NIM: 06021381722070
Naskah ini, sesuai namanya (gelumpai) terdiri dari bilah-bilah bambu dan mengggunakan
Aksara Kaganga atau huruf Ulu. Gelumpai memiliki beberapa hal yang menarik. Tetapi di antara
hal-hal yang menarik itu, ada hal yang istimewa, teks naskah ini tidak menggunakan Bahasa-
bahasa lokal atau bahasa-bahasa yang dalam istilah sarjana-sarjana Barat seperti Helfrich,
Voorhoeve, dan Salzner sebagai Midden-Maleisch atau Melayu-Tengah. Bahasa-bahasa yang
masuk dalam kompleks Melayu-Tengah ini antara lain bahasabahasa Pasemah, Serawai, Kaur,
Semendo, Makakau, Lembak Bliti, Lembak, Lembaak Sindang, Ogan, Lematang, dan Musi.
Selain itu dapat ditambahkan beberapa bahasa lain yang menggunakan aksara Kaganga ini yaitu
Bahasa Lampung, Komering, dan Kerinci.
d. Jumlah Teks 1
g. Bahan : Bambu
i. Kondisi : Baik
n. Aksara : Rencang/Ka-Ga-Nga
o. Jenis Huruf :-
p. Panjang Bilah : 30 cm
q. Lebar Bilah : 5 cm
r. Areal/ruas teks : P 28 cm X L 5 cm
Foto Bilah 1
Salinan Bilah 1
1. Transliterasi Teks
Bilah 1
Badagaa bumi badagung jojok ayun mbabar cari ra agung
2. Terjemahan Teks
Bilah 1
Terciptalah bumi (…) yang agung
Foto Bilah 2
Salinan Bilah 2
3. Transliterasi Teks
Bilah 2
Rincang batanye dimane sipat taradiri dimane ni nyawe
4. Terjemahan Teks
Bilah 2
Saya bertanya dimana sipat diri dimana sipat nyawa
Foto Bilah 3
Salinan Bilah 3
5. Transliterasi Teks
Bilah 3
Nyawe banar la ujar nga warang lamun ujar tatiyang kini
6. Terjemahan Teks
Bilah 3
Foto Bilah 4
Salinan Bilah 4
7. Transliterasi Teks
Bilah 4
8. Terjemahan Teks
Bilah 4
Foto Bilah 5
Salinan Bilah 5
9. Transliterasi Teks
Bilah 5
Bilah 5
Adapun unsur-unsur strukturalisme ada tiga pokok jenis karya sastra adalah; (a)
dalam Prosa terdiri tema, peristiwa/kejadian, latar/setting, penokohan/perwatakan,
alur/plot, sudut padang, dan gaya bahasa. (b) Dalam Puisi terdiri dari tema, stilitika/gaya
bahasa, imajinasi/daya bayang, rime/irama, rima/persajakan, diksi/pilihaan kata, simbol,
nada. (c) Sedangkan pada Drama (drama teks) terdiri; tema, dialog, peristiwa/kejadian,
latar/setting, penokohan/perwatakan, alur/plot dan gaya bahasa.
Analisis Naskah Kuno “Gelumpai” berdasarkan Teori Sastra
Strukturalisme.
Dalam teori struktural, bagian yang dianalisis meliputi tema, tokoh, alur, latar serta sudut
pandang. Tema merupakan gagasan utama pada sebuah cerita, tokoh merupakan pelaku
cerita. Istilah tokoh menunjuk kepada pelaku cerita, karakter menunjuk pada perwatakan
tokoh, sedangkan penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan tokoh dalam
sebuah cerita. Yang dimaksud dengan latar yakni tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra, kemudian sudut pandang yakni titik pengisahan dalam karya sastra.
a. Tema
Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1995:67), tema adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita. tema hendaknya memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Interpretasi yang baik hendaknya selalu menpertimbangkan berbagai detail
menonjol dalam sebuah cerita. Kriteria ini adalah yang paling penting.
2. Interpretasi yang baik hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita
yang saling berkontradiksi.
3. Interpretasi yang baik hendaknya tidak sepenuhnya tidak bergantung pada bukti-
bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya secara implisit).
4. Terakhir, interpretasi yang dihasilkan hendaknya diujarkan secara jelas oleh cerita
bersangkutan
Tema dari naskah ini adalah Keagamaan.
Hal ini dapat dibuktikan dari terjemahan naskah yang menjelaskan bahwa tokoh
“aku” akan membuktikan rasa terimakasihnya atas bumi dan langit yang diciptakan oleh
yang maha kuasa.
Dalam Alqur‟an makna dari naskah gelumpai memiliki kaitan dengan surah As-
Sajdah ayat ke 4 yang mempunyai arti:
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua
tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah
kamu tidak memperhatikannya ?”.51
Naskah gelumpai dan Alqur‟an mempunyai makna yang sama yakni menjelaskan
bahwa Allah SWT yang menciptakan alam semesta, Allah SWT adalah Ia yang Agung
yang dapat menciptakan bumi dan langit.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan. Tokoh menurut Nurgiyantoro (1995:173) adalah pelaku,
sekaligus penderita kejadian dan penentu perkembangan cerita baik itu dalam cara
berfikir, bersikap, berperasaan, berperilaku, dan bertindak secara verbal maupun non
verbal. Adapun Aminuddin (2000:80-81) menambahkan bahwasanya dalam memahami
watak tokoh utama, pembaca dapat menelusurinya lewat (1) tuturan pengarang terhadap
karakteristik pelakunya, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran
lingkungannya maupun cara berpakaian, (3) menunjukkan bagaimana prilakunya, (4)
melihat bagaimana tokoh it berbicara tentang dirinya, (5) memahami bagaimana jalan
pikirannya, (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat
bagaimana tokoh lain berbicara dengannya, (8) melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain
itu memberikan reaksi terhadapnya, dan (9 melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi
tokoh yang lainnya. Sedangkan Menurut Sayuti (2000:89- 111) cara pengarang
menggambarkan tokoh dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan berbagai metode, (1)
metode diskursif/langsung, (2) metode dramatis, (3) metode kontekstual, dan (3) metode
campuran.
Tokoh dan Penokohan dalam naskah ini yaitu, tokoh “Aku” dan “guru”.
Penokohannya, Protagonis. Protagonis adalah tokoh yang memerankan peran
baik. Pada naskah ini, tokoh “aku” selalu memperhatikan sekitarnya. Dia selalu
bertanya kepada gurunya tentang apa yang harus diperbuat oleh diri yang selalu
dijawab yang perlu diperbuat yaitu bertapakur, bersyahadat, 55 dan sholat lima
waktu.
c. Sudut Pandang
Menurut Hartoko & Rahmanto (1986:18) sudut pandang adalah kedudukan atau
tempat atau posisi berpijak juru cerita terhadap ceritanya atau darimana melihat
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari sudut pandang pengarang
inilah pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya. Sudut pandang
dalam suatu novel mempersoalkan (1) siapakah narator dalam cerita dan apa serta
bagaimana relasinya dengan seluruh proses tindak tanduk tokoh, (2) bagaimana
pandangan hidup penulis terhadap masalah yang digarapnya. Sudut pandang ini
dipakai untuk melihat seluruh persoalan guna menentukan sikap dan juga
pemecahannya. Sudut pandang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua pola
utama, yaitu orang pertama (first person), atau gaya “aku” dan sudut pandang orang
ketiga (third person) atau gaya “dia” (Nurgiyantoro, 1995:249).
Sudut pandang dalam naskah ini adalah sudut pandang orang pertama.
Karena menggunakan kata ganti “Aku” pada tokoh utama cerita.
d. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
berupa nilai- nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan
selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun
rancangan cerita. Pesan atau amanat dalam sebuah tulisan tidak selalu tersurat (jelas),
tapi bisa juga tersirat (tersembunyi). Amanat tersurat adalah amanat yang dijelaskan
dalam kata-kata sebuah tulisan. Sedangkan, amanat tersirat adalah amanat yang tidak
dijelaskan secara tertulis, tetapi dapat diketahui pembaca melalui alur cerita dalam
tulisan.pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-
nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan selalu
didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun
rancangan cerita.
Amanat yang terdapat dalam naskah ini adalah, naskah gelumpai ini
berisikan dialog antara guru dengan murid atau kaum muda dengan kaum tua.
Dialog pada naskah gelumpai ini memiliki isi atau kisah-kisah yang mempunyai
makna yang memberikan nilai keagamaan yang mulai tergerus seiring
perubahan aman. Naskah dijadikan media untuk berdakwah oleh Ulama-ulama
pada masa itu.
Amanat yang terkandung dalam naskah gelumpai ini mengandung nilai-nilai
agama Islam. Didalam naskah gelumpai peti dijelaskan bahwa manusia
diajarkan untuk bertapakur, bersyahadat, dan sholat lima waktu. Hal ini
merupakan bukti bahwa pada masa itu masyarakat Sumatera Selatan sudah
sedikit mengenal agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA