Anda di halaman 1dari 12

Laporan Hasil Observasi

Candi Sambisari dan Candi Plaosan Lor

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa
Hindu Buddha

Dosen pengampu:

1. Diana Trisnawat, S.Pd., M.Pd.


2. Drs. Muhamad Nur Rokhman, M.Pd.

Disusun oleh:

Kanaya Arfinsa Damayanti (18406241052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Candi Sambisari

Nama pemandu : 1. Santi


2. Indah
Lokasi : Jl Candi Sambisari, Purwomatani, Kalasan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Hari/Tanggal observasi : Sabtu, 09 Maret 2019

Candi merupakan salah satu bangunan bersejarah yang banyak di


temukan di Indonesia, tidak terkecuali di Yogyakarta. Di Yogyakarta
ditembukan banyak bangunan candi seprti Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi
Sambisari dan masih banyak lagi. Bangunan candi dulu digunakan sebagai
tempat beribadah bagi Agama Hindu dan Buddha. Karena kegunaannya
sebagai tempat beribadah, dalam membangun candi harus memperhatikan
teknis tertentu.

Candi merupakan bangunan yang tidak berdiri sendiri, terdapat aspek


lingkungan dan pwmahaman keagamaan. Candi dibuat menyatu dengan
alam. Dalam kitab India tentang pembuatan candi disebutkan bahwa candi
harus dibangun di tempat yang dekat dengan sumber air dan tempat yang
memiliki tanah yang subur seperti sawah atau ladang. Hal ini dikarenakan
setelah candi dibangun, candi tersebut harus dihidupkan. Dulu, warga
menghidupkan candi menggunakan hasil sawah mereka. Hasil sawah
tersebut dibuat menjadi sesajen dan diletakkan di dalam candi. Sebenarnya,
membangun candi tidak harus dekat sekali dengan sumber air yang penting
candi tersebut bisa dialiri air. Ada beberapa candi yang dibangun jauh dari
sumber air seperti Cadas dan Candi Ijo. Namun, ada pendapat yang
menyebutkan bahwa mereka menyimpan air di dalam kendi-kendi. Candi
Sambisari termasuk candi yang letaknya dekat dengan sumber air.
Candi Sambisari merupakan candi yang terletak di Desa Purwotani,
Kecamatan Kalasan, KAbupaten Sleman, Yogyakarta. Candi Sambisari
merupakan candi yang bercorak Hindu Syiwa yang dibuktikan dengan
adanya relief keluarga Syiwa didinding candi. Candi Sambisari diperkirakan
dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi Sambisari ditemukan oleh seorang
petani yang sedang mencangkul di ladangnya.

Candi Sambisari terletak dibawah permukaan tanah sehingga candi ini


tidak terlihat dari kejauhan. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa dulu
Candi Sambisari berada di atas permukaan tanah, namun akhirnya tertimbun
oleh tanah, pasir dan material vulkanik lainnya akibat meletusnya Gunung
Merapi. Karena letaknya dibawah, Candi Sambisari beberapa kali terkena
banjir. Untuk melindungi candi agar aman dari banjir, di sebelah utara
terdapat penutup untuk menahan air. Candi Sambisari beberapa kali telah
mengalami pemugaran.

Pemugaran candi dilakukan oleh para tukang bangunan biasa dibantu


para arkeolog dan steler yang bertugas mencari susunan atau bagain candi
sebelum direkonstruksi. Dalam merekonstruksi 1 candi dibutuhkan waktu
minimal 1 tahun. Hal ini dikarenakan dalam merekonstruksi, para seteler
harus mencari bagian candi yang terpisah kemudian menomorinya agar
memudahkan pada saat menyusunnya. Batu yang sudah ditemukan
bagiannya disusun, namun jika pada saat penyusunan terdapat batu yang
tidak ditemukan bagiannya, maka batu tersebut dibuatkan batu tiruan. Bagian
candi yang menggunakan batu tiruan diberi tanda titik agar mudah
membedakan antara batu yang asli dengan batu tiruan. Bangunan candi
yang ditemukan kurang dari 70% tidak dapat dibangun.

Candi Sambisari terdiri dari satu candi induk atau candi utama dan tiga
candi perwara. Candi perwara merupakan candi kecil di depan candi utama.
Candi Sambisari memiliki tiga proteksi atau pagar, namun hanya dua pagar
yang dibuka, karena jika pagar yang paling luar dibuka dibutuhkan lahan
yang lebih luas dan kemungkinan bisa menggusur rumah warga. Candi
Sambisari dibangun menggunakan batu andesit.

Tubuh candi berbentu bujursangkar. Tubuh candi berdiri diatas batur


candi. Antara batur candi dengan tubuh candi terdapat selasar yang
digunakan sebagai pijakan. Kaki Candi Sambisari polos, namun dibagian
dinding luar candi terdapat ukiran atau relief flora dan fauna. Relief pada
Candi Sambisari tidak berbentuk cerita tetapi hanya hiasan saja. Di depan
pintu masuk terdapat tangga yang menuju ke selasar candi. Pada tangga
terdapat kala mekara sebagai penjaga. Kala merupakan raksasa yang
menyermkan sedangkan mekara merupakan hewan mitologi Hindu,
gabungan antara hewan darat, air dan udara. Disetiap candi terdapat profil
candi, yaitu lekukan yang ada di candi. Terdapat juga genta atau lonceng.

Ada istilah mikroposmos dan makroposmos. Mikroposmos merupakan


candi dan sesuatu untuk memanggil dewa-dewa agar datang. Sedangkan
makroposmos merupakan seluruh alam semesta beserta isinya dan dewa-
dewa itu sendiri.

Ketika memasuki Candi Sambisari terdapat Nandi. Nandi adalah


hewan tunggangan Syiwa yang berupa lembu. Ada juga kotak peripih atau
harta karun candi. Seperti namanya, kota peripih berbentuk kotak. Di dalam
kotak peripih berisi unsur-unsur alam seperti tanah, udara, panas atau api
dan air. Api yang terdapat di dalam kotak peripih digantika dengan abu hewan
sehingga ketika ditemukan, candi dikaitkan dengan pemakaman. Ada juga
biji-bijian. Kotak peripih dibuat sekuat mungkin agar dapat menahan udara,
karena udara di dalam kotak peripih tidak boleh sampai keluar. candi-candi
kecil disekitar candi utama disebut mandala candi. Mandala candi digunakan
untuk memanggil dewa-dewa agar datang ketika upacara pradaksina.
Upacara pradaksian adalah ritual mengelilingi candi searah jarum jam.
Mandala candi juga berfungsi sebagai tempat singgah bagi para dewa.

Dibagian dinding luar candi terdapat arca-arca. Dibagian dinding


selatan terdapat arca Agastya. Agastya disebut sebagai resi atau guru
keluarga Syiwa. Agastya adalah resi yang menyebarkan agama Hindu ke
selatan sehingga letaknya selalu di selatan. Ciri-ciri Agastya adalah perutnya
buncit, memiliki janggut, terdapat kendi disamping arca dan duduk di lapi
arca. Dibagian timur dinding terdapat arca Ganesha. Ganesha merupakan
anak dari Syiwa dan Parwati. Dalam mitologi Hindu, pada saat Syiwa pergi,
Parwati tiba-tiba mengandung Ganesha ketika sedang mandi dan
menggosok badannya. Setelah Syiwa pulang dan ingin bertemu Parwati
Ganesha menghalanginya. Syiwa yang tidak tahu jika Ganesha adalah anak
Parwati kemudian memenggal kepala Ganesha. Parwati mengatakan kepada
Syiwa jika Ganesha adalah anaknya kemudian dia pergi mencari kepala
hewan untuk menggantikan kepala Ganesha yang terpenggal. Hewan yang
pertama Parwati temui adalah gajah, kemudian dia memenggal kepala gajah
tersebut dan kepala gajah tersebut digunakan untuk menggantikan kepala
Ganesha. Ganesha disebut sebagai dewa ilmu pengetahuan. Ciri-ciri
Ganesha adalah berkepala gajah, hanya memiliki satu gading, membawa
mangkuk dan belalainya masuk kedalam mangkuk untuk menyerap ilmu
pengetahuan. Dibagian utara terdapat arca Durga. Durga merupakan dewa
kematian. Ciri-ciri Durga yaitu ada lembu nandi, ada banyak senjata dan ada
manusia kecil yang bernama Asura. Asura merupakan raksasa yang
dikalahkan oleh Durga kemudian menjadi kecil.

Bagian atas arca disebut anteviks. Dibagian samping candi terdapat


lingkaran batu yang disebut umpa. Umpa merupakan batu yang digunakan
sebagai dasar penyangga yang terbuat dari kayu dan sebagainya. Ada yang
menyebutkan bahwa dulunya ada bagian nonpermanen dari Candi Sambisari
yang terbuat dari kayu, entah itu atap atau yang lainnya karena terdapat
umpa.

Di dalam Candi Sambisari atau candi Hindu lainnya terdapat


linggayoni. Linggayoni berasal dari kata lingga yang artinya puncak dan yoni
yang artinya kotak. Linggayoni adalah tempat yang digunakan untuk
mengalirkan air suci. Ada yang menyebutkan bahwa linggayoni merupakan
simbol keperawanan dan keperjakaan. Linggayoni harus ada di candi Hindu
sebagai representasi Dewa Syiwa. Dewa Syiwa muncul di candi dengan
masuk kedalam linggayoni. Dalam agama Hindu, dewa dapat mengeluarkan
kekuatannya dengan maksimal apabila bersama dengan saktinya, yaitu
istrinya sendiri. Linggayoni inilah perwujudan Syiwa dan Parwati.
Candi Plaosan Lor

Nama pemandu : 1. Santi


2. Indah
Lokasi : Jl Candi Plaosan, Plaosan Lor, Bugisan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Lokasi observasi : Sabtu, 09 Maret 2019

Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan,


Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Terdapat dua komplek candi, yaitu Candi
Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Yang akan dibahas di sini adalah
Candi Plaosan Lor. Candi Plaosan Lor merupakan salah satu candi di Jawa
Tengah yang bercorak Buddha Mahayana karena candi ini memiliki stupa.
Ciri-ciri candi yang bercorak Buddha salah satunya adalah memiliki stupa.
Namun, ada yang mengatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun dengan
dua latar belakang agama, yaitu Hindu dan Buddha.

Candi Plaosan Lor diperkirakan selesai dibangun sekitar abad ke-9


Masehi. Para ahli berpendapat bahwa Candi Plaosan Lor selesai dibangun
pada masa Rakai Pikatan dari kerajaan Mataram Hindu. Namun ada yang
berpendapat bahwa candi ini dibangun oleh seorang putri raja yang
menganut Agama Buddha kemudian menikah dengan Rakai Pikatan yang
menganut Agama Hindu.

Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama dan tiga lapis candi
perwara. Lingkar atau lapis pertama berbentuk Hindu dan lapis berikutnya
berbentuk stupa yang merupakan ciri-ciri candi bercorak Buddha. Disekitar
candi utama terdapat banyak sekali candi perwara dengan kondisi yang
berbeda-beda. Ada candi yang sudah tersusun sempurna, ada yang masih
setengah jadi, ada yang baru berbentuk tumpukan batu, ada juga yang dalam
kondisi hancur. Disetiap bangunan candi kecil terdapat tulisan nama raja
yang menunjukkan candi tersebut merupakan persembahannya. Tulisan
pada candi tersebut menggunakan tulisan jawa kuno. Dikomplek Candi
Plaosan Lor sedang ada pemugaran, namun pada saat kami melakukan
observasi tidak ada kegiatan pemuaran, hanya ada tenda-tenda.

Diluar bangunan candi, terdapat parit yang mengelilingi kompleks


candi. Bahkan parit tersebut tidak hanya mengelilingi Candi Plaosan Lor
tetapi juga Candi Plaosan Kidul. Parit tersebut diperkirakan sebagai sumber
air yang digunakan untuk mengairi sawah yang ada disekeliling candi.

Seperti yang disebutkan sebelumnya Candi Plaosan Lor memiliki dua


candi utama. Candi Plaosan Lor memiliki keunikan yaitu, bangunan utama
bagian selatan seluruh arca merupakan arca dewa laki-laki termasuk arca
yang ada didinding candi semuanya adalah laki-laki. Sedangkan bangunan
utama bagian utara seluruh arca besar merupakan dewa laki-laki namun arca
yang ada di dinding candi semuanya adalah perempuan.

Di pelataran candi juga terdapat sebuah teras persegi yang mirip


seperti panggung. Di panggung tersebut diperkirakan dulu terdapat bangunan
nonpermanen dari kayu karena terdapat umpa. Dibangunan tersebut juga
terdapat banyak arca. Arca tersebut seharusnya berjajar menurut urutan dari
dewa yang paling rendah hingga dewa yang paling tinggi. Namun, arca-arca
tersebut sekarang berjajar secara acak.

Pada saat memasuki candi utama terdapat tangga menuju candi


utama. Seperti candi-candi lainnya, tangga di Candi Plaosan Lor juga dihiasi
oleh kala dan mekara. Kala berada di pinggiran tangga sedangkan mekara
menghiasi ambang pintu masuk candi utama. Di bangunan Candi Plaosan
Lor banyak yang menggunakan batu tiruan tetapi tidak diberi tanda titik.
Kaki candi polos tidak bermotif, namun pada dinding candi terdapat
ukiran yang sangat halus dan indah. Seperti Candi Sambisari, Candi Plaosan
Lor juga memiliki relief candi yang tidak berbentuk cerita. Relief di dinding
Candi Plaosan Lor hanya sebuah hiasan. Relief tersebut berupa manusia,
flora dan fauna. Relief hewan yang paling banyak saya lihat adalah burung.
Relief yang ada di candi utama bagian utara adalah perempuan yang berdiri.
Perempuan pada relief ini memiliki usnisa, yaitu cepol rambut. Dibagian candi
juga terdapat hafraw berbentuk selengah lingkaran yang menandakan candi
khas Buddha.

Bangunan candi utama diperkirakan ada dua lantai. Lantai dua


menggunakan lantai dari kayu. Lantai kayu tersebut sekarang sudah tidak
ada, namun masih terlihat alur bekas menata lantai. Terdapat juga umpa
yang mungkin digunakan sebagai dasar tangga untuk naik keatas. Di dalam
bangunan candi utama terdapat enam bilik. Tiga bilik di lantai satu dan tiga
bilik di lantai dua. Disetiap bilik terdapat tiga buah arca besar. Kedua arca di
kanan dan kiri masih ada, namun arca yang di tengah sudah tidak ada. Arca
yang ada juga sebagian kepalanya sudah hilang, bisa jadi kepala arca di curi
atau tidak ditemukan. Kepala arca tidak diganti karena harganya yang mahal.
Dibagian dinding terdapat relief perempuan (utara)dan laki-laki (selatan).
Disalah satu bilik terdapat relief laki-laki yang memakai pakaian dan topi
seperti pakaian Timur Tengah. Terdapat relung yang kosong, relung tersebut
mungkin dulu tempat untuk meletakkan penerangan atau bisa juga untuk
meletakkan arca kecil.

Sulit mengidentifikasi arca pada candi yang bercorak Buddha, karena


arca yang ada merupakan arca minor. Sebenarnya dalam Agama Buddha
tidak ada dewa atau dewi yang disembah meskipun penganut Buddha
percaya pada sesuatu yang mungkin di agama lain disebut Tuhan. Namun,
dalam perkembangannya muncul adanya dewa-dewa yang mereka sembah.
Dalam Agama Buddha Bodhisatwa masih berbentuk manusia karena mereka
memakai perhiasan.

Identifikasi arca sebatas mengetahui arca tersebut seorang dewa atau


orang biasa. Arca atau relief dewa jika dibagian belakang arca ada praba
mandala atau senderan arca, ada motif api disekeliling praba mandala yang
melambangkan arca tersebut adalah tokoh suci serta ada penanda seperti
bulan sabit yang menandakan arca tersebut merupakan perwujudan dewa
apa. Jika dibelakang relief tidak ada praba mandala, maka relief tersebut
adalah orang biasa. Jika relief tersebut dipayungi, maka mereka adalah
orang penting atau orang yang dihormati.

Di dalam Candi Plaosan Lor juga terdapat arca Avalukitaswara.


Avalukitaswara yang sebenarnya merupakan dewa laki-laki. Avalukitaswara
digambarkan memiliki sifat dan peragai yang lemah lembut dan keibuan
seperti perempuan. Karena sifatnya yang seperti perempuan, di China
dibuatlah arca Avalukitaswara perempuan. Ada arca dewa Amitaba, yaitu
dewa yang bisa digambarkan manusia dengan tingkatan yang paling tinggi.
Kemudian ada juga Bhodisatwa Mon yang sebenarnya sudah memiliki
tingkatan yang tinggi dan sudah dapat menjadi Buddha, namun dia memilih
untuk tinggal di bumi untuk menemani manusia sampai ke nirwana.

Secara umum, perawatan candi sama. Candi dibersihkan


menggunakan sikat yang terbuat dari kawat. Cara membersihkannya adalah
dengan menggosoknya secara berlahan agar batu tidak aus. Arca yang ada
di candi juga tidak boleh dipegang untuk menghindari arca aus.
Lampiran
Candi Sambisari

Gambar 1. Candi Sambisari Gambar 2. Jaladwara

Gambar 3. Nandi Gambar 4. Lingga


Lampiran
Candi Plaosan Lor

Gambar 1. Candi Utama Plaosan Lor Gambar 2. Arca sikap


Waramudra

Gambar 3. Arca Buddha

Anda mungkin juga menyukai