Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sastra dapat dijadikan pintu gerbang pendidikan karakter terutama karya
berbentuk novel. Novel merupakan karya sastra terutama kegiatan positif yang
baik dan penuh makna bagi generasi penerus bangsa. Novel adalah ungkapan
pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, keyakinan
dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona dan
dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra juga sebagai karya seni yang bisa
digunakan sebagai sarana untuk menghibur diri pembaca. Yang di maksud dengan
menghibur adalah tidak membosankan.
Teew ( dalam Pradopo 1995 :178 ) menyatakan bahwa karya sastra tidak
lari dari kekosongan budaya, karya sastra itu ditulis sastrawan tidak terlepas dari
latar sosial budayanya. Dalam hal ini seorang pengarang akan mencoba
mengangkat gambaran sosial budaya dari masyarakat sebagai setting dari karya
sastra itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh C.G Jung (dalam Amiduddin
1990 : 92) bahwa pengarang adalah manusia yang memilki kepekaan jiwa sangat
tinggi, sehingga mereka mampu menangkap suasana batin manusia lain yag
paling dalam.
Karya sastra berbentuk novel merupakan salah satu kajian yang tinggi
nilainya. Selain itu mengkaji novel juga merupakan suatu gambaran kehidupan
dan kehidupan itu sendiri adalah sutu ken yataan. Dalam pengertian ini tiap-tiap
kata menimbulkan rasa yang menyentuh perasaan pembaca. Kehidupan mencakup
hubungan antar masyarakat, manusia, dan peristiwa yang terjadi dalam batin
seseorang. Yang merjadi bahan sastra adalah masalah hubungana dengan orang

lain masa depan dan masyarakat. Mengkaji novel adalah suatu kesadaran tentang
kebenaran hidup.
Dalam mengkaji novel dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam tentang manusia dan kehidupan untuk masa depan. Sastra erat
hubungannya dengan pendidikan terutama upaya untuk mengangkat nilai-nilai
yang terkandung dalam kajian novel agar dapat mendukung dan memperkuat
generasi penerus bangsa secara keseluruhan.
Manfaat menganalisis sastra adalah masyarakat yang memiliki minat
terhadap karya sastra baik terhadap produsen ( pencipta ) dari sebuah karya sastra
maupun konsumen ( penikmat ) dari karya sastra. Manfaat yang terasadari kerja
analisis itu adalah jika kita membaca ulang karya-karya kesastraan ( novel,
cerpen). Pada intinya masyarakat sebagai subjek dan juga merupakan objek dari
karya sastra. Dengan demikian muncullah istilah masyarakat sastra artinya
seluruh masyarakat yang memiliki minat terhadap karya sastra.
Gejala-gejala yang di susun oleh pengarang mengangkat dan mengisahkan
kembali berbagai fenomena atau permasalahan manusia dan kemanusiaan, seperti
nilai-nilai atau norma-norma hidup dan kehidupan setiap manusia secara hakiki
dan secara universal dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun
sebagai masyarakat umum.
Karya sastra yang terdiri atas pengarang adalah manusia yang memiliki
kepekaan jiwa sangat tinggi sehingga mereka mampu menangkap suasana hati
manusia lain yang paling dalam. Jika endapan pengalaman tersebut sudah cukup
kuat memberi dorongan pada batin pengarang untuk melakukan proses kreatif,
maka lahirlah endapan dalam wahana bahasa yang di pilih dan di ekspresikan
menjadi karya sastra.

Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamnya terkandung fenomenafenomena kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku tokoh-tokohnya. Dengan
demikian karya sastra atau teks sastra dapat didekati dengan menggunakan
pendekatan psikologi. Sebuah karya sastra mengandung psikologi secara tidak
langsung yaitu tentang jiwa manusia. Karena karya sastra memuat kejiwaan
manusia.
Dengan demikian lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan
yang efektif, lingkungan yang menarik perhatian seseorang pada suatu waktu
tertentu karena arti yang dapat diberikannya. Lingkungan yang dimaksudkan
bukanlah benda-benda yang konkrit saja, Perasaan dann harapan yang ada dalam
diri kita termasuk juga juga lingkungan.
Individu menentang lingkungannya terjadi karena ternyata pengaruh
lingkungan di rasa kurang menguntungkan bahkan membahayakan. Menentang
lingkungan tidaklah selamanya berarti menentang terang- terangan. Penentangan
ini bias juga di sebut penghindaran yang di maksudnya pada dasarnya adalah
sama yaitu menyalamatkan diri. Pemakaian atau pemanfaatan lingkungan terjadi
bilamana lingkungan dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif.
Dalam hubungan yang ketiga yaitu individu ikut serta dengan
lingkangannya karena segala kehidupan sosial pada dasarnya memperlihatkn
corak lingkungan yang sesuai dengan individu tersebut. Ada juga individu yang
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hubungan tersebut seorang
individu kadang-kadang harus mengubah lingkungannya untuk kepentingan diri
sendiri.
Hal yang terjadi pada manusia nyata juga terdapat pada manusia-manusia
imajener,begitu juga pada novel Romansa Pada Musim Dinginkarya Lisa
Kleypas, ini menggambarkan tokoh dengan berbagai macam tingkah laku sesuai

dengan lingkungan yang mempengaruhinya, sehingga menarik untuk dikaji


dengan memanfaatkan ilmu psikologi.
Mengkaji novel merupakan kriteria seseorang untuk menambah ilmu agar
kedepan bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Karya sastra
yang di angkat oleh peneliti, salah satunya adalah novel Romansa Pada Musim
Dingin Karya Lisa Kleypas. Pengarang mengangkat dan mengisahkan kembali
fenomena atau permasalahan manusia dan kemanusiaan. Pengarang khususnya
penulis novel berusaha mengungkap pengalaman sendiri, mereka tidak akan
menghasilkan karya sastra berupa novel apabila dia tidak memiliki pengalaman
kehidupan. Pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari yang berupa nilai atau
norma kehidupan itulah kemudian dikolaborasikan dengan daya imajinasi dan
diwujudkan dalam bentuk karya sastra. Semua pengalaman pribadinya itu, lewat
imajinasi yang akan tercermin dalam karya yang dihasilkannya sesuai dengan
cita-citanya melalui dialog dan perwatakan setiap tokoh-tokoh yang dipilih serta
ditampilkan dalam karya berbentuk novel.
Penulis memiliki minat untuk mengkaji novel Romansa Pada Musim
Dingin Karya Lisa Kleypas, karena roman atau novel mencerminkan sebuah
eksplorasi atau kronik penghidupan. Menerangkan dan melukiskan dalam bentuk
yang tertentu pengaruh, ikatan, hasil, kelancaran atau tercepatnya gerak-gerik
manusia. Maka penghidupan mencoba mengangkat nilai sosial budaya
masyarakat yang berbeda.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah watak
tokoh utama dalam novel Romansa Pada Musim DinginKarya Lisa Kleypas?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan watak
tokoh utama dalam novel Romansa Pada Musim DinginKarya Lisa
Kleypas.
1.4 Manfaat penelitan
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat mempertajam daya analisis penulis dalam memperoleh
deskripsi yang lengkap tentang watak tokoh utama dalam novel Romansa
Pada Musim Dingin Karya Lisa Kleypas.
b. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk meningkatkan keterampilan
dalam proses pemahaman mengenai ilmu bahasa.

BAB II
ACUAN TEORI DAN BATASAN KONSEP
5

2.1 Acuan Teori


Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme.
Menurut Teeuw ( 2008: 103), strukturalisme berkembang melalui tradisi formalis.
Artinya, hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis sebagian besar
dilanjutkan dalam strukturalis. Secara defenitif, strukturalisme berarti paham
mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar
hubungannya di satu pihak antar hubungan unsure yang satu dengan hubungan
yang lainnya.
Pendekatan struktural memperlihatkan karya sastra yang merupakan satu
kesatuan dan keseluruhan unsur-unsur pembentuknya dan kiranya sastra dapat
dinikmati melalui karyanya itu sendiri. Sejalan dengan itu Teeuw (1951 : 21 )
menyatakan pendekatan struktural menekankan karya sastra setidaknya banyak
bersifat otonom. Pendekatan strukturalisme merupakan tahap awal dalam
penelitian sastra. Pendekatan strukuralisme adalah pendekatan yang berorientasi
kepada karya sebagai analisis yang ditujukan kepada teks itu sendiri sebagai
kesatuan yang tersusun dari bagian-bagian yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
Tujuan dari nalisis ini adalah untuk memaparkan keterkitan dan keterjalinan
dari berbagai aspek yang secara bersama-sama membentuk wacana. Dalam
analisis ini dapat dilihat dari sudut plot, karakter, stting, point of view, tone,dan
teme sebagaimana unsure-unsur ini saling berinteraksi.
Sebuah struktur mempunyai tiga sifat yaitu: Totalitas, Trasformasi dan
Pengaturan diri: a) Yang dimaksud dengan totalitas yaitu struktur yang terkandung
di dalamnya mencerminkan sistem itu sebagai sistem. Dan kata lain susunan
sebagai kesatuan akan menjadi konsep lengkap dalam dirinya. b) Transformasi

adalah perubahan perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan
mengakibatkan hubungan antar unsure akan berubah pula. c) Pengaturan diri yang
dimaksud adalah bahwa struktur itu dibentuk oleh kaidah-kaidah, intrinsik dari
hubungan antar unsur akan mengatur sendiri bila ada unsur yang beruh atau
hilang.
Langkah-langkah dalam menerapkan strukturalisme menurut Nurgiyantoro
(2007:36), adalah sebagai berikut : a) Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang
membangun karya sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, toko, latar, dan
alur. b) Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi, sehingga diketahui
bagaimana tema, tokoh dan alur dari sebuah kary sastra. c) Mendeskripsikan
fungsi masing-masing unsur, sehingga diketahui tema, tokoh dan alur dalam
sebuah karya sastra. d) Menghubungkan masing-msing unsur sehingga diketahui
tema, tokoh dan alur dalam sebuah karya sastra.
2.2 Batasan Konsep
2.2.1 Sastra
Menurut pendapat dari Waluyo (2002 : 68) karya sastra hadir sebagai wujud
nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara
pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam pencitraan
cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh
tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal
diantaranya metode, munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa yang
ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian digunakan.
Karya sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah
lepasw dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan
manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula
dari persaolan dan permasalahaan yang ada pada manusia dan lingkungannya,

kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang yang tinggal
menuangkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya mejadi sebuah karya sastra.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah
novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi dianggap bersinonim dengan novel
Abrams (dalam Nugiyantoro, 2000 : 4)
Prosa adalah pengertian kesastraan juga disebut fiksi ( fiction ), teks naratif
(narrative tex), atau wacana naratif (narrative discourse), (dalampendekatan
struktural dan semiotik). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau
cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak
menyarankan pada kebenaran sejarah, Abrams (dalam Nugiyantoro, 2000:2)
Karya fiksi dengan demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan
sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi
sungguh-sungguhan sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pun dapat di
buktikan dengan data empiris. Ada tidaknya atau dapat tidaknya,, sesuatu yang di
kemukakan dalam suatu karya dibuktikan secara empiris, inilah antara lain yang
membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat yang
disebut-sebut dalam fiksi adalah, tokoh, peristiwa, dan tempat-tempat yang bersifat
imajinatif, sedang pada karya nanfiksi, bersifat factual (Nurgiyantoro, 2000 ; 2)
Sebagai sebuah imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia
dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai
permasalahan tersebut dengan kesungguhan yang kemudian diungkapkannya
kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi
menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro 2000:2) dapat diartikan
sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar
manusia.

2.2.2 Novel
Menurut pendapat dari Nurgyantoro (2000 : 18), Novel adalah suatu
cerita yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan tediri dari tema, alur, plot,
dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk
fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah nyata. Novel
memuat kehidupan ideal yang diimajinasikan oleh penyair berdasarkan
penghayatannya yang mendalam tentang kehidupan.
Kehidupan yang ideal itu mewujudnyatakan dalam lukisan situasi
yang mampu memukau pembaca sehingga terjadi penghayatan tingkah laku
tokoh yang terkandung dalam novel didalam diri pembaca. Kehidupan ideal
yang estetis itu syarat dengan pengetahuan baik yang bersifat konseptual,
informative, maupun yang bersifat teknis, dan hokum. Itulah sebabnya karya
sastra terutama novel dan karya cerita lainnya sangat bermanfaat sebagai
media pendidikan. Situasi-situasi itu diluiskan secara langsung olek penyair
atau dilukis melalui interaksi tokoh atau pelakucerita berdasarkan karakter
tiap-tiap tokoh.
2.2.3 Watak
Penokohan (perwatakan) peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya
dalam kehidupan sehari-hari, lalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku
tertentu. Pelku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin hubungan suatu cerita disebut tokoh.
Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut
peokohan, (Aminudin 1978 : 79).
Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang
diberi dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan member
gambaran menganai tindak-tinduk, ucapan kebiasaan dan sebagainya. (semi

1988: 37). Cara mengucapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui


pernyataan langsung, melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui monolog
batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dan tokoh-tokoh lain
dan melalui kebiasaan atau sindiran.
Pewatakan dalam suatu novel dapat dipandang dan pembaruan minat,
keinginan, emosi,moral dan membentuk indifidu yang bermain dalam suatu
cerita (Robert Stanto dalam semi, 1988:39).

2.2.4 Tokoh utama


Tokoh utama yaitu orang yang mengambil bagian dalam sebagian
besar peristiwa dalam cerita, biasanya peristiwa atau kejadian-kejadian itu
menyebabkan terjadinya perubahan sikap terhadap diri tokoh atau perubahan
pandangan kita sebagai pembaca terhadap tokoh tersebut, misalnya: menjadi
benci, senang atau simpati (Semi, 1988 : 39telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya dan sosial dignifikansi penelitian

10

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunaka dalam penelitian ini yaitu penelitian dapat
digolongkan sebagai penelitian kualitatif atau secara lengkap metode
penelitian kualitatif. Defenisi metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
(dalam Moeleong 2000:3) metode kualitatif sebagai proses penelitian yang
menghasilkan data tertulis atau lisan tentang orang-orang. Perilaku yang
diamati sejalan dengan defenisi tersebut (Kirk dan Miler (2000 :
9),mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengalaman
manusia dan kawasannya terdiri dan berhubungan dengan orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahanya.

11

Ciri penelitian kualitatif,salah satunya adalah bersifat deskriptif. Data


yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka-angka. Akan tetapi, dalam
penelitian kualitatif bias saja terdapat pehitungan-perhitungan dengan
menggunakan angka untuk melengkapi skripsi sesuai tuntutan pemecahan
masalah. Dalam penelitian ini tidak akan menggunakan perhitungan. Dengan
demikian, penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan datadata tertulis,mengungkapkan suatu masalh, keadaan dan fakta yang ada,
kemudian data-data tersebut dianalisis dan diambil kesimpulan akhir.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memuat gambaran yang systematis,
factual dan sistematis menganai data, fakta serta hubungan antara fenomena
yang terjadi pusat penelitian yang sedang dianut.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif.
Menurut Nasir (1998) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode dalam penelitian status kelompok manusia sebagai suatu objek, suatu
setkondis,suau system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang .
3.2 Pendataan
Yang akan dikaji dalam penelitian dimana dilakukan oleh peneliti
terhadap status kelompok manusia, dalam suatu objek atau suatu set kondisi
system pemikiran atau peristiwa pada masa sekarang, data dalam penelitian
ini adalah berupa kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang berupa kalimat di
setiap paragraf dalam novel Romansa Pada Musim Dingin Karya Lisa
Kleypas. Yang terkait dengan watak tokoh utama.

3.3 Sumber Data

12

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Romansa Pada Musim
Dingin karya Lisa Kleypas, cetakan ke-1 diterbitkan oleh penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013. Tebal 423 halaman, berukuran
13x18 cm.

3.4 Teknik Mengumpulkan data


a. Membaca novel secara seksama untuk memahami isinya dan menghayati
perwatakan yang terkandung di dalamnya.
b. Selanjutnya novel dibaca lagi dan mengidentifikasi pernyataanyang
mengungkapkan tingkah laku atau perwatakan.
c. Menyusun pernyataan-pernyataan itu, kedalam korpus data penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data


a. Data yang telah dikumpulkan diuji kebenaranya berdasarkan konsep
b.
c.
d.
e.

tingkahlaku atau perwatakan.


Klasifikasi tingkahlaku atau perwatakan berdasarkan perilaku tokoh.
Interprastasi tingkahlaku berdasarkan perilaku dan substansi tokoh.
Merumuskan pernyataan-pernyataan pembahasan.
Merumuskan simpulan hasil pembahasan.

13

Catatan :
Dalam simpulanlah kita mengemukakan generalisasi dari yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan sosial dignifikansi
penelitian kita.
Marilah terus menggali karya sastra terutama pada novel
Romansa Pada Musim DinginKarya Lisa Kleypas sehingga menjadi
penanaman motivasi pada generasi sekarang dan seterusnya, berjalan
sekaligus mencptakan rasa peduli terhadap pendidikan.

14

DAFTAR PUSTAKA
Amminudin. 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Penerbit. FKIP
Malang
Metode penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia
Hirata, Andrea.2008. Sang Pemimpin. Yogyakarta.PT.Bentang
Pustaka.
Moeleong, Lexy. 2001.Metodelogi Penelitian
Kualitatif.Bandung.Remaja
Rusda.
Nurgiyatoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gajah
mada Press.
Waluyo, Herman. 2002. Apresiasi dan Pengajaran Sastra.Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Semi,A.M. 1989. K Kritik Sastra.Bandung:Angkasa.
Wellek dan Warren. Terjamahan. Melani Budianto. 1989.Teori

15

Kesusastraan. JakartaPenerbit P.T Gramediass

16

Anda mungkin juga menyukai