Anda di halaman 1dari 3

 

Parafrase, Cara Sederhana Mengubah Puisi Menjadi


Prosa
Parafrase atau parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa ke
dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali
tersebut bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuat parafrase dari sebuah
bacaan. Untuk membuat parafrase lisan, langkah-langkahnya adalah:

1. membaca informasi secara cermat,


2. mencatat kalimat inti,
3. mengembangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran,
4. menyampaikan pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan kalimat
sendiri.
Gunakanlah sinonim, ungkapan yang sepadan, mengubah kalimat langsung
menjadi kalimat tidak langsung. Kemudian mengubah kalimat aktif menjadi
kalimat pasif, serta menggunakan kata ganti orang ketiga untuk narasi jika
kesulitan menguraikan.

Perlu diketahui, ada 2 jenis parafrase, yaitu:

 Parafrase terikat, adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan cara


menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata pada puisi. Sehingga
kalimat-kalimat puisi mudah dipahami seluruh kata dalam puisi masih
tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
 Parafrase bebas, adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata
sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula
tidak digunakan.
Cara Memparafrasekan Puisi Menjadi Prosa

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasekan puisi menjadi


prosa, ialah :

1. Membaca atau mendengarkan pembacaan puisi dengan seksama ;


2. Pahami isi kandungan puisi secara utuh ;
3. Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
4. Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan
menggunakan kalimat sendiri ;
5. Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
Dalam ilmu sastra, parafrase memiliki ciri-ciri. Hal itu harus dipahami seorang
pengajar dan juga anak didik. Sehingga, mereka nantinya akan lebih mudah
menyusun sebuah karangan dengan teknik parafrase.

Adapun ciri-ciri parafrase adalah:

 bentuk tuturan berbeda


 makna tuturan sama
 subtansi tidak berubah
 bahasa/cara penyampaian berbeda
Berdasarkan jenisnya, parafrase dibagi menjadi dua. Yaitu parafrase lisan dan
parafrase tulisan.

Ada 6 langkah yang dapat dilakukan penulis (dalam hal ini guru/siswa) dalam
membuat parafrase adalah:

1. membaca teks keseluruhan


2. menentukan pokok-pokok pikiran wacana
3. menetukan tuturan yang hendak menjadi variasinya
4. menyusun pokok pikiran tanpa mengabah arti
5. menyempurnakan pokok pikiran
6. membentuk wacana sesuai keinginan
Agar lebih, ada baiknya kita contohkan memparafrasekan sebuah puisi menjadi
prosa. Kita ambil contoh puisi berjudul ‘Aku’ karya Chairil Anwar.

Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar, DCD 1959:7)

Untuk bentuk parafrasenya sebagai berikut:

Kalau si aku meninggal, ia menginginkan jangan ada seorangpun yang bersedih,


bahkan juga kekasih atau istrinya.
Tidak perlu juga ada sedu sedan yang meratapi kematian si aku, sebab tidak ada
gunanya. Si aku ini adalah binatang jalang yang lepas bebas, yang terbuang dari
kelompoknya.

Ia merdeka tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat, bahkan meskipun ia


ditembak, peluru menembus kulitnya. Si aku tetap berang dan memberontak
terhadap aturan-aturan yang mengikat tersebut.

Segala rasa sakit dan penderitaan akan ditanggung, ditahan, diatasi hingga rasa
sakit dan penderitaan itu pada akhirnya akan hilang sendiri. Si aku akan makin
tidak peduli pada segala aturan dan ikatan, halangan, serta penderitaan.

Si aku mau hidup seribu tahun lagi. Maksudnya, si aku menginginkan


semangatnya, pikirannya, karya-karyanya akan hidup selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai