Oleh:
RIZAL ABRIYAN SYAH SAPUTRA
201010700019
PENDAHULUAN
Karya sastra salah satu alat manusia untuk berekspresi atau untuk
melampiaskan imajinasinya. Sastra terbatas pada seni sastra imajiner (Rene Wellek
dalam Saragih et al., n.d.) tapi bukan hanya sebagai alat untuk melampiaskan
imajinasi saja kadang juga karya sastra sebagai rekam jejak atau sebuah
pengalaman pribadi dari pengarang karya sastra itu sendiri, seperti yang di
ungkapkan oleh Septia, 2016: 104 Bahwa karya Sastra yang terbaik mencakup
semua aspek kehidupan manusia dan menggunakan lingkungan cara bicara yang
masyarakat dan masyarakat menjadi sumber inspirasi bagi para penulis ketika
menulis karya-karyanya (Damono dalam Bambang & Slamet, n.d.) bukan tanpa
atau penulis karya sastra merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, maka dari
penulis atau pengarang lahir, tumbuh, dan tentu nya bagian dari masyarakat itu
sendiri.
edukasi atau juga pelajaran hidup bagi para penikmat karya sastra. karena dalam
karya sastra sendiri terdapat tindakan atau juga dialog yang mencerminkan
kehidupan sehari-hari dari mulai tiruan dari tindakan positif sampai pada negatif
yang bisa dipelajari atau sebagai motivasi untuk selalu berbuat positif. Bukan hanya
berfungsi sebagai pelajaran hidup tapi karya sastra juga berfungsi sebagai alat
hiburan untuk para penikmat karya sastra itu sendiri karna biasa nya karya sastra
dipakai Ketika rasa jenuh dalam diri manusia melanda dan Sebagian melarikan
Karya sastra dibuat oleh pengarang dengan imajinasi nya atau juga dengan
salah satu unsur kejiwaan atau psikologi sang pengarang karya sastra. Menurut
Rene Wellek dan Austin Warren (1962: 81-82) menunjukan empat model
pendekatan Psikologi pada karya sastra antara lain berkaitan dengan pengarang,
psikologi pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang,
karya sastra dan pembaca. Pada proses kreatif atau proses pembuatan karya sastra
dianggap sebagai aktivitas penulis atau pengarang, yang sering dikaitkan dengan
dengan bantuan ingatan atau imajinasi pengarang itu sendiri tapi bukan hanya itu
saja unsur kejiwaan yang ada dalam proses kreatif ada juga obsesi, kontenplasi,
karya sastra berhubungan dengan sebuah unsur kejiwaan atau psikologi karena
Ketika para pembaca membaca sebuah karya sastra memerluakan sebuah imajinasi
dalam penghayatan nya serta dalam memberikan tanggapan atau juga memberikan
kesimpulan apa yang telah di baca para pembaca karya sastra. Oleh karena itu,
Salah satu contoh bentuk dari karya sastra adalah Novel. Sebuah Novel
berbeda dengan sebuah cerpen. Perpedaannya dari segi sususnan, jika novel atau
prosa dengan cerita yang lebih Panjang dan sebalik nya sebuah cerpen seperti
Namanya cerpen atau cerita pendek maka dari itu cerpen prosa yang ceritanya
pendek ketimbang sebuah Novel. Menurut Kosasih (2013: 60) bahwa Novel adalah
karya sastra imajinatif yang menceritakan tentang masalah kehidupan salah satu
orang atau beberapa orang (dalam Abdul Falah, 2018). Dalam sebuah novel pun
banyak membahas berbagai kisah manusia dan kisah atau tindakan manusia yang
direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah novel, tindakan tokoh atau kisah
dalam sebuah novel dibagi menjadi tiga unsur yaitu sosiologi, Antropologi, dan
juga psikologi.
Pada sebuah novel juga terdapat unsur sosisologi bila disatukan dalam sastra
menjadi sosiologi sastra atau hubungan cerita dengan masyarakat itu sendiri karena
pengarang sendiri bagian dari masyarakat maka dari itu cerita pada sebuah novel
sastra juga terdapat unsur Antropologi atau Antropologi sastra, secara arti
kebudayaan atau Kultural sendiri dalam sebuah karya sastra meliputi bahasa, religi,
mitos, sejarah, hukum, maupun adat, istiadat. Karena dalam pembuatan karya sastra
menyertakan sebuah kejiwaan pengarang maka dari itu unsur psikologi atau
psiklogi sastra menjadi salah satu yang pasti ada dalam sebuah karya sastra.
sebuah novel merupakan sebuah yang sudah pasti. Dan bisa di analisis lewat
tindakan para tokoh dalam sebuah Novel. Khususnya psikologi sendiri dapat di
analisis lewat psikologi pengarang dan juga pembaca seperti yang di ungkapkan
oleh Wallek dan Warren (1962: 81) memebedakan analisis psikologi menjadi dua
macam pertama studi psikologi yang berkaitan dengan pengarang, seperti kelainan
bukan hanya dari psikologi pengarang nya saja tapi juga psikologi dari tokoh-tokoh
yang terdapat dalam karya sastra atau novel itu sendiri seperti yang di ungkapan
perhatian pada unusur-unsur kejiawaan tokoh fiksional yang terdapat dalam karya
sastra atau juga bisa di analisis lewat tindakan para tokoh dalam sebuah novel itu
sendiri.
Unsur psikologi pada sebuah novel bisa dipahami lewat kejiwaan seorang
pengarang atau tokoh dan tentunya juga dari inti atau alur dari sebuah cerita dalam
novel itu sendiri. menurut Nyoman (2004: 341) bahwa karya sastra mengandung
aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya. Aspek kejiwaan atau psikologi dalam
sebuah karya sastra bermacam-macam salah satu contoh nya Psikologi Abnormal.
Abnormal sendiri menurut KBBI tidak dari biasa atau diluar dari kata
tidak lepas dari perilaku abnormal atau manifes dari ganguan kejiwaan atau
karakteristik perilaku abnormal terbagi manjadi lima anatara lain kejajaran statistik,
pelanggaran norma, distress peribadi, disabilitas atau disfungsi perilaku, dan yang
tidak diharapkan (unexpectedness). Tidak semua bentuk perilaku diluar nalar atau
tidak normal bisa di anggap sebagai bentuk dari perilaku abnormal. Pada umumnya
perilaku abnormal biasanya melanggar norma sosial atau merugikan seseorang atau
Sebuah novel yang pasti memiliki unsur psikologi bisa di analisis dengan
karya sastra berbentuk novel dengan judul Kelab dalam Swalayan Karya Abi
Ardianda. Novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda menceritakan tentang
tokoh utama yaitu Sonja yang memiliki masalah kejiwaan atau keperibadain, tapi
bukan hanya Sonja Sang tokoh utama yang memiliki masalah kejiwaan atau
keperibdaian tapi juga tokoh tokoh lain, seperti ibu, mega, Chakra, dan lainya.
tentang Sonja sang tokoh utama yang dilamar oleh kekasihnya Nohan, tapi anehnya
Sonja tidak merasa Bahagia dengan dilamarnya dia dengan kekasihnya. Bukan
karna Sonja tidak cinta dengan kekasihnya Nohan tapi ada hal lain yang
membuatnya merasa cemas dan tidak ingin menikah buru-buru. Setelah pesta
pinggir kota. Di dalam swalayan Sonja merasa aneh karena didalam swalayan lebih
tepatnya dibelakang sebuah swalayan terdapat sebuah pintu dan pintu itu terdengar
sebuah bunyi bising akhirnya Sonja sang tokoh utama penasaran dan memilih untuk
masuk kedalam sebuah pintu didalam tokoh swalayan itu. Sonja masuk kedalam
yaitu Mega, Sonja merasa tidak asing dengan perempuan itu dan tentunya Sonja
juga tertarik dengan Mega. Sonja pun mendekat kepinggir panggung dan dihampiri
oleh Mega dengan mengatakan kepada Sonja “aku mengenal mu” dan perempuan
itu mengatakan Kembali “aku mengenalmu termasuk hal-hal yang kamu tidak
ketahui, termasuk kau telah membunuh ayah mu Ketika kau berumur sepuluh
tahun”. Sonja tersontak kaget dengan perkataan perempuan dalam kelab itu. Sonja
sendiri tinggal bermasa kedua kaka perempuannya yaitu ka Mala dan ka Irin.
Tokoh Ka mala sendiri belum sekali pernah berumah tangga dan tidak
sakit. Pada suatu Ketika ka Mala Mengoprasi salah satu pasien tapi oprasi tiu gagal
dilakukan nya yang membuat pasien itu lumpuh dan tidak lama meninggal. Pada
saaat setelah pasein itu meninggal Ka Mala ditemukan Bunuh diri didalam rumah
nya. Ka Mala, Ka irin, dan Sonja memiliki seorang ibu yang sangat tegas dalam
tokoh teh yang dioprasikannya. Bukan tanpa sebab ibu milih usaha teh, karena ibu
pencinta teh. Ibu memerlakukan anak-anak nya sangat protektif sehingga tokoh ibu
di segani oleh anak-anaknya. Anaknya merasa kalau ibu memiliki sifat yang beda
Tokoh ibu memiliki pembantu yang mana pembantu ini si embok sebutan
anak-anak ibu, dan anak-anaknya merasa kalau ibu mereka adalah embok pembantu
mereka. Tapi suatu Ketika embok ditemukan tergeletak dilantai dengan bersembah
darah. Ketika Sonja bangun dari tidurnya tangan dapakaiannya terlah tercecer darah
yang tidak lain darah dari si embok. Akhirnya Sonja mencoba memakamkan si
embok tanpa diketahui oleh siapapun. Cerita novel kelab dalam swalayan karya Abi
tokoh-tokohnya.
Kejiwaan pada karya sastra novel tergambar dalam novel Kelab dalam
Swalayan Karya Abi Ardianda. Karena sastra adalah jendela jiwa (Ahmadi dalam
Burhanuddin, n.d.). maka dari itu kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel
dalam novel berjudul kelab dalam Swalayan karya Abi Ardinda banyak membahas
bagian dari psikologi yang berfokus pada berbagai jenis masalah kejiwaan yang
dapat dialami orang (dalam Burhanuddin, n.d.). masalah kejiwaan pada novel kelab
dalam swalayan karya Abi Ardianda banyak didasari oleh emosional para tokoh.
Pada kutipan novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda yang
mencerminkan perilaku Abnormal yaitu “Ka Mala Mengaku belum merasa perlu
Berikutnya Kutipan ke-2 yang mencerminkan perilaku abnormal dari novel yang
sama “Butuh sepuluh Menit untuk membuat ku merasa lebih rileks, Bahagia, dan
percaya diri” Halm. 80 yang mana tokoh sedang dalam pengaruh minuman
beralkohol. Hal ini dikelompokan sebagai perilaku Abnormal dari Gangguan yang
berkaitan dengan penggunaan zat yang mana penggunaan zat akan berefek pada
novel Kelab dalam Swalayan disebabkan oleh berbagai masalah sosial dan juga
kenangan masa lalu yang membuat para tokoh berperilaku abnormal atau diluar dari
norma masyarakat.
dalam sebuah karya sastra yaitu novel, memiliki banyak sekali acuan, seperti teori
dari Sigmund frued, Carl Gustav jung, atau Juga Alfred Adier. Dari sekian acuan
Pendekatan yang sesuai untuk membahas keperibadian Abnormal pada novel Kelab
dalam Swalayan karya Abi Ardianda memakai teori Psikologi Abnormal dari
psikopatologi tokoh pada novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda atau
psikologi abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda
abnormal dan penyebab dari perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam
tentang psikologi tokoh bukan hanya tokoh utamanya saja tapi para tokoh didalam
tapi perilaku pada tokoh tersebut sangat abnormal atau menyimpang dari normal.
Kisah masa lalu para tokoh mulai dari pembunuhan, kekerasaan dalam keluarga,
abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda.
juga penyebab dari perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan
karya Abi Ardianda yang sesuai dengan kajian psikologi sastra (psikopatologi
sastra).
Dalam penelitian ini peneliti menjabarkan segala bentuk emosi dan perilaku
abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda. Sehingga
peneliti mendapatkan data yang akan di uji Kembali dengan teori Grald C.
Seperti yang sudah di jelaskan di latar belakang tersebut maka batasan malasah
penelitian ini antara lain untuk mendeksipsikan bentuk perilaku abnormal pada
tokoh novel kelab dalam swalayan karya Abi Adrianda dan juga Deskripsi
penyebab perilaku perilaku abnormal pada tokoh novel kelab dalam swalayan karya
Abi Adrianda.
1.3 Rumusan Masalah
Seperti yang sudah di jelaskan pada batasan masalah tersebut maka rumusan
Seperti yang sudah di jelaskan pada rumusan masalah tersebut maka tujuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
1. Manfaat Teoretis
itu diharapkan bisa menjadi ilmu yang layak bagi sastra itu sendiri.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan untuk para pembaca diharapkan
abnormalitas.
BAB II
Penelitian relavan atau sejenis pada penelitian ini untuk menambah validasi
dan kepercayaan pembaca pada penelitian ini. Beberapa penelitian sejenis antara
lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspita Sari (2022), Erni (2012),
Dwi Rosalinda (2018), Vika Widiastuti dan Pujiharto (2015), Nur Ainun
abnormal dalam penelitian ini mengacu pada teori Nevid tentang perilaku abnormal
yang meliputi enam kriteria perilaku abnormal yaitu perilaku yang tidak biasa,
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau bertentangan dengan norma
menekankan dampak pribadi yang serius, perilaku yang tidak pantas dan perilaku
berbahaya. Hasil pada penelitian ini berupa kutipan yang bersumber dari novel
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra yaitu novel. Perbedaannya
terletak pada objek penelitian dan juga penelitian tersebut meneliti perilaku
abnormal tokoh utamanya saja maka penelitian ini meneliti bukan hanya tokoh
Nedena dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika Tinjauan Psikologi Sastra”.
pengumpulan data yaitu melalui teknik pustaka, simak, dan catat. Analisis datanya
pendekatan psikologi sastra dengan objek penelitian novel Dadaisme karya Dewi
membangun novel Dadaisme karya Dewi Sartika yang meliputi tema, alur,
penokohan, dan latar; (2) mendeskripsikan perilaku abnormal tokoh Nedena dalam
novel Dadaisme karya Dewi Sartika dengan tinjauan psikologi sastra. hasil dari
penelitian ini yaitu trauma pada masa anak-anak, depresi, bunuh diri, halusinasi,
dan skizofrenia.
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra yaitu novel dan hasil pada
penelitian ini juga hamper mirip di antaranya Skizofrenia pada tokoh dan rasa
trumatik tokoh. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu penelitian
ini meneliti tidak hanya satu tokoh saja dan objek penelitian nya juga berbeda.
Abnormal Tokoh Utama dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika” penelitian
ini antara lain (1) bagaimana bentuk-bentuk perilaku abnromal tokoh utama dalam
novel Dadaisme karya Dewi Sasrtika, (2) bagaimana faktor penyebab perilaku
abnormal tokoh utama dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Hasil yang
ditemukan pada penelitian ini anatara lain (1) depresif mayor akut, (2) stuport
depresif atau mutisme, (3) Perilaku waham atau delusi, (4)Perilaku halusinasi, (5)
Perilaku dissosiasi. Selain itu dapat diungkapkan terdapat beberapa faktor penyebab
perilaku abnormal yang dilakukan oleh tokoh utama yaitu, faktor trauma dan faktor
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra perbedaan penelitaian tersebut
abnormal tokoh utama nya saja sedangkan penelitian tidak hanya tokoh utamanya
saja. Objek penelitian tersebut juga berbeda dengan penelitian ini. Rumusan
masalah pada penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian ini yaitu bentuk
untuk menggambarkan keadaan tokoh pada novel pasung jiwa karya Okky
Madasari. Bentuk dari perilaku abnormal pada penelitian ini anatara lain perilaku
transgender sebagai bentuk gangguan identitas gender, persepsi yang salah tentang
lingkungan sebagai bentuk gangguan skizofrenia, dan mengingat kembali kejadian
sosial sebagai bentuk gangguan kepribadian skizoid, dan prostitusi. penelitian ini
juga dicoba mencari alasan anomali yang dialami oleh tokoh-tokoh novel jiwa
Penyebab anomali tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar Secara individu.
Faktor eksternal menyebabkan gangguan jiwa dan perilaku abnormal novel Pasung
Jiwa, misalnya, hubungan patogen antara orang tua dan Anak, peristiwa traumatis
yang dialami di masa kecil, kondisi kerugian sosial. Dari perspektif internal teori
kepribadian Freud, seperti yang diterapkan dalam novel Pasung Jiwa, mencapai
semua itu gangguan mental dan perilaku abnormal yang dialami oleh tokoh karena
aturan id. Ego tidak dapat menyeimbangkan tuntutan yang saling bertentangan dari
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra dan menganalisis bentuk dan
disertai faktor penebab dari perilaku abnormal tokoh. Perbedaan penelitian ini
serta sumber penelitian ini ialah Novel Androphobia Karya Ullan Pralihanta dengan
pendekatan psikologi sastra dibantu dengan teori Gerald C Davison. Teknik dalam
mengumpulkan data pada penelitian ini ialah Teknik baca dan catat. Hasil pada
penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku abnormal tokoh
yang termasuk gangguan stress Pasca trauma dan fobia sosial, yang terlihat pada
keadaan gadis yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain, terutama laki-laki.
skizofrenia yang dicirikan oleh karakternya Gadis itu mengalami halusinasi dan
delusi yang membuatnya sulit dibedakan kehidupan nyata dan imajiner, dan yang
ketiga adalah gangguan kepribadian karakter gadis itu ditandai dengan hipersensitif
rela menolak dan menyalahkan orang lain dan ingin menyalahkan orang lain atas
me pertahanan untuk mengendalikan rasa takut Pemicu stres dan strategi untuk
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra dan juga teori ang dipakai
penelitian tersebut sama dengan penelitian ini yaitu Gerald C Davision. Perbedaan
Tokoh Ishigami Tetsuya melalui konsep perilaku Antisosial Richard dan susan
dalam novel Yōgisha X no Kenshin karya Higasin Keigo”. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan perilaku anti sosial, anti sosial sendiri merupakan perilaku
ekstrinsik dalam menganalisis novel ini. Pendekatan intrinsik melalui analisis tokoh
dan penokohan, alur dan latar. Pendekatan ekstrinsik melalui konsep gangguan
perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra. perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian dan bentuk perilaku abnormal,
penelitian tersebut hanya meneliti anti sosial pada tokoh dalam novel Yōgisha X no
Teori asal kata dari theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori
hubungan dan tentu sudah teruji kebenarannya. Menurut Nyoman (2004) sebuah
dalam Nyoman (2004) menjelaskan bahwa penelitian terhadap karya sastra pada
umumnya memanfaat kan teori yang sudah ada. Maka dari itu penelitian ini
abnormal.
seseorang baik secara tersirat maupun langsung. Karenanya sastra tidak lepas
dengan konteks psikologi dan sebaliknya psikologi tidak lepas dari sastra itu
sendiri.
Teori psikologi sastra sendiri awal ada adalah teori Freud yang menelaah
psikologi sastra dari Id, Ego, dan Super Ego. Dari ketiga ranah psikologi ini bisa
dikatakan sebagai dasar pijakan psikologi sastra itu sendiri. dan pada dasarnya juga
pengarang. Begitu pula yang dikemukaan oleh Suwardi Edraswara (2008:11) tujuan
Kehadiran teori psikologi sastra sendiri menjadi angin segar bagi para
peneliti karya sastra dan salah satunya Semi. Semi (1993) berpendapat dalam buku
anggap penting ialah karena (1) karya sastra nmerupakan produk dari keadaan
kejiwaan dan pemikiran pengarang, (2) Mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh
proses penulis menata dan mencerna perwatakan, (3) Aspek makna, pikiran, dan
falsafah yang terlihat dalam karya sastra, (4) karya sastra terdapat sebuah simbol-
simbol yang erat kaitannya dengan mitologi, kepercayaan, tradisi, norma dan
budaya, (5) karya sastra bisa mneggambarkan kekalutan dan kekacauan batin pada
bahwa kajian sastra melalui psikologi dapat dilakukan dalam empat bidang, yaitu
(1) kajian psikologi pengarang sebagai tipe atau kepribadian, (2) kajian proses
kreatif, (3) kajian jenis dan hukum-hukum psikologi, diterapkan pada teks sastra,
dan (4) kajian tentang pengaruh sastra terhadap pembaca, atau disebut psikologi
pembaca. Dari ke empat yang sudah di kemukakan oleh Wallek dan Waren urut
Psikologi juga bisa dikatakan sebagai ilmu kejiawaan atau ilmu yang
mempelajari tentang kejiawaan baik dalam tingkah perilaku nya. Menurut Atkinson
dalam (Ainun Ridha & Juanda, n.d.) psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche
artinya jiwa dan Logos yang artinya ilmu. Kerena itu lah psikologi di artikan sebagai
dan sastra. secara definisi psikologi sastra ialah sebuah analisis pada karya sastra
Psikologi sastra lebih banyak berfokus pada analisis tokoh dalam sebuah
karya sastra. tokoh dalam sebuah karya sastra juga sebagai cerminan manusia atau
representasi manusia karena manusia sendiri terdapat aspek kejiwaan dan begitupun
yang tergambar dalam tokoh-tokoh pada sebuah karya sastra. menurut (Ainun
Ridha & Juanda, n.d.) Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan para tokoh yang imajiner yang terdapat
dalam karya sastra. Seperti hal nya tujuan dari psikologi sastra itu sendiri yang
(2004) tujuan dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang
masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman dari perilaku para tokoh
dalam suatu karya sastra contohnya saja masyarakat dapat memahami perubahan,
kontradiksi, dan penyimpangan lainnya yang terjadi pada suatu masyarakat,
(2004) Terdapat tiga acara untuk memahami hubungan karya sastra dengan
penulis, (2) memahami kejiwaan para tokoh imajiner dalam suatu karya sastra, dan
pengarang merupakan salah satu unsur penting dalam psikologi sastra ialah karena
pengarang sendiri membuat tokoh melalui proses kreatif yang mana proses tersebut
sangat berkaitan dengan kejiwaan manusia. Namun pada dasarnya psikologi sastra
memeberikan perhatian pada unsur yang kedua yaitu memberikan perhatian kepada
pemahaman tentang hubungan pada aspek-aspek kejiwaan para tokoh imajiner yang
karena para tokoh imajiner merupakan gambaran manusia secara realita, seterusnya
Untuk memahami psikologi (kejiwaan) perilaku pada tokoh dalam karya sastra
Dengan adanya hubungan yang erat antara aspek psikologis dengan aspek
tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relavan untuk dianalisis secara
psikologis adalah karya sastra yang memberikan intensistas pada aspek kejiwaan
tersebut contoh nya karya sastra novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda
abnormal memiliki lima kreteria menurut Colen dan Winkel 1991 dianatara (1)
menyimpang yang luar biasa atau secara harfiah, anomali, seseorang menyimpang
dari norma, terutama norma sosial sekitarnya, (2) Penyimpangan dari norma sosial
dalam Kelainan pada gejala ini dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam
menghadapi tuntutan lingkungan fisik dan sosial, (4) tekanan batin dalam
abnormalitas ini sebagai Kecemasan, depresi, atau perasaan yang mendalam, dan
(5) ketimpangan ini atau abnormalitas disebut ketidak dewasaan jika perilakunya
tidak sesuai dengan usia dan tidak sesuai dengan situasi (dalam Erni 2012).
kejiwaan yang diluar dari kata normal dan membuat perilaku-perilaku yang
dilakukan oleh manusia menjadi menyimpang atau diluar dari norma atau ketidak
wajaran perilaku.
Psikologi abnormal bisa dikatakan sebagai salah satu cabang dari psikologi
perilaku abnormal lebih luas dibandingakan dengan ganguan mental atau ganguan
melakukan tindakan tindakan yang menyimpang atau di luar norma, budaya dan
dari norma sosial sedangakan di setiap tempat memiliki norma sosial yang berbeda-
beda di karenakan budaya yang jelas berbeda maka normative dalam masyarakat
juga berbeda contohnya tentang LGBT menurut kajian ilmu dari psikologi LGBT
dikarenakan sudah di hapus kan dari DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual
Mental-IV (DSM-IV) [dan buku kasus yang menyertainya (lihat PA, Vol 81:45222;
Menurut Ramli (2010) dalam Wisnu (2022) perilaku abnormal ialah suatu
bentuk sikap hidup yang tidak diharapkan terjadi, pada umumnya perilaku yang
abnormal dihinggapi oleh gangguan mental dan kekakuan mental. Sebagai contoh
seseorang merasa cemas bila masuk kedalam kampus atau tempat yang
dengan perasaan takut, cemas, dan lainnya sehingga akan memunculkan konflik
batin.
abnormal menjadi enam dianataranya (1) perilaku yang tidak biasa, artinya sikap
atau perilau yang muncul dan berbeda pada orang umumnya, (2) perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial, (3) persepsi atau
interprestasi yang salah terhadap realitas, biasanya sistem sesnsorik pada proses
tentang lingkungan sekitar, (4) orang-orang tersebut berada aadalam stress personal
yang signifikan, kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi,
kuarang, (6) perilaku berbahaya, atau perilaku yang sudah merugikan diri sendiri
penyimpangan dan norma sosial atau perilaku yang di anggap abnormal, (2)
pelanggaran norma, perilaku yang menyimpang dan melanggar dari norma sosial
atau juga mengancam dan mencemaskan orang lainnya mengamatinya. (3) Distres
Pribadi, atau tekanan batin yaitu tekanan dan siksaan besar pada orang yang
dalam bidang penting dalam hidupnya misalnya pekerjaan atau hal pribadi, (5) yang
dengan yang lainnya, dikarenakan ia tidak bisa menikmati hidupnya dari kebiasaan
banyak orang yang disebabkan karena gangguan psikologi atau kejiwaan seseorang.
seseorang yang tidak dari biasanya atau ganguan kejiwaan tentu memiliki beberapa
yang berkaitan dengan penggunaan zat, gangguan seksual dan identitas gender.
Gangguan Anxietas
didiagnosis jika secara jelas terdapat perasaan cemas yang dialami secara subjektif
menuju diagnosis yang benar dan bagian tambahan yang dikhususkan untuk
diagnosis banding ketika orang memenuhi kriteria diagnostik untuk lebih dari satu
gangguan.
Dalam hal ini gangguan Anxientas terbagi menjadi enam diagnosis dalam
gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut.
Istilah fobia biasanya berarti seseorang menngalami distress yang parah dan
berdapak pada kendalas sosial atau pekerjaan karena kecemasan tersebut. Kata
fobia diawali dengan kata bahasa Yunani yang menyebutkan objek atau situasi yang
ditakuti. Kata fobia diambil dari dewa Yunani yaitu phobos, yang takut pada
musuh-musuhnya.
menggangu yang diperantai oleh rasa takut yang tidak proposional dengan bahaya
ang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sesuatu
yang tidak mendasar. Bisa dikatakan fobia ialah ketakutan dan penolakan terhadap
Kreteria DSM-IV-TR untuk fobia antara lain (1) ketakutan yang berlebihan,
tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek dan situasi, (2) keterpaparan
ketakutan tersebut tidak realistis, (4) objek atau situasi tersebut di hindari atau di
sintom -sintom fisiologis secara mendadak, seperti pusing, denyut jantung cepat,
dan gemetar, disertai dengan teror dan perasaan dalam bencana. Gangguan panik
memiliki kreterian DSM-IV-TR di anataranya (1) serangan panik tanpa terduga, (2)
berikutnya atau kekhawtiran atas konsekuensi yang diterima akan serangan terjadi,
menerus merasa cemas, Kekhawatiran yang menetap dan tidak bisa di control dan
sering kali terhadap hal-hal kecil. Kreteria DSM-IV-TR untuk GAD ialah (1)
(3) individu mengalami tiga atau lebih di anatara hal-hal berikut ketidaksabaran,
ganguan tidur.
dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan individu dipaksa
pemikiran, implusif dan citra yang tidak dapat di control obsesi atau tindakan,
perilaku, atau mental yang berulang. Kreteria DSM-IV-TR untuk OCD antara lain
(1) Obsesi, pemikiran yang berulang dan menetap impusif atau dorongan yang
penolakan stimuli yang diasosiasikan dengan kejadian traumatis yang dialamai, dan
DSM-IV-TR untuk PTSD anatara lain (1) pemaparan pada suaatu kejadian
traumatik menyebabkan ketakutan ekstrim, (2) kejadian tersebut dialami ulang, (3)
orang yang bersangkutan mengindari stimuli yang diasosiasikan dangan trauma dan
fisik gangguan somatoform, yang tidak dapat dijelaskan secara fisisologis dan tidak
psikologis.
“faktor-faktor berperan secara signifikan dalam muncul dan menetapnya rasa nyeri,
fisik yan hanya dibayangkan atau dilebih-lebih kan, (3) hipokondrasis, (4)
fisiologis, (5) gangguan somatisasi keluhan fisik yang berulang dan banyak
Gangguan disosiatif
Para indivisu yang mengidap penyakit ini tidak dapat mengingat pribadi
penting atau beberapa saat lupa akan identitas bahkan membuat identitas baru.
Kategori gangguan disosiatif menurut DM-IV-TR antara lain (1) amnesia disosiatif
hilang memori setelah kejadian yang penuh stress, (2) fugue disosiatif, hilang nya
memori disertai meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru, (3) gangguan
disosiatif, minimal dua atau lebih ego yang berbeda dan berganti dan satu sama
Gangguan Makan
yang berlebihan, dan bisa juga didasari olehh lingkungan sekitar. Kategori
gangguan makan anatara lain (1) anoreksia nervosa, (2) bulimia nervosa, dan (3)
Gangguan Mood
tidak dapat berfungsi mulai dari kesedihan pada depresi hingga euphoria yang tidak
realistis dan iritabilitas pada mania. Karekteristik gangguan pada mood antara lain
(1) depresi gejala sintom, (2) mania gejala dan sintom, dan (3) bipolar. DSM-IV-
mood juga bisa berakibat perilaku bunuh diri nya seseorang. Kecenderungan untuk
melenyapkan diri sendiri dengan bunuh diri tidak terbatas pada depresi.
Skizofrenia
utama daam pikiran, emosi, dan perilaku serta pikiran yang tergangu dimana
pemikiran tidak bergabung secara logis, persepsi dan perhatian ang keliru, efek
yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang mana
individu yang mengidap skizofrenia menarik diri dari kenyataan dan orang lain,
Waham juga dapat memilki bentuk lain, bahkan berwujud dan dapat dilihat oleh
anggap sebagai pola perilaku serta pengalaman internal yang bertahan lama,
pervasive, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspetasi budaya individu
IV-TR diantaranya (1) para individu dalam kelompok aneh atau eksentrik
(paranoid, schizoid, skitozipal), (2) para individu dalam kelomopok dramatik atau
eratik (antisosial, ambang, histrionik, narsistik, dan antisosial dan psikopati), (3)
kompulsif.
skitozipal beberapa varian ini dianggap sebagai gangguan skizofrenia yang tidak
terlalu parah.
ambang adalah emosi yang sangat tidak stabil dan berubah-ubah, gangguan
narsistik yaitu harga diri yang sangat melambung tinggi. Gangguan anti sosial dan
Seksualitas merupakan salah satu ranah yang paling pribadi dan secara
umum privat dalam kehidupan individu. Setiap orang adalah makhluk seksual
dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkan atau mengagetkan. Hal itu itu
merupakan fungsi seksual yang normal akan tetapi Hasrat atau fantasi mulai
gangguan identitas seksual dan identitas gender. Pada hal ini terbagi menjadi tiga
kategori (1) gangguan identitas gende, (2) parafilia, dan (3) difungsi seksual.
merasa bahwa jauh didalam dirinya, biasanya sejak awal masa anak-anak, individu
merasa bahwa mereka berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini. Mereka
tidak menyukai pakaian yang menjadi identitas gender mereka. Seperti contoh
seorang laki-laki menatap dirinya dicermin, secara biologis tubuhnya laki-laki, tapi
seksual terhadap objek yang tidak wajaratau aktivitas seksual yang tidak pada
umumnya. Secara garis besar parafilia di bagi menjadi beberapa bagian di antaranya
gangguan nafsu seksual, gangguan gairah seksual, ganguan orgasme, gangguan neri
seksual.
dikelompokan menjadi dua rentang hidup yaitu ganguan dimasa kanak-anak, dan
tersebut dianggap tidak normal pada usia kebanyakan anak. Gangguan di masa
hiperaktiv, gangguan tingkah laku, dan gangguan sikap mnenetang. (2) gangguan
internisasi di tandai oleh perilaku seperti depresi, penarikan diri dari pergaulan
sosial, dan kecemasan termasuk gangguan anxientas dan gangguan mood di masa
kanak-anak.
Gangguan dimasa usia lanjut ialah ganguan emosional atau perilaku yang
tidak dari biasanya individu pada usia lanjut yang biasanya disebab kan oleh
kemunduran fisik dan emosional pada individu usia lanjut, dan bisa di kategorikan
sebagai abnormalitas pada usia lanjut. Gangguan otak serius yang dialami oleh
sebagain kecil individu usia lanjut terdapat dua gangguan utama yaitu dimensia dan
dillerium.
besar kasus dimensia yang terjadi penderita menjadi seolah bukan dirinya dan pada
Alzheimer penyakit usia lanjut yang tidak bisa disembuhkan dimana sel-sel kortikal
menjadi hilang.
ilusi, disorientasi, lemas atau juga hiperaktiv, dan berubah-ubah kondisi perasaan.
Penelitian ini mengkaji objek karya sastra yaitu novel dengan judul kelab
perilaku abnormal dan penyebab perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam
swalayan karya Abi Ardianda dengan bantuan pendekatan psikologi sastra dalam
mendeksripsikan kejiwaan dan tindakan para tokoh pada novel Kelab dalam
berikut.
Psikologi Sastra
kesimpulan