Anda di halaman 1dari 9

MENGENAL SOSOK

JALALUDDIN RUMI

Agnia Prilika Riyanto


1175030008
SIAPAKAH
JALALUDDIN RUMI ?
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi
al-Bakri (Rumi) lahir pada 6 Rabiul Awal 604 H (30
September 1207 M) abad 13 di Balkh, sekarang
Afghanistan (Persia).
Seorang tokoh besar sufi, penyair, dan guru tarekat
Maulawiah yang berpengaruh besar terhadap lingkungan
Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun 1648.
Ayahnya, Muhammad ibn Husyain al-Khatibi (Bahauddin
Walad) “Sulthanul Ulama”. Garis keturunannya bersambung
sampai kepada Abu Bakar Ash-Shidiq. Termasuk salah satu
sufi besar pada zamannya dan silsilah tarekatnya sampai
pada Ahmad Ghazali. Sedangkan ibunya, Mu’min Khatun
seorang ahli keluarga raja Dinasti Khwarijmi dan
merupakan keturunan Ali ibn Abi Thalib.
 Rumi -> daerah Rum <- Konya ‘Iconium Kuno’ (kini Turki).
 Nama Iconium sempat mengalami beberapa pergantian nama seperti; Claudiconium (dibawah
Kaisar Claudius, Yunani) sedangkan diganti lagi menjadi Colonia Aelia Hadriana (Kaisar
Hadrianus). Kota ini sempat dikuasai oleh para raja Pergamon pada masa Helenistik bahkan
hancur beberapa kali akibat serangan pasukan muslim pada masa dinasti Umayyah dan
Abbasiyah dibawah pemerintahan Byzantin.
 Pada awal abad 13, Balkh menjadi pusat intelektual kajian, praktik pembelajaran
dan perdagangan yang tumbuh begitu pesat namun kondisi sosial-politik saat itu
memaksa terjadinya perubahan besar karena adanya penyerbuan besar pada 1220
M, diserbu, diruntuhkan dan dibumihanguskan oleh tentara Mongol.
 Beberapa tahun sebelum kerajaaan Khwarizmi itu ditaklukan, keluarga Rumi pindah
ke Khurasan dan melakukan perjalanan, mereka singgah di Nisyapur hingga
akhirnya sampai di wilayah Anatolia Tengah di Larnada, Turki. Disana Rumi
menikahi seorang gadis muda asal Samarkand bernama Jauhar Khatun.
BahauddinWalad

SayyidBurhanuddinMuhaqqiqat-Tirmidzi

SyamsuddinTabrizi
GURU-GURU
DAN MURID SalahuddinFaridunZarkub

Husamuddin Khalabi
HusamuddinChelebi.
SISI KESASTRAWANAN
• Rumi memberi pengaruh besar pada perkembangan sastra masa Abasiyah melalui karya-karya besarnya.
Rumi dianggap salah satu yang berhasil mengungguli penyair sufi lainnya ditinjau dari syairnya dan cakupan
makna sufistik yang terkandung didalamnya. Gaya penulisan Rumi yang diperlihatkan oleh para penyair
sufi besar yakni sana’I dan aththar banyak dikembangkan dalam karya besarnya Matsnawi.
• Rumi mampu memaknai segala hal dan menunjukan ketidakpeduliannya akan hal kepaduan logis,
bertentangan dengan kaidah, istilah-istilah umum serta pelukisan yang sulit dimengerti namun berasal dari
sesuatu yang sederhana. Didalamnya mengandung berbagai kisah menarik penuh dengan nilai-nilai sufisitik
dan membawa pesan penting perihal kehidupan.
• Setiap pandangan Rumi yang diungkapkannya baik dalam bentuk puisi maupun prosa diarahkan guna
mengembangkan kecerdasan spiritual manusia.
• Oleh karena itu sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai religius dan perilaku yang mulia. Rumi sebagai
seorang tokoh sastrawan, penyair, ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu keagamaan dan tasawuf ini
dalam menuangkan karyanya tidak lepas dari proses perjalanan spiritualnya sendiri.
Matsnawi-iMa`nawi

Diwan-iSyams-iTabriz

Fihimafihi KARYA-KARYA
JALALUDDIN
Rubba’iyat
RUMI
Makatib

Majalis-iSab’ah
CONTOH ANALISIS KARYA
Diwan-i Syams-i Tabriz dan Matsnawi menjadi karya-karya monumental
Jalaluddin Rumi ini muncul setelah kepergian gurunya Syams.

Rumi bersyair,
Ketahuilah, dengan kepergianmu jiwa dan imanku tercabik.
Hatiku yang malang tak lagi kuat dan sabar.
Janganlah bertanya tentang wajah pucatku, hatiku yang gundah,
atau jiwaku yang terbakar.
Lihat sendiri, tak ada kekuatan kata yang dapat memperjelas semua ini.
Aneh, ke manakah perginya sang penghancur hati ?
Aneh, ke manakah sang pohon siprus pergi ?
Dia mengguyur kita seperti lilin dengan cahayanya;
tenggelam dalam udara tipis, Meninggalkan kita! Ke mana perginya?
Mahabbah (kecintaan)

Cinta bagaikan sayap


dengannya manusia terbang di angkasa
menggerakkan ikan menuju jala sang nelayan
menghantar si kaya meraih bintang di langit ketujuh
Cinta berjalan di gunung
maka gunungpun bergoyang menari
(JL. R : 1707)

Anda mungkin juga menyukai