Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS ID, EGO, DAN SUPEREGO NOVEL PASUNG JIWA KARYA

OKY MADASARI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSIKOLOGI


SASTRA
1
Nur Halisa, 2Nur Ika Maulida
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
1
nurhalizhaa735@gmail.com, 2nurikamaulida57@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan id,ego, dan superego tokoh utama
novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari menggunakan pendekatan psikologi
sastra. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskritif kualitatif. Data yang
diperoleh dari penelitian ini menghasilkan analisis psikologi sastra yang terdapat
dalam novel karya Okky Madasari dengan judul “Pasung Jiwa”. Terdapat tiga
struktur kejiwaan seseorang yang terdapat pada psikologi sastra yang
dikemukakan oleh Simund Freud, yaitu id, ego, dan superego.

Kata Kunci: Psikologi Sastra, Novel, Pasung Jiwa


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia pada setiap zaman dan setiap tempat
melakukan kegiatan bersastra. Oleh karena itu, sastra merupakan bidang
kebudayaan manusia yang paling tua yang mendahului cabang-cabang
kebudayaan lain. Pada awal kehidupan manusia sastra sudah hadir sebagai
media ekspresi pengalaman estetik, manusia berhadapan dengan alam sebagai
penjelmaan keindahan.
Karya sastra adalah salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah
manusia dan kemanusiaan melalui karya sastra itu sendiri. Sastra merupakan
suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Selain itu, sastra juga merupakan
karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya dari pada fiksi
(Wellek dan Werren, 1993:3-11).
Sastra adalah kegiatan kreatif yang menjadi alat mengekspresikan dan
menyampaikan pesan ataupun perasaan manusia. Manusia berinteraksi dan
bersosialisasi ,banyak sekali cerita dan inspirasi yang harus diutarakan karena
sifat mendasar manusia sendiri sebagai makhluk sosial. Sehingga munculah
karya sastra baik novel, puisi dan lain-lain yang dijadikan alat
mengekspresikan dan mengutarakan pesan tersebut. Perkembangan sastra
pesat sekali berkembang dan timbulah sastra sebagai cabang ilmu untuk
mengkritisi suatu karya sastra, yaitu kritik sastra. Sastra juga cabang ilmu
pengetahuan yang dewasa ini didalami dan dikaji oleh para pakar sastra. Studi
sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak selalu
sama dengan metode ilmu-ilmu alam. Hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda
dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta
yang berulang, sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti.
Karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau
lebih tepat lagi : individual dan umum. Studi sastra adalah sebuah cabang ilmu
pengetahuan yang berkembang terus-menerus.
Dengan berkembangannya ilmu tentang sastra maka bukan hanya unsur-
unsur yang terdapat didalam sebuah karya sastra saja yang dapat dikaji atau
analisis tetapi pada saat ini sastra juga dapat dikaji berdasarkan faktor-faktor
yang berasal dari luar sastra itu. Faktor-faktor dari luar karya sastra yaitu
sosiologi sastra, psikologi sastra serta antropologi sastra. Sosiologi sastra
dianalisis dalam kaitannya dengan masyarakat yang menghasilkannya sebagai
latar belakang sosialnya. Antropologi sastra, dibangun atas dasar asumsi-
asumsi genesis, dalam kaitannya dengan asal usul sastra.
Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan
relevansi dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi turut berperan
penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut
kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun
pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan
dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Jadi,
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi
sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan
“Psikologi Sastra”
Menurut Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar atau conscious, prasadar atau
preconscious dan tak sadar atau unconscious. Topografi atau peta kesadaran
ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam setiap event
mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran tersebut.
Baru pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,
yakni id, ego serta Superego.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang novel
Pasung Jiwa karya Oky Madasari dengan menggunakan pendekatan
psikologi sastra teori Sigmund Freud dengan menganalisis struktur yang
terdapat dalam kejiwaan tokoh novel, yaitu id, ego, dan superego
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah
1. Bagaimana id, ego, dan superego tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa
karya Oky Madasari dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk id, ego dan superego
tokoh utama novel Pasung Jiwa karya Oky Madasari dengan
menggunakan pendekatan psikologi sastra
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Sastra
1. Sejarah Sastra
Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang disajikan
melalui perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta benar-benar
citraan dari perkemangan zaman yang terjadi pada masyarakat. Di dalam
karya sastra sering kita jumpai berbagai kisah yang menggambarkan
kehidupan sosial masyarakat seperti politik, ekonomi sosial, budaya, dan
agama. Oleh karena itu, meskipun dikatakan karya fiksi, sebuah karya sastra
tidak serta-merta murni sebuah hayalan dan imajinasi. Akan tetapi, sebuah
karya sastra lahir melalui tempaan pengalaman penulisnya
Secara Umum, Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lampau yang
disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Sedangkan
sastra menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah "bahasa (kata-
kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)".
Sedangkan karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai
kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Jadi, secara sederhana
sejarah sastra dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam hal
ini kita akan membahas tentang Sejarah Sastra Indonesia. Yakni pertumbuhan
dan perkembangan sastra di Indonesia. Kata Indonesia sendiri merujuk pada
suatu bangsa atau negara kepulauan yang merdeka pada 17 Agustus 1945.
Secara umum, periodisasi Sejarah Sastra Indonesia terbagi dalam beberapa
angkatan seperti:
1. Angkatan Balai Pustaka
2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 1945
4. Angkatan 1950-an
5. Angkatan 1960-an
6. Angkatan kontemporer (1970an sampai sekarang).

Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan


oleh Ajip Rosidi dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis
besar Ajib Rosidi (1969: 13) membagi sejarah sastra Indonesia sebagai
berikut:
a) Masa Kelahiran
mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi
beberapa periode, yaitu:
1) Periode awal hingga 1933
2) Periode 1933-1942
3) Periode 1942-1945
b) Masa Perkembangan
mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa
periode, yaitu:
1) Periode 1945-1953
2) Periode 1953-1961
3) Periode 1961-1968.
2. Jenis-jenis Karya Sastra
a. Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai
suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan
suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud
dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal
dengan istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang
diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah.
Berikut unsur-unsur drama :
1) Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita
drama.
2) Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak
pertama sampai babak terakhir.
3) Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh
utama disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu
disebut dengan figuran.
4) Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama
tersebut. Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan
protagonis adalah berwatak baik. Sedangkan watak antagonis
merupakan watak yang jahat.
5) Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam
kisah drama yang berlangsung.
6) Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang
cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat
disampaikan dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.
b. Puisi
Dalam dunia sastra, puisi merupakan karya tulis yang menuangkan
perasaan maupun pikiran penyair dengan memakai kata-kata bermakna
kiasan atau imajinatif. Sang penyair pun menyusun kata-kata tadi sambil
memusatkan konsentrasinya untuk membentuk struktir bahasa, fisik, dan
batin. Menurut Herman Waluyo, puisi merupakan karya sastra paling awal
yang pernah ditulis manusia. Sedangkan Sumardi berpendapat bahwa puisi
merupakan karya sastra yang memadatkan dan menyingkatkan bahasa, lalu
diberi bunyi berima yang padu dan diksi imajinatif/kiasan.
Berdasarkan waktu, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Puisi lama
Puisi lama merupakan bentuk puisi yang masih terikat aturan.
Dalam hal ini, puisi harus ditulis dengan kata dan baris yang
jumlahnya sudah ditentukan. Hal ini pun berlaku saat kita membentuk
persajakan atau rima dan jumlah suku kata yang berada di tiap baris.
Adapun jenis puisi lama, yaitu; pantun, mantra, karmina, seloka,
gurindam, syair, dan talibun.
2) Puisi baru
Berbanding terbalik dengan puisi lama, jenis puisi ini sudah tidak
terikat aturan dan bentuknya pun lebih bebas. Dalam hal ini kita bisa
menulis puisi tanpa terikat jumlah baris, suku kata, serta rima.adapun
beberapa jenis dari puisi baru, yaitu; balada, himne, ode,
epigram,elegi, satire, distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime,
oktaf/stanza, dan sonata.
c. Prosa
1) Prosa lama
Prosa lama adalah sebuah karya sastra yang belum mendapat
pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya prosa lama berbentuk
lisan karena belum ditemukannya alat tulis menulis. Namun, kini prosa
lama juga dapat ditemukan dalam bentuk tulisan. Adapun bentuk-
bentuk prosa lama, diantaranya adalah: hikayat, sejarah (tambo), kisah,
dongeng. Adapun beberapa bentuk-bentuk dongeng, yaitu; myth
(mitos), legenda, fabel, sage, dan jenaka
2) Prosa baru
Prosa baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat
pengaruh dari budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini
muncul setelah prosa lama dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa
baru antara lain:
a) Roman
Roman adalah prosa baru yang menceritakan tentang
kehidupan seseorang, dimulai dari lahir hingga kematiannya. Prosa
ini menyajikan suatu aspek kehidupan masyarakat secara utuh dan
menyeluruh dan memiliki banyak alur yang bercabang-cabang.
Salah satu contoh roman adalah Layar Terkembang karya Sultan
Takdir Ali Syahbana.
b) Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk prosa baru yang cukup
popular. Prosa baru ini menceritakan sebuah pengalaman atau
sebgaian kecil kisah pelaku utamanya. Yang membedakan cerpen
dengan novel adalah konflik pada cerpen hanya satu dan tidak
meyebabkan perubahan sikap pada tokoh utama, sedangkan pada
novel banyak ditemukan konflik. Contoh cerpen antara lain
Robohnya Surau Kami karya A.A Navis, Keluarga Gerilya karya
Pramoedya Ananta, dan lain-lain.
c) Riwayat
Riwayat menceritakan sebuah kisah yang berisi tentang
pengalaman-pengalam hidup seseorang yang diangkat dari kisah
nyata orang tersebut dari lahir hingga meninggal. Biasanya yang
dieritakan adalah tokoh-tokoh terkenal dan menginspirasi orang
banyak. Ada beberapa jenis riwayat yaitu biografi dan otobiografi.
Biografi merupakan kisah tokoh yang ditulis oleh orang lain.
Sedangkan otobiografi kisah yang ditulis oleh orang yang
bersangkutan.
d) Kritik
Kritik berbentuk sebuah uraian-uraian pertimbangan
seseorang terhadap suatu hasil kerja atau karya orang lain. Kritik
berisi alasan-alasan tertentu dan bersifat objektif atau menghakimi.
e) Resensi
Resensi adalah prosa baru yang isinya membicarakan atau
mengulas suatu karya baik yang berbentuk buku, film, lagu
maupun jenis karya seni lainnya. Resensi bertujuan untuk
memberikan penilaian terhadap suatu karya baik dari segi tema,
tokoh, alur dan unsur-unsur lainnya agar menjadi pertimbangan
bagi pembaca untuk menikmati atau tidak karya tersebut.
f) Esai
Bentuk prosa baru yang terakhir adalah Esai. Prosa ini
berisi tulisan-tulisan yang mengandung pendapat-pendapat pribadi
penulisnya terhadap sesuatu yang sedang menjadi bahan
pembicaraan hangat di masyarakat.
g) Novel
Bentuk prosa baru ini menceritakan sebuah cerita atau kisah
yang panjang. Novel menceritakan sebagian kehidupan seseorang
sebagai tokoh utama yang mengandung beberapa konflik. Konfilk-
konflik tersebutlah yang merubah kehidupan pelaku utamanya.
Contohnya adalah Novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ave
Maria, dan lain-lain. Pengertian Novel Menurut Drs, Rostamaji,
M.Pd Novel merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai dua
unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang mana
keduanya saling berkaitan dengan karena saling berpengaruh dalam
sebuah karya sastra.
Ciri – Ciri Umum dalam Novel :
1) Novel memiliki jumlah kata lebih dari 35.000 kata
2) Novel terdiri dari setidaknya 100 halaman
3) Durasi utnuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit
4) Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi
5) Alur cerita dalam novel cukup kompleks
6) Seleksi cerita dalam novel lebih luas
7) Cerita dalam novel lebih panjang, akan tetapi banyak kalimat
yang di ulang-ulang
8) Novel ditulis dengan narasi kemudian di dukung dengan
deskripsi untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang ada
di dalamnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai struktur novel :
1) Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya
dapat ditemukan pada bagian awal cerita dalam novel
2) Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar waktu
dan suasana. Seperti terjadinya cerita, terkadang juga berupa
pembahasan penokohan atau perwatakan
3) Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang dihubungkan
oleh sebab akibat, dimana setiap peristiwa terjadi karena
adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwa yang
lainnya
4) Evaluasi, merupakan bagian dimana konflik yang terjadi pada
tahap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu
5) Resolusi, merupakan bagian dalam novel yang memunculkan
solusi atas konflik yang sedang terjadi
6) Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita dalam
novel.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik yang
terdapat pada novel, yaitu:
1) Tema merupakan pokok-pokok permasalahan yang terdapat
dalam sebuah cerita dalam novel yang terlah dibuat oleh
pengarang.
2) Penokohan merupakan pemberian watak atau karakter kepada
setiap pelaku dalam sebuah cerita. Para tokoh bisa diketahui
karakternya dari ciri fisik, lingkungan tempat tinggal, dan cara
bertindaknya.
3) Alur merupakan rangkaian-rangkaian peristiwa yang
membentuk jalannya suatu cerita dalam novel. Alur dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu alur maju dan alur mundur.
Alur maju merupakan peristiwa yang bergerak secara bertahap
berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.
Alur mundur merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi
karena ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang
berlangsung.
4) Gaya bahasa merupakan alat utama pengarang untuk
menjelaskan atau menggambarkan serta menghidupkan cerita
secara estetika. Jenis-jenis gaya bahasa antara lainnya adalah :
a) Personafikasi : Merupakan gaya bahasa yang
medeskripsikan macam-macam benda mati dengan cara
memberikan berbagai macam sifat-sifat seperti manusia.
b) Simile (Perumpamaan) : Merupakan suatu gaya bahasa
yang mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan atau
perumpamaan.
c) Hiperbola : Merupakan suatu gaya bahasa yang
mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan
maksud memberikan efek yang berlebihan.
5) Latar merupakan penggambaran terjadinya suatu peristiwa
dalam sebuah cerita meliputi waktu, tempat, dan suasananya.
6) Sudut pandang merupakan penempatan diri pengarang dan juga
cara pengarang dalam melihat berbagai macam kejadian atau
peristiwa dalam cerita yang di paparkannya kepada para
pembaca.
7) Amanat merupakan pesan yang disampaikan, yang terdapat
dalam cerita dalam sebuah novel.
Berikut ini adalah unsur ekstrinsik pada novel, yaitu:
1) Sejarah atau Biografi Pengarang
Biasanya sejarah atau biografi pengarang sangat berpengaruh pada
jalan cerita yang terdapat dalam novel.
2) Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi secara tidak langsung maupun langsung akan
berpengaruh kepada hasil karya novel.
3) Nilai-Nilai dalam Cerita
Dalam sebuah karya sastra mengandung nilai-nilai yang dapat
disisipkan oleh pengarangnya. Nilai-nilai itu antara lainnya
adalah :
a) Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau
kepribadian seseorang. Entah itu baik ataupun buruk
b) Nilai sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma
yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat
c) Nilai budaya, yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting
dan mempunyai nilai dalam kehidupan manusia
d) Nilai estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni dan
estetika dalam sebuah karya sastra.
B. Psikologi Sastra
1. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa.
Sedangkan sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis. Maka
jika diartikan secara keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang
mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaannya. Menurut Wellek dan Austin
(1989:90), Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian.
Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan
hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang
keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).
Pendapat Wellek dan Austin tersebut memberikan pemahaman akan begitu
luasnya cakupan ilmu psikologi sastra. Psikologi sastra tidak hanya berperan
dalam satu unsur saja yang membangun sebuah karya sastra. Mereka juga
menyebutkan, “Dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sudah
menyatu menjadi karya seni, oleh karena itu, tugas peneliti adalah
menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang
dilakukan oleh karya tersebut”
Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya,
psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra
dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur
pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian
pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung
dalam karya sastra.. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru
yang disebut dengan “Psikologi Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah
karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra, secara tidak langsung kita
telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak dapat dipisahkan
dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra tersebut.
2. Teori Sigmund Freud
Teori perkembangan (psikoanalisis) Sigmund Freud mengemukakan bahwa
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar atau conscious,
prasadar atau preconscious dan tak sadar atau unconscious. Topografi atau peta
kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam
setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-
an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran
tersebut. Baru pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model struktural yang
lain, yakni id, ego serta Superego.
Berikut ini penjelasan mengenai komponen struktural tingkat kesadaran
yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yaitu:
a) Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua
aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id
berada dan beroperasi dalam daerahunansdous, mewakili subjektivitas yang
tidak pemah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses
fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Id beroperasi
berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji
yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang
mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk
bekerja – timbul tegangan enerji – id beroperasi dengan prinsip kenikmatan;
berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu; mengembalikan din
ke tingkat energi yang rendah. Pleasure principlediproses dengan dua cara,
tindak refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindak
refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan
mata – dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan
biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi
membayangkan atau mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks,
seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses
membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan, disebut
pemenuhan hasrat (nosh fulfillment), misalnya: mimpi, lamunan, dan
halusinasi psikotik.
b) Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh
kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau
menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat
memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses
sekunder (secondary process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan
menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses
pengujian itu disebut uji realita (reality test) melaksanakan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah difikirkan secara realistik. Dari cara kerjanya
dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego berada di kesadaran,
namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah tak
sadar .Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua
tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau
insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
c) Superego
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip
kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego. Superego berkembang dari ego,
dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego,
superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego,
dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga
kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak
realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
C. Kerangka Pikir
Gambar 1.1.Bagan Kerangka Pikir

Sastra
v

Dram Prosa Puisi


a

Novel

Psikologi
sastra

Teori Sigmen
Freud

Id Ego Supereg
o

Analisis
BAB III

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif, karena jenis penelitian kualitatif menurut Moleong (2005:6),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data pada penelitian ini berupa berupa psikologi pendidikan dari teori
Sigmund Freud yaitu id, ego, superego.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari novel Pasung Jiwa karya
Okky Madasari dengan 328 halaman dan tahun terbit 2005.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Mencari referensi tentang psikologi pendidikan yang akan dikaji
2. Membaca novel Pasung Jiwa secara berulang-ulang, kemudian memberi tanda
pada hasil temuan berupa id, ego, dan superego
3. Hasil temuan yang ada pada novel tersebut disalin ke leptop.
D. Teknik Analisis Data
Data yang ditemukan pada proses pengumpulan data selanjutnya dianalisis
menggunakan teori Sigmund Feud dengan langkah-langkah seperti berikut:
1. Id
2. Ego
3. Superego
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian ini, data yang dianalisis pada penelitian ini
tentang kepripadian tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa oleh Okky
Madasari dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Teori yang
digunakan untuk menentukan psikologi atau kepribadian tokoh ini yaitu teori
Sigmund Freud yang mengatakan bahwa ada 3 langkah-langkah atau struktur
kepribadian yang dilakukan untuk menentukan psikologi seseorang, yaitu id,
ego, dan superego.
Adapun beberapa hasil temuan tentang id, ego, dan superego pada novel
Pasung Jiwa, yaitu:
1. Id
Adapun kutipan id dalam novel Pasung Jiwa tokoh utama dari Sasana,
yaitu:
“Suara gitar, gendang, seruling…semua berpadu indah dan bergairah.
Orang-orang di sekelilingku juga ikut bergoyang. Kepala mereka
menunduk, miring, menengadah, sambil mulut tetap terus bernyanyi.
Perlahan tubuhku mulai bergerak. Tanpa kusadari aku ikut bergoyang.”
Pada kutipan di atas menandakan adanya id yang melekat pada tokoh
Sasana. Id yang terdapat pada tokoh Sasana muncul secara alamiah, karena
adanya dorongan dari isting dan juga implus bahwa yang menggerakkan
Sasana bergoyang adalah isting yang berawal pada saat berada diantara
orang-orang yang bergoyang.
2. Ego
Adapun kutipan ego dalam novel pasung jiwa, yaitu:
“Tanpa aku sadari aku ikut bergoyang. Awalnya hanya goyangan kecil,
lalu tanganku mulai bergerak, lalu tubuhku meliuk ke kanan dan ke kiri,
lalu seluruh tubuhku. Aku menirukan goyangan orang-orang yang ada di
sekitarku, mengikuti suara-suara yang mereka keluarkan seperti “Uooooo
“Ahoooo”, atau “Ah…Ah… Ah…. Aku terus bergoyang. Aku terbius. Aku
melayang.”
Pada kutipan di atas menandakan adanya ego yang terdapat pada
tokoh Sasana. Ego yang ada pada Sasana tersebut ada, hanya untuk
memperoleh kesenangan, kepuasan atau kenikmatan sesaat dengan
memprioritaskan kebutuhan saja. Sangat jelas ego pada kutipan di atas,
bahwa tokoh Sasana bergoyang hanya untuk kesenangan dan kenikmatan
sesaat.
3. Superego
Adapun kutipan superego yang terdapat dalam novel ini daro tokoh
Sasana, yaitu:
“sesekali aku memejamkan mata dan merasakan nikmat yang berbeda.
Saat mataku terpejam, tiba-tiba tanganku ditarik orang. Tarikan yang
sangat kasar. Aku tergelagap. Baru kemudian aku sadar siapa yang
menarik tanganku: ibuku… Aku itu aku bisa datang ke sini sendiri dengan
jalan kaki, walaupun baru pertama kali.
Yah, ini baru pertama kali. Banyak sekali hal pertama yang kudapatkan
mala mini. Malam ini adalah malam terindah dalam 12 tahun usiaku. Aku
tak akan melupakan dan menyesalinya. Meski aku harus menanggung
akibatnya.”
Pada kutipan di atas terdapat superego pada tokoh Sasana pada
kalimat Malam ini adalah malam terindah dalam 12 tahun usiaku. Aku tak
akan melupakan dan menyesalinya. Meski aku harus menanggung
akibatnya. Terdapat nilai-nilai moral yang baik ataupun yang buruk,
karena Sasana menyadari dan tidak menyesal atas kejadian itu bahkan
Sasana juga harus menanggung akibatnya dari kesenangan yang ia
lakukan.

“Senang sekali mendengar seseorang bisa berhenti melakukan sesuatu


karena bosan. Tapi sayangnya tidak denganku. Aku bosan, tapi tak
berhenti melakukan. Aku tak suka, tapi aku harus selalu bisa.”
Pada kutipan di atas, terdapat superego dari Sasana karena dia sangat
senang ketika yang melatih dirinya bermain piano mengatakan bosan,
dilain sisi Sasana juga bosan dengan piano, tetapi tetap saja melakukan.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang
ditulis dengan bahasa yang indah. Jadi, secara sederhana sejarah sastra dapat
diartikan sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Adapun bentuk-bentuk
karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan psikologi sastra.
Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Kemudian
penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan teori Sigmund Freud yang
mengemukakan bahwa psikologi atau kejiwaan seseorang dipengaruhi oleh
tiga strukrtuk, yaitu id, ego, dan superego.
B. Saran
Dalam penelitian ini ada beberapa kutipan id, ego, dan superego yang
ditemukan dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Dalam kejiwaan
(psikologi) seseorang harus ada keseimbangkan antara id, ego, dan superego.
Dan apabila terdapat kekeliruan penulis dalam penelitiaan ini, maka penulis
meminta saran, tanggapan, dan kritikan yang bersifat membangun agar karya
tulis ilmiah ini sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Madasari, Okky. 2013. Pasung Jiwa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama


Akbar, Amal dan Harifin H. (2018). Representasi Generasi Pada Novel Taman
Sunyi Sekala Karya Aida Vyasa. Retrieved Juli 19, 2019, from
http://osf.io/inarXiv/yq523?/’
Bastamanography. (2017, Desember 14). Teori Perkembangan (Psikoanalisis)
Sigmund Freud. Diambil 22 April 2019, dari bastamanography website:
https://www.bastamanography.id/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-
freud. Dikutip pada Selasa, 22 April 2019 Pukul 08:45:57 PM
Sejarah Kesusastraan Indonesia, Lengkap Periodisasi - MARKIJAR.Com,” t.t.)
(Hidayat, 2012)
http://vaniojankjanjank.blogspot.com/2005/01/psikologi sastra.tml. Dikutip pada
Kamis, 18 Juli 2019 pukul 11 : 37:21 PM
Https://sahabatnesia.com/Pengertian Novel. Dikutip pada Senin, 22 April 2019
pukul 8:12:34 PM
http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-drama-jenis-jenis-drama-
unsur-unsur-drama.html. Dikutip pada Senin, 22 April 2019 pukul 07:35:13
PM

Anda mungkin juga menyukai