Pendekatan Abrams
A. Pendekatan Abrams
Ada beberapa pendekatan yang ada dalam kajian puisi:
1. Pendekatan Mimesis
Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang menitiberatkan pada kenyataan
bahwa puisi merupakan tiruan alam atau gambaran kehidupan manusia dan alam
semesta. Pendekatan mimesis juga digunakan untuk mengetahui antara dunia nyata
dan rekaan agar menjadi karya yang indah penuh makna. Dengan pendekatan mimesis
diharapkan manusia dapat memahami hidup lebih bijak dan menjalani hidup antara
impian dan kenyataan.
a. Pandangan Tentang Mimesis
1) Pandangan Aristoteles: Seniman/sastrawan tidak hanya menjiplak kenyataan
melainkan proses kreatif.
2) Pandangan Plato: Kenyataan yang kacau balau diubah menjadi kenyataan
universal, walaupun tidak mungkin mengacu langsung terhadap dunia ideal
(meninggikan nafsu dan emosi).
b. Simpulan
1) Pendekatan Stilistik: Linguistik digunakan untuk memahami maksud puisi.
2) Pendekatan Semiotik: Lambang dan perlambangan untuk memahami maksud
puisi.
3) Pendekatan Mimesis: Tiruan alam dan penggambaran kehidupan alam semesta
dan manusia untuk memahami maksud puisi.
2. Pendekatan Objektif
Pendekatan ini menitik beratkan bahwa karya satra adalah karya yang otonom.
Jadi hanya dikaji melalui unsur-unsur pembentuknya yang bersifat intrinsik. Dimana
sebuah sistem yang terdiri atas beberapa unsur dan diantaranya tidak satupun dapat
mengalami perubahan.
3. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini menganggap pembaca sebagai penafsir dan diberikan otoritas
untuk menafsirkan apa yang ada dalam sebuah karya, karena dalam sebuah karya pasti
terdapat Unbestimtheitstellen yang harus diisi oleh pengkaji. Pendekatan ini mengajak
pembaca untuk mengetahui seberapa besar manfaat puisi yang dapat dipetik oleh
pembaca.
4. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan pribadi pengarang, hal ini
disebabkan karena puisi merupakan ekspresi sang pengarang. Berhubungan dengan
gejolak yang akan disampaikan pengarang, berdasarkan apa yang sedang dirasakan
oleh pengarang.
Penggantian arti (displancing of meaining) adalah penggunan bahasa kiasan yang melihat
sesuatu dengan perantaran benda baik sebagai pengganti nama benda tersebut ke dalam
bahasa puisi. Penyimpangan arti (distorting of meaning) adalah pemencongan arti dari bahasa
yang ditulis akibat mempunyai makna ganda, dan penggunaan bahasa yang menyatakan
sesuatu secara kebalikannya serta kata-kata yang secara lingguitik tidak mempunyai arti,
tetapi mempeunyai makna karena konvensi puisi. Penciptaan arti (creating of meaning)
adalah pengorganisasian ruang teks yang menimbulkan makna intensitas dalam
puisi,walaupun secara linguistik tidak ada artinya.
Contoh Ketidaklangsungan ekspresi, Dalam antologi puisi “Doa untuk Anak Cucu” karya
W.S. Rendra
Ditemukan ketidak langsungan ekspresi meliputi : penggantian arti terdapat gaya bahasa
metafora, personifikasi, sinekdoki, dan metonimi. Penyimpangan arti disebabkan oleh
ambiguitas, kontadiksi, dan nonsesnse. Penciptaan arti disebabkan oleh pengorganisasian
enjambement, sajak, dan homologue.
Bait pertama baris pertama secara metaforis menyatakan bahwa menatap hati (menggantikan
suatu benda; berada di dalam tubuh manusia, terbuat dari segumpal darah-- berdasarkan Al
Qur’an Surat Az-zumar ayat 22-23 Artinya “ Sesungguhnya di dalam diri manusia ada
segumpal darah (hati) ...”-- , berbentuk-- secara umum seperti daun waru—dan mempunyai
sifat-sifat cenderung dua; baik dan buruk, setelah bercampur dengan unsur-unsur tubuh).
Yang mampu melihat hanya Allah, benda (hati) tersebut, kemana kecenderungannya baik
atau buruk benda (hati) itu. Menatap raga (mengantikan suatu benda; yang terlihat secara
fisik, dari ujung rambut sampai keujung kaki, membentuk manusia utuh, dan mempunyai
nyawa agar berfungsi) benda atau bentuk tubuh ini bisa dilihat oleh manusia, perbuatan yang
terlihat itu, perbuatan yang baik atau buruk. Setelah benda berupa hati dan berupa raga
bersatu. “Hamba bersujud Kepada-Mu”, Hati dan raga menjadi (hamba) melakukan sujud
kepada Allah, yang mampu menatap segala-galanya. “ Karena hidupku, karena matiku”,
hidup dan mati itu hanya milik Allah. Seorang hamba hanya bisa melaksanakan sesuai
dengan apa yang digariskan.
Bait kedua baris pertama Allah yang Maha Benar, “Maha Benar”, Allah mempunyai sifat
benar tidak pernah salah, Oleh karena itu,” hamba mohon karunia dari kebenaran” sajak ini,
menjelaskan semua berkah dari yang maha benar, dilanjutkan kalimat “yang telah padukan
sebarkan”, berarti Kebenaran itu telah tersebar keseluruh alam ini. Baris ketiga, sajak ini “
hal-hal buruk”, (menggantikan arti suatu benda yang tergolong buruk, seperti; iri hati,
sombong, serakah, dan lain-lain) yang berakibat “buruk pula bagi hamba”. Baris keempat
sajak ini “ Hal-hal baik” (menggantikan arti suatu benda yang tergolong baik, seperti; sifat
sabar, cinta kasih, tidak sombong, suka menolong/membantu, taat dan lain- lain) yang
berakibat “ baik pula bagi hamba”.
Melakukan kajian prosa fiksi drama hampis sama dengan kajian puisi. Teori yang
digunakan hampir sama..
Prosa fiksi adalah cerita rekayasa yang menyodorkan suatu acara pengungkapan yang
eksplisit,atau menjelas-terangkan segala sesuatunya secara gamblang. Walaupun prosa
dikatakan sebagai cerita rekaan bukan berarti prosa adalah lamunan kosong seorang
pengarang. Karangan prosa adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan perasaan.
Karya prosa fiksi adalah pengungkapan hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya
imajinasi dan kreasi seorang pengarang serta dukungan pengalaman dan pengamatannya atas
kehidupan tersebut. Oleh sebab itu prosa dapat disebut karya fiksi.
Prosa fiksi sebagai cerita rekaan bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong
seorang pengarang. Prosa fiksi adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan
perasaan.
Fiksi dapat dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang faktualitas. Fiksi realitas
mengatakan: “seandainya semua fakta,maka beginilah yang akan terjadi.” jadi fiksi realitas
adalah hal-hal yang dapat terjadi tetapi belum tentu terjadi. Penulisan fiksi membuat para
tokoh imajinatif dalam karyanya itu menjadi hidup. Fiksi faktualitas mengatakan “karena
semua fakta,maka beginilah yang akan terjadi.” jadi aktualitas artinya hal-hal yang benar-
benar terjadi. Contoh, roman sejarah,kisah perjalanan,biografi,dan autobiografi.
CIRI-CIRI PROSA
PROSA BARU
1. Roman
2. Novel
3. Cerpen
PROSA LAMA
Unsur intrinsik
tokoh,
penokohan,
setting,
point of view,
suspense
ALUR/PLOT
Alur adalah rentetan kejadian dalam karya fiksi yang saling berhubungan satu dengan
lainnya.
Alur atau plot adalah strukturrangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai
sebuah interelasi fungsional
Alur merupakan jalur tempat lewatnya kejadian yang berusaha memecahkan konflik.
o Alur buka, yaitu situasi terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan
dilanjutkan dengan kondisi berikutnya,
o Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak ke arah kondisi yang memulai
memuncak,
o Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa, dan
o Alur tutup, yaitu kondisi sebelumnya mulai menampakkan pemecahan.
Dengan kata lain, alur cerita meliputi paparan, konflik, klimaks dan penyelesaian.
Jenis Alur
(c) alur gabungan. Sementara itu, berdasarkan keutuhan cerita, alur dibedakan menjadi
dua, yakni (1) alur erat dan (2) alur ronggar. Alur erat, yaitu Hubungan antara peristiwa
yang satu dengan yang lainnya natural sekali. Tidak ada satu peristiwa pun yang dapat
dihilangkan. Alur longgar, yaitu hubungan antara peristiwa tidak sepadu sehingga ada
kemungkinan untuk menghilangkan salah satu peristiwa, tanpa merusak keutuhan cerita.
Alur longgar itu, kaya adegan yang ga dipakai.. Kalau di buang juga g jadi masalah..
deleted scene. Bisa dibilang improvisasi pemain dialog yang muncul karena improvisasi
tapi ga penting banget. Terus ga di pake.
Tahapan Alur
Dalam tahapan akhir sebuah alur dikenal akhir cerita yang membahagiakan
(deanaument), akhir cerita yang menyedihkan (castastroph), dan akhir cerita yang terbuka
karena pembaca sendiri yang harus menyelesaikannya (solution). Sementara itu, puncak
alur fisik atau drama yang ditandai oleh puncak ketegangan disebut klimaks. Klimaks
diikuti oleh menurunnya ketegangan sebelum mencapai penyelesaian.
TEMA
(KARAKTERISASI)
Tokoh yang menjadi pusat perhatian atau sering muncul disebut tokoh utama
Tokoh yang kehadirannya hanya sebagai pelengkap disebut tokoh bawahan atau tokoh
tambahan (periferal).
Tokoh Sentral
5. Lingkungan
Unsur Ekstrinsik : Unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur Ekstrinsik Prosa meliputi :
HAKIKAT SASTRA
bahasa Sanskerta; akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai
“mengarahkan”, “mengajar”, dan “memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra biasanya
menunjukkan alat, sehingga sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku
petunjuk, dan buku instruksi atau pengajaran.
Pertama, sastra adalah seni bahasa. Kedua, sastra adalah ungkapan yang spontan dari
perasaan yang mendalam. Ketiga, sastra adalah eskspresi pikiran, semua kegiatan mental
manusia dalam bahasa. Keempat, sastra adalah inspirasi kehidupan yang diungkapkan dalam
bentuk keindahan.
MANFAAT SASTRA
Pertama, sebagai alat penting pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca pada kenyataan
dan menolongnya mengambil keputusan bila dalam menghadapi masalah. Kedua, menjadi
payung yang menempatkan nilai kemanusiaan sehingga memperoleh nilai yang sewajarnya
guna dipertahakan dan disebarluaskan, terutama di zaman modern yang sering kali orang
melakukan apa saja agar keinginannya terwujud.
Pengertian mimesis itu sendiri (dalam bahasa Yunani disebut perwujudan atau jiplakan)
pertama kali digunakan dalam teori tentang seni seperti diutarakan teori-teori seni . Mimesis
tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif;
penyair, sambil berkritik pangkal pada kenyataan, menciptakan sesuatu yang baru.
Bila kita membaca teks-teks satra, tentu kita berhadapan dengan tokoh-tokoh dan situasi-
situasi yang terdapat dalam khayalan pengarang , mengapa sastrawan menggunakan dunia
fiksionalitas sebagai latar belakang kenytaan atau masalah yang diajukannya kepada
membaca ?
SASTRA SEBAGAI KARYA SENI : Adanya nilai-nilai estetika atau nilai-nilai seni .
Persyaratan yang membedakan karya sastra dengan karya yang bukan sastra, tetapi justru
dengan bantuan nilai seni itulah sastrawan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan sejelas-
jelasnya, sedalam-dalamnya, dan sekaya-kayanya. 1. Keutuhan , 2. Keseimbangan , 3.
Keselarasan , 4. Tekanan yang tepat . Penggunaan Bahasa secara khusus tampak pada
karyakarya puisi. Setiap larik dalam puisi, bentuk-bentuk pengalineaan puisi, dan
pemunculan kata-kata tertentu, mengandung makna, yang apabila dicermati, bermakna
mendalam
Selama ini karya sastra yang muncul dan melegenda, sering “dipandang” sebagai suatu gejala
sosial pada masanya. Artinya, sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu memiliki tanda-
tanda yang kurang lebih sama dengan norma, adat, atau kebiasaan yang muncul bebarengan
dengan hadirnya karya sastra tersebut
konsep drama adalah laku, maka kata-kata (dialog) : kedudukkan kata-kata dalam drama
agak berbeda dengan kedudukan kata-kata dalam puisi dan prosa (cerita) . Sifat teks drama
yang sangat tergantung pada konteks dialog ini membuat pembaca/penonton harus terlibat
penuh untuk menentukan subteks yang tersembunyi dibalik teks yang terucap. Dengan kata
lain, drama menghadapkan pembaca/penonton pada situasi yang sama dengan tokoh yang
dituju.
Sifat Konkret Drama : dalam realita bersifat tidak dapat kembali (ireversible),sedangkan
dalam drama segalanya dapat dimulai lagi dari awal(reversible). Dengan kata lain,drama
merupakan simulasi realitas.
Pemanfaatan drama : Drama sebagai cara untuk menyampaikan pemikiran filosofis kadang
kala bermuatan kritik sosial. Para filosofis dan dramawan sering kali dapat melihat
penyimpangan atau kebobrokan di dalam kehidupan kebudayaan masyarakatnya sehingga
mereka mencoba untuk mengingatkan masyarakatnya melalui drama yang mereka buat.
STRUKTUR DRAMA
Dalam pertunjukan drama modern, segala sesuatu dirancang lebih dulu dalam naskah drama.
Naskah sudah merupakan rancangan dasar atau blue print pertunjukan. Apa yang akan terjadi
dalam pertunjukan sudah dapat diperhitungkan dalam naskah. Struktur Drama : Dialog,
Petunjuk Pemanggung, Plot, dan Karakter.
Bentuk bentuk laku dramatik: Wujud konkret yang dapat mengungkapkan laku dramatik
yang sebenarnya bersifat abstrak. laku dramatik adalah seperti batin manusia, unsur-unsur
pembangun struktur drama adalah, seperti jasmani manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan
dan hanya melalui keterkaitan antarunsur.
DIALOG : ucapan seorang tokoh yang kemudian disusul dengan ucapan tokoh yang lain,
contoh :
Petunjuk pemanggungan : merupakan teks sampingan dalam naskah drama yang berfungsi
untuk memberikan petunjuk yang berkaitan dengan pertunjukan drama.
Anda barang kali akan berpikir bahwa perawat dan pasien itu kini sudah menjadi sepasang
kekasih dan dialog tersebut hanyalah basa-basi untuk bercanda. Dengan demikian,
konteksnya berubah dan pemaknaan atas dialognya pun terjadi.
petunjuk pemanggungan adalah bagian teks yang berada di luar dialog (ekstradialog), yakni
yang berada di dalam tanda kurung dan dicetak miring , teks petunjuk pemanggungan dapat
pula berada di dalam dialog itu sendiri (intradialog),
KARAKTER : karakter” dalam drama tidak hanya berarti tokoh atau pelaku, yang biasanya
dapat dikenali secara langsung dari nama tokoh/pelaku tersebut , perbedaan-perbedaan
karakter akan mendorong jalannya cerita drama atau bahkan dapat menjadi penyebab konflik.
KARAKTER DRAMATIK BERSIFAT TERTUTUP : plot terikat pada tokoh, karakter tokoh
akan tampak lebih alamiah, tidak hitam-putih, sehingga plot berkembang dengan lebih
banyak kemungkinan sesuai dengan berkembangnya karakter tokoh.
JENIS DRAMA
Para ahli drama bicara tentang jenis drama, mereka akan kembali pada dua jenis drama yang
utama, yaitu tragedi dan komedi. Sebenarnya, kedua drama ini dibedakan berdasarkan cara
pandangnya terhadap hidup manusia. Jadi, kriteria penggolongannya lebih bersifat filosofis.
TRAGEDI : Pandangan hidup yang khas dalam drama tragedi terletak pada penegasan bahwa
manusia harus menerima suratan nasib yang tidak dapat dihindarkan. Model yang khas untuk
jenis tragedi sebenarnya terdapat pada drama-drama tragedi Yunani Kuno sekitar abad ke-5
sebelum MasehI.
Shakespeare pada akhir abad ke-16. Dalam tragedi ini, Romeo dan Juliet saling mencinta,
namun nasib telah menentukan bahwa mereka masing-masing berasal dari dua keluarga besar
yang telah lama bermusuhan. .Romeo dan Juliet tidak mau menerima nasib semacam itu dan
mereka harus berjuang melawannya dengan cara mempertahankan cinta tulus mereka sampai
ke liang kubur.
KOMEDI :
Sifat yang sama dalam semua drama komedi, baik komedi zaman Aristophanes 2500 tahun
yang lalu di Yunani Kuno maupun komedi Srimulat di Indonesia zaman sekarang.
Komedi adalah suatu dunia di mana keberuntungan menghilang . Dalam komedi, kesakitan
tidak pernah menjadi suatu yang lucu dengan sendirinya, tetapi keadaan yang menyakitkan
yang tidak mengandung akibat seriuslah yang justru mengandung tawa. Keseriusan itu
berubah jadi lucu apabila harapan serius kita dibelokkan atau disimpangkansecara tiba-tiba
atau tanpa disangka-sangka. Naskah drama yang sering disebut orang ketika membicarakan
komedi adalah karyakarya Moliere, seorang darmawan komedi dari Prancis yang hidup pada
tahun 1622- 1673. Salah satu dramanya, yaitu Akal Bulus Scapin, Komedi adalah adanya
semangat hidup yang penuh keriangan yang dimiliki oleh tokoh
Tema : Tema adalah gagasan pokok dalam drama. Sebuah naskah drama yang baik akan
memiliki tema yang kuat. Waluyo berpendapat bahwa drama yang besar akan
mengemukakan tema yang abadi. Tema yang abadi biasanya bersifat interpersonal, yaitu
dapat mengatasi kepentingan individu, golongan, suku, bangsa, serta kurun waktu.
Plot : Plot merupakan rangkaian peristiwa yang mengalir karena adanya hubungan sebab-
akibat. Eksposisi, Komplikasi, Klimaks, Resolusi , Denoument.
Tokoh : Berdasarkan fungsi tampilannya dalam cerita, tokoh terdiri dari : a. tokoh
protagonist, b. tokoh antagonis , c. tokoh tritagonis. ketiga fungsi tokoh ini dalam drama
sangat mendukung cerita dan memperjelas karakter tokoh.
Dialog : Dialog merupakan cakapan yang terjadi antara tokoh yang menjalankan arus cerita
menuju konflik, klimaks, serta penyelesaian cerita . Cakapan yang dilakukan dengan diri
tokoh sendiri dinamakan cakapan tunggal atau monolog. Monolog pada umumnya
mengungkapkan perasaan batin tokoh. Drama yang berisi cakapan tunggal diantaranya
berjudul Kasir Kita Karangan Arifin C.Noer.
Karakter : Watak tokoh yang terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh disebut juga
karakter tokoh. Watak tokoh dapat diketahui melalui cara berdialog yang dilakukan antar
tokoh, pikiran tokoh, tindakan, bahkan tampilan fisik tokoh dapat menunjukkan wataknya.
Pengarang menggambarkan watak tokoh melalui dimensi fisik, psikis serta social.
Latar : Menetapkan latar pada karya drama harus memperhatikan faktor pementasan.
Pengarang menetapkan lebih dahulu, dapatkah latar yang menunjukkan kejadian . Latar cerita
dapat dibagi menjadi latar tempat, latar waktu, serta latar situasi. Dalam karya drama latar
sering juga disebut setting, karena latar sangat berhubungan dengan set panggung atau
penataan tempat pementasan.
Sama atau tidak sandiwara dengan drama? Sama tapi beda. Sama-sama seni peran melakukan
akting di atas panggung. Contohnya, antara nonton lenong sama teater koma. Sandiwara
adalah teater tradisional dan drama adalah teater modern. Biasanya sandiwara jarang atau
hampir tidak pernah menggunakan naskah, hanya benang merah cerita saja.
KAJIAN
Istilah kajian atau pengkajian yang dipergunakan dalam penulisan ini menunjukkan pada
pengertian penelaahan. Istilah itu merupakan pembendaan dari kerja mengkaji, menelaah
atau meneliti. Pengkajian terhadap sebuah teks fiksi berarti penelaahan, penelitian, atau
mengkaji, menelaah, meneliti teks fiksi tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengkajian prosa fiksi merupakan proses,
cara, perbuatan mengkaji, menganalisis, menyelidiki, menelaah, dan memahami melalui
analisis karya prosa fiksi (prosa cerita, prosa narasi, atau cerita berplot).
Manfaat yang akan terasa dari kajian prosa fiksi adalah jika kita membaca ulang teks teks
fiksi yang dikaji itu, baik teks-teks itu dikaji itu sendiri maupun oleh orang lain. Namun, tentu
saja kajian itu haruslah merupakan kajian yang baik, teliti, kritis dan sesuai dengan hakikat
karya sastra.
Kita akan merasakan adanya perbedaan, menemukan sesuatu yang baru terdapat pada
karya itu yang belum ditemukan atau dirasakan dalam pembacaan terdahulu sebagai akibat
kompleksitasnya karya yang bersangkutan.
Kita akan dapat lebih menikmati dan memahami cerita, tema, pesan-pesan, penokohan gaya
dan hal-hal lain yang diungkapkan dalam karya itu. Intinya kita pembaca akan menemukan
dan merasakan keindahan pada teks yang dibaca.
Kita pembaca menjadi lebih akrab dengan tokoh dan berbagai masalahnya. kita pembaca
dapat menggenggam cerita dengan lebih baik dan karenanya kita semakin menghargai.
Berdasarkan kesejarahan teori sastra menurut Abrams, dalam Teeuw mengategorikan studi
kesastraan menjadi 4 pendekatan yaitu pendekatan mimetik, ekspresif, objektif dan
pragmatik. Penggolongan ke dalam empat pendekatan tersebut amat terkenal dan menjadi
salah satu bidang garapan wajib bagi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra.
Pendekatan mimetik mengkaji keterkaitan teks kesastraan dengan semesta dan teori yang
berasal dari Plato dan Aristoteles yaitu teori imitasi.
Kajian Historis-Biografis
Telaah ini berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan
dan zaman yang dialami pengarang. Atas dasar itu, kajian ini lebih diarahkan pada adanya
kesesuaian atau tidak—atau seberapa banyak kejadian atau peristiwa-peristiwa tertentu ada atau
mempengaruhi suatu karya sastra.
Kajian Moral-Filosofis
Kajian ini berpangkal dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu merupakan media
menyampaikan nilai-nilai, ajaran-ajaran religi maupun falsafah.Dengan demikian, arah telaah ini
lebih ditujukan kepada upaya menemukan nilai-nilai moral atau pendidikan yang terdapat di dalam
suatu karya sastra. contoh dari kajian moral-filosifis itu apa? Misalnya dari puisi. Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana. Apa nilai-nilai moralnya. Apa pasangan kita terlalu banyak
meminta? Menurut saya kata sederhana itu, tidak meminta lebih. Aku butuh make up, buat beli ini.
Kajian Formalitas
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu terdiri dari bentuk dan isi.
Yang dimaksud dengan bentuk ialah semua unsur yang dimanfaatkan untuk menyampaikan isi.
Sementara itu yang dimaksud dengan isi ialah segala hal yang terdapat di dalam bentuk. Bertolak
dari pikiran itu, sasaraan telaah lebih ditujukan kepada bagaimana bentuk karya sastra yang ditelaah
tersebut dan apa yang hendak disampaikan oleh karya sastra bersangkutan.
Kajian Strukturalisme
Telaah ini berangkat dari dasar pendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah sistem.
Setiap unsur pembangun karya sastra itu berkait dengan unsur lain. Masing-masing unsur hanya
bermakna dalam keterkaitannya dengan unsur lain. Dengan dasar itu, arah telaah ini ditujukan untuk
melihat bagaimana keterkaitan atau jalinan antarunsur pembangun karya sastra yang ditelaah
tersebut.
Kajian Semiotis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa sastra itu merupakan salah satu sistem tanda
yang bermakna yang menggunakan medium bahasa. Sementara itu bahasa sendiri sebenarnya juga
mempunyai sistem tanda yang bermakna.
Kajian Sosiologis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa ada keterkaitan antara sastra dan masyarakat.
Atas dasar itu, kajian sosiologis biasanya lebih diarahkan kepada (misal) sejauh mana sastra
mencerminkan kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu muncul, apa fungsi karya sastra itu
bagi masyarakat, dan bagaimana dampak karya sastra itu bagi masyarakat pembacanya.
Kajian Psikologis
-studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra
Memahami kajian prosa fiksi, yaitu memahami dan mengidentifikasi karya prosa fiksi yang
akan dikaji atau ditelaah.
APRESIASI
Secara umum apresiasi adalah suatu penghargaan dan pemahaman atas suatu karya seni atau
budaya. Apabila ditinjau secara etimologi istilah apresiasi berasal dari bahasa latin yakni apresiatio
yang berarti mengindahkan atau menghargai. Kata “apresiatio” menurunkan kata appreciation
(Inggris) atau appretiare dalam (Perancis).
Menurut Wardani membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut
Tingkatan menggemari yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra
serta keinginan membaca dengan sungguh-sungguh anak melakukan kegiatan kliping sastra
secara rapi atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk
Tingkatan menikmati yaitu mulai dapat menikmati Cipta Karya sastra karena mulai tumbuh
pengertian anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak atau
mendengar akan deklamasi puisi prosa anak-anak atau menonton drama anak-anak
Tingkatan mereaksi yaitu mulai ada keinginan untuk menyatakan pendapat tentang Cipta
sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi atau berdebat dalam suatu diskusi
sastra secara sederhana dalam tingkatan ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan sastra
Tingkatan produktif yaitu mulai ikut menghasilkan Cipta sastra di berbagai media massa
seperti Koran majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia baik dalam bentuk puisi
prosa atau drama
Jenis Apresiasi
Apresiasi bersifat kinetik, yaitu sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu
berlanjut pada keseriusan untuk melakukan langkah-langkah apresiatif secara aktif.
Apresiasi bersifat verbal, yaitu pemberian penafsiran, penilaian, dan penghargaan yang
berbentuk penjelasan, tanggapan, komentar, kritik, dan saran serta pujian baik secara lisan
maupun tulisan.
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelektual pembaca, dalam upaya memahami
unsur-unsur sastra yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif
tersebut selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung
dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar
teks sastra itu sendiri atau unsur ekstrinsik. kehadiran teks sastra.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca, dalam upaya memahami
unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibacanya, serta berperan memahami unsur-
unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang
mengandung ketaksaan makna atau yang bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula
berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat
metaforis.
Aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap indah atau tidak
indah, baik – buruk, karya sastra yang dibaca. Kegiatan ini tidak harus hadir dalam sebuah
karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Menganalisis atau mengurangi unsur-unsur karya sastra tersebut, baik unsur intrinsik
maupun ekstrinsik.
Mengevaluasi atau menilai karya sastra dalam rangka mengukur kualitas karya tersebut.
KRITIK
Kritik berasal dari bahasa Yunani kritein yang berarti mengamati, membanding, dan menimbang.
Kritik berarti pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil,
terhadap baik buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra
Adapun Ciri-Ciri Kritik prosa fiksi antara lain ialah sebagai berikut :
Bersifat objektif.
Menjadi bahan acuan untuk dapa atau bisat meningkatkan kreativitas pencipta karya
tersebut.
Menunjukkan nilai-nilai misalnya pesan moral yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra.
Memperluas wawasan penulis, baik itu yang berkaitan dengan bahasa, objek atau juga tema-
tema tulisan, serta juga teknik bersastra.
Pendekatan Psikologis
Menentukan penyair/pengarang atau karya sastra yang kita anggap menarik. Kesukaan dan
ketertarikan kita terhadap satu pengarang atau satu karya sastra akan membuat kita lebih
mudah dalam menulis kritiknya.
Memahami struktur karya yang telah kita pilih. Prosa memiliki unsur yang terdiri atas unsur
intrinsik dan ekstrinsik.
CIPTA
Cipta sastra sebagai peristiwa seni yang kreatif dapat memancarkan rasa estetis karena karya
sasta dibangun oleh unsur-unsur sastra. Unsur-unsur tersebut adalah unsur ekstrinsik dan unsur
instrinsik dalam karya sastra.
Unsur intelektual
Unsur imajinasi
Unsur emosional
kedua teori ini mengatakan bahwa pengarang sebagai penghasil cipta sastranya. Tolak ukur
penilaian dan interpretasi karya sastra adalah persoalan orisinilitas, kreatifitas, dan invidualitas.
Teori ekspresifisme
teori ini disebut pendekatan biografis. Karena tugas utama penelaah sastra adalah
menginterpretasikan dokume, surat, laporan, ingatan saksi mata terhadap autobiografis
pengarang.
Essai
Essai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas dari sudut
pandang pribadi penulisnya. Essai sering juga disebut artikel, tulisan, atau komposisi atau dalam
arti luas eass dapat dipahami sebagai sebuah karangan. Essai adalah sebuah karangan singkat
yang berisi pendapat atau argument penulis terhadap sebuah topik.
Bentuk-bentuk essai
Essai deskriptif
Bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk essai ini
mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subjek.
Essai ekspositori
Essai menjelaskan kepada pembaca dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua
hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan
mengklasifikasikan atau mendefinisikan.
Essai naratif
Menggambarkan sebuah ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan disajikan
sesuai urutan waktu. Essai naratif ini bersifat persuasif, berusaha mengubah perilaku pembaca
untuk ikut serta dalam suatu tindakan.
Essai dokumentatif
Memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas
tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau panduan Turabian.
Pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subjek bahasan dan
pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh penulis.
Simpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh essai, atau
menambahkan observasi tentang subyek yang dinilai penulis.
Bagaimana ciri-ciri dan struktur dari sebuah esai?dan bagaimana cara penulisan esai yang baik
dan benar? Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan
penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang
khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
3. Selalu tidak utuh. Penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek
yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para
pembaca.
4. Memenuhi keutuhan kriteria penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun
harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan,
pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang
logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di
awang-awang.
5. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
6. Mempunyai ciri pribadi, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri
personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang
kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.