3. Wellek dan Warren (1990) mengemukakan bahwa psikokogi sastra mempunyai empat
kemungkinan pengertian jelaskan!
Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi.
Yang kedua studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum- hukum psikologi
yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak sastra
pada pembaca
Menurut Wellek dan Warren (1990) pengertian pertama dan kedua merupakan bagian
dari psikologi seni, dengan fokus pada pengarang dan proses kreatifnya. Pengertian
ketiga terfokus pada karya sastra yang dikaji dengan hukum-hukum psikologi.
Pengertian keempat terfokus pada pembaca yang ketika membaca dan
menginterpretasikan karya sastra mengalami berbagai situasi kejiawaan.
4. Mengapa Psikologi sastra merupakan salah satu kajian sastra yang bersifat
interdisipliner?
karena memahami dan mengkaji sastra dengan menggunakan berbagai konsep dan
kerangka teori yanga ada dalam psikologi. Psikokogi sastra mempunyai empat
kemungkinan pengertian, yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi, proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada
karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Penyair adalah manusia yang bicara pada manusia lain. Manusia yang benar-benar
memiliki rasa tanggap yang lebih peka, kegairahan dan kelembutan jiwa yang lebih
besar. Manusia yang memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang kodrat
manusia dan memiliki jiwa yang lebih tajam dari pada manusia-manusia lainnya.
Wordsworth menjelaskan bahwa “keadaan jiwa” dengan psikologi khususnya, akan
melahirkan pengungkapan
bahasa puisi yang khusus pula. Pendirian Wordsworth mengenai proses penciptaan
puisi yang dikatakannya sebagai pengungkapan alamiah dari perasaan-perasaan yang
meluap- luap, dari getaran hati yang berkembang dalam kesyahduan, juga
menunjukkan adanya hubungan antara aspek psikologi dalam proses penciptaan puisi
(Hardjana, 1984:62).
Pengakuan penyair Subagio Sastrowardoyo mengenai proses kreatifnya, yang semula
disampaikan kepada H.B. Jassin berikut ini, juga mendukung adanya hubungan yang
tak terpisahkan antara psikologi dengan penciptaan karya sastra.
5 SOAL SOSIOLOGI SASTRA
Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial,
merupakan pendekatan atau cara membaca dan memahami sastra yang bersifat interdisipliner
yang melibatkan sosiologi. Oleh karena itu, sebelum menjelaskan hakikat sosiologi sastra
menurut Swingewood (dalam Wiyatmi, 2013, hlm.6) kita harus terlebih dulu mampu
mengetahui batasan sosiologi sebagai sebuah ilmu dan menguraikan perbedaan dan
persamaan antara sosiologi dengan sastra.
Swingewood (dalam Wiyatmi, 2013, hlm. 6) mengungkapkan bahwa sosiologi adalah studi
yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat serta studi mengenai lembaga-
lembaga dan proses sosialnya. Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu
bertahan hidup.
Baik sosiologi maupun sastra memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia dalam
masyarakat. Keduanya berusaha memahami hubungan-hubungan antarmanusia dan proses
yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut di dalam masyarakat.
Dalam sosiologi pengarang, pengarang sebagai pencipta karya sastra dianggap merupakan
makhluk sosial yang keberadaannya terikat oleh status sosialnya dalam masyarakat, ideologi
yang dianutnya, posisinya dalam masyarakat, juga hubungannya dengan pembaca. Dalam
penciptaan karya sastra, campur tangan penulis sangat menentukan, karena realitas yang
digambarkan dalam karya sastra ditentukan oleh pikiran penulisnya (Caute dalam Junus,
1986, hlm. 8).
Sosiologi pembaca merupakan salah satu model kajian sosiologi sastra yang
memfokuskan perhatian kepada hubungan antara karya sastra dengan pembaca
(Wiyatmi, 2013, hlm. 60). Hal-hal yang menjadi wilayah kajian sosiologi
pembaca antara lain adalah: