhadap peserta didik meskipun dampaknya tidak secara langsung.

Seorang pendidik harus memiliki profesionalitas dalam menjalankan tugasnya. Pendidik


memiliki prinsip-prinsip profesionalisme antara lain, profesi pendidik merupakan profesi yang
berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Menuntut komitmen tinggi terhadap
mutu [pendidikan, iman dan taqwa serta akhlak mulia. Adanya latar belakang pendidikan yang
relevan. Memiliki kompetensi sesuai bidang dan menuntut tanggung jawab tinggi.
Dewasa ini banyak organisasi profesi pendidik atau guru yang mewadahi para guru
seperti PGRI, PGII dan SGI. Organisasi tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai proteksi
untuk melindungi guru serta dinamisator dan motivator dalam rangka mengembangkan
anggotanya.

BAB VI

Isi, Metode, Alat dan Lingkungan Pendidikan

Isi pendidikan merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik. Isi
pendidikan antara lain nilai kemanusiaan, pengetahuan dan keterampilan.salah satu parameter
keberhasilan pendidikan adalah integralisasi nilai dalam beberapa tahapyakni kognitif,afektif,
kognatif dan praktik.

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan. Metode
pendidikan adalah suatu cara yang dipakai oleh pendidik untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan. Metode pendidikan berkaitan dengan bentuk pendidikan. Terdapat beberapa bentuk
pendidikan, yaitu pendidikan otoriter dimana pendidik menjadi pihak primer yang berkuasa
sedangkan peserta didik menempati pihak sekunder. Pendidikan liberal menekankan pada
kebebasan individu. Anak akan diberi kedaulatan untuk mencapai kebebasan. Pendidikan
demokratis, dimana peserta didik dan pendidik menempati posisi yang seimbang.

Dalam pendidikan dibutuhkan alat pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan.


Alat pendidikan berupa alat pendidikan yang bersifat tindakan contohnya teladan, menasehati,
membimbing dan lain-lain. Alat pendidikan yang bersifat kebendaan contohnya alat peraga, buku
pelajaran, buku tulis, alat tulis dan sebagainya.

Lingkungan pendidikan merupakan sesuatu diluar individu. Lingkungan pendidikan


meliputi lingkungan fisik, budaya dan sosial. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan
pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan organisasi.
BAB VII

Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan sepanjang hayat atau yang biasa disebut pendidikan seumur hidup mulai
menjadi aktual sejak dilontarkan oleh UNESCO sebagai pandangan pendidikan yang
mengantisipasi peru bahan yang ada dalam masyarakat. Arti pendidikan sepanjang hayat yaitu
pendidikan tidaka akan berhenti sampai seseorang menjadi dewasa. Majunya ilmu dan teknologi
menjadi salah satu faktor adanya pendidikan sepanjang masa, karena ilmu dan teknologi masuk
kedalam aspek kehidupan masyarakat.wadah bagi pendidikan sepanjang hayat yaitu sekolah,
pendidikan luar sekolah dan sumber informasi baik berita, buku, media cetak dan sebagainya.

BAB VII

Ki Hajar Dewantara: Peletak Dasar Pendidikan Nasional

R.M Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta pada hari Kamis Legi tanggal 2 Mei
1889 merupakan putra ke-4 dari Pangeran Suryaningrat, putra tertua dari Sri Paku Alam III. R.M
Soewardi dari kecil memiliki watak yang independen, non-konformis dan merakyat. Beliau tidak
menyukai adat dhodhok-sembah. Beliau juga melanggar aturan keraton Sultan bahwa batik
parang rusak tidak boleh digunakan untuk orang awam.

Jiwa Soewardi sangat peka terhadap keadaan lingkungannya, terutama mengenai


kehidupan kerabat istana. Keadaan ekonomi yang sangat menyolok, keterbatasan hak yang
dimiliki rakyat awam dan ketimpangan lainnya menimbulkan sikapnprotes dalam hati Soewardi
yang kemudian membuat sifat kerakyatan dan revolusionernya tumbuh. Soewardi selalu
tergelitik hatinya untuk melakukan perubahan dalam peri kehidupan bangsanya.

Soewardi bersama dengan Dr. Tjipto Mangunkusoemo dan Dr. Douwes Dekker yang
dikenal dengan tiga serangkai pada tahun 1912 mendirikan Indische Partji (IP) beraksi untuk
Indonesia merdeka dan berdaulat. Aktivitas politiknya dalam Budi Utomo, Sarekat Islam dan IP
memuncak dalam kritik yang berjudul buku “Seandainya Aku Seorang Belanda” yang
merupakan reaksi terhadap rencana Gabermen untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan
Belanda.
Di dalam tulisannya Soewardi, memberi tamparan keras kepada sangkara murka
penjajah. Kata-kata kritikannya disampaikan dengan baik tanpa kata kasar ataupun memaki.
Namun kemudian Soewardi diasingkan ke Bangka, Dr. Tjipto Mangunkusoemo ke Banda Neira
dan Dr. Douwes Dekker ke Timur Kupang. Pada akhirnya mereka dibolehkan pergi ke Belanda.

Pada tanggal 3 Juli 1922 Soewardi dan kawan-kawan mendirikan Lembaga Pendidikan
Nasional Taman Siswa. Secara khusus, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan Taman Siswa
sebagai “Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat, yang menggunakan
pendidikan dalam arti luas sebagai saranya. Dengan demikian wajarlah kiranya bahwa
perjuangan Taman Siswa, juga tidak mungkin lepas dari permasalahan budaya tersebut”.

Pada tanggal 19 November 1956 Ki Hajar Dewantara diberi gelar Doctor Honoris Causa
dalam Ilmu Kebudayaan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada. Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budipekerti,
pikiran dan jasmani anak-anak. Beliau juga menyampaikan bahwa pendidikan nasional ialah
pendidikan yang berdasarkan garis hidup bangsanya.

Anda mungkin juga menyukai