Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS PERILAKU ABNORMAL PADA TOKOH NOVEL

KELAB DALAM SWALAYAN KARYA ABI ARDIANDA


(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
Proposal
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:
RIZAL ABRIYAN SYAH SAPUTRA
201010700019

PROGRAM STUDI SATRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra salah satu alat manusia untuk berekspresi atau untuk

melampiaskan imajinasinya. Sastra terbatas pada seni sastra imajiner (Rene Wellek

dalam Saragih et al., n.d.) tapi bukan hanya sebagai alat untuk melampiaskan

imajinasi saja kadang juga karya sastra sebagai rekam jejak atau sebuah

pengalaman pribadi dari pengarang karya sastra itu sendiri, seperti yang di

ungkapkan oleh Septia, 2016: 104 Bahwa karya Sastra yang terbaik mencakup

semua aspek kehidupan manusia dan menggunakan lingkungan cara bicara yang

jelas dan jujur dari pengarang (Abdul Falah, 2018).

Karya sastra juga banyak menceritakan tentang kehidupan manusia di

masyarakat karena karya sastra merupakan sebuah refleksi atau cerminan

masyarakat dan masyarakat menjadi sumber inspirasi bagi para penulis ketika

menulis karya-karyanya (Damono dalam Bambang & Slamet, n.d.) bukan tanpa

sebab karya sastra menceritakan sebuah kehidupan masyarakat, karena pengarang

atau penulis karya sastra merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, maka dari

itu karya-karya nya banyak menceritakan kehidupan masyarakat. Bisa dikatakan

penulis atau pengarang lahir, tumbuh, dan tentu nya bagian dari masyarakat itu

sendiri.

Dalam kehidupan bermasyarakat karya sastra juga berfungsi sebagai alat

edukasi atau juga pelajaran hidup bagi para penikmat karya sastra. karena dalam

karya sastra sendiri terdapat tindakan atau juga dialog yang mencerminkan
kehidupan sehari-hari dari mulai tiruan dari tindakan positif sampai pada negatif

yang bisa dipelajari atau sebagai motivasi untuk selalu berbuat positif. Bukan hanya

berfungsi sebagai pelajaran hidup tapi karya sastra juga berfungsi sebagai alat

hiburan untuk para penikmat karya sastra itu sendiri karna biasa nya karya sastra

dipakai Ketika rasa jenuh dalam diri manusia melanda dan Sebagian melarikan

masuk kedalam karya sastra yang di bacanya. menurut Noor (2000)

mengungkapkan Karya sastra adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

bentuk cetakan atau tulisan (dalam Rahayu Dwi Astuti, 2018).

Karya sastra dibuat oleh pengarang dengan imajinasi nya atau juga dengan

salah satu unsur kejiwaan atau psikologi sang pengarang karya sastra. Menurut

Rene Wellek dan Austin Warren (1962: 81-82) menunjukan empat model

pendekatan Psikologi pada karya sastra antara lain berkaitan dengan pengarang,

proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan

psikologi pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang,

karya sastra dan pembaca. Pada proses kreatif atau proses pembuatan karya sastra

dianggap sebagai aktivitas penulis atau pengarang, yang sering dikaitkan dengan

gelaja-gejala kejiwaan karena biasanya pengarang membuat sebuah karya sastra

dengan bantuan ingatan atau imajinasi pengarang itu sendiri tapi bukan hanya itu

saja unsur kejiwaan yang ada dalam proses kreatif ada juga obsesi, kontenplasi,

konpensasi, sublimasi, bahkan sebagai neurosis. Untuk pembaca sendiri sebuah

karya sastra berhubungan dengan sebuah unsur kejiwaan atau psikologi karena

Ketika para pembaca membaca sebuah karya sastra memerluakan sebuah imajinasi

dalam penghayatan nya serta dalam memberikan tanggapan atau juga memberikan
kesimpulan apa yang telah di baca para pembaca karya sastra. Oleh karena itu,

karya sastra sebagai bentuk dari psroses psikologi atau kejiwaan.

Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap

masyarakat secara langsung atau tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap

tokoh-tokoh, contohnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontardiksi, dan

penyimpangan- penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya

dalam hubungannya dengan psikologi.

Salah satu contoh bentuk dari karya sastra adalah Novel. Sebuah Novel

berbeda dengan sebuah cerpen. Perpedaannya dari segi sususnan, jika novel atau

prosa dengan cerita yang lebih Panjang dan sebalik nya sebuah cerpen seperti

Namanya cerpen atau cerita pendek maka dari itu cerpen prosa yang ceritanya

pendek ketimbang sebuah Novel. Menurut Kosasih (2013: 60) bahwa Novel adalah

karya sastra imajinatif yang menceritakan tentang masalah kehidupan salah satu

orang atau beberapa orang (dalam Abdul Falah, 2018). Dalam sebuah novel pun

banyak membahas berbagai kisah manusia dan kisah atau tindakan manusia yang

direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah novel, tindakan tokoh atau kisah

dalam sebuah novel dibagi menjadi tiga unsur yaitu sosiologi, Antropologi, dan

juga psikologi.

Pada sebuah novel juga terdapat unsur sosisologi bila disatukan dalam sastra

menjadi sosiologi sastra atau hubungan cerita dengan masyarakat itu sendiri karena

pengarang sendiri bagian dari masyarakat maka dari itu cerita pada sebuah novel

menceritakan tentang masyarakat, fungsi sastra di masyakat sendiri sangat penting,

baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan maupun memberikan


pengakuan terhadap gejala atau fenomena di masyarakat. Dalam sebuah karya

sastra juga terdapat unsur Antropologi atau Antropologi sastra, secara arti

antropologi sastra sendiri yaitu hubungan cerita dengan kebudayaan masyarakat,

kebudayaan atau Kultural sendiri dalam sebuah karya sastra meliputi bahasa, religi,

mitos, sejarah, hukum, maupun adat, istiadat. Karena dalam pembuatan karya sastra

menyertakan sebuah kejiwaan pengarang maka dari itu unsur psikologi atau

psiklogi sastra menjadi salah satu yang pasti ada dalam sebuah karya sastra.

Unsur-unsusr Sosiologi, Antropologi dan juga Psikologi sastra dalam

sebuah novel merupakan sebuah yang sudah pasti. Dan bisa di analisis lewat

tindakan para tokoh dalam sebuah Novel. Khususnya psikologi sendiri dapat di

analisis lewat psikologi pengarang dan juga pembaca seperti yang di ungkapkan

oleh Wallek dan Warren (1962: 81) memebedakan analisis psikologi menjadi dua

macam pertama studi psikologi yang berkaitan dengan pengarang, seperti kelainan

kejiwaan, sebagai jenis gejala neurois, sedangkan kedua berhubungan dengan

inspirasi, ilham dan kekuatan supranatural. Tapi psikologi sastra menganalisis

bukan hanya dari psikologi pengarang nya saja tapi juga psikologi dari tokoh-tokoh

yang terdapat dalam karya sastra atau novel itu sendiri seperti yang di ungkapan

oleh Nyoman (2004: 3430 mengungkapkan bahwa psikologi sastra memberikan

perhatian pada unusur-unsur kejiawaan tokoh fiksional yang terdapat dalam karya

sastra atau juga bisa di analisis lewat tindakan para tokoh dalam sebuah novel itu

sendiri.

Unsur psikologi pada sebuah novel bisa dipahami lewat kejiwaan seorang

pengarang atau tokoh dan tentunya juga dari inti atau alur dari sebuah cerita dalam
novel itu sendiri. menurut Nyoman (2004: 341) bahwa karya sastra mengandung

aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya. Aspek kejiwaan atau psikologi dalam

sebuah karya sastra bermacam-macam salah satu contoh nya Psikologi Abnormal.

Abnormal sendiri menurut KBBI tidak dari biasa atau diluar dari kata

normal, sesuatu yang memiliki kelainan. Sedangkan Psikologi Abnomal menurut

Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) psikologi abnormal atau psikopatologi di artikan

sebagai psikologi yang bidang berhubungan dengan pemahaman gangguan dan

hambatan kepribadian. Ini termasuk memahami proses psikologis dan bagaimana

ini memengaruhi isi kepribadian seseorang (dalam Kuntjojo 2009). Psikologi

abnormal mempelajari tentang ganguan atau kelainan kejiawan seseorang baik

penyebab, bentuk, maupun maifestasi dari kejiwaan seseorang. Psikologi abnormal

tidak lepas dari perilaku abnormal atau manifes dari ganguan kejiwaan atau

keperibadian seseorrang. Perilaku abnormal sendiri berkaitan dengan norma dalam

masyarakat karna perilaku abnormal tindakan diluar kata normal atau

penyimpangan norma dalam masyarakat. Penyimpangan pada perilaku abnormal

memiliki beberapa kareakteristik. Menurut Davidsion (2014:5-7) bahwa

karakteristik perilaku abnormal terbagi manjadi lima anatara lain kejajaran statistik,

pelanggaran norma, distress peribadi, disabilitas atau disfungsi perilaku, dan yang

tidak diharapkan (unexpectedness). Tidak semua bentuk perilaku diluar nalar atau

tidak normal bisa di anggap sebagai bentuk dari perilaku abnormal. Pada umumnya

perilaku abnormal biasanya melanggar norma sosial atau merugikan seseorang atau

juga mengganggu banyak orang yang mengamatinya. Norma sosial berkaitan


dengan bagaimana orang-orang memandang norma sosial dalam suatu budaya,

berbeda budaya akan berdampak pada pandangan perilaku abnormal tersebut.

Sebuah novel yang pasti memiliki unsur psikologi bisa di analisis dengan

pendekatan psikopatologi atau psikologi abnormal. Salah satu contohnya sebuah

karya sastra berbentuk novel dengan judul Kelab dalam Swalayan Karya Abi

Ardianda. Novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda menceritakan tentang

tokoh utama yaitu Sonja yang memiliki masalah kejiwaan atau keperibadain, tapi

bukan hanya Sonja Sang tokoh utama yang memiliki masalah kejiwaan atau

keperibdaian tapi juga tokoh tokoh lain, seperti ibu, mega, Chakra, dan lainya.

Novel kelab dalam swalaan karya Abi Ardianda bermula menceritakan

tentang Sonja sang tokoh utama yang dilamar oleh kekasihnya Nohan, tapi anehnya

Sonja tidak merasa Bahagia dengan dilamarnya dia dengan kekasihnya. Bukan

karna Sonja tidak cinta dengan kekasihnya Nohan tapi ada hal lain yang

membuatnya merasa cemas dan tidak ingin menikah buru-buru. Setelah pesta

lamaran yang di adakan disebuah Gedung Sonja akhirnya berjalan pulang

kerumahnya. Tapi dalam perjalanan pulang Sonja melipir kesebuah swalayan di

pinggir kota. Di dalam swalayan Sonja merasa aneh karena didalam swalayan lebih

tepatnya dibelakang sebuah swalayan terdapat sebuah pintu dan pintu itu terdengar

sebuah bunyi bising akhirnya Sonja sang tokoh utama penasaran dan memilih untuk

masuk kedalam sebuah pintu didalam tokoh swalayan itu. Sonja masuk kedalam

sebuah pintu dan ternyata terdapat sebuah kelab malam.

Didalam sebuah kelab Sonja melihat penari perempuan di atas panggung

yaitu Mega, Sonja merasa tidak asing dengan perempuan itu dan tentunya Sonja
juga tertarik dengan Mega. Sonja pun mendekat kepinggir panggung dan dihampiri

oleh Mega dengan mengatakan kepada Sonja “aku mengenal mu” dan perempuan

itu mengatakan Kembali “aku mengenalmu termasuk hal-hal yang kamu tidak

ketahui, termasuk kau telah membunuh ayah mu Ketika kau berumur sepuluh

tahun”. Sonja tersontak kaget dengan perkataan perempuan dalam kelab itu. Sonja

sendiri tinggal bermasa kedua kaka perempuannya yaitu ka Mala dan ka Irin.

Tokoh Ka mala sendiri belum sekali pernah berumah tangga dan tidak

pernah merasakan sebuah pernikahan. Ka Mala adalah dokter di sebuah rumah

sakit. Pada suatu Ketika ka Mala Mengoprasi salah satu pasien tapi oprasi tiu gagal

dilakukan nya yang membuat pasien itu lumpuh dan tidak lama meninggal. Pada

saaat setelah pasein itu meninggal Ka Mala ditemukan Bunuh diri didalam rumah

nya. Ka Mala, Ka irin, dan Sonja memiliki seorang ibu yang sangat tegas dalam

memberikan mendidik anak-anaknya. Ibu memiliki usaha teh dengan beberapa

tokoh teh yang dioprasikannya. Bukan tanpa sebab ibu milih usaha teh, karena ibu

pencinta teh. Ibu memerlakukan anak-anak nya sangat protektif sehingga tokoh ibu

di segani oleh anak-anaknya. Anaknya merasa kalau ibu memiliki sifat yang beda

dari ibu-ibu kebanyakan.

Tokoh ibu memiliki pembantu yang mana pembantu ini si embok sebutan

untuk pembantunya. Embok yang mengurusi semua perlengkapan dan kegiatan

anak-anak ibu, dan anak-anaknya merasa kalau ibu mereka adalah embok pembantu

mereka. Tapi suatu Ketika embok ditemukan tergeletak dilantai dengan bersembah

darah. Ketika Sonja bangun dari tidurnya tangan dapakaiannya terlah tercecer darah

yang tidak lain darah dari si embok. Akhirnya Sonja mencoba memakamkan si
embok tanpa diketahui oleh siapapun. Cerita novel kelab dalam swalayan karya Abi

Ardianda terdapat banyang unsur psikopatologi atau psikologi abnormal pada

tokoh-tokohnya.

Kejiwaan pada karya sastra novel tergambar dalam novel Kelab dalam

Swalayan Karya Abi Ardianda. Karena sastra adalah jendela jiwa (Ahmadi dalam

Burhanuddin, n.d.). maka dari itu kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel

Kelab dalam Swalayan bisa di ungkapkan melalui analisis psikologi. Kejiwaan

dalam novel berjudul kelab dalam Swalayan karya Abi Ardinda banyak membahas

tentang psikologi abnormal. Menurut Nevid (2003: 4) Psikologi abnormal adalah

bagian dari psikologi yang berfokus pada berbagai jenis masalah kejiwaan yang

dapat dialami orang (dalam Burhanuddin, n.d.). masalah kejiwaan pada novel kelab

dalam swalayan karya Abi Ardianda banyak didasari oleh emosional para tokoh.

Pada kutipan novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda yang

mencerminkan perilaku Abnormal yaitu “Ka Mala Mengaku belum merasa perlu

berumah tangga” Halm. 33 kutipan tersebut mencerminkan perilaku Abnormal dari

Gamophobia (ketakutan untuk menikah) bagian dari Gangguan Anxientas atau

kecemasan berlebih yang diklasifikasikan sebagai Phobia.

Berikutnya Kutipan ke-2 yang mencerminkan perilaku abnormal dari novel yang

sama “Butuh sepuluh Menit untuk membuat ku merasa lebih rileks, Bahagia, dan

percaya diri” Halm. 80 yang mana tokoh sedang dalam pengaruh minuman

beralkohol. Hal ini dikelompokan sebagai perilaku Abnormal dari Gangguan yang

berkaitan dengan penggunaan zat yang mana penggunaan zat akan berefek pada

psikologi dan bertindak tidak terkontrol oleh diri nya sendiri.


Segala bentuk Emosi, pikiran, dan perilaku-perilaku abnormal pada tokoh

novel Kelab dalam Swalayan disebabkan oleh berbagai masalah sosial dan juga

kenangan masa lalu yang membuat para tokoh berperilaku abnormal atau diluar dari

norma masyarakat.

Teori Psikopatologi atau Psikologi Abnormal dalam menganalisis tokoh

dalam sebuah karya sastra yaitu novel, memiliki banyak sekali acuan, seperti teori

dari Sigmund frued, Carl Gustav jung, atau Juga Alfred Adier. Dari sekian acuan

teori dalam menganalisis psikologi tokoh lebih tepatnya psikologi abnormal.

Pendekatan yang sesuai untuk membahas keperibadian Abnormal pada novel Kelab

dalam Swalayan karya Abi Ardianda memakai teori Psikologi Abnormal dari

Gerald C. Davidion yang menekan kepada bentuk-bentuk perilaku abnormal dan

juga penyebab dari perilaku abnormal tokoh dalam novel.

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti meneliti segala bentuk

psikopatologi tokoh pada novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda atau

psikologi abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda

dengan pendekatan psikologi sastra. dengan pendekatan psikologi sastra

diharapkan peneliti menganggambarkan dengan jelas bentuk-bentuk perilaku

abnormal dan penyebab dari perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam

swalayan karya Abi Ardianda.

Kedua, Novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda memaparkan

tentang psikologi tokoh bukan hanya tokoh utamanya saja tapi para tokoh didalam

ceritanya. Tokoh tersebut berperilaku tidak selayaknya manusia pada umumnya

tapi perilaku pada tokoh tersebut sangat abnormal atau menyimpang dari normal.
Kisah masa lalu para tokoh mulai dari pembunuhan, kekerasaan dalam keluarga,

rungdungan atau bully, menormalisasikan kebiasaan yang menyimpang dengan

norma, perselingkuhan. Membuat para tokoh memiliki perilaku tidak selayaknya

manusia pada umumnya. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti perilaku

abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda.

Ketiga, peneliti ingin menganalisis bentuk-bentuk perilaku abnormal dan

juga penyebab dari perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan

karya Abi Ardianda yang sesuai dengan kajian psikologi sastra (psikopatologi

sastra).

Dalam penelitian ini peneliti menjabarkan segala bentuk emosi dan perilaku

abnormal tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi Ardianda. Sehingga

peneliti mendapatkan data yang akan di uji Kembali dengan teori Grald C.

Davidson tentang Psikologi Abnormal. Setelah nya peneliti menyajikan penelitian

dengan mendeskripsikan data secara layak.

1.2 Batasan Malasah

Seperti yang sudah di jelaskan di latar belakang tersebut maka batasan malasah

penelitian ini antara lain untuk mendeksipsikan bentuk perilaku abnormal pada

tokoh novel kelab dalam swalayan karya Abi Adrianda dan juga Deskripsi

penyebab perilaku perilaku abnormal pada tokoh novel kelab dalam swalayan karya

Abi Adrianda.
1.3 Rumusan Masalah

Seperti yang sudah di jelaskan pada batasan masalah tersebut maka rumusan

masalah penelitian ini antara lain.

1. Bagaimana bentuk perilaku abnormal pada tokoh novel kelab dalam

swalayan karya Abi Adrianda?

2. Bagaimana faktor penyebab terjadinya perilaku abnormal pada tokoh novel

kelab dalam swalayan karya Abi Adrianda?

1.4 Tujuan Masalah

Seperti yang sudah di jelaskan pada rumusan masalah tersebut maka tujuan

masalah penelitian ini antara lain.

1. Mendeskripsikan bentuk perilaku abnormal pada tokoh novel kelab dalam

swalayan karya Abi Adrianda.

2. Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya perilaku abnormal pada tokoh

novel kelab dalam swalayan karya Abi Adrianda.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis atau juga secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat untuk perkembangan ilmu sastra khususnya psikologi sastra, selain

itu diharapkan bisa menjadi ilmu yang layak bagi sastra itu sendiri.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan untuk para pembaca diharapkan

bermanfaat dalam pengetahuan tentang kreteria dan bentuk dari perilaku

abnormal dalam sebuah novel. Dan diharapkan menjadi referensi untuk

penelitian sejenis mengenai psikologi sastra khususnya perilaku

abnormalitas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian relavan atau sejenis pada penelitian ini untuk menambah validasi

dan kepercayaan pembaca pada penelitian ini. Beberapa penelitian sejenis antara

lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspita Sari (2022), Erni (2012),

Dwi Rosalinda (2018), Vika Widiastuti dan Pujiharto (2015), Nur Ainun

Ridha and Ansharia (2018), Dillarizky Addiena Nindya (2017).

Indah Puspita Sari (2022) dalam penelitiannya berjudul “Perilaku Abormal

Tokoh Utama Dalam Novel Cosmétique de l’Ennemi karya Amélie Nothomb”

merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode analisis isi dengan

pendekatan struktural karya sastra dan tujuan penelitian di anataranya

mendeskripsikan perilaku abnormal dan kriteria perilaku abnormal pada tokoh

utama novel Cosmétique de l’Ennemi karya Amélie Nothomb. Kriteria perilaku

abnormal dalam penelitian ini mengacu pada teori Nevid tentang perilaku abnormal

yang meliputi enam kriteria perilaku abnormal yaitu perilaku yang tidak biasa,

perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau bertentangan dengan norma

sosial, kesalahan persepsi atau interpretasi realitas, entitas yang mendasarinya.

menekankan dampak pribadi yang serius, perilaku yang tidak pantas dan perilaku

berbahaya. Hasil pada penelitian ini berupa kutipan yang bersumber dari novel

Cosmétique de l’Ennemi karya Amélie Nothomb.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra yaitu novel. Perbedaannya
terletak pada objek penelitian dan juga penelitian tersebut meneliti perilaku

abnormal tokoh utamanya saja maka penelitian ini meneliti bukan hanya tokoh

utama nya saja tapi beberpa tokoh dalam objek penelitiannya.

Erni (2012) dalam penelitiannya berjudul “Perilaku Abnormal Tokoh

Nedena dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika Tinjauan Psikologi Sastra”.

merupakan penelitian yang mengunakan metode deskriptif kualitatif Teknik

pengumpulan data yaitu melalui teknik pustaka, simak, dan catat. Analisis datanya

menggunakan metode pembacaan heuristik dan hermeneutic dan memakai

pendekatan psikologi sastra dengan objek penelitian novel Dadaisme karya Dewi

Sartika. Adapun tujuan penelitian tersebut (1) mendeskripsikan struktur yang

membangun novel Dadaisme karya Dewi Sartika yang meliputi tema, alur,

penokohan, dan latar; (2) mendeskripsikan perilaku abnormal tokoh Nedena dalam

novel Dadaisme karya Dewi Sartika dengan tinjauan psikologi sastra. hasil dari

penelitian ini yaitu trauma pada masa anak-anak, depresi, bunuh diri, halusinasi,

dan skizofrenia.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra yaitu novel dan hasil pada

penelitian ini juga hamper mirip di antaranya Skizofrenia pada tokoh dan rasa

trumatik tokoh. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu penelitian

ini meneliti tidak hanya satu tokoh saja dan objek penelitian nya juga berbeda.

Dwi Rosalinda (2018) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Perilkau

Abnormal Tokoh Utama dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika” penelitian

ini menggunakan metode deskriptif kualitataif dengan pendekatan psikologi sastra


sumber atau objek penelitian ini yaitu novel Dadaisme karya Dewi Sartika dengan

memeperhatikan kutipan pada novel tersebut. Rumusan masalah pada penelitiian

ini antara lain (1) bagaimana bentuk-bentuk perilaku abnromal tokoh utama dalam

novel Dadaisme karya Dewi Sasrtika, (2) bagaimana faktor penyebab perilaku

abnormal tokoh utama dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Hasil yang

ditemukan pada penelitian ini anatara lain (1) depresif mayor akut, (2) stuport

depresif atau mutisme, (3) Perilaku waham atau delusi, (4)Perilaku halusinasi, (5)

Perilaku dissosiasi. Selain itu dapat diungkapkan terdapat beberapa faktor penyebab

perilaku abnormal yang dilakukan oleh tokoh utama yaitu, faktor trauma dan faktor

hubungan orang-tua yang patogenik.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra perbedaan penelitaian tersebut

dengan penelitian ini ialah penelitian tersebut hanya menganalisis perilaku

abnormal tokoh utama nya saja sedangkan penelitian tidak hanya tokoh utamanya

saja. Objek penelitian tersebut juga berbeda dengan penelitian ini. Rumusan

masalah pada penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian ini yaitu bentuk

perilaku abnormal dan faktor penyebab perilaku abnormal.

Vika Widiastuti dan Pujiharto (2015) dalam penelitiannya berjudul

“Abnormalitas Tokoh-Tokoh dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari:

Analisis Psikologi Sastra” penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra

untuk menggambarkan keadaan tokoh pada novel pasung jiwa karya Okky

Madasari. Bentuk dari perilaku abnormal pada penelitian ini anatara lain perilaku

transgender sebagai bentuk gangguan identitas gender, persepsi yang salah tentang
lingkungan sebagai bentuk gangguan skizofrenia, dan mengingat kembali kejadian

traumatis yang pernah dialaminya sebagai bentuk gangguan stres pascatrauma,

tindakan bunuh diri, tindakan perkosaan sadistik, perilaku menghindari hubungan

sosial sebagai bentuk gangguan kepribadian skizoid, dan prostitusi. penelitian ini

juga dicoba mencari alasan anomali yang dialami oleh tokoh-tokoh novel jiwa

Penyebab anomali tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar Secara individu.

Faktor eksternal menyebabkan gangguan jiwa dan perilaku abnormal novel Pasung

Jiwa, misalnya, hubungan patogen antara orang tua dan Anak, peristiwa traumatis

yang dialami di masa kecil, kondisi kerugian sosial. Dari perspektif internal teori

kepribadian Freud, seperti yang diterapkan dalam novel Pasung Jiwa, mencapai

semua itu gangguan mental dan perilaku abnormal yang dialami oleh tokoh karena

aturan id. Ego tidak dapat menyeimbangkan tuntutan yang saling bertentangan dari

id dan superego. Akhirnya ego dan superego dikalahkan.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra dan menganalisis bentuk dan

disertai faktor penebab dari perilaku abnormal tokoh. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian tersebut ialah objek penelitian yang dipakai.

Nur Ainun Ridha and Anshari (2018) dalam penelitiannya berjudul

“Abnormalitas Tokoh Gadis dalam Novel Androphobia Karya Ullan Pralihanta

Tinjauan Psikologi Sastra”. penelitian ini mengunakan metode deskripsi kualitatif

serta sumber penelitian ini ialah Novel Androphobia Karya Ullan Pralihanta dengan

pendekatan psikologi sastra dibantu dengan teori Gerald C Davison. Teknik dalam

mengumpulkan data pada penelitian ini ialah Teknik baca dan catat. Hasil pada
penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku abnormal tokoh

perempuan muncul dalam novel Androphobia, karakter wanita bisa menderita

androphobia di antara mereka Gangguan yang muncul adalah gangguan kecemasan

yang termasuk gangguan stress Pasca trauma dan fobia sosial, yang terlihat pada

keadaan gadis yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain, terutama laki-laki.

Kebanyakan gangguan kejiwaan Yang mencolok adalah karakter gadis penderita

skizofrenia yang dicirikan oleh karakternya Gadis itu mengalami halusinasi dan

delusi yang membuatnya sulit dibedakan kehidupan nyata dan imajiner, dan yang

ketiga adalah gangguan kepribadian karakter gadis itu ditandai dengan hipersensitif

rela menolak dan menyalahkan orang lain dan ingin menyalahkan orang lain atas

kejahatan. Adapunperilaku karakter gadis abnormal yang menggunakan mekanis

me pertahanan untuk mengendalikan rasa takut Pemicu stres dan strategi untuk

mengatasi stres secara sadar.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra dan juga teori ang dipakai

penelitian tersebut sama dengan penelitian ini yaitu Gerald C Davision. Perbedaan

pada penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah objek penelitian.

Dillarizky Addiena Nindya (2017). Dalam penelitiannya berjudul “Analisis

Tokoh Ishigami Tetsuya melalui konsep perilaku Antisosial Richard dan susan

dalam novel Yōgisha X no Kenshin karya Higasin Keigo”. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan perilaku anti sosial, anti sosial sendiri merupakan perilaku

abnormal. Penelitian ini menggunakan pendekatakan intrinsik dan pendekatan

ekstrinsik dalam menganalisis novel ini. Pendekatan intrinsik melalui analisis tokoh
dan penokohan, alur dan latar. Pendekatan ekstrinsik melalui konsep gangguan

kepribadian antisosial dari Richard dan Susan.

Penelitian tersebut hampir mirip dengan penelitian ini yaitu menganalisis

perilaku abnormal tokoh dalam sebuah karya sastra. perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian dan bentuk perilaku abnormal,

penelitian tersebut hanya meneliti anti sosial pada tokoh dalam novel Yōgisha X no

Kenshin karya Higasin Keigo sedangkan penelitian ini lebih kompleks.

2.2 Landasan Teoretis

Teori asal kata dari theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori

merupakan kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Hubungan dalam dunia

keilmuan teori ialah perangkat pengertian, konsep, komposisi yang mempunyai

hubungan dan tentu sudah teruji kebenarannya. Menurut Nyoman (2004) sebuah

teori, dengan keumuman yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk memahami

sejumlah disiplin yang berbeda. Menurut Fokkema dan Kunne-Ibsc (19977:175)

dalam Nyoman (2004) menjelaskan bahwa penelitian terhadap karya sastra pada

umumnya memanfaat kan teori yang sudah ada. Maka dari itu penelitian ini

memapaparkan teori Psikologi Sastra, Psikologi Abnormal, bentuk-bentuk perilaku

abnormal.

2.2.1 Psikologi Sastra

Menurut Anas Ahmadi (2015:01) sastra merupakan jendela dunia, sastra

menggambarkan manusia dengan berbagai tindakan nya (action) untuk mencapai

hasrat (apettitus) yang di inginkan. Dalam sebuah sastra terdapat kejiwaan

seseorang baik secara tersirat maupun langsung. Karenanya sastra tidak lepas
dengan konteks psikologi dan sebaliknya psikologi tidak lepas dari sastra itu

sendiri.

Teori psikologi sastra sendiri awal ada adalah teori Freud yang menelaah

psikologi sastra dari Id, Ego, dan Super Ego. Dari ketiga ranah psikologi ini bisa

dikatakan sebagai dasar pijakan psikologi sastra itu sendiri. dan pada dasarnya juga

psikologi di analisis dalam kaitannya psike, dengan aspek-aspek kejiwaan

pengarang. Begitu pula yang dikemukaan oleh Suwardi Edraswara (2008:11) tujuan

psikologi sastra ialah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam

suatu karya sastra.

Kehadiran teori psikologi sastra sendiri menjadi angin segar bagi para

peneliti karya sastra dan salah satunya Semi. Semi (1993) berpendapat dalam buku

Suwardi Endraswara (2008:7-8) menyatakan munculnya psikologi sastra telah di

anggap penting ialah karena (1) karya sastra nmerupakan produk dari keadaan

kejiwaan dan pemikiran pengarang, (2) Mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh

proses penulis menata dan mencerna perwatakan, (3) Aspek makna, pikiran, dan

falsafah yang terlihat dalam karya sastra, (4) karya sastra terdapat sebuah simbol-

simbol yang erat kaitannya dengan mitologi, kepercayaan, tradisi, norma dan

budaya, (5) karya sastra bisa mneggambarkan kekalutan dan kekacauan batin pada

manusia, (6) karya sastra dapat mempengaruhi diri pembaca.

Wallek dan Warren (2014:90) dalam Anas Ahmadi berpendapat Dinyatakan

bahwa kajian sastra melalui psikologi dapat dilakukan dalam empat bidang, yaitu

(1) kajian psikologi pengarang sebagai tipe atau kepribadian, (2) kajian proses

kreatif, (3) kajian jenis dan hukum-hukum psikologi, diterapkan pada teks sastra,
dan (4) kajian tentang pengaruh sastra terhadap pembaca, atau disebut psikologi

pembaca. Dari ke empat yang sudah di kemukakan oleh Wallek dan Waren urut

tiga yang paling dominan dalam sastra.

Psikologi juga bisa dikatakan sebagai ilmu kejiawaan atau ilmu yang

mempelajari tentang kejiawaan baik dalam tingkah perilaku nya. Menurut Atkinson

dalam (Ainun Ridha & Juanda, n.d.) psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche

artinya jiwa dan Logos yang artinya ilmu. Kerena itu lah psikologi di artikan sebagai

ilmu kejiwaan. Sedangakan psikologi sastra merupakan gabungan dari psikologi

dan sastra. secara definisi psikologi sastra ialah sebuah analisis pada karya sastra

yang memperhatikan selaga aspek kejiwaan nya.

Psikologi sastra lebih banyak berfokus pada analisis tokoh dalam sebuah

karya sastra. tokoh dalam sebuah karya sastra juga sebagai cerminan manusia atau

representasi manusia karena manusia sendiri terdapat aspek kejiwaan dan begitupun

yang tergambar dalam tokoh-tokoh pada sebuah karya sastra. menurut (Ainun

Ridha & Juanda, n.d.) Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang

berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan para tokoh yang imajiner yang terdapat

dalam karya sastra. Seperti hal nya tujuan dari psikologi sastra itu sendiri yang

memberikan perhatiaan kepada aspek kejiwaan tokoh begitupun menurut Nyoman

(2004) tujuan dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang

terkandung dalam suatu karya sastra.

Sesuai esensi nya karya sastra memberikan pemahaman terhadap suatu

masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman dari perilaku para tokoh

dalam suatu karya sastra contohnya saja masyarakat dapat memahami perubahan,
kontradiksi, dan penyimpangan lainnya yang terjadi pada suatu masyarakat,

terkhusus pada hubunganya dengan psikologi (kejiwaan) tokoh. Menurut Nyoman

(2004) Terdapat tiga acara untuk memahami hubungan karya sastra dengan

psikologi anatara lain (1) memahami aspek-aspek kejiwaan pengarang sebagai

penulis, (2) memahami kejiwaan para tokoh imajiner dalam suatu karya sastra, dan

(3) memahami aspek-aspek kejiwaan pembaca. Memahami yang pertama bahwa

pengarang merupakan salah satu unsur penting dalam psikologi sastra ialah karena

pengarang sendiri membuat tokoh melalui proses kreatif yang mana proses tersebut

sangat berkaitan dengan kejiwaan manusia. Namun pada dasarnya psikologi sastra

memeberikan perhatian pada unsur yang kedua yaitu memberikan perhatian kepada

pemahaman tentang hubungan pada aspek-aspek kejiwaan para tokoh imajiner yang

terdapat pada karya sastra itu sendiri.

Karya sastra sendiri banyak terdapat aspek kehidupan manusia didalamnya.

umumnya aspek-aspek kemanusiaanlah yang menjadi objek dari psikologi sastra

karena para tokoh imajiner merupakan gambaran manusia secara realita, seterusnya

aspek dari kejiwaannya dimasukan dan di investasiakan dalam karya sastra.

Sastra dan psikologi bisa di simpulkan bahwa keduanya saling berkaitan.

Untuk memahami psikologi (kejiwaan) perilaku pada tokoh dalam karya sastra

khususnya Novel digunakan sebuah psikoanalisis yang sering dilakukan untuk

menemukan sebuah tindak atau kejiwaan para tokoh. Psikoanalisis sendiri

dilakukan dengan bantuan teori-teori psikologi . psikologi sastra dalam

psikoanalisis ialah analisis sebuah teks dengan mempertimbangakan relavansi dan

peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka


dapat dianalisis konflik batin, atau juga perilaku-perilaku menyimpang atau bisa

dikatakan perilaku abnormal.

Dengan adanya hubungan yang erat antara aspek psikologis dengan aspek

tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relavan untuk dianalisis secara

psikologis adalah karya sastra yang memberikan intensistas pada aspek kejiwaan

tersebut contoh nya karya sastra novel Kelab dalam Swalayan karya Abi Ardianda

yang banyak unsur Psikologis sesuai dengan penelitian ini.

2.2.2 Psikologi Abnormal

Sebelum membahas tentang psikologi abnormal maka diharuskan untuk

memahami terlebih dahulu kreteria perilaku abnormal. Pada dasarnya prilaku

abnormal memiliki lima kreteria menurut Colen dan Winkel 1991 dianatara (1)

Penyimpangan Normatif, menurut kriteria ini, seseorang mengalami perilaku

menyimpang yang luar biasa atau secara harfiah, anomali, seseorang menyimpang

dari norma, terutama norma sosial sekitarnya, (2) Penyimpangan dari norma sosial

dengan kreteria ini. Abnormalitas didefinisikan sebagai ketidaktaatan atau perilaku

yang bertentangan dengan norma sosial, (3) gejala “salah-suai” (maladjustment)

dalam Kelainan pada gejala ini dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam

menghadapi tuntutan lingkungan fisik dan sosial, (4) tekanan batin dalam

abnormalitas ini sebagai Kecemasan, depresi, atau perasaan yang mendalam, dan

(5) ketimpangan ini atau abnormalitas disebut ketidak dewasaan jika perilakunya

tidak sesuai dengan usia dan tidak sesuai dengan situasi (dalam Erni 2012).

Kreteria abnormal menunjukan bahwa psikologi abnormal ialah keadaaan

kejiwaan yang diluar dari kata normal dan membuat perilaku-perilaku yang
dilakukan oleh manusia menjadi menyimpang atau diluar dari norma atau ketidak

wajaran perilaku.

Psikologi abnormal bisa dikatakan sebagai salah satu cabang dari psikologi

yang mana menjelaskan tentang pengertian, penyebab dan penanganan dari

perilaku abnormal itu sendiri. psikologi abnormal membahas tentang tataran

perilaku abnormal lebih luas dibandingakan dengan ganguan mental atau ganguan

psikologis. Perilaku abnormal ialah salah satu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan tindakan yang menyimpang atau di luar norma, budaya dan

situasi diamana ia tinggal. Budaya sangat berpengarah terhadapat ketidak normalan

atau penyimpang seseoarang karena perilaku abnormal itu sendiri penyimpangan

dari norma sosial sedangakan di setiap tempat memiliki norma sosial yang berbeda-

beda di karenakan budaya yang jelas berbeda maka normative dalam masyarakat

juga berbeda contohnya tentang LGBT menurut kajian ilmu dari psikologi LGBT

bukan keadaan penyimpangan seseorang atau ketidaknormalan seseorang

dikarenakan sudah di hapus kan dari DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders) Tujuan dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan

Mental-IV (DSM-IV) [dan buku kasus yang menyertainya (lihat PA, Vol 81:45222;

94-168001-000)] adalah untuk memberikan deskripsi yang jelas tentang kategori

diagnostik untuk memungkinkan dokter dan peneliti untuk mendiagnosis,

berkomunikasi tentang, mempelajari, dan merawat orang dengan berbagai

gangguan mental. Sebagai contoh perbandinagn dengan budaya Indonesia jelas

menentang tentang LGBT, dan di anggap penyimpangan dari norma pada


masyarakat sedangkan di jerman menganggap LGBT bukan hal ang tabu. Bisa

dilihat jelas perilaku abnormal sangat dipengaruhi dengan budaya setempat.

Menurut Ramli (2010) dalam Wisnu (2022) perilaku abnormal ialah suatu

bentuk sikap hidup yang tidak diharapkan terjadi, pada umumnya perilaku yang

abnormal dihinggapi oleh gangguan mental dan kekakuan mental. Sebagai contoh

seseorang merasa cemas bila masuk kedalam kampus atau tempat yang

memebahayakan. Perilaku abnormal dapat di indentifikasi pada besarnya tingkat

keseriusan masalah. Biasanya seseorang berperilaku abnormal sering dihinggapi

dengan perasaan takut, cemas, dan lainnya sehingga akan memunculkan konflik

batin.

Wisnu (2022:4) juga mengklasifikasikan kreteria abnormalitas atau perilaku

abnormal menjadi enam dianataranya (1) perilaku yang tidak biasa, artinya sikap

atau perilau yang muncul dan berbeda pada orang umumnya, (2) perilaku yang tidak

dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial, (3) persepsi atau

interprestasi yang salah terhadap realitas, biasanya sistem sesnsorik pada proses

kognitif memunginkan kita untuk membentuk repsentasi mental yang akurat

tentang lingkungan sekitar, (4) orang-orang tersebut berada aadalam stress personal

yang signifikan, kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi,

seperti kecemasan, ketakutan, was-was, khawatir, depresi yang di anggap sebagai

abnormal, (5) perilaku maladati, merupakan perilaku yang menghasilkan ketidak

bahagian atau juga kemampuan seseorang untuk beradaptasi (menyesuaikan diri)

kuarang, (6) perilaku berbahaya, atau perilaku yang sudah merugikan diri sendiri

bahkan orang lain, seperti bunuh diri atau membunuh seseorang.


Sedangakan menurut Gelard C Davidsion dalam bukunya psikologi

abnormal menjelaskan tentang kreteria Abnormal menjadi lima di anataranya (1)

kejarangan statistik, asumsi sejumlah orang atau sekelompok masyarakat tentang

penyimpangan dan norma sosial atau perilaku yang di anggap abnormal, (2)

pelanggaran norma, perilaku yang menyimpang dan melanggar dari norma sosial

atau juga mengancam dan mencemaskan orang lainnya mengamatinya. (3) Distres

Pribadi, atau tekanan batin yaitu tekanan dan siksaan besar pada orang yang

mengalaminya (4) Disabilitas atau disfungsi, perilaku ketidakmampuan individu

dalam bidang penting dalam hidupnya misalnya pekerjaan atau hal pribadi, (5) yang

tidak diharapkan, biasanya terjadi akibat dari distress pribadi.

Dari karakteristik perilaku abnormal yang sudah dipaparkan bahwa perilaku

abnormal ialah suatu keperibadian atau perilaku yang dapat mempengaruhi

kehidupan sehari-hari tentang bagaimana ia berfikir bahwasan nya ia berbeda

dengan yang lainnya, dikarenakan ia tidak bisa menikmati hidupnya dari kebiasaan

banyak orang yang disebabkan karena gangguan psikologi atau kejiwaan seseorang.

Abnormal merupakan bagian dari psikologi yang membahas tentang perilaku

abnormal. Tentunya abnormal juga memiliki bentuk-bentuk tindakan yang mana

dipengaruhi oleh keadaan emosi atau kejiwaan seseorang. Keadaan kejiawaan

seseorang yang tidak dari biasanya atau ganguan kejiwaan tentu memiliki beberapa

bentuk ganguan yang dianggap abnormal. Menurut Gerald C division dalam

bukunya psikologi abnormal menjelaskan tentang 2 bentuk ganguan yaitu gangguan

psikologis dan ganguan perkebangan dalam rentang hidup.


2.2.3 Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis ialah gangguan kejiwaan atau penyakit yang

mempengaruh emosi, pikiran dan perilaku para penderiatanya. Biasanya para

penderita mengalami ketidaknyaman dalam melakukan kegiatan sehari-hari nya. Di

antara gangguan psikologis ialah gangguan anxientas, somatoform serta disosiatif,

psikofisologis serta psikologi Kesehatan, makan, mood, skizofrenia, gangguan

yang berkaitan dengan penggunaan zat, gangguan seksual dan identitas gender.

Gangguan Anxietas

Gangguan anxientas atau gangguan kecemasan. gangguan anxietas

didiagnosis jika secara jelas terdapat perasaan cemas yang dialami secara subjektif

bisa dikatakan bahwa orang yang mengalami gangguan anxientas memiliki

kekhawatiaran yang berlebih yang sebenarnya tidak perlu.

DSM-IV-TR (DSM-IV-TR. Diagnostik dan statistik katalog keempat

gangguan Mental edisi (American Psychiatric Association)) DSM-IV-TR

menyediakan set kriteria diagnostik untuk membantu memandu seorang dokter

menuju diagnosis yang benar dan bagian tambahan yang dikhususkan untuk

diagnosis banding ketika orang memenuhi kriteria diagnostik untuk lebih dari satu

gangguan.

Dalam hal ini gangguan Anxientas terbagi menjadi enam diagnosis dalam

DSM-IV-TR dianataranya fobia, gangguan panik, gangguan anxientas menyeluruh,

gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut.

Istilah fobia biasanya berarti seseorang menngalami distress yang parah dan

berdapak pada kendalas sosial atau pekerjaan karena kecemasan tersebut. Kata
fobia diawali dengan kata bahasa Yunani yang menyebutkan objek atau situasi yang

ditakuti. Kata fobia diambil dari dewa Yunani yaitu phobos, yang takut pada

musuh-musuhnya.

Para psikopatologi mendefinisikan fobia sebagai penolakan yang

menggangu yang diperantai oleh rasa takut yang tidak proposional dengan bahaya

ang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sesuatu

yang tidak mendasar. Bisa dikatakan fobia ialah ketakutan dan penolakan terhadap

objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya ang sesuangguhnya.

Kreteria DSM-IV-TR untuk fobia antara lain (1) ketakutan yang berlebihan,

tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek dan situasi, (2) keterpaparan

dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens, (3) orang tersebut menyadari

ketakutan tersebut tidak realistis, (4) objek atau situasi tersebut di hindari atau di

hadapi dengan ketakutan intens. Kreteria tersebut menjadikan fobia memiliki

bebrapa macam di anataranya claustrophobia (ketakutan pada ruang tertutup),

agoraphobia (ketakutan pada tempat umum), acrophobia (ketakutan pada tempat

tinggi), dan lainya.

Gangguan Panik, Serangan panik berulang yang mencangkup timbul nya

sintom -sintom fisiologis secara mendadak, seperti pusing, denyut jantung cepat,

dan gemetar, disertai dengan teror dan perasaan dalam bencana. Gangguan panik

memiliki kreterian DSM-IV-TR di anataranya (1) serangan panik tanpa terduga, (2)

sekurang-kurangnya satu bulan memiliki kekhawatiran akan terjadi serangan

berikutnya atau kekhawtiran atas konsekuensi yang diterima akan serangan terjadi,

atu perubahan perilaku karena serangan yang dialami.


Ganguan Enxientas Menyeluruh, Individu yang menderita gangguan

enxientas menyeluruh (generalize enxienty disorder (GAD)) biasanya terus

menerus merasa cemas, Kekhawatiran yang menetap dan tidak bisa di control dan

sering kali terhadap hal-hal kecil. Kreteria DSM-IV-TR untuk GAD ialah (1)

kecemasan dan khawatiran yang berlebihan, (2) kekhawatiran sulit dikendalikan,

(3) individu mengalami tiga atau lebih di anatara hal-hal berikut ketidaksabaran,

sangat mudah Lelah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot,

ganguan tidur.

Ganguan Obsesif Kompulsif, Ganguan Obsesif Kompulsif (Obsessive

Compulsive Disorder -OCD) suatu ganguan kecemasan dimana pikiran dipenuhi

dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan individu dipaksa

untuk terus menerus melakukan tindakan tertentu. Bisa dikatakan sebagai

pemikiran, implusif dan citra yang tidak dapat di control obsesi atau tindakan,

perilaku, atau mental yang berulang. Kreteria DSM-IV-TR untuk OCD antara lain

(1) Obsesi, pemikiran yang berulang dan menetap impusif atau dorongan yang

menimpulkan kecemasan, (2) kompulsi, perilaku dan tindakan mental repetetif

yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan ketegangan.

Gangguan Stres Pascatrauma (posttraumatic stress disorder-PTSD) ialah

masa setelah pengalaman traumatis dimana individu mengalama masa kemunculan

penolakan stimuli yang diasosiasikan dengan kejadian traumatis yang dialamai, dan

kecemasan yang disebabkan oleh ingatan terhadap peristiwa tersebut. Kreteria

DSM-IV-TR untuk PTSD anatara lain (1) pemaparan pada suaatu kejadian

traumatik menyebabkan ketakutan ekstrim, (2) kejadian tersebut dialami ulang, (3)
orang yang bersangkutan mengindari stimuli yang diasosiasikan dangan trauma dan

memiliki ketumpulan responsitifitas, (4) sintom-sintom berlebihan seperti respons

terkejut berlebihan, (5) durasi sintom lebih dari satu bulan.

Gangguan Stres Akut sintom-sintom sama dengan Gangguan Stres

Pascatrauma (posttraumatic stress disorder-PTSD) tapi hanya berlangsung empat

minggu atau kurang.

Gangguan Somotoform dan Disosiatif

Gangguan Somotoform, Soma artinya tubuh. Dalam gangguan somatoform

maalah masalah psikologis muncul dalam bentuk gangguan fisik. Simtom-simtom

fisik gangguan somatoform, yang tidak dapat dijelaskan secara fisisologis dan tidak

berada dalam kesadaran diduga terkait dengan faktor faktor psikologis,

diperkirakan berawal dari kecamasan sehingga di asumsikan memiliki penyebab

psikologis.

Kategori DSM-IV-TR untuk somotoform antara lain, (1) ganguan nyeri

“faktor-faktor berperan secara signifikan dalam muncul dan menetapnya rasa nyeri,

(2) gangguan dismorfik tubuh “preokupasi dengan kerusakan dalam penampilan

fisik yan hanya dibayangkan atau dilebih-lebih kan, (3) hipokondrasis, (4)

gangguan konversisintom-sintom sensorik atau motoric sakit tanpa penyebab

fisiologis, (5) gangguan somatisasi keluhan fisik yang berulang dan banyak

memiliki dasar biologis.

Gangguan disosiatif

Para indivisu yang mengidap penyakit ini tidak dapat mengingat pribadi

penting atau beberapa saat lupa akan identitas bahkan membuat identitas baru.
Kategori gangguan disosiatif menurut DM-IV-TR antara lain (1) amnesia disosiatif

hilang memori setelah kejadian yang penuh stress, (2) fugue disosiatif, hilang nya

memori disertai meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru, (3) gangguan

depersonalisasi, mengalami bahwa dirinya berganti, (4) gangguan identitas

disosiatif, minimal dua atau lebih ego yang berbeda dan berganti dan satu sama

lainnya bertindak bebas.

Gangguan Psikofisiologis dan Psikologi Kesehatan

Gangguan Psikofisiologis merupakan penyakit fisik ang disebabkan faktor-

faktor psikologis, trauma, stress, gangguan tersebut biasanya mempengaruhi organ-

organ yang berada dibawah kendalisistem saraf otonom, sistem pernapasan,

kondiovasonon, gastrointestinal, dan endokrin.

Gangguan Makan

Gangguan makan ialah kecemasan terhadap asupan atau makanan yang

dimakan sehari-sehari ketakutan dan kecemasan biasanya di dasari dengan alasan

yang berlebihan, dan bisa juga didasari olehh lingkungan sekitar. Kategori

gangguan makan anatara lain (1) anoreksia nervosa, (2) bulimia nervosa, dan (3)

gangguan makan berlebihan.

Gangguan Mood

Gangguan mood mencangkup gangguan emosi yang memebuat seseorang

tidak dapat berfungsi mulai dari kesedihan pada depresi hingga euphoria yang tidak

realistis dan iritabilitas pada mania. Karekteristik gangguan pada mood antara lain

(1) depresi gejala sintom, (2) mania gejala dan sintom, dan (3) bipolar. DSM-IV-

TR juga mencantumkan ganguan mood dianataranya kronis, kreativitas, dan emosi.


Mood kronis dibagi menjadi 2 gangguan yaitu disklotimia dan distimia. Gangguan

mood juga bisa berakibat perilaku bunuh diri nya seseorang. Kecenderungan untuk

melenyapkan diri sendiri dengan bunuh diri tidak terbatas pada depresi.

Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan

utama daam pikiran, emosi, dan perilaku serta pikiran yang tergangu dimana

pemikiran tidak bergabung secara logis, persepsi dan perhatian ang keliru, efek

yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang mana

individu yang mengidap skizofrenia menarik diri dari kenyataan dan orang lain,

seringkali masuk kedalam kehidupan fantasi dan penuh dengan delusi.

Wahan (delusi) yaitu kenyakinan yang berlawanan dengan kenyataan.

Waham juga dapat memilki bentuk lain, bahkan berwujud dan dapat dilihat oleh

individu pengidap skizofrenia.

Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat

Menggunakan berbagai zat untuk mengubah mood dan kesadaran

merupakan karakteristik manusia, demikian juga kecenderungan untuk

menyalahgunaannya. DSM-IV-TR membedakan anatara ketergantungan zat dan

penyalahgunaan nya. Ketergantungan merujuk pada pola penggunaan zat secra

kompulsif dan dampaknya psikologis dan fisisk sebagai konsekuensinya.

Ketergantungan dapat mencangkup ketergatungan fisologis, atau kecanduan, bila

terjadi toleransi dan putus asa.


Gangguan Keperibadian

Gangguan keperibadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, dan di

anggap sebagai pola perilaku serta pengalaman internal yang bertahan lama,

pervasive, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspetasi budaya individu

yang bersangkutan dan menyebabkan dampak ketidakfungsian sosial dan budaya,

beberapa di antaranya, namun tidak semua, dapat menyebabkan distress emosional.

Gangguan keperibadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-

IV-TR diantaranya (1) para individu dalam kelompok aneh atau eksentrik

(paranoid, schizoid, skitozipal), (2) para individu dalam kelomopok dramatik atau

eratik (antisosial, ambang, histrionik, narsistik, dan antisosial dan psikopati), (3)

para individu dalam kelompok pencemas atau ketakutan (gangguan keeribadian

menghindar, gangguan kepribadian dependen, gangguan kepribadian obsesif

kompulsif.

kelompok aneh atau eksentrik mencangkup paranoid, schizoid, dan

skitozipal beberapa varian ini dianggap sebagai gangguan skizofrenia yang tidak

terlalu parah.

dalam kelomopok dramatik atau eratik mencangkup keperibadian antisosial,

ambang, histrionik, narsistik, anti sosial dan psikopati. Gangguan kepribadiaan

ambang adalah emosi yang sangat tidak stabil dan berubah-ubah, gangguan

keperibadiaan histionik ialah ekspresiemosinal yang berlebihan, dan gangguan

narsistik yaitu harga diri yang sangat melambung tinggi. Gangguan anti sosial dan

psikopati sebenarnya sanagat tumpeng tindih, namun tidak sama keperibadaian

anrisosial berfokus pada perilaku antisosial sedangkan psikopati menekankan pada


bentuk emosional ang rendah seperti kuarang nya rasa takut, penyesalan, tidak

bersalah, dan malu.

kelompok pencemas atau ketakutan dianataanya gangguan

keeribadian menghindar (avodant personality disorder) yaitu indidvidu yang takut

akan penolakan atau kritik , gangguan kepribadian dependen (dependent

personality disorder) individu yang kurang memilki kemandirian atau bergantung

pada orang lain, gangguan kepribadian obsesif kompulsif (obsessive compulsive

personality disorder) individu yang memiliki keperfeksionistik terhadap hidupnya.

Gangguan Seksual dan Identitas Gender

Seksualitas merupakan salah satu ranah yang paling pribadi dan secara

umum privat dalam kehidupan individu. Setiap orang adalah makhluk seksual

dengan minat dan fantasi yang dapat mengejutkan atau mengagetkan. Hal itu itu

merupakan fungsi seksual yang normal akan tetapi Hasrat atau fantasi mulai

membahayakan individu dan individu lain maka bisa di kategorikan sebagai

gangguan identitas seksual dan identitas gender. Pada hal ini terbagi menjadi tiga

kategori (1) gangguan identitas gende, (2) parafilia, dan (3) difungsi seksual.

Gangguan identitas dender atau GIG yang kadang disebut transeksualisme,

merasa bahwa jauh didalam dirinya, biasanya sejak awal masa anak-anak, individu

merasa bahwa mereka berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini. Mereka

tidak menyukai pakaian yang menjadi identitas gender mereka. Seperti contoh

seorang laki-laki menatap dirinya dicermin, secara biologis tubuhnya laki-laki, tapi

ia merasa tubuh nya di miliki oleh seorang perempuan.


Parafilia ialah sekelompok gangguan yang mencangkup ketertarikan

seksual terhadap objek yang tidak wajaratau aktivitas seksual yang tidak pada

umumnya. Secara garis besar parafilia di bagi menjadi beberapa bagian di antaranya

retishisme, feteisme transvestic, pedofilia, eksibisime, voyurisme, froteurisme,

masokisme seksual, koprofilia, nekrofilia.

Disfungsi seksual ialah gangguan terhadap seksualitas atau masalah seksual

seseorang yang dianggap abnormal di kategorikan dalam DSM-IV-TR dianataranya

gangguan nafsu seksual, gangguan gairah seksual, ganguan orgasme, gangguan neri

seksual.

2.2.4 Gangguan Perkembangan dalam Rentang Hidup

Gangguan perkembang dalam rentang hidup ialah gangguan emosional,

perilaku yang dialami individu pada usia-usia tertentu. Gangguan tersebut

dikelompokan menjadi dua rentang hidup yaitu ganguan dimasa kanak-anak, dan

ganguan dimasa usia lanjut.

Ganguan dimasa kanak-anak

Gangguan emosional dan behavioral yang terjadi pada anak, gangguan

tersebut dianggap tidak normal pada usia kebanyakan anak. Gangguan di masa

kanak-anak sering dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu (1) gangguan

eksternalisasi, ditandai oleh perilaku seperti agresivitas, ketidakpatuhan, aktivitas

yang berlebihan, dan implusifitas gangguan tersebut mencangkup gangguan

hiperaktiv, gangguan tingkah laku, dan gangguan sikap mnenetang. (2) gangguan

internisasi di tandai oleh perilaku seperti depresi, penarikan diri dari pergaulan
sosial, dan kecemasan termasuk gangguan anxientas dan gangguan mood di masa

kanak-anak.

Gangguan dimasa usia lanjut

Gangguan dimasa usia lanjut ialah ganguan emosional atau perilaku yang

tidak dari biasanya individu pada usia lanjut yang biasanya disebab kan oleh

kemunduran fisik dan emosional pada individu usia lanjut, dan bisa di kategorikan

sebagai abnormalitas pada usia lanjut. Gangguan otak serius yang dialami oleh

sebagain kecil individu usia lanjut terdapat dua gangguan utama yaitu dimensia dan

dillerium.

Dimensia atau fungsi intelektual individu yang bersangkutan berkurang,

dan memori berfikir abstrak serta penilaian mengalami pemunduran. Sebagaian

besar kasus dimensia yang terjadi penderita menjadi seolah bukan dirinya dan pada

akhirnnya tidak lagi mnegenal lingkungan sekelilingnya. Contohnya yaitu penyakit

Alzheimer penyakit usia lanjut yang tidak bisa disembuhkan dimana sel-sel kortikal

menjadi hilang.

Delilirum, perubahan kesadaran secara mendadak dan berbagai masalah lain

dalam berfikir merasa, dan berperilaku. Ciri-cirnya Pikiran terpecah-pecah

takterarah, bicara ngelantur, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, halusinasi ,

ilusi, disorientasi, lemas atau juga hiperaktiv, dan berubah-ubah kondisi perasaan.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini mengkaji objek karya sastra yaitu novel dengan judul kelab

Kelab dalam Swalayan Karya Abi Ardianda. Penelitian menganalis bentuk-bentuk

perilaku abnormal dan penyebab perilaku abnormal tokoh pada novel kelab dalam
swalayan karya Abi Ardianda dengan bantuan pendekatan psikologi sastra dalam

mendeksripsikan kejiwaan dan tindakan para tokoh pada novel Kelab dalam

Swalayan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini anatara lain.

a. Menelaah tokoh-tokoh pada novel kelab dalam swalayan karya Abi

Ardianda yang teridentifikasi mememilki masalah kejiwaan dan berperilaku

yang tidak normal atau abnormalitas.

b. Mendeskripsikan perilaku abnormalitas tokoh pada novel kelab dalam

swalayan dan memamaparkan penyebab perilaku abnormalitas tokoh.

c. Selanjutnya mememberikan kesimpulan.

Selanjutnya, Kerangka berpikir dalam penelitian ini akan di gambarkan sebagai

berikut.

Novel Kelab dalam Swalayan

Psikologi Sastra

Bentuk Perilaku Abnormal Penyebab Perilaku Abnormal

kesimpulan

Tabel 1.1 Kerangka berpikir

Anda mungkin juga menyukai