Religious Skills sebagai dialektika Ilmu Barat (Sekuler) dengan Ilmu Agama
Religious skills adalah kemampuan untuk mengaitkan materi pelajaran
dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Religious skills sangat penting bagi siswa karena dalam kehidupan sehari-hari siswa harus melakukan kegiatan berlandaskan pada agamanya. Namun, pemerintah menghapuskan religious skills dalam kurikulum 2013 revisi tahun 2017 pada semua mata pelajaran kecuali Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Padahal, religious skills tidak hanya menjadi beban bagi Pendidikan Agama, karena di dalamnya, siswa tidak bisa mendapatkan religous skills secara utuh apalagi Pendidikan Agama cenderung hanya mengajarkan tentang ibadah. Penghapusan religious skills ini dapat dimaklumi apabila dalam pelaksanaannya, religious skills hanya dilaksanakan dalam bentuk berdo’a ketika akan memulai dan mengakhiri pelajaran. Akan tetapi, yang dimaksud religious skills bukan hanya demikian. Dalam pelaksanaannya, religious skills harus dapat membuat siswa mengaitkan segala kegiatan dan pengetahuan dengan agama.
Contoh dari religious skills tercermin dalam Pancasila sebagaimana sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dimana sila pertama menjiwai sila-sila lainnya, yang artinya agama menjadi landasan dalam menjalankan kehidupan serta dalam mempelajari ilmu duniawi yang sering diberi label sekuler. Ilmu sekuler dengan ilmu agama berkaitan erat sehingga siswa harus bisa mengaitkan keduanya. Ilmu sekuler mengajarkan kita berpikir logis, sistematis, kritis, kritis, analisis, dan evaluatif. Pada tahap evaluatif kita bisa mengaitkan ilmu sekuler dengan ilmu agama dalam rangka memberi makna pada pengetahuan. Dengan demikian, penghapusan religious skills dalam Kurikulum 2013 Revisi merupakan sebuah kesalahan. Memang dalam Kurikulum 2013 tetap mempertahankan keterampilan religius dalam kompetensi intinya, namun guru tidak mengembangkannya dalam perangkat pembelajaran karena dapat menambah beban guru. Hal ini dapat diatasi apabila buku pelajaran disusun berdasarkan nilai-nilai religius dan sosial.