Anda di halaman 1dari 23

KLASIFIKASI EMOSI TOKOH UTAMA VINRANZA DALAM NOVEL

“DUA HATI YANG TERLUKA” KARYA ALMAIDAH SWAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sastra

Dosen Pengampu : Muh. Khairussibyan, S.Pd., MA.

Disusun Oleh :

Nama : Silviana Umami

NIM : E1C020175

Kelas : 5G

JURUSAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Klasifikasi Emosi Tokoh Utama Vinranza Dalam Novel Dua Hati
Yang Terluka Karya Almaidah Swan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Sastra. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan pembaca dan penulis tentang teori – teori David Krech
(klasifikasi emosi) terutama dalam hal menganalisis tokoh dalam novel.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Muh. Khairussibyan, S.Pd., MA.


selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Sastra yang telah membimbing penulis untuk
menyelesaikan makalah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 3 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………...……………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………………… iii

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………….….. 5

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………….…. 6

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………...……… 6

1.4. Manfaat …………………………………………………………………………….. 7

1.5. Tinjauan Pustaka/Penelitian yang relevan …………………………………..…..…. 7

1.6. Metode Penelitian ………………………………………………………...………… 8

BAB II (LANDASAN TEORI)

2.1. Novel ………………………………………………………………………………. 9

2.2. Psikologi …………………………………………………………………………… 9

2.3. Psikologi Sastra ………………………………………………………….………… 9

2.4. Tokoh dan Penkohan .…….……………………………………….……..…..…… 10

2.5. Teori Klasifikasi Emosi David Krech ……………………….…… ………..…….. 10

BAB III (PEMBAHASAN)

3.1. Konsep Rasa Bersalah ……………………………………….……………...…….. 14

3.2. Rasa Bersalah Yang Dipendam …………………………………………….…..…. 15

3.3. Menghukum Diri Sendiri ……..…………………………..……………………..… 16

3.4. Rasa Malu …………………………………………………...………….…………. 17

3.5. Kesedihan ………………………………………………………..…………...…… 18


3.6. Kebencian ………………………………………….…,,,,,,,………………………. 19

3.7. Cinta …………………………………………………………….……...………….. 20

BAB IV (PENUTUP)

4.1. Kesimpulan …………………………………..……………………..……………… 21

4.2. Saran …………………………………………………..…………………………… 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...……………… 22

LAMPIRAN …………………………………………………………………..………… 23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Karya sastra merupakan suatu hasil dari kegiatan seni kebahasaan yang
menciptakan suatu keindahan baik secara lisan maupun tulisan. Karya sastra tidak hanya
memiliki nilai fungsi menghibur, namun juga memiliki fungsi edukasi. Fungsi edukasi
tersebut dapat berupa pelajaran hidup kepada penikmat/pembacanya. Salah satu wujud
karya sastra tulisan yang terkenal dan banyak dinikmati adalah novel. Di dalam sebuah
novel, mengandung banyak cerita tentang kehidupan dan tentu saja banyak sekali emosi
yang bisa dirasakan oleh pembaca dari berbagai tokoh yang memainkan peran di
dalamnya.

Tokoh adalah orang yang berperan di dalam cerita, atau sebagai sentral di dalam
cerita. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa tokoh adalah orang yang mengambil
bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang
digambarkan di dalam plot. Tokoh diklasifikasikan menjadi tiga bagian ; 1) Tokoh
protagonis, 2) Tokoh antagonis. Dan 3) Tokoh tritagonis (Sumardjo, 2010:144). Tokoh
sering dibuat oleh novelis untuk tujuan-tujuan lain selain tujuan eksplorasi kepribadian
dan psikologi manusia. Mereka bisa diciptakan untuk menceritakan sebuah kisah, untuk
memberi contoh suatu keyakinan, untuk mendukung simbol-simbol tertentu dalam novel,
atau sekedar untuk memperlancar perkembangan suatu plot tertentu dalam novel.
(Kamariah, 2016: 38). Untuk menghidupkan tokoh tersebut maka dimasukkanlah
pengklasifikasian emosi didalamnya, atau sering disebut dengan penokohan. Dalam
penokohan, si tokoh di masukkan emosi yang membalutnya sesuai dengan peran tokoh
dalam cerita tersebut. Sarwono (2014:125) dalam bukunya menjelaskan bahwa “emosi
adalah reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang
terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri”.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori klasifikasi emosi David Krech.
Klasifikasi emosi adalah sebuah teori karya David Krech yang membahas mengenai
emosi atau rasa apa saja yang dimiliki oleh seseorang. Klasifikasi emosi sendiri terbagi
menjadi 7 kategori yaitu (1) rasa bersalah, (2) rasa bersalah yang dipendam, (3)
menghukum diri sendiri, (4) rasa malu, (5) Kesedihan, (6) kebencian, dan (7) cinta.
Novel Dua Hati yang Terluka Karya Almaidah Swan adalah salah satu contoh
bentuk karya sastra. Novel ini membahas tentang kisah percintaan seorang gadis bernama
Vinranza atau lebih akrab disapa dengan nama Vin. Vinranza adalah seorang gadis
berusia 16 tahun. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Chita. Chita
memiliki umur setahun lebih tua dari umurnya. kepribadian Chita berbanding terbalik
dengan kepribadian Vinranza. Vinranza adalah orang yang berkepribadian tomboy
sedangkan Chita memiliki kepribadian yang feminim. Chita adalah kakak yang paling
disayangi oleh Vinranza karena ia merupakan kakak satu – satunya. Namun suatu hari
muncul masalah diantara keduanya, masalah tersebut membuat kehidupan kakak dan adik
tersebut tidak pernah akur. Ternyata masalah tersebut disebabkan karena keduanya
mencintai orang yang sama yaitu Dito. Namun disisi lain Dito ternyata lebih menyukai
Chita dari pada Vinranza. Karena keikhlasannya melepaskan Dito demi kakaknya,
Vinranza juga menemukan kebahagiannya yang baru bersama seorang laki – laki yang
bernama Radika. Munculnya sosok Radika dalam hidup Vinranza membuatnya mengerti
bahwa sesuatu yang hilang pasti akan diganti dengan yang lebih baik lagi.

Novel Dua Hati yang Terluka ini merupakan novel yang memiliki banyak
klasifikasi emosi dari tokoh – tokohnya, terutama tokoh utama yaitu Vinranza. Tokoh
Vinranza dalam novel tersebut memiliki berbagai macam emosi. Hal tersebut yang
membuat penulis tertarik untuk mengambil judul “Klasifikasi Emosi Tokoh Utama
Vinranza (Vin) dalam Novel Dua Hati Yang Terluka Karya Almaidah Swan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada
klasifikasi emosi apa saja yang dimiliki tokoh utama Vinranza dalam novel Dua Hati
Yang Terluka karya Almaidah Swan menurut teori psikologi sastra David Krech?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan klasifikasi emosi tokoh utama
Vinranza dalam novel Dua Hati Yang Terluka karya Almaidah Swan menurut teori
psikologi sastra David Krech.
1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian klasifikasi emosi tokoh utama Vinranza dalam novel Dua Hati
Yang Terluka Karya Almaidah Swan diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi
teoretis dan segi praktis.

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dalam pengembangan


ilmu sastra khususnya tentang teori David Krech tentang klasifikasi emosi tokoh
dalam sebuah novel. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah wacana yang
berhubungan dengan kajian psikologi sastra.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembaca


dalam meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia, khususnya novel Dua
Hati Yang Terluka karya Almaidah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian -
penelitian selanjutnya.

1.5 Tinjauan Pustaka/Penelitian yang relevan

Penelitian tentang klasifikasi emosi tokoh dalam karya sastra telah banyak
dilakukan baik dalam sebuah drama maupun novel. Salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sri Risma Yuliana mahasiswi program studi S1 Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar pada tahun 2018
dengan judul Klasifikasi Emosi Tokoh dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari
Kajian Psikologi Sastra David Krech”. Fokus penelitiannya adalah mengenai klasifikasi
emosi tokoh yang terdapat dalam novel Maryam Karya Okky Madasari. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Shabrinavasthi mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman,
Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2017 dengan judul penelitian Klasifikasi
Emosi Tokoh Utama Erika dalam Roman Die Klavierspielerin Karya Elfriede Jelinek
(Analisis Psikologi Sastra). Adapun yang menjadi fokus penelitiannya adalah klasifikasi
emosi tokoh utama Erika dengan menggunakan teori David Krech. Persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian ini yaitu terletak pada penggunaan teori klasifikasi emosi
David Krech dan sama – sama menganalisis tokoh utamanya.
1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif


digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Fokus dalam penelitian ini adalah klasifikasi emosi tokoh utama Vinranza dalam novel
Dua Hati yang Terluka Karya Almaidah Swan. Data dalam penelitian ini berupa kata,
frasa atau kalimat yang di dalamnya menunjukkan klasifikasi emosi tokoh utama
Vinranza dalam novel Dua Hati Yang Terluka Karya Almaidah Swan. Sumber data
penelitian ini adalah novel Dua Hati Yang Terluka Karya Almaidah Swan yang
diterbitkan oleh Zettu, Jakarta Timur, tahun 2014 dengan tebal buku sebanyak 328
halaman sebagai objek penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik
baca dan teknik catat. Teknik baca dilakukan dengan membaca dan mengamati kalimat
pada setiap paragraf yang terdapat dalam novel Dua Hati Yang Terluka Karya Almaidah
Swan dengan seksama, untuk mencapai tujuan penelitian serta membaca literatur yang
relevan yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik catat, penulis mencatat kutipan-
kutipan yang menunjukkan klasifikasi emosi yang dialami tokoh Vinranza dalam novel
Dua Hati Yang Terluka Karya Almaidah Swan tersebut.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Novel

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) novel adalah sebuah


karangan prosa yang panjang, di dalamnya terdiri atas rangkaian kehidupan seseorang
dengan orang di sekitarnya, dengan menonjolkan watak atau sifat setiap pemeran atau
pemain. Dalam novel terdiri dari berbagai emosi yang dimasukkan oleh pengarang
guna untuk menambah keaslian dari alur cerita tersebut.

2.2. Psikologi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Psikologi adalah ilmu


pengetahuan yang berhubungan dengan proses batin atau watak manusia, baik normal
ataupun tidak sesuai dengan keadaan yang biasa serta dampaknya terhadap perilaku,
ilmu pengetahuan, tentang gejala, dan kegiatan jiwa. Menurut Atkinson, (dalam
Minderop 2011) psikologi berasal dari bahasa Yunani, psyche yang memiliki arti
jiwa, dan logos yang memiliki arti ilmu. Sehingga dapat dikatakan bahwa psikologi
merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidikidan mempelajari perilaku manusia.

2.3. Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra


(Endraswara, 2008: 16). Dalam memahami dan mengkaji sastra dengan menggunakan
berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi. Psikokogi sastra
mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau sebagai pribadi, proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang
diterapkan pada karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca.

Psikologi sastra lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan
untuk membaca dan menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan
pembacanya dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori terdapat
dalam psikologi. Menurut Minderop (2013: 54) psikologi sastra adalah telaah karya
sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Psikologi sastra
merupakan suatu pendekatan yang menelaah aspek kejiwaan dalam sastra. Seperti
yang dijelaskan oleh Ratna (2013: 341) bahwa karya sastra mengandung aspek-aspek
kejiwaan yang sangat kaya. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek
utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan
dimasukan dan diinvestasikan. Pada dasarnya psikologi sastra dibangun atas dasar
asumsi-asumsi genesis, dalam kaitannya dengan asal-usul karya, artinya, psikologi
sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psike dengan aspek-aspek kejiwaan
pengarang (Minderop, 2010: 53)

2.4. Tokoh dan Penokohan

Menurut Abrams (dalam Jayadi, 2018) tokoh (character) adalah orang-orang


yang dimunculkan dalam suatu karya naratif (Novel) atau drama yang di mana
dijekaskan oleh pembaca memiliki kualitas normal dan kecenderungan tertentu seperti
yang diungkapkan melalui ucapan dan yang dilakukan dalam perbuatan. Menurut
Nurgiyantoro, (dalam Jayadi 2018) jika dilihat dari peran dan susunan pentingnya,
tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama paling banyak
diceritakan dalam suatu karya tertentu. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan baik sebagai orang yang melakukan suatu perbuatan maupun
orang yang dikenai perbuatan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang lebih sedikit
diceritakan jika dibandingkan dengan tokoh utama. Tokoh tambahan muncul apabila
ia berhubungan dengan tokoh utama secara langsung.

2.5. Teori Klasifikasi Emosi David Krech

a. Konsep rasa bersalah

Perasaan bersalah kerap kali ringan dan cepat berlalu, tetapi dapat pula
bertahan lama. Derajat yang lebih rendah dari perasaan bersalah kadangkadang dapat
dihapus karena si individu mengingkarinya dan ia merasa benar (Minderop, 2010:
40). Terdapat perbedaan yang tajam dalam diri seseorang dalam menangkap situasi
yang menjurus pada rasa bersalah. Ada orang yang sadar apa yang harus
dilakukannya dan ia sungguh memahami bahwa ia telah melanggar suatu keharusan.
Contohnya, seseorang berpendapat bahwa ia merasa bersalah karena ia mendiamkan
pelayan toko mengembalikan uang berlebih. Ada pula orang yang merasa bersalah,
tetapi ia tidak tahu penyebabnya serta tidak tahu bagaimana menghilangkannya.
b. Rasa bersalah yang dipendam

Dalam kasus rasa bersalah, seseorang cenderung merasa bersalah dengan cara
memendam dalam dirinya sendirinya, memang ia biasanya bersikap baik, tetapi ia
seorang yang buruk. Pada konsep rasa bersalah yang dipendam biasanya seseorang
menutupi sesuatu hal karena ingin merasa aman dan melindungi diri dari
ancamanancaman yang dapat mengganggu kehidapannya, sehingga mengorbankan
orang lain. Seseorang yang memendam rasa bersalah terhadap sesuatu hal biasanya
akan dihantui dengan perasaan-perasaan cemas yang diciptakan oleh mereka sendiri,
karena perasaan bersalah tersebut hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Rasa bersalah
yang dipendam tidak jauh berbeda dengan konsep rasa bersalah hanya saja dalam
konsep ini sesorang yang merasa bersalah tidak menampakkan perasaan tersebut, ia
hanya memendam dan hanya dirinya yang mengetahui sendiri apa yang telah dia
perbuat. Adapun kosa kata yang biasanya termasuk dalam klasifikasi emosi ini adalah
kata menyesal, memohon maaf tapi tidak secara langsung melainkan hanya berkata
kepada dirinya sendiri dan menyesali apa yang telah diperbuat.

c. Menghukum diri sendiri

Perasaan bersalah yang paling mengganggu adalah sebagaimana terdapat


dalam sikap menghukum diri sendiri si individu terlihat sebagai sumber dari sikap
bersalah. Rasa bersalah tipe ini memiliki implikasi terhadap berkembangnya
gangguan-gangguan kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental
dan psikoterapi. Dalam klasifikasi emosi menghukum diri sendiri biasanya seseorang
telah menyadari dan mengakui kesalahannya sehingga seringkali menghukum diri
sendiri. Konsep rasa bersalah yang dipendah sangat berkaitan erat dengan
menghukum diri sendiri, dalam hal ini perasaan bersalah dalam diri seseorang akan
sangat besar sehingga perasaan menyesal akan suatu hal juga sangat dirasakan
mendalam oleh orang tersebut. Konsep klasifikasi emosi menghukum diri sendiri
biasanya ditandai dengan kata atau kalimat seperti ingin melukai diri sendiri,
membiarkan dirinya dalam suatu keadaan tertentu, dan lainnya. Perasaan-perasaan
tersebut terjadi karena adanya perasaan menyesal terhadap suatu hal yang terjadi
namun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga timbullah emosi ingin
menghukum diri sendiri.
d. Rasa malu

Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa terkait
dengan rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa malu ketika salah menggunakan
garpu ketika hadir dalam pesta makan malam terhormat, tapi ia tidak merasa bersalah.
Ia merasa malu karena merasa bodoh dan kurang bergengsi dihadapan orang lain.
Orang itu tidak merasa bersalah karena ia tidak melanggar nilai-nilai moralitas.
Perasaan ini tidak terdapat pada anak kecil; ia merasa malu dan bahkan takut
tertangkap basah sedang mencuri kue.

e. Kesedihan

Kesedihan atau dukacita (grief) berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang


penting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya kesedihan
yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Kesedihan yang mendalam
bisa juga karena kehilangan milik yang sangat berharga yang mengakibatkan
kekecewaan atau penyesalan. Ciri-ciri lain dari klasifikasi emosi berdasarkan
kesedihan adalah terdapat kalimat yang menggambarkan keadaan dimana seseorang
mengeluarkan air mata kesedihan karena suatu hal, baik itu antara orang tua dan anak,
sepasang kekasih, dan lain-lain. Bisa saja kesedihan tersebut dikarenakan kehilangan
seseorang atau bisa juga karena tidak tercapainya sesuatu yang diinginkan sehingga
timbullah perasaan sedih dalam diri seseorang. Adapun kosa kata yang menunjukkan
klasifikasi emosi kesedihan seperti kehilangan, air mata, menangis, kematian,
kesedihan dan lainnya. Biasanya klasifikasi emosi ini berkaitan dengan kesedihan
karena ditinggal seseorang, atau karena sesuatu hal yang mengharukan.

f. Kebencian

Kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan perasaan


marah, cemburu dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci adalah
timbulnya nafsu atau keinginan untuk menhancurkan objek yang menjadi sasaran
kebencian. Perasaan benci bukan sekedar timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/
enggan yang dampaknya ingin menghindari dan tidak bermaksud menghancurkannya.
Sebaliknya perasaan benci selalu melekat di dalam diri seseorang dan ia tidak akan
pernah merasa puas sebelum menghancurkannya; bila objek tersebut hancur ia akan
merasa puas (Krech, 1974:472-473, dalam Minderop, 2016: 44). Ciri-ciri lain
klasifikasi emosi berdasarkan kebencian adalah adanya perasaan dalam diri seseorang
untuk menghancurkan orang lain karena merasa tersaingi atau merasa orang tersebut
berada jauh didepannya sehingga ia menginginkan kehancuran bagi orang tersebut.
Kebencian yang terdapat dalam diri seseorang juga biasanya diakibatkan karena
ketidaksukaannya pada orang tersebut, bisa karena pernah terjadi suatu hal di masa
lalu sehingga masih tersimpan dendam dalam dirinya dan timbul lah perasaan benci
kepada seseorang. Kosa kata yang termasuk dalam klasifikasi emosi kebencian adalah
seperti marah, tidak menyukai, benci, ingin menghancurkan dan lainnya.

g. Cinta

Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk; intensitas pengalaman pun


memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam; derajat
tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan
agitatif. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan
harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Cinta juga adalah
sebuah perasaan positif yang diberikan pada makhluk atau benda. Cinta adalah sebuah
emosi dari kasih sayang yang kuat dan filososfi cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih, dan kasih sayang. Cinta tidak hanya
dirasakan antara dua lawan jenis tetapi juga terhadap orang tua, teman, hewan
peliharaan, dan lainnya. Bhatia (2009: 242) mengungkapkan cinta adalah tindakan
perhatian penuh dan pemberian seperti menerima dan bersifat melekat pada
seseorang. Rasa cinta juga dapat ditunjukan secara fisik dengan membesarnya pupil
mata mereka.
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam teori David Krech klasifikasi emosi dibagi menjadi tujuh kategori
diantaranya yaitu konsep rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum
diri sendiri, rasa malu, kesedihan, kebencian, dan cinta. Berikut adalah hasil analisis
klasifikasi emosi tokoh Vinranza yang terdapat dalam novel Dua Hati Yang Terluka
karya Almaidah Swan.

3.1 Konsep Rasa bersalah

Perasaan bersalah kerap kali ringan dan cepat berlalu, tetapi dapat pula
bertahan lama. Rasa bersalah datang ketika seseorang telah memahami mengenai
mana benar dan salah. Akan tetapi ada pula orang yang merasa bersalah, tetapi ia
tidak tahu penyebab kesalahannya serta tidak tahu bagaimana menghilangnya. Konsep
rasa bersalah yang dialami tokoh Vinranza dalam novel “Dua Hati Yang Terluka”
dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Vinranza menangis seketika itu. la tidak tau kenapa Kakaknya menjadi


seperti itu. Tapi disisi lain Vinranza sadar kalau ia memang bersalah karena
ia tidak mau membangunkan Chita. Tapi pada saat itu Vinranza sendiri
bingung karena Dito sendiri yang melarangnya membangunkan Chita”. (Hal
6)

Dari kutipan diatas, tokoh Vinranza merasa bersalah kepada Chita karena ia
tidak membangunkan Chita saat Dito hendak berpamitan ke luar negeri. Rasa bersalah
tersebut bahkan sampai membuat Vinranza menangisi perbuatan yang ia sendiri tidak
tahu apakah itu kesalahannya atau bukan. Vinranza hanya menuruti perkataan Dito
yang memintanya untuk tidak membangunkan Chita karena Chita sedang tertidur
pulas saat Dito datang berpamitan. Tetapi karena kejadian tersebut Chita justru marah
kepadanya.

Selain kutipan diatas, konsep rasa bersalah dalam novel Dua Hati yang terluka
juga terdapat dalam kutipan dibawah ini.
“Kak, gue yakin kak Dito pasti Cuma bingung sama perasaannya karena gue
tau elo yang kak Dito sayangi dan gue, gue itu udah kayak adik kandungnya
kak Dito. Itu pasti cuma perasaan sesaatnya kak Dito”. (Hal 234)

Dari penjelasan kutipan diatas, Vinranza merasa bersalah pada Chita karena
dirinya lah yang membuat Chita dan Dito putus. Dito memutuskan hubungannya
dengan Chita karena Dito merasa bingung ia mencintai Chita atau Vinranza. Oleh
karena itu, Vinranza meyakinkan Chita bahwa Dito hanya bingung akan perasaan
sesaatnya. Menurut Vinranza, dibalik kebingungan tersebut Dito tetap lebih
menyayangi Chita dari pada dirinya.

3.2 Rasa bersalah yang dipendam

Perasaan bersalah yang dipendam merupakan sebuah emosi yang cenderung


merasa bersalah dengan cara memendam dalam dirinya sendirinya. Orang tersebut
akan selalu menyalahkan dirinya sendiri dan terus menerus memendam perasaan
bersalah tersebut. Klasifikasi emosi tokoh Vinranza yang menggambarkan rasa
bersalah yang dipendam terdapat dalam kutipan berikut ini.

“Tapi gimana kalau radika benar – benar marah sama gue? Gimana kalau
radika mutusin pertunangan kita? Gimana kalau radika udah nggk mau
pacaran lagi sama gue? Vinranza bertanya – Tanya pada dirinya sendiri”.
(Hal 181)

Dari kuripan novel tersebut tokoh Vinranza merasa bersalah kepada Radika
karena ia tidak mau mendengarkan penjelasan Radika yang mengatakan bahwa
dirinya hanya pelampiasan. Dari kejadian tersebut Vinranza selalu berpikir kalau
Radika akan benar-benar marah padanya dan tidak mau lagi bersama dengan dirinya.
Rasa bersalah tersebut tidak bisa ia ungkapkan kepada Radika. Oleh karena itu,
Vinranza terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Dan Ia sangat menyesal tidak
memberikan Radika kesempatan untuk menjelaskan masalah tersebut kapada dirinya.

Selain kutipan diatas, terdapat juga perasaan bersalah yang dipendam yang
terdapat dalam kutipan dibawah ini.

“Gue tau banget perasaan kak Rian, tapi gue nggk bisa suka sama kak Rian.
Lagi pula sekarang semua orang tau kalau gue pacarnya Radika”. (Hal 67)
Dari kutipan diatas, tokoh Vinranza merasa bersalah kepada kak Rian karena
ia tidak bisa membalas perasaan suka kak Rian padanya. Vinranza sudah menjadi
milik sahabat Rian yaitu Radika. Rasa bersalah itu membuat Vinranza tidak enak hati
pada kak Rian karena Vinranza terus memendam perasaan bersalah tersebut.

3.3 Menghukum diri sendiri

Krech (dalam Minderop, 2010:42) menjelaskan bahwa emosi menghukum diri


sendiri merupakan sikap dari perasaan bersalah yang mengganggu seseorang karena ia
merupakan sumber dari sikap rasa bersalah. Berdasarkan penejelasan tersebut emosi
menghukum diri sendiri adalah emosi yang muncul akibat tidak mampunya seseorang
untuk menyelesaiakan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan.
Akibat dari itu semua muncul sebuah sikap untuk menyakiti diri sendiri. Menghukum
diri sendiri yang dialami tokoh Vinranza dalam novel “Dua Hati Yang Terluka” dapat
dilihat dalam kutipan berikut.

“Akhirnya air mata yang Vinranza tahan – tahan mentes juga tepat setelah
Dito keluar dari kamar Vinranza. Menambah rasa sakit dikepalanya.
Vinranza mengambil kain kompresnya kemudian ia bangkit dari ranjangnya.
Kepalanya semakin sakit saat ia mencoba untuk berdiri. Hampir saja ia jatuh
tapi Vinranza berusaha untuk berjalan”. (Hal 94)

Dari penjelasan kutipan diatas, tokoh Vinranza menghukum dirinya sendiri


dengan menahan air matanya di hadapan Dito, padhal ia sangat ingin menangis
mendengar semua cerita Dito yang hanya berkaitan tentang Chita. Cerita Dito tersebut
membuat kepala Vinranza sakit namun ia terus saja mendengarkan Dito bercerita
tentang Chita. Rasa sakit yang Vinranza tahan tersebut merupakan bukti bahwa ia
menghukum dirinya sendiri.

Konsep rasa bersalah yang dipendam juga sangat berkaitan erat dengan
menghukum diri sendiri, dalam hal ini perasaan bersalah dalam diri seseorang akan
sangat besar sehingga perasaan menyesal akan suatu hal juga sangat dirasakan
mendalam oleh orang tersebut. Selain dalam kutipan diatas, Klasifikasi emosi tokoh
Vinranza yang menghukum diri sendiri juga digambarkan dalam kutipan berikut.
“Vinranza menghela napas berat. Tau semuanya pasti sulit. Pasti sulit
menjelaskan semuanya pada Radika. Vinranza tau sekarang bagaimana
perasaan Radika saat ia menjelaskan pada Vinranza kalau ia bukanlah
pelampiasan”. (Hal 153)

Dari kutipan novel tersebut tokoh Vinranza merasa bersalah kepada Radika
yang melihatnya bersama dengan Dito. Vinranza ingin menjelaskan apa yang terjadi
namun Radika sudah terlanjur pergi meninggalkannya. Kepergian Radika membuat
Vinranza tidak bisa menjelaskan apapun, hal itu yang membuatnya merasa semakin
tertekan. Vinranza juga menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mau mendengarkan
penjelasan Radika yang menganggap dirinya sebagai pelampiasan, semua kejadian
tersebut membuat perasaan Vinranza menjadi merasa bersalah dan ia menghukum
dirinya sendiri dan sangat menyesal karena tidak mau mendengarkan penjelasan
Radika.

3.4 Rasa malu

Krech (dalam Minderop 2011) menjelaskan rasa malu berbeda dengan rasa
bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa terkait dengan rasa bersalah. Rasa malu
merupakan sebuah emosi ketidakberdayaan yang muncul akibat dari peristiwa atau
sebuah kejadian yang tidak menyenangkan. Rasa malu yang dialami tokoh Vinranza
dalam novel “Dua Hati Yang Terluka” dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Elo malu-maluin aja sih pake acara minta traktir segala. bisik Vinranza tepat
ditelinga kanan Naya, tapi Naya cuek aja”. (Hal 13)

Dari kutipan penjelasan diatas, tokoh Vinranza merasa malu karena temannya
Naya meminta ditraktir oleh kak Rian. Rasa malu tersebut tergambar ketika Vinranza
memberi tahu Naya dengan cara berbisik – bisik, perkatannya tidak ingin didengar
oleh kak Rian karena itu akan membuatnya jauh lebih malu.

Klasifikasi emosi rasa malu tokoh Vinranza juga digambarkan dalam kutipan
berikut.

“Dan benar saja, semua mata memandang kearah Vinranza yang baru saja
keluar dari mobil Radika. Vinranza yang belum begitu populer jalan dengan
Radika cowok yang banyak digandrungi cewek-cewek membuat semua orang
heran. Vinranza merasa tidak nyaman dengan perubahan ini. Apalagi saat
Radika menggandeng tangan Vinranza saat mereka menuju kelas Vinranza.
Tak sedikit para siswa yang berbisik-bisik dibelakang mereka”. (Hal 61)

Dari kutipan diatas, tokoh Vinranza merasa malu karena ia dipandang oleh
semua orang yang melihatnya datang bersama Radika. Radika adalah cowok terkenal
disekolahnya, kedatangan mereka berdua membuat semua orang memandang
kearahnya. Vinranza yang tidak pernah membayangkan hal tersebut dapat terjadi.
Bahkan sampai ada siswi yang berbisik – bisik dibelakangnya. Hal tersebut membuat
Vinranza merasa sangat merasa tidak nyaman dan sangat malu.

3.5 Kesedihan

Kesedihan atau duka cita (grief) berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang
penting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya kesedihan
yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicinta. Kesedihan mendalam juga
diakibatkan karena kehilangan milik yang sangat berharga yang mengakibatkan
kekecewaan atau penyesalan. Kesedihan yang dialami tokoh Vinranza dalam novel
“Dua Hati Yang Terluka” dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

”Hati Vinranza seperti remuk rasanya ketika mendengar dari mulut Chita,
bahwa Chita bersedia untuk menjadi pacar Dito” (Hal 53)

Dari kutipan tersebut, tokoh Vinranza mengalami kesedihan karena Chita


menerima Dito menjadi pacarnya. Vinranza tidak menyangka bahwa Chita juga
ternyata menyukai Dito, orang yang selama ini ia cintai. Vinranza merasa sedih akan
kejadian itu. Ia merasa sudah kehilangan cinta yang ditunggunya selama 6 tahun yaitu
Dito.

Klasifikasi emosi kesedihan tokoh Vinranza juga digambarkan dalam kutipan berikut.

“Jantung Vinranza serasa berehenti berdetak ketika itu. Tak sampai sedetik
air mata Vinranza langsung deras mengalir”. (Hal 53)

Berdasarkan kutipan tersebut, Vinranza bersedih karena melihat sosok laki –


laki yang ia cintai malah mencintai orang lain yaitu kakaknya sendiri (Chita).
KesedihanVinranza terlihat jelas saat air mata mulai mengaliri pipinya.
3.6 Kebencian

Krech (1969: 533) kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat
dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati. Perasaan benci bukan sekedar
timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/ enggan yang dampaknya ingin menghindar
dan tidak bermaksud menghancurkan. Kebencian yang dialami tokoh Vinranza dalam
novel “Dua Hati Yang Terluka” dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Introspeksi diri untuk sebuah kesalahan yang bahkan gue sendiri nggk
pernah ngelakuin?, terdengar bunyi kelontangan sendok dan garpu Vinranza
yang jatuh di atas piringnya. Vinranza pergi meninggalkan ruang makan yang
keadannya sudah tidak enak”. (Hal 43)

Berdasarkan penjelasan kutipan diatas tokoh Vinranza marah kepada Chita.


Emosi marah juga termasuk kedalam kategori kebencian menurut teori David Krech.
Chita meminta Vinranza untuk mengintrospeksi diri, padahal menurutnya ia tidak
melakukan kesalahan apapun kepada Chita. Vinranza sudah mulai muak atas semua
perlakuan Chita padanya. Sehingga ia membalas perkatan Chita dengan nada sinis dan
marah pada saat makan bersama.

Selain itu, kutipan kebencian yang disebabkan oleh emosi marah juga terdapat
pada kutipan berikut.

“Chit, Gue ngehormatin elo sebagai kakak gue. Gue bingung kenapa elo
selalu sinis sama gue sejak 6 tahun yang lalu. Sampai akhirnya gue sadar
kalau elo marah sama gue gara-gara kak Dito kan? Gue akuin, gue juga dulu
suka sama kak Dito tapi Gue nggk sepicik elo kak. Gue selalu berusaha sabar
ngadepin elo. Tapi sekarang gue udah nggk bisa sabar lagi”. (Hal 73)

Dari kutipan diatas, tokoh Vinranza kecewa dan marah dengan sikap Chita
yang terus saja bersikap sinis pada dirinya sehingga Vinranza merasa sudah tidak bisa
lagi menahan kesabarannya. Awalnya Vinranza tidak mengerti mengapa Chita selalu
bersikap sinis kepadanya selama 6 tahun. Namun akhirnya Vinranza mengetahui
kenapa Chita bersikap seperti itu kepadanya. Ternyata Chita menyukai Dito.
3.7 Cinta

Menurut Krech (dalam Minderop 2011) Perasaan cinta bervariasi dalam


beberapa bentuk, intensitas pengalaman pun memiliki rentang dari yang terlembut
sampai kepada yang amat mendalam; derajat tensi dari rasa sayang yang paling
tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar dan agitatif. Jika demikian, esensi cinta
adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti
oleh perasaan setia dan saying. Emosi Cinta yang dialami tokoh Vinranza dalam
novel “Dua Hati Yang Terluka” dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Vin menoleh kearah sumber menemukan sesosok cowok tinggi berkulit putih
suara dan dan memakai kacamata memandangnya sambil tersenyum. Vin
perlu berpikir sejenak untuk mengenali cowok itu. Sedetik kemudian ia sadar
wajah itulah yang selama 6 tahun ini menghilang dari pandangannya. KAK
DITO!! Terdengar bunyi kelontangan sendok dan garpu yang jatuh ke piring
saat Vin bangkit dari duduk dan berlari menghampiri Dito. Vin langsung
memberikan pelukan spontan pada Dito. Semakin erat dan semakin erat.
Tubuhnya harum sekali”. (Hal 18)

Berdasarkan penjelasan kutipan diatas, terlihat tokoh Vinranza sangat


menyayangi Dito. Hal tersebut terlihat saat Vinranza memberikan pelukan spontan
kepada Dito. Vinranza merasa rindu kepada Dito karena sudah 6 tahun tidak bertemu.
Rasa sayang tersebut membuat Vinranza memeluk Dito dengan spontan dan pelukan
tersebut sangat erat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi
emosi tokoh Vinranza yang terdapat dalam novel Dua Hati Yang Terluka karya Almaidah
Swan terdiri dari Rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa
malu, kesedihan, kebencian dan cinta. Semua klasifikasi emosi menurut David Krech tersebut
terdapat dalam tokoh Vinranza. Klasifikasi emosi tersebut dapat diketahui melalui dialog –
dialog tokoh Vinranza dan juga dipaparkan oleh pengarang.

4.2 Saran

Sebagai penikmat sastra, pembaca dapat mengambil pembelajaran dari nilai – nilai
positif dan nilai – nilai negarif dari klasifikasi emosi tokoh Vinranza yang terdapat dalam
novel Dua Hati Yang Terluka karya Almaidah Swan. Nilai – nilai positif tersebut dapat
diterapkan dalam kehidupan sedangkan nilai – nilai negatif dapat dijadikan sebagai contoh
agar tidak dilakukan dalam kehidupan. Salah satu contoh nilai – nilai positif tokoh Vinranza
yang dapat diterapkan dalam kehidupan adalah dapat menerima ketentuan takdir. Vinranza
ikhlas kehilangan Dito, sosok laki – laki yang ia tunggu selama 6 tahun, dibalik
keikhlasannya ia mendapatkan ganti yang jauh lebih baik dari Dito yakni Radika. Sedangkan
untuk nilai – nilai negatif tokoh Vinranza yang dapat dijadikan pelajaran untuk tidak
dilakukan dalam kehidupan adalah Vinranza memiliki emosi yang meledak – meledak atau
cepat marah. Hal tersebut sebaiknya tidak diikuti dalam kehidupan karena justru akan
membuat hidup kita tidak tenang akibat dari emosi yang tidak stabil. Bagi peneliti
selanjutnya, penulis berharap dapat memperdalam analisis dan juga mengadakan penelitian
lanjutan tentang novel Dua Hati Yang Terluka karya Almaidah Swan ini baik dengan
menggunakan teori yang sama yakni teori klasifikasi emosi menurut David Krech maupun
menggunakan teori lainnya seperti teori Sigmund Freud tentang Psikoanalisis struktur
kepribadian, teori Alfred Adler tentang psikologi Individual dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Shabrinavasthi. (2017). Klasifikasi Emosi Tokoh Utama Erika Dalam Roman Die
Klavierspielerin Karya Elfriede Jelinek (Analisis Psikologi Sastra). Jurusan
Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni: Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses pada 4 November 2022 Pukul 10. 15 WITA.

Yuliana, Sri Risma. (2018). Klasifikasi Emosi Tokoh Dalam Novel Maryam Karya Okky
Madasari Kajian Psikologi Sastra David Krech. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra: Universitas Negeri Makassar.
Diakses pada 4 November 21.02 WITA.

Septiana, Ayu. (2020). Klasifikasi Emosi Tokoh Nathan dalam Novel Dear Nathan Karya
Erisca Febriani: Kajian Perspektif David Krech. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan :
Universitas Mataram. Diakses pada 5 November 13.44 WITA.
LAMPIRAN

Dokumentasi Novel Dua Hati Yang Terluka karya Almaidah Swan

Anda mungkin juga menyukai