PENERBIT
MUSEUM BHARUGANO WUNA
Tahun 2022
ISBN : 978-623-6760-13-0
KATA PENGANTAR
Kami menyadari jika didalam penyusunan buku ini masih memiliki banyak
kekurangan dan semoga bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan
penerbitan mendatang. Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan
data Sejarah Muna, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi
maupun masyarakat luas..
Kepala,
I. Pendahuluan
Bentang alam Pulau Muna menampakan ribuan bukit-bukit atau kubah karst,
memperlihatkan lansekap yang indah dengan etalase gua-gua di ketinggian dan
diameter yang bervariasi dan mengukir kawasan ini menjadi formasi karst, yang
dahulu kala merupakan dasar laut dangkal. Peristiwa tektonik kemudian
memunculkan dasar laut kepermukaan.
Dalam catatan arkeologis, gambar cadas atau seni cadas, adalah yang paling
mudah diakses sebagai data budaya. Gambar cadas ini menangkap imajinasi kita,
Melalui gambar-gambar ini, kita bisa melihat cara kerjanya pikiran manusia dan
pemahaman seniman tentang dunia di sekelilingnya, namun demikian, kita jauh dari
dunia pada waktunya. Arkeolog merekonstruksi masa lalu dari kehidupan dan
aktivitas manusia prasejarah yang menghuni gua dengan manusia modern masa
sekarang dengan melihat pola masa lalu dicocokkan dengan pola sekarang, yang
terlihat di masyarakat.
Pada awal penelitian tentang gambar cadas yang merupakan gambar cadas
tertua, atau seni gua prasejarah yang paling awal ditemukan di antara gambar cadas
gua El Castillo di Cantabria, Spanyol. Gambar-gambar ini masing-masing
penanggalannya antara 39.000 SM dan 35.500 SM dengan menggunakan
radiocarbon.
Naluri penulis sebagai arkeolog ketika melihat gambar cadas adalah mencoba
memahami gambar cadas, siapa yang menciptakan, yang jelas adalah sebagai
'tanda buatan manusia yang diletakkan di dinding dan langit-langit gua alam.
Perkiraan penulis, hal tersebut tergantung pada konteks di mana gambar cadas
dibuat dan untuk tujuan apa. Apakah kita dapat memiliki petunjuk tentang itu?
penulis tidak tahu tetapi kecenderungan dapat dipercaya ada dimensi artistik dalam
banyak pengamatan gambar cadas Muna.
Kajian etnografi untuk wilayah Muna sangat jarang yang menulis dalam artikel
khusus untuk situs gua-gua prasejarah di Desa Liang Kobori, dan penulis
menggunakan pendekatan saja dan membandingkan dengan gambar cadas yang
sama yang berada di tempat lain sebagai sumber untuk dokumentasi etnografi awal
yang mencakup informasi tentang gesture, postur dan figur sebagai sistem makna.
Gambar cadas Muna pada dasarnya adalah dua dimensi, dan untuk penulisan
ini, masing-masing gambar diperlakukan sebagai unit informasi, sebagai contoh yang
berkaitan dengan gerakan termasuk tarian, upacara, aturan budaya dan pola yang
terjadi pada data etnografi.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin,
yaitu art yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai
suatu kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian
seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan)
manusia. Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah
Penulis berpikir hal itu tergantung pada konteks di mana gambar cadas dibuat
dan untuk tujuan apa. Apakah kita dapat memiliki petunjuk tentang itu? Penulis tidak
tahu tetapi hal tersebut masih cenderung percaya ada dimensi artistik dalam banyak
kasus.Sangat menarik, ada beberapa pemahamam dengan tesis yang sama. Penulis
ingin menunjukkan beberapa teori yang dapat digunakan. Pada awalnya, penulis
termotivasi dengan pemikiran arkeologi, estetika, dan seni rupa.
1. If we would like to find some sorts of art comparing to ours age, that are collected
and represented in the Galleries or Museums, we would definitely not find any,
and we could say, that prehistory was without art.
2. But if we thing about some decorated clothes, sculptures or other cult paintings
as a Works of Art,than we could speak about prehistoric art. So there is the point.
Terjemahan bebasnya:
1. Jika kita ingin menemukan beberapa jenis seni dibandingkan dengan usia kita,
yang dikumpulkan dan diwakili dalam Galeri atau Museum, kita pasti tidak akan
menemukannya, dan kita dapat mengatakan, bahwa prasejarah itu tanpa seni.
2. Tetapi jika kita memikirkan beberapa dekorasi pakaian,patung atau lukisan
kultus lain sebagai Karya Seni, maka kita dapat berbicara tentang seni
prasejarah. Jadi itulah poinnya.
Pernyataan di atas adalah pilihan pembaca bagaimana memilih, tetapi itu tidak
sepenuhnya benar. Kita harus mempertimbangkan peran dan tempat seni rupa atau
seni gua atau gambar cadas dalam sejarah seni rupa tidak sepenuhnya seni untuk
seni. Secara umum penulis dapat mengatakan gambar cadasselayaknya artefak
prasejarah.
Gambar cadas yang paling umum dan paling misterius adalah gambar cap
tangan berwarna merah, sebagai warisan budaya prasejarah. Dalam beberapa tahun
terakhir, teknik-teknik baru penanggalan gambar cadas langsung telah digunakan di
Indonesia terhadap gambar cadas gua di Maros–Pangkep dan gua-gua di
Sangkulirang, Kalimantan Timur yang menghasilkan penanggalan umur gambar
Kemunculan bahasa dalam sejarah manusia tidak jelas. Menurut beberapa ahli
bahwa homo sapiens diperkirakan berumur sekitar 200.000 tahun. Bahasa manusia
sering dianggap setidaknya berusia 100.000 tahun. Sangat sulit untuk mencoba
Dalam artikel tersebut, konvergensi bunyi dan gambar inilah yang juga disebut
sebagai "transfer informasi modalitas", konvergensi informasi pendengaran dan seni
visual yang, menurut para penulis, "memungkinkan manusia prasejarah untuk
meningkatkan kemampuan mereka menyampaikan simbolik. berpikir." Kombinasi
suara dan gambar adalah salah satu hal yang menjadi ciri bahasa manusia saat ini,
bersama dengan aspek simbolis dan kemampuannya untuk menghasilkan kalimat
baru tanpa batas. Miyagawa juga mengatakan bahwa seni gua adalah bagian dari
paket dalam hal bagaimana homo sapiens datang untuk memiliki proses kognitif
tingkat tinggi ini, Proses kognitif dimiliki oleh setiap manusia sangat konkret yang
mengubah sinyal akustik menjadi representasi mental dan mengeksternalisasikannya
sebagai visual."
Seniman gua Pulau Muna sejak penghunian dan bertempat tinggal dalam gua
menciptakan berbagai gambar figuratif dan abstrak. Gambar-gambar naturalistik
kebanyakan menggambarkan adegan berburu, atau pengaturan gambar hewan
seperti, kuda, rusa, sapi, reptile, ikan, burung dan mahluk juga muncul seperti
Gambar cadas atau seni gua pertama kali ditemukan pada abad ke-19, dan
segera orang mulai mencari penjelasan. Yang pertama, dan untuk waktu yang lama
paling populer, adalah "seni untuk seni" Seperti namanya, idenya adalah bahwa seni
gua adalah menikmati sendiri bagi para pembuatnya. Banyak seniman juga
menganut filosofi ini, dengan alasan bahwa seni harus dibuat untuk kepentingannya
sendiri. Ini juga terbungkus dalam ide-ide mereka tentang superioritas manusia,
menyarankan kita hebat karena kita memiliki percikan kreatif. Seni adalah hasil yang
tak terhindarkan.
Sejak abad ke-19 ide ini tidak disukai lagi, mengingat banyaknya usaha yang
dilakukan orang-orang dalam bidang ini. Mereka menciptakan perancah untuk
mencapai area tinggi, berkelana ke area yang dalam, gelap dan berbahaya (yang
melibatkan penemuan lampu minyak) dan banyak lagi. Jelas, banyak yang
berpendapat, mereka berinvestasi terlalu banyak pada karya seni ini hanya untuk itu
menjadi gambar yang tak berarti (doodle).
Batu kapur yang membukit dan berlobang di Kecamatan Lohia yang dikenal
sebagai tempat hunian gua adalah salah satu dari lebih dari 38 situs seni cadas
prasejarah yang ditemukan oleh masyarakat, para peneliti dan tim survey BPCB.
Gua dan ceruk bersama gambar cadasnya memberi kesan seperti galeri alam, dan
seni gua itu ada di dinding dan langit-langit. Motif gambar cadas di Munayang
terbanyak adalah gambar manusia, dan kedua gambar hewan (kuda, rusa, anjing).
Gambar manusia dengan beberapa figur dan hewan membentuk dekoratif. Penelitian
dan pengambilan sampel pertanggalan terhadap gambar cadas oleh peneliti Max
Hubler dari Griffith University Australia dan kebetulan penulis ikut serta kegiatan ini di
gua Metanduno dan gua Pominsa di kawasan gua prasejarah Desa Liang Kabori
pada bulan juni 2019 untuk mengetahui umur absolutnya, sampai saat menulis
artikel ini belum ada hasil pemeriksaan dari laboratorium di Australia.
A. Figur Manusia
Setiap gambar manusia diidentifikasi dari titik artikulasi seperti bahu, siku,
pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Tubuh diperlakukan sebagai satu unit tunggal
dengan tiga posisi yang mungkin, vertikal, horizontal dan terbalik. Oleh karena itu,
penggambaran grafis dari gua-gua Pulau Muna dalam tampilan gestural akan
menjadi grafis. Lengan atas, lengan bawah, atas dan kaki bagian bawah adalah unit
artikulasi yang terpisah. (lihat gambar di bawah). Gambar segitiga didefinisikan oleh
garis tubuh segitiga, yang dapat diisi dengan padat atau kosong. Garis besarnya
juga bisa 'terbuka' dalam apa yang disebut sebagai sosok bertubuh terbuka segitiga.
jarinya, apakah mereka mewakili orang atau roh atau keduanya tidak dikenal.
Adegan perburuan hewan adalah subjek utama dalam gambar cadas Muna.
Beberapa ahli arkeologi pada awalnya mengatakan bahwa gambar cadas tersebut
sengaja dibuat untuk maksud magis artinya jika hewan yang digambar akan
memberipertolongan dengan mudah ditangkap hewan tersebut. Hewan pada waktu
itu adalah subjek utama dalam gambar seperti foto di bawah ini menunjukkan gaya
sangat bervariasi.
Tidak semua dinding dan langit-langit gua memiliki gambar tetapi beberapa di antaranya penuh dengan
lukisan binatang. (Foto: Gambar Gua Metanduno)
Gambar perahu kuno dan beberapa manusiamenggunakan layar, dayung dan galah atau tongkat untuk
mendorong , di Gua Prasejarah Pulau Muna
Begitu nenek moyang awal kita berkembang ke 'titik tertentu, mereka mulai
membuat karya seni. Objek seni paling awal mungkin ada telah dibuat untuk tujuan
kepercayaan. Dalam banyak kasus, seni mungkin telah dikaitkan dengan sihir.
Dalam cara berpikir hari ini, seorang seniman menghasilkan seni untuk
mengekspresikan ide, pemikiran, atau perasaan pribadi. Tapi benda seni masa
prasejarah adalah bagian dari ritual dan upacara yang berkaitan dengan kelahiran,
kematian, dan kesuburan. Para seniman menghadapi masalah dan kesulitan yang
sama seperti orang-orang lain dalam kelompok mereka. Dalam masyarakat kecil
seperti di gua prasejarah Muna, tidak mungkin ada orang yang hanya didedikasikan
untuk seni. Gambar cadas sebagai karya seni prasejarah pertama mungkin memiliki
tujuan kepercayaan dan magis. Mereka tidak dibuat hanya untuk ekspresi pribadi.
tetapi sebagai bagian dari ritual yang diasosiasikan dengan kelahiran, kematian, dan
kesuburan.
E. Kehidupan Sosial
Menggambarkan
Kelompok berburu dengan
antropomorik bersenjata Beradu menggunakan senjata perisai dan
menggunakan senjata tombak dan
dengan pergelangan pedang
pedang.
bertekuk
Hewan pada waktu itu adalah subjek utama dalam gambar. Para seniman
prasejarah penghuni gua di Kawasan karst Desa Liang Kobori memilih ruang untuk
menggambakan hewan mengambil tempat di kedalaman, kegelapan atau kelegaan
dalam mewarnainya membentuk gambar yang diinginkan.Salah satu kamar paling
menarik di Gua Metanduno adalah tempat gambar sapi yang cukup besar kurang
lebih 2 meter panjangnya.
Subjek yang paling umum dalam lukisan guadi Muna adalah hewan, seperti
kuda, anjing dan rusa sebagai spesies yang paling sering diburu oleh manusia, dan
spesies kuda adalah yang paling umum ditemukan hampir semua gua dengan
berbagai figur dan juga dikendarai.Gambar adegan berburu berlimpah. Pada saat
yang sama perburuan seperti rusa di daerah Pulau Muna sampai tahun 1970an
masyarakat Suku Muna masih melakukan perburuan menggunakan kuda dan anjing.
Gambar rusa adalah hewan lokal yang banyak ditampilkan di gambar cadas Muna.
Tetapi ada juga adegan kehidupan sehari-hari, seperti memancing, navigasi, dan
upacara ritual. Bahkan ada adegan bertani. Sosok-sosok itu digambar di dinding atau
langit-langit gua berwarna coklat, baik sebagian atau seluruhnya. Gambar-gambar
rusa di Muna sangat penasaran yaitu fitur: sisi rusa dan rusa kadang-kadang
disilangkan.
Masalah dalam penulisan ini adalah pemahaman tentang tradisi gambar cadas Pulau
Muna dan studi etnoarkeologi, dan sampai saat ini peran gambar cadas dalam
konteks etnografi belum dilihat secara mendalam untuk interpretasi gambar cadas,
tapi tetap memperhitungkan bahasan hubungan antara gambar cadas tersebut dan
kehidupan masyarakat Muna saat ini.
Penulis lebih mempelajari produksi gambar cadas Pulau Muna sebagai data variabel
yang berkaitan dengan kreativitas seni lukis, bersifat representasional, ekspresif dan
aktivitas masyarakat penghuni gua yang dipengaruhi oleh konteks sosial-budaya
Di banyak masyarakat pra-literasi dulu dan sekarang gambar cadas telah digunakan
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, kepercayaan, pengetahuan
leluhur, tradisi, identitas, aturan, cerita, perilaku sosial atau hukum. Melalui perspektif
etno-arkeologis berdasarkan gambar cadas kita dapat mengeksplorasi berbagai
fungsi seni, bagaimana informasi budaya tertanam dalam citra dan yang lebih
penting, sejauh mana informasi tersebut dapat diterjemahkan oleh orang yang belum
tahu atau orang luar ke budaya yang menghasilkan seni.
Beberapa ahli arkeologi maupun non arkelogi yang minat terhadap gambar cadas
prasejarah mengatakan bahwa gambar cadas di Kawasan Liang Kobori adalah
media visual yang digunakan oleh masyarakat pra-literasi dulu sebagai bentuk
komunikasi dan pertukaran informasi non-verbal. Selama beberapa generasi telah
digunakan untuk menggambarkan cerita atau untuk secara grafis mewakili berbagai
jenis informasi budaya untuk mendidik, mengingatkan, mengatur, dan sebagainya.
Penggambaran motif figuratif yang diilhami oleh sumber-sumber objek nyata dapat
memungkinkan pembacaan literal seni (yaitu identifikasi literal motif sebagai "rusa,
kambing, manusia" atau aksi "adegan perang, tarian, sebuah upacara, adegan
berburu). Namun, Sebagai contoh, gambar rusa dapat mewakili mangsa, tetapi itu
1. Barbara Olins Alpert, The Creative Ice Age Brain: Cave Art in the Light of
Neuroscience (New York: Foundation 20 21, 2008), 186-190. (PDF Book/E Publish)
2. Paul Ricoeur, Hermeneutics and Human Sciences, ed. and trans. John B. Thompson
(Cambridge: Cambridge University Press, 1981).(PDF Book/E Publish)
3. Ian Hodder, Theory and Practice in Archaeology, London and New York: Routldge,
1992,
4. EH Gombrich, Story Art, Phaidon Press,1995 (PDF Book/E Publish)
5. Bahn, P. 1998. The Cambridge Illustrated History of Prehistoric Art. Cambridge:
Cambridge University Press
6. White, R. H., (2003). Prehistoric Art: the Symbolic Journey of Humankind. New York:
Harry N. Abrams.
7. Hodgson, D., 2019. The origin, significance, and development of the earliest
geometric patterns in the archaeological record. Journal of Archaeological Science:
Reports, 24, pp.588-592.
8. Changizi, M.A., Zhang, Q., Ye, H. and Shimojo, S., 2006. The structures of letters and
symbols throughout human history are selected to match those found in objects in
natural scenes. The American Naturalist, 167(5), pp.E117-E139.
9. Straffon, L.M., 2019. Evolution and the Origins of Visual Art: An Archaeological
Perspective. In Handbook of Evolutionary Research in Archaeology (pp. 407-435).
Springer, Cham.
Raja Muna La Eli juga sering disebut Bheteno Ne Tombula, nama lainnya
adalah Baiduzzaman. Beliau merupakan Raja Muna pertama. Tidak ada informasi
yang pasti dari mana beliau berasal, ada versi menyebut dari Luwu, ada versi dari
Arab Melayu dan ada versi dari Jawa. Wa Tandiabe ( We Tenri Abeng ) juga disebut
Sangke Palangga adalah istri dari La Eli. Wa Tandiabe berasal dari Luwu Sulawesi
Selatan ,adalah putri dari Raja Luwu Batara Lattu yang juga merupakan saudara
kembar dari Sawerigading.
La Eli dan Wa Tandiabe memiliki 3 orang anak yaitu, Sugi Patola, Runtu Wulou
dan Wa Kilambibito. Sugi Patola akhirnya menjadi Raja Muna yang ke-2, Runtu
Wulou kembali ke Luwu dan menjadi Raja Luwu dan Wa Kilambibito menikah
dengan La Singkaghabu anak dari Mieno Wamelai La Balano. La Singkaghabu
akhirnya menjadi Kamokulano Tongkuno yang pertama.
5. Sugi Laende
“Noch suchen die juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht” (para ahli
hukum masih mencari tentang apa defenisi). Apa yang diungkapkan oleh Immanuel
Kant tersebut disebabkan hukum merupakan sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu,
pertanyaan tentang apakah hukum, senantiasa merupakan pertanyaan yang
jawabannya tidak mungkin satu. Dengan kata lain, persepsi orang tentang hukum itu
beraneka ragam, tergantung dari sudut mana mereka memandangnya (Ali, 2015:18).
Hukum dalam bahasa Inggris “Law”, Belanda “Recht”, Jerman “Recht”, Italia
“Dirito”, Prancis “Droit” bermakna aturan (Syahrani, 2013:19). Terminology menurut
black‟s law dictionary hukumdalam arti umum adalah keseluruhan peraturan
bertindak atauberperilaku yang ditentukan oleh kekuasaan pengendali,
danmempunyai kekuatan sah bersifat mengikat; atau hukumadalah apa yang harus
ditaati dan diikuti oleh warga negaradengan akibat sanksi atau konsekuensi sah.
Menurut webster‟scompact English dictionary, hukum adalah semua
peraturantingkah laku dalam suatu komunitas terorganisasi sebagai yangditegakkan
oleh yang berwenang (Safudin, 2017:2).
Defenisi-defenisi hukum seperti di atas hanyalah salah satu bentuk konkret
dari hukum atau bisa disebut sebagai hukum secara sempit (sebagai aturan). Hukum
adalah suatu ideal dan nuilai, tentang norma dan kaidah untuk menata dan
menjawab masalah masyarakat sehingga merepresentasikan keadilan (Nurhayati,
2020:2).
Pada prinsipnya hukum bersifat universal yang berkembang dengan dinamika
masyarakat sehingga hukum menjadi tatanan permasalahan seiring berkembangnya
pergaulan manusia. Sedangkan peraturan ada setelah ditetapkan oleh otoritas yang
berwenang. Peratuan (rechtsregel) adalah usaha mengeksplisitkan hukum dalam
penataan masyarakat oleh otoritas negara. Peratuan ini sifatnya lokal dengan
yurisdiksi teritorial dari otoritas itu. Hukum tidak sama dengan peraturan hukum yang
lebih luas maknanya dari peraturan, atau peraturan merupakan manifestasi dari
hukum (Slamet, 2009:4-6).
Donal Black memberikan defenisi hukum sebagai kontrol sosial dari
pemerintah (H. Salim, HS, 2010:21). Sedangkan menurut RB. Soemanto hukum
merupakan aturan baku (sebagai pedoman) yang mengatur kehidupan manusia,
yang sengaja dibuat untuk pengawasan sosial (masyarakat) (RB. Soemanto,
Tujuan Hukum
Fungsi Hukum
Untuk mencapai tujuannya, hukum harus difungsikan menurut fungsi-fungsi
tertentu. Cakupan fungsi hukum pun begitu luas, tergantung dari apa yang ingin kita
capai. Dalam perspektif pembangunan, fungsi hukum menurut Sunaryati Hartoyo
memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu: 1) hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan
keamanan, 2) hukum sebagai sarana pembangunan, 3) hukum sebagai sarana
Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu rechtsubject
atau law of subject dalam bahasa Inggris. Secara umum rechtsubject diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban, yaitu manusia dan badan hukum (Tutik.
2008:40).
Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam
hukum, khususnya dalam keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat
mempunyai wewenang hukum. Dalam lapangan hukum perdata mengenal subjek
hukum sebagai salah satu bagian dari kategori hukum yang merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan karena subjek hukum adalah konsep dan pengertian (concept
en begriff) yang mendasar (Sembiring, 2016:7).
Subjek hukum ialah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan
kewajiban dalam lalu-lintas hukum. Yang termasuk dalam pengertian subjek hukum
adalah manusia (naturlijke persoon) dan badan hukum (rechtpersoon), misalnya PT
(Perseroan Terbatas), PN (Perusahaan Negara), Yayasan, Badan-Badan
Pemerintahan dan sebagainya (Halim. 1985:29).
Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subjek hukum. Oleh karenanya dapat dikuasai oleh subjek
hukum (Simanjuntak,2015:60).
Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh subjek
hukum secara yuridis (menurut dan berdasarkan hukum). Hal itu disebabkan oleh
manfaatnya yang harus diperoleh dengan jalan hukum (objek hukum) dan tanpa
perlu berdasarkan hukum. Yaitu segala sesuatu yang dapat diperoleh secara bebas
dari alam (benda non ekonomi) seperti angin, cahaya matahari, bulan yang
pemanfaatannya tidak diatur oleh hukum. Hal-hal tersebut bukanlah termasuk objek
hukum karena benda-benda itu dapat diperoleh tanpa memerlukan pengorbanan
sehingga membebaskan subjek hukum dari kewajiban-kewajiban hukum dalam
pemanfaatannya (Arrasjid, 2004:132-133).
Menurut Soeroso objek hukum biasanya adalah benda atau zaak. Pengatuan
tentang benda atau zaak terdapat secara luas pada buku II KUHPerdata tentang
hukum kebendaan atau zaken-recht yang berasal dari hukum barat. Setelah
kemerdekaan pengetahuan tentang hukum benda dalam bab II KUHPerdata terjadi
perubahan mengenai tanah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah suatu metode dan ilmu yang merupakan cabang dari
ilmusejarah (bukan cabang dari ilmu hukum), yang mempelajari (studying),
menganalisa (analising), memverifikasi (verifiying), menginterpretasi (interpreting),
menyusundalil (settingthe clausule),dan kecenderungan (tendention), menarik
kesimpulan tertentu (hipoteting), tentang setiap fakta, konsep, kaidah, dan aturan
yang berkenaan dengan hukum yang pernah berlaku.3Baikyang secara kronologis
dan sistematis, berikut sebab akibat serta ketersentuhannya dengan apa yang
terjadi di masa kini, baik seperti yang terdapat dalam literatur, naskah, bahkan
tuturan lisan, terutama penekananya atas karakteristik keunikan fakta dan norma
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum, yang mempelajari
perkembangan dari asal usul sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan
membandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh
perbedaan waktu. Sejarah hukum ini terutama berkait dengan bangkitnya suatu
pemikiran dalam hukum yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861). Dalam studi
sejarah hukum ditekankan mengenai hukum suatu bangsa merupakan suatu
ekspresi jiwa yang bersangkutan dan oleh karenanya senantiasa yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan ini terletak pada karakteristik pertumbuhan yang
dialami oleh masing-masing sistem hukum. Apabila dikatakan bahwa sistem hukum
itu tumbuh, maka yang diartikan adalah hubungan yang terus menerus antara sistem
yang sekarang dengan yang lalu. Apalagi dapat diterima bahwa hukum sekarang
berasal dari yang sebelumnya atau hukum pada masa-masa lampau, maka hal itu
berarti, bahwa hukum yang sekarang dibentuk oleh proses- proses yang berlangsung
pada masa lampau (Soedjono Dirdjosisworo).4
a. kuatnya pengaruh ajaran hukum alam yang modern maupun yang klasik,
tentang hukum hanya yang terjadi saat ini saja, sebagaimana yang tertulis
dalam undang-undang yang diperintahkan penguasa.
Secara terminologi asal kata adat memiliki dua pandangan, ada yang
mengatakan bahwa kata ada berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
“kebiasaan”. Ada juga yang menyatakan bahwa frasa adat berasal dari Bahasa
Sansekerta yang serdiri dari dua kata: “a” berarti “tidak” dan “dato” yang memiliki arti
“sesuatu yang bersifat kebenaran”.
Dalam beberapa literatur, sepakat menuliskan bahwa hukum adat pertama kali
dikemukaka oleh Snouck Hurgrounje dalam bukunya yang berjudul “de Atjehers
(Aceh)”. Dalam karyanya tersebut Snouck menyatakan bahwa hukum rakyat
Indonesia adalah tidak dikodifikasikan atau tidak dibukukan. Hal ini kemudian
dilanjutkna oleh Cornelis van Vollenhoven yang juga menulis buku tentang hukum
adat (adat recht) yang berjudul “Adat Recht van Nederlandsch Indie (Hukum Adat
Hindia Belanda)” pada tahun 1901-1933 dan “De Ontgekking van het Adatrecht”.
Istilah adat recht oleh van Vollenhoven digunakan secara teknis yuridis.
A. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten Muna. Beberapa informasi
dan bahan hukum diverifikasi secara langsung agar data yang dihasilkan menjadi
lebih obyektif.
B. Pendekatan Masalah
Untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin, maka peneliti perlu
mengadakan pendekatan masalah. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan
masalah yaitu langkah-langkah pendekatan untuk meneliti, melihat, menyatakan dan
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan dalam menjawab permasalahan
pada penelitian ini melalui studi kepustakaan dengan cara membaca,
mengutip, mempelajari dan menelaah literature-literatur atau bahan-bahan
yang ada.
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat. Dalam
penulisan ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah:
9Ronny Hanitijo Soemito, Metodiologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990. hlm. 36
D. Analisis Data
Adapun guna analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan mengenai perihal di dalam rumusan masalah serta hal-hal yang
diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Peneliti dalam proses analisis data ini
menggunakan metode analisis kualitatif yaitu menginterprestasikan rangkaian data
yang telah tersusun ssecara sistematis menurut klasifikasinya kemudian diuraikan
dan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan memberikan pengertian terhadap data
yang dimaksud menurut kenyataan yang diperoleh di lapangan sehingga hal tersebut
benar-benar menyatakab pokok permasalah yang ada dan disusun dalam bentuk
kalimat ilmiah secara sistematis selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang
menggunakan metode indukatif, yaitu suatu metode penarikan kesimpulan
berdasarkan pada hal-hal yang khusus untuk ditarik kesimpulan secara umum.
PENDUDUK
Asal-usul penduduk Kerajaan Wuna yang merupakan Suku Muna memiliki
interpertasi yang beragam. Hal ini lumrah di berbagai penjuru dunia yang bahkan
memiliki mitos yang berbeda-beda di dalam mengisahkan sejarah asal-usul
penduduknya. Lebih jauh menelisik bahwasanya sumber-sumber kebenaran yang
diyakini pada dasarnya memiliki banyak ragam. Hakikat kebenaran itu sendiri masih
menjadi hal yang debatable dalam diskrus filsafat.
Dalam berbagai tulisan tentu saja terdapat perbedaan rujukan sumber informasi
dan data yang digunakan. Ada yang bersumber dari naskah-naskah kuno, ada yang
bersumber dari tradisi lisan dengan informan yang berbeda-beda, ada yang
bersumber dari dokumen kolonial Belanda dan ada yang bersumber dari bukti-bukti
10Khudzaifah
Dimyanti dan Kelik Wrdiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas
Hukum UMS, 2004. hlm. 13
Hukum dibentuk untuk ditaati oleh setiap individu maupun kelompok. Ketaatan
tersebut bersifat wajib karena; adanya kewajiban moral (a moral obligation) untuk
menaati hukum, juga disebabkan kerena kewajiban hukum itu sendiri diasumsikan
sebagai kewajiban utama, yang dapat mengatasi setiap hal yang bertentangan
dengan preskripsi hukum. H.C Kelman menyampaikan bahwa ketaatan hukum
terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:11
1. Ketaatan compliance, yaitu orang menaati hukum atau peraturan disebabkan
oleh ancaman sanksi dari peraturan tersebut.
2. Ketaatan identification, yaitu orang yang menaati hukum hanya karena takut
hubungannya dengan orang lain menjadi terganggu.
11Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudance), Kencana, Jakarta, hlm. 348
Seorang La Ode dan walaka tidak dapat disidangkan oleh seorang hakim di
bawah tingkat ghoerano. Hal ini jelas karena pada masa lampau, semua orang dari
golongan La Odedan walaka berdiam di Kota Muna. Jadi, para kino atau
minodansarano liwu hanya dapat mengadili perkara dari golongan maradika dan
wasembali.
Selain itu, tidak ditentukan perkara-perkara mana yang harus diadilioleh
seorang hakim atau majelis tertentu. Sebagaimana telah disinggung,para tergugat
dapat memilih hakim mana yang akan mengadili mereka.Jadi, perkara-perkara yang
paling kecil dari seorang maradika atau wasembali boleh diadili oleh sarano liwu atau
syarat kampung. Suatuperkara yang diadili oleh seorang hakim tingkat atas selalu
membawadenda yang lebih tinggi, karena setiap hakim terikat pada ketentuan-
ketentuanpemberian denda. Umpamanya, seorang ghoerano tidak biasmemberi
KEWENANGAN MENGADILI
Perkawinan
Adat Perkawinan di Muna awalnya ditandai dengan acara pertunangan yang
pada dasarnyabukan hanya untuk menyatakan bahwa kedua calon (si gadis dan si
pemuda) itutidak bebas lagi, namun mereka telah terikat karena suatu
perjanjian.Memutuskan perjanjian mempunyai konsekuensi atau akibat
keuanganyang merugikan bagi pihak yang bersalah.
Persetujuan ini dibuat oleh ayah kedua calon tersebut,
tanpamempertimbangkan apakah si gadis itu setuju atau tidak setuju dengan
sipemuda dimaksud. Bila ayah si gadis menganggap perkawinan yangdiminta ini
baik, maka si gadis harus menerimanya dan hanya biasmengelakkannya dengan
jalan melarikan diri dengan laki-laki lain dalammasa pertunangan atau mengatakan
bahwa ia tidak mau pada acaraperkawinan.Sering terjadi bahwa orang tua si gadis
berusaha memperpanjangmasa pertunangan selama mungkin, agar sebanyak
mungkin menikmatipaniwi atau feompu. Biasanya diberi alasan, bahwa si gadis
belum dewasasehingga perkawinan belum bisa dilaksanakan.
Seperti yang dipahami bahwa dalam sistem pemerintahan Kerajaan Muna
dikenal beberapa istilah yakni La Ode, walaka dan maradika untuk melambangkan
golongan/kasta seseorang. Ketiga golongan tersebut juga memiliki perbedaan dalam
pelaksanaan upacara perkawinan. La Niampe, La Aso dan Syahrul dalam bukunya
16Jimly Asshiddiqir, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 21
17Ibid.
Pemilihan Di Wuna
Setiap wilayah baik itu yang berbentuk negara, provinsi, kabupaten/kota dan
seterusnya akan dipimpin oleh satu atau beberapa orang untuk menjalankan roda
pemerintahan wilayah tersebut. Penentuan pemimpin tersebut pada dasarnya dapat
dilakukan dengan berbagai metode akan tetapi, modrn ini pemilihan pemimpin untuk
suatu wilayah dilakukan secara demokratis. Khususnya di Wuna pemilihan pemimpin
dapat dilihat dalam dua (2) lingkup, yaitu: Pemilihan Pemimpin dan Pemilihan Raja
atau Omputo.
1. Pemilihan Pemimpin
Pemilihan pemimpin di Muna secara demokratis berdasarkan
penggolongannya dalam masyarakat dimulai pada masa pemerintahan raja
Muna Titakono dan bhonto bhalano pertama bernama La Marati sekitar akhir
21Ibid. hlm. 31
Buku
Ali, Achmad, 2015, Menguak Tabir Hukum Edisi Kedua, Prenadamedia Group,
Jakarta.
Arrasjid, Chainur, 2004, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, SinarGrafika, Jakarta.
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka,
Jakarta.
Entah, Aloysiur, 1989, Hukum Perdata (Suatu Perbandingan Ringkas),Liberty,
Yogyakarta.
Erwin, Muhammad, 2019, Filsafat Hukum Refleksi Terhadap Hukum dan Hukum
Indonesia (dalam Dimensi Ide dan Aplikasi)Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
H. Salim, HS, 2010, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Halim, A. Ridwan, 1985, Hukum Perdata dalam Tanya Jawab Cetakan Kedua, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Hartono, C.F.G Sunaryati, 1985, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia,
Binacipta, Bandung.
Is, Muhammad Sadi, 2015, Pengantar Ilmu Hukum,Prenadamedia Group, Jakarta.
La Niampe, La Aso, dan Syahrun, 2018, Wuna Anaghaini, Oceania Press, Kendari.
Mertokusumo, Sudikno, 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Edisi Revisi,
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2013, Hukum Perdata Indonesia, cetakan ke-V, PT Citra
AdityaBakti, Bandung.
Natadimaja, Haumiati, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Orangdan Hukum
Benda, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Neni Sri Imaniyati, 2009, Hukum Bisnis: Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan
Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kerajaan Muna sebagai kerajaan otonom dan berdaulat pada prinsipnya tidak
menutup diridari dunia luar. Hal ini terkait dengan karakter masyarakat Muna yang
sifatnya terbuka terhadap dunia luar, namun memiliki filter budaya dan jati diri yang
kuat. Karakter keterbukaan itu tercermin dalam tipe bahasa Muna sebagai bahasa
vokalis dan bersifat terbuka. Palmer (1996:13-23) menyatakan bahwa bahasa dan
cara pandang masyarakat pemakainya memiliki hubungan yang erat. Oleh karena
bahasa merupakan pengejawantahan pengalaman, pengetahuan, dan cara pandang
pemakainya terhadap realitas (Duranti, 1997: 11), maka bahasa merupakan refleksi
terhadap sikap dan karakter pemakainya.
Melalui bukti-bukti dan fakta-fakta sejarah yang ada, Kerajaan Muna melakukan
kontak dengan dunia luar, baik di ranah sosial, ekonomi dan perdagangan,maupun di
ranah politik,bahkan di ranah siar agama (Islam). Bahkan berdirinya kerajaan Muna
merupakan hasil kerjasama antara rombongan pendatang dari Melayu (Mieno
Wamelai) dengan penduduk setempat (indigenous people). Rombongan pendatang
dari Melayu (Mieno Wamelai) diperkirakan datang ke daerah Muna pada abad ke -
13. Tentu saja sebelum kedatangan mereka, daerah Muna telah dihuni oleh
masyarakat lokal (indigenous people). Penduduk local masyarakat Muna menurut
Tamburaka (1989:12-15) adalah ras Austro- Melanesoid, mereka datang ke Muna
sekitar tahun 2.000 Sebelum Masehi melalui jalur Selatan. Lukisan –lukisan gua di
Muna juga memberi pandangan lain tentang peradaban Muna yang diperkirakan
puluhan ribu tahun yang lalu.
Berikut ini adalah uraian mengenai hubungan Kerajan Muna dengan bangsa
Eropa dan hubungan Kerajaan Muna dengan kerajaan lain di Nusantara, termasuk
hubungan Kerajaan Muna dengan Kerajaan Buton.
1. Hubungan Kerajaan Muna dengan Bangsa Eropa
1.1 Hubungan Kerajaan Muna dengan Bangsa Portugis
Tidak banyak referensi yang memberitakan hubungan antara masyarakat
Muna dengan bangsa Portugis pada zaman dahulu, utamanya pada masa kerajaan.
Gambar Batu Pelantikan Raja Muna, Lubangnya Berbentuk Telapak Kaki Kanan.
Mesjid pertama di Kota Wuna saat ini telah tiada. Bangunan mesjid tersebut
dibuat dari bahan-bahan yang tidak permanen sehingga tidak dapat bertahan lama.
Masjid tersebut dibangun pada abad XVI di zaman pemerintahan Raja La Posasu
yang dipimpin pembangunannya oleh Kamokulano Tongkuno La Kolumpe. Bekas
lokasi bangunan mesjid tersebut masih tampak jelas karena tanahnya tertutup oleh
pasir sehingga tidak ditumbuhi rumput. Gambar di bawah ini adalah lokasi b mesjid
pertama di Kota Wuna. angunanLokasi itu berada di ketinggian, bila berdiri di tempat
itu, tampak jelas bahwa pulau Muna dikelilingi oleh laut. Lokasi itu memanjang
arahtimur-barat, denganu kuran sekitar 7 m x 14 m. Di ujung bagian Barat dan
bagian Selatan, tanahnya seakan-akan berbatasan langsung dengan jurang, namun
ditumbuh ipepohonan. Hal itu menandakan bahwa lokas iitu berada di puncak.
Ada lubang kecil yang terdapat di lokasi bekas bangunan mesjid di Kota
Wuna. Lubang itu dikelilingi oleh batu-batu kecil. Lubang itu adalah bekas tiang
mimbar mesjid. Hingga saat ini lubang itu masih ada.
Batu pelantikan Raja Buton saat ini disimpan di dalam kaca dan disimpan di
Mesjid Keraton Buton. Tempat pelantikan Raja Buton, juga di pelataran belakang
Mesjid Keraton Buton. Raja yang dilantik dan disumpah oleh Dewan Sara Buton juga
menghadap masjid sekaligus menghadap arah kiblat. Namun batu pelantikan Raja
Buton dimitoskan oleh masyarakat Buton. Menurut mereka, di masjid Keraton Buton
ada lubang yang misterius. Dari lubang itu terdengar suara azan di masjid Al Haram
Mekah. Tentu saja mitos ini tidak dapat diterim asecara logika.
Batu pelantikan Raja Muna dan Raja Buton yang lubangnya berbentuk telapak
kaki kanan (Kerajaan Muna) dan telapak kaki kiri (Kerajaan Buton) merupakan
symbol persaudaraan kedua kerajaan tersebut yang tidak bias dipisahkan. Kaki kiri
dan kaki kanan tidak bias dipisahkan, selalu beriringan dan bergantian melangkah
kedepan. Hal ini adalah symbol persaudaraan Kerajan Muna dan Kerajaan Buton,
bagaikan kaki kanan dan kaki kiri yang tidak bias dipisahkan. Kedua Kerajaaan Muna
dan Buton beriringan melangkah kedepan dalam menggapai kemajuan.
Culler, Jonathan. 1988. Literary Theory, A very Short Introduction. Oxford: Oxford
University Press
Rahman, Nurhayati. 1999. Antologi Sastra Daerah Nusantara, Cerita Rakyat Suara
Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sido Thamrin. 2019. WUNA Dalam Endapan Sejarah Dan Budaya, Kendari:
Universitas Halu Oleo Press
1. KABHANTI ( PANTUN )
Kabhanti 1
Kabhanti 3
2. NEATI ( NIAT )
Maanano
4. KATEHI
5. KATANGKA
Suano okatangkaa ane sabutuno mina nopulu tabeahano okatangka dofintara
neadhati neagama bhisara nentanaasi kumotughunano sakotughuhano wambano
Qurani nokongkilo peda kangkilo we lalo pedakangkilo tee wawo.Taaka suano
okangkiloa ane sabutuno nekadiu, neesabo, neekunde, nesuawi,
neegunti.Tabeahano okangkilo nongkilomo fitutapi badhano.
Nongkilo mata : mokesano maka nimasighoondo foworano
Nongkilo pongke : moilaono pongke maka nimasighondo fofetingkeno
Nongkilo nee : mowonduno nee maka nimasighoondo fofewonono
Nongkilo wubha : pobhoasano mokesa bhisara nentanaasi maka
nirempoghoono adhati bhe agama
Nongkilo lima : notangka dofintara neadhati miina naembali dondia-
ndiale
Nongkilo ghaghe : mina naembali tadopunda-punda tadolumpa-dolumpa
Nongkilo lalo : neelaa wubhano lalo peda kangkilo wee lalo peda
kangkilo te wawo
Nama : ISMAIL
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 1 Raha
2. Sekolah Teknik Negeri Raha
Riwatar Pekerjaan :