Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah peradaban tidak akan terlepas dari masa lampau yang mengandung
banyak sejarah serta peninggalan-peninggalan berharga yang mengidentifikasikan tinggi
rendahnya sebuah peradaban. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat berupa prasasti-
prasasti, naskah-naskah kuno, maupun peninggalan-peninggalan lain yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji peninggalan-
peninggalan sejarah tersebut. Studi filologi merupakan studi yang sangat signifikan
dalam mengkaji warisan budaya yang tersebar diberbagai belahan dunia. Studi filologi
berkonsentrasi pada pengkajian terhadap naskah-naskah kuno. Naskah-naskah kuno
tersebut tersebar dipelbagai belahan dunia dan sangat disayangkan jika tidak diteliti dan
dikaji.
Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya akan peninggalan budaya masa
lampau. Salah satu diantaranya adalah peninggalan dalam bentuk naskah-naskah lama
dengan tulisan tangan. Naskah peninggalan masa lampau tersebut dapat dijumpai
hampir di setiap daerah dalam bentuk jumlah yang tidak sedikit dan jenisnya sangat
bervarisai. Keselurahan naskah-naskah lama yang terkenal dari daerah di wilayah
Nusantara itu dikenal dengan sebutan naskah kuno nusantara.
Naskah kuno mengandung berbagai informasi penting yang harus diungkap dan
disampaikan kepada masyarakat. Tetapi, naskah-naskah kuno yang ada di Nusantara
biasanya ditulis dalam aksara non-Latin dan bahasa daerah. Hal ini menjadi kesulitan
tersendiri dalam memahami naskah. Salah satu cara untuk mengungkap dan
menyamapaikan informasi yang terkandung di dalam naskah kepada masyarakat adalah
melalui penelitian filologi.
Dalam makalah ini, naskah kuno dengan judul “Renungan Pagi Hari” akan di
analisis menggunakan salah satu teori sastra, yaitu teori struktural. Teori struktural
merupakan sebuah teori sastra yang digunakan untuk menganalisis karya sastra
berdasarkan strukturnya. Teori ini menggunakan pendekatan objektif yang mamandang
karya sastra bersifat otonom dan terlepas dari pembaca maupun pengarangnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dengan Teori Sastra Strukturalisme?
2. Bagaimana terjemahan Naskah Kuno “Renunganku di Pagi Hari”?
3. Apakah yang terkandung dalam Naskah Kuno “Renunganku di Pagi Hari”
berdasarkan teori sastra strukturalisme?
4. Bagaimana hasil rekonstruksi teks naskah kuno “Renunganku di Pagi Hari”?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pembahasan mengenai Teori Sastra
Strukturalisme.
2. Untuk mengetahui terjemahan isi Naskah Kuno “Renunganku di Pagi Hari”
3. Mengetahui isi dan struktur yang terkandung dalam Naskah Kuno “Renunganku
di Pagi Hari” berdasarkan teori sastra strukturalisme.
4. Untuk mengetahui hasil rekonstruksi teks naskah kuno “Renunganku di Pagi
Hari”
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Sastra Strukturalisme


Teori struktural merupakan sebuah teori sastra yang digunakan untuk
menganalisis karya sastra berdasarkan strukturnya. Teori ini menggunakan
pendekatan objektif yang mamandang karya sastra bersifat otonom dan terlepas
dari pembaca maupun pengarangnya.
Dalam teori struktural, bagian yang dianalisis meliputi tema, tokoh, alur,
latar serta sudut pandang. Tema merupakan gagasan utama pada sebuah cerita,
tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah tokoh menunjuk kepada pelaku cerita,
karakter menunjuk pada perwatakan tokoh, sedangkan penokohan merupakan
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Yang dimaksud
dengan latar yakni tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra,
kemudian sudut pandang yakni titik pengisahan dalam karya sastra.
Dalam teori Strukturalisme pengkajian makna sebuah karya sastra
ditekankan pada pada karya sastra itu sendiri. Teori strukturalisme menganggap
bahwa makna yang murni dan jujur adalah makna yang sebenar-benarnya dari
sebuah karya sastra. Makna karya sastra yang jujur seharusnya terkait dengan
emosi pengarang karya sastra tersebut ketika menciptakannya. Juga tidak
berkaitan dengan dengan pembaca dalam memahami keterkaitan ceritanya.
Berdasarkan penjelasan di atas, teori sastra Strukturalisme adalah teori yang
model analisisnya secara struktural.
Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis
unsur-unsur karya. Setiap jarya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama
maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di samping sebagai
akibat ciri-ciri inheren tersebut, perbedaaan unsur juga terjadi sebagai akibat
daari perbedaaan proses resepsi pembaca. Dalam hubungan inilah karya sastra
dikatakan memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa di generalisasikan.
Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Meskipun demikian perlu
dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya,
yaitu: prosa, puisi dan drama.
Secara persis sama sebagaimana dikemukakan oleh para penemunya.
Teori ini pun dapat di tafsirkan sesuai dengan kemampuan peneliti. Teori adalah
alat. Kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu
memahami objek secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus
dinamis. Aspek statisnya adalah konsep-konsep dasar yang membangun
sekaligus membedakan suatu teori dengan teori yang lain. dalam strukturalisme,
misalnya konsep-konsep dasarnya adalah unsur-unsur, antarhubungan dan
totalitasnya. Aspek-aspek dinamisnya adalah konsep-konsep dasar itu sendiri
sesudah dikaitkan dengan hakikat objeknya. Konsep inilah yang berubah secara
terus-menerus sehingga penelitian yang satu berbeda dengan penelitian yang
lain.
Studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra
tertentu sebagai objek kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem
sastra, yaitu seperangkat konversi yang abstrak dan umum yang mengatur
hbungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut
berkaitan satu sama laindalam keseluruhan yang utuh.
Meskipun konversi yang memberntuk sistem sastra itu bersifat sosial dan
ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra struktural
beranggapan bahwa konversi tersebut dapat dilacak dan di deskripsikan dari
analisis strktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang
ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-
relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan
suatu pengetahuan tentang sistem sastra.

2.2 Hasil Analisis


Identitas Naskah
 Judul Naskah : Renunganku di Pagi Hari
 Tulisan Naskah : Arab Melayu
 Bahan Naskah : Kertas (bahan lunak)
 Jumlah Halaman : 3 halaman
 Penulis Naskah : Samsyir falajiris K.B
 Tempat Penyimpanan : Perpustakaan Masjid Agung Kota Palembang
 Kondisi Naskah : Bagus dan tulisannya jelas.
2.3 Terjemahan Naskah

Renunganku di pagi hari


Diwaktu pagi sang surya mulai keluar dari peraduannya, terdengarlah
percakapan margasatwa, di dahan-dahan dan di ranting-ranting. Yang pandai bernyanyi,
bernyanyilah dengan suara yang merdu. Yang pandai bersiul, bersiulah dengan riang
gembira. Masing-masing menunjukan kegirangannya dan rasa bahagianya kepada
pencipta, karena gelap telah bertukar dengan terang demikian sang matahari maha raja
alam itu menerangi, mengirim sinarnya keseluruh bumi memberi cahaya hidup kepada
tumbuh-tumbuhan dan cahaya kesenangan kepada hewan dan manusia.
Aku sebagai makhluk tuhan yang semalam terfokus, duduk menghadapi buku-
buku pelajaran di dalam sebuah bilik yang diterangi oleh lampu seadanya, rasanya lebih
menikmati cahaya matahari itu.
Nikmat yang diberikan tuhan itu tak mungkin aku nyatakan dengan kegirangan
hati dan gelak senyum saja, tetapi kubuktikan rasa terimakasihku itu dengan
membayarkan fardu subuh. Kusembah tuhan bukan karena dia berkehendak supaya
disembah, tetapi karena keinsafan bahwa sesungguhnya Allah itu pengasih dan
penyayang. Bukankah segala sesuatu yang ada di alam ini dari tuhan datangnya? maha
besar dan maha kuasalah Dia pencipta alam ini.
Lain halnya dengan burung yang bertengger di dahan-dahan dan di ranting-
ranting kayu yang bernyanyi dengan merdu itu dan hewan-hewan yang meninggalkan
kandangnya dan rimba tempat diamnya untuk mencari pengisi perutnya. Bak
margasatwa yang tingkatan jiwanya jauh lebih rendah, dari pada tingkatan jiwa
manusia.
Tanda terimakasih kepada yang maha kuasa itu juga berlainan dengan manusia.
Bila burung-burung melompat-lompat dari sebuah ranting ke ranting yang lain menari
dari dahan ke dahan sambil memperdengarkan senandung pagi adalah satu cara yang
menggambarkan rasa bahagianya dan terimakasihnya kepada maha pencipta. Manusia
yang disempurnakan tuhan dengan akal budinya berbuat lain dari pada itu menyatakan
terimakasih dan kebahagiaan kepada Allah yang maha kuasa itu bukan saja dengan
menyembahnya lima kali dalam sehari tetapi juga dengan menumpahkan kasih sayang
kita kepada sesama manusia. Menyembah yang maha kuasa dengan caranya masing-
masing.
(Syamsir Palajaros. Ka. Ba.)
2.4 Analisis Naskah Kuno “Renunganku di Pagi Hari” berdasarkan Teori Sastra
Strukturalisme.
Dalam teori struktural, bagian yang dianalisis meliputi tema, tokoh, alur, latar
serta sudut pandang. Tema merupakan gagasan utama pada sebuah cerita, tokoh
merupakan pelaku cerita. Istilah tokoh menunjuk kepada pelaku cerita, karakter
menunjuk pada perwatakan tokoh, sedangkan penokohan merupakan perwujudan
dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Yang dimaksud dengan latar yakni
tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra, kemudian sudut pandang
yakni titik pengisahan dalam karya sastra.
a. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat
suatu tulisan. Berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah
diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan.
Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
karangannya. Pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun.
Dalam sebuah tulisan, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun
menjadi tulisan. Akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel
itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan
ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Tema dari naskah ini adalah Keagamaan.
Hal ini dapat dibuktikan dari terjemahan naskah yang menjelaskan bahwa
tokoh “aku” akan membuktikan rasa terimakasihnya atas nikmat yang diberikan
tuhan dengan cara membayarnya dengan fardu subuh. Tokoh tersebut juga
menjelaskan jika ia menyembah tuhan karena keinsafan bahwa sesungguhnya
Allah itu maha pengasih dan maha penyayang. Disana tokoh “aku” juga
menjelaskan bahwa cara manusia bersyukur berbeda dengan burung-burung
yang bersenandung di atas ranting untuk menggambarkan rasa bahagia dan
terimakasihnya, manusia disempurnakan Allah dengan akal budinya agar
menyatakan terimakasih dan kebahagiaan kepada Allah dengan menyembahnya
lima kali dalam sehari. Atau dengan cara menyembah yang maha kuasa menurut
kepercayaan dan caranya masing-masing.
“Nikmat yang diberikan tuhan itu tak mungkin aku nyatakan dengan
kegirangan hati dan gelak senyum saja, tetapi kubuktikan rasa terimakasihku
itu dengan membayarkan fardu subuh.”
“Manusia yang disempurnakan tuhan dengan akal budinya berbuat lain
dari pada itu menyatakan terimakasih dan kebahagiaan kepada Allah yang
maha kuasa itu bukan saja dengan menyembahnya lima kali dalam sehari
tetapi juga dengan menumpahkan kasih sayang kita kepada sesama manusia.
Menyembah yang maha kuasa dengan caranya masing-masing.”

b. Tokoh dan Penokohan


Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh
pembaca kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan
yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami
peristiwa dalam cerita.
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik
keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya,
sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut
penokohan. Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan
berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya
serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan
bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut.
Tokoh dan Penokohan dalam naskah ini yaitu, tokoh “Aku”.
Penokohannya, Protagonis. Protagonis adalah tokoh yang memerankan
peran baik. Pada naskah ini, tokoh “aku” selalu memperhatikan
sekitarnya. Tokoh ini juga menunjukan kebahagiaan dan rasa syukurnya
kepada pencipta dengan cara menunaikan sholat fardu lima waktu setiap
hari.
“Manusia yang disempurnakan tuhan dengan akal budinya berbuat lain
dari pada itu menyatakan terimakasih dan kebahagiaan kepada Allah yang
maha kuasa itu bukan saja dengan menyembahnya lima kali dalam sehari”

c. Alur
Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang
disusun secara kronologis. Atau definisi alur yaitu merupakan rangkaian cerita
sejak awal hingga akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang
terdapat dalam cerita harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu
peristiwa berkaitan dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang
digambarkan dan berperan di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu
kesatuan waktu. Adapun jenis-jenis alur yang diantaranya dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) macam yaitu, alur maju, alu mundur dan alur campuran. Alur
mundur.
Alur dalam naskah ini adalah alur maju.
Karena dalam naskah ini cerita dipaparkan secara kronologis, secara runtut
dari awal, tengah, hingga akhir cerita. Dikatakan alur maju juga karena cerita
dan urutan waktunya yang mudah di pahami. Di dalam naskah juga disebutkan
‘pada waktu pagi saat sang surya mulai keluar dari peraduaanya’. Lalu beralih
ke ‘bilik yang diterangi cahaya matahari’, yang menggambarkan bahwa sang
surya telah keluar dari peraduannya dengan sempurna.
“Diwaktu pagi sang surya mulai keluar dari peraduannya, terdengarlah
percakapan margasatwa, di dahan-dahan dan di ranting-ranting. Yang
pandai bernyanyi, bernyanyilah dengan suara yang merdu. Yang pandai
bersiul, bersiulah dengan riang gembira. Masing-masing menunjukan
kegirangannya dan rasa bahagianya kepada pencipta, karena gelap telah
bertukar dengan terang demikian sang matahari maha raja alam itu
menerangi, mengirim sinarnya keseluruh bumi memberi cahaya hidup
kepada tumbuh-tumbuhan dan cahaya kesenangan kepada hewan dan
manusia.
Aku sebagai makhluk tuhan yang semalam terfokus, duduk menghadapi
buku-buku pelajaran di dalam sebuah bilik yang diterangi oleh cahaya,
rasanya lebih menikmati cahaya matahari itu.”

d. Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Atau definisi latar yang lainnya
adalah unsur intrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu serta
suasana yang terjadi pada suatu peristiwa didalam karya sastra. Atau bisa juga
latar yaitu semua keterangan, petunjuk pengaluran yang berhubungan dengan
ruang, waktu dan juga suasana. Latar diantaranya meliputi penggambaran
mengenai letak geografis, kesibukan si pelaku/tokoh, waktu berlakunya
peristiwa, lingkungan agama, musim, moral, intelektual sosial, serta emosional
si pelaku/tokoh.
Latar terbagi beberapa jenis yaitu, latar waktu, latar tempat, dan latar
suasana.
Pada naskah ini mencakup semua jenis latar yaitu latar waktu, latar
tempat dan latar suasana.
1. Latar waktu. Yaitu saat dimana tokoh ataupun si pelaku melakukan sesuatu
pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang telah terjadi. Seperti
misalnya: Pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, di zaman dulu, dimasa
depan, dan lain sebagainya.
Dalam cerita ini, latar waktu dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Diwaktu pagi sang surya mulai keluar dari peraduannya,
terdengarlah percakapan margasatwa, di dahan-dahan dan di ranting-
ranting. Yang pandai bernyanyi, bernyanyilah dengan suara yang merdu.
Yang pandai bersiul, bersiulah dengan riang gembira. Masing-masing
menunjukan kegirangannya dan rasa bahagianya kepada pencipta,
karena gelap telah bertukar dengan terang demikian sang matahari maha
raja alam itu menerangi, mengirim sinarnya keseluruh bumi memberi
cahaya hidup kepada tumbuh-tumbuhan dan cahaya kesenangan kepada
hewan dan manusia.”
2. Latar tempat. Yaitu dimana tempat tokoh atau si pelaku mengalami
kejadian atau peristiwa didalam cerita. Seperti misalnya: Didalam bangunan
tua, di sebuah gedung, di lautan, didalam hutan, di sekolah, di sebuah
pesawat, di ruang angkasa, dan lain sebagainya.
Latar tempat dalam naskah ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Aku sebagai makhluk tuhan yang semalam terfokus, duduk
menghadapi buku-buku pelajaran di dalam sebuah bilik yang diterangi
oleh lampu seadanya, rasanya lebih menikmati cahaya matahari itu.”
3. Latar suasana. Yaitu situasi apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si
pelaku malakukan sesuatu. Seperti misanya: saat galau, gembira, lelah, dan
lain sebagainya.
Latar suasana dalam naskah tersebut dapat dilihat dari kutipan
berikut:
“Nikmat yang diberikan tuhan itu tak mungkin aku nyatakan dengan
kegirangan hati dan gelak senyum saja, tetapi kubuktikan rasa
terimakasihku itu dengan membayarkan fardu subuh. Kusembah tuhan
bukan karena dia berkehendak supaya disembah, tetapi karena keinsafan
bahwa sesungguhnya Allah itu pengasih dan penyayang. Bukankah
segala sesuatu yang ada di alam ini dari tuhan datangnya? maha besar
dan maha kuasalah Dia pencipta alam ini.”

e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara bagaimana penulis cerita menempatkan
dirinya pada cerita, atau dari sudut mana penulis cerita memandang cerita
yang dibuatnya. Sudut pandang dapat dikatakan juga sebagai suatu teknik
ataupun siasat yang disengaja dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan
ceritanya. Oleh karena itu sudut pandang dapat mempengaruhi penyajian
suatu cerita dan alurnya.
Sudut pandang dalam naskah ini adalah sudut pandang orang
pertama. Karena menggunakan kata ganti “Aku” pada tokoh utama
cerita.
Seperti kutipan cerita dari naskah berikut, “Aku sebagai makhluk tuhan
yang semalam terfokus, duduk menghadapi buku-buku pelajaran di
dalam sebuah bilik yang diterangi oleh lampu seadanya, rasanya lebih
menikmati cahaya matahari itu.”
“Nikmat yang diberikan tuhan itu tak mungkin aku nyatakan dengan
kegirangan hati dan gelak senyum saja, tetapi kubuktikan rasa
terimakasihku itu dengan membayarkan fardu subuh. Kusembah tuhan
bukan karena dia berkehendak supaya disembah, tetapi karena keinsafan
bahwa sesungguhnya Allah itu pengasih dan penyayang. Bukankah
segala sesuatu yang ada di alam ini dari tuhan datangnya? maha besar
dan maha kuasalah Dia pencipta alam ini.”

f. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca berupa nilai- nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan.
Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan
penulis pada saat menyusun rancangan cerita.  Pesan atau amanat dalam
sebuah tulisan tidak selalu tersurat (jelas), tapi bisa juga tersirat
(tersembunyi). Amanat tersurat adalah amanat yang dijelaskan dalam kata-
kata sebuah tulisan. Sedangkan, amanat tersirat adalah amanat yang tidak
dijelaskan secara tertulis, tetapi dapat diketahui pembaca melalui alur cerita
dalam tulisan.pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
berupa nilai- nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan.
Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan
penulis pada saat menyusun rancangan cerita. 
Amanat yang terdapat dalam naskah ini adalah, kita harus
berterimakasih kepada maha kuasa atas ciptaan dan karunianya
dengan cara menunaikan menyembah yang maha kuasa sesuai dengan
caranya masing-masing.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa naskah kuno adalah
salah satu warisan kebudayaan yang secara nyata memberikan kepada kita semua bukti
catatan tentang kebudayaan masa lalu. Menjadi semacam potret jaman yang
menjelaskan berbagai hal yang mempunyai hubungan denga masa sekarang. Karena
nilainya yang sangat penting dan strategis maka perlu ada langkah-langkah konkret
dalam upaya penyelamatan dan pelestarian naskah tersebut.

Dalam makalah ini, naskah kuno dengan judul “Renungan Pagi Hari” akan di
analisis menggunakan salah satu teori sastra, yaitu teori struktural. Teori struktural
merupakan sebuah teori sastra yang digunakan untuk menganalisis karya sastra
berdasarkan strukturnya. Teori ini menggunakan pendekatan objektif yang mamandang
karya sastra bersifat otonom dan terlepas dari pembaca maupun pengarangnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://fastabiqulkhairat52.blogspot.co.id/2016/02/makalah-filologianalisis-
naskah-kuno.html (online) di akses tanggal 3 desember 2017 13.00 wib
https://salimudinzuhdi.wordpress.com/2014/01/09/teori-strukturalisme-dalam-
sastra/ (online) di akses tanggal 3 desember 2017 13.00 wib

Anda mungkin juga menyukai