Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam resume ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
Penyusun
PETA KONSEP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu jiwa atau psikologi adalah suatu cabang dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari, menyelidiki, atau membahas fungsi-fungsi kejiwaan dari
orang yang sehat. Atau dengan perkataan lain psikologi mempelajari aktivitas
kehidupan kejiwaan dari orang yang normal. Sejarah psikologi berawal dari
berkembangnya ilmu filsafat yang membahas tentang “jiwa”. Sejak zaman
filsuf-filsuf besar seperti socrates telah berkembang filsafat mental yang
membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”. Kemudian ada Rene Descartes
mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak
dapat dipisahkan.
Di dalam ilmu jiwa atau psikologi sendiri terdapat bermacam-macam
definisi tentang ilmu jiwa. Mulai dari tokoh-tokoh psikologi mereka berusaha
mengartikan psikologi sesuai dengan cara pandang dan pikiran mereka
masing-masing hingga lahirnya berbagai aliran dalam psikologi. Semua itu
tidak terlepas dari adanya usaha dalam mengartikan psikologi secara spesifik
agar lebih mudah dipahami khalayak umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Psikologi sebagian dari filsafat
2. Apa saja aliran-aliran Psikologi
3. Bagaimanakah Psikologi sebagai ilmu mandiri
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui psikologi sebagian dari filsafat
2. Untuk mengetahui aliran-aliran Psikologi
3. Untuk mengetahui bagaimana Psikologi sebagai ilmu mandiri
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika itu, psikologi memang sangat terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal
tersebut dimungkinkan karena para ahli psikologi pada masa itu adalah ahli-ahli
filsafat atau para ahli filsafat waktu itu juga ahli psikologi.
Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilmu faal
(fisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut
(Fauzi,1997:14). Selain pengaruh dari ilmu faal, psikologi juga dipengaruhi oleh
suatu hal yang tidak sepenuhnya berhubungan dengan ilmu faal, meskipun erat
hubungannya dengan ilmu kedokteran yaitu hipnotisme (Dirgagunarsa, 1996:36).
Menurut singgih Dirgagunarsa, hipnotisme timbul karena adnya kepercayaan bahwa
dalam alam ini terdapat kekuatan- kekuatan misterius, yaitu magnetic. Paracelsus
(1493-1541), seorang ahli mistik, menunjukkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat
magnet yang sama halnya dengan bintang-bintang di langit dapat mempengaruhi
tubuh manusia melalui pemancaran yang menembus angkasa. Dalam hubungan itu,
Van Helmont (1577-1644) mengemukakan doktrin animal magnetism, yaitu cairan
yang bersifat magnetis dalam tubuh manusia dapat dipancarkan untuk mempengaruhi
badan, bahkan jiwa orang lain. (Dirgagunarsa, 1996:36)
Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322
SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Pada zaman kuno, tidak
ada spesialisasi dalam lapangan keilmuan, sehingga boleh dikatakan bahwa semua
ilmu tergolong dalam apa yang disebut filsafat itu. Sementara ahli filsafat ada yang
mengatakan bahwa filsafat adalah induk ilmu pengetahuan.
Sebagai induk ilmu pengetahuan, filsafat adalah ilmu yang mencari hakikat
sesuatau dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus,
sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Masa itu belum ada
pembuktian-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan
argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar masih merupakan bagian dari
filsafat dalam arti yanag sebenarnya.
Filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, philosophia; dari philos, cinta;
atau philia, persahabatan, kasih sayang, kesukaan, kemudian sophos, orang bijak; atau
sophia, kebijakan, pengetahuan, keahlian atau pengalaman praktis, intelegensi. Bakry
(1871:17) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki
segalka sesuatau dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia,
sehaingga menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat dapat dicapai akal
manusia dan bagaimana siakp manusia setelah mencapai pengetahuan itu.
Uraian oleh para filsuf abad pertengahan umumnya berkisar seputar ketubuhan
dan kejiwaan. Berbagai pendangan mengenai ketuhanan dan kejiwaan dapat
digolongkan. Dalam dua hal, yaitu Dirgagunarsa, 1996:17) :
1. Pandanagan bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan (antara aspek psikis dan
fisik) tidak dapat dibedakan karena merupakan suatu kesatuan. Pandangan ini
disebut monism.
2. Pandangan bahwa ketubuhan dan kejiwaan pada hakikat dapat berdiri sendiri,
meskipun disadari bahwa antara kejiwaan dan ketubuhan merupakan suatu
kesatuan. Ini disebut dualism.
Bahwa manusia tersusun atas jiwa dan badan, merupakan suatu konsep klasik
yang berulang kali dinyatakan kembali dallam tulisan-tulisan filsafat. Plato
menekankan perbedaan itu sedemikian rupa, sehingga kita berbicara tentang
dualisme. Dalam pandangan Plato, dualisme antara jiwa dan badan bersifat etis-
religius. Jiwa ialah bagian manusia yang tidak dapat mati; setelah berulang kali
dipenjarakan dalam badan lewat inkarnasi, akhirnya jiwa itu,setelah disucikan dari
kesalahan sendiri, mencapai dunia yang lebih luhur, dunia tempat kita memandang
idea-idea yang murni dan abadi. Jiwa hidup terus sesudah badan mati dan bahkan
sudah ada sebelummanusia lahir kembali dalam bentuk badan yang baru. Semula,
Plato melukiskan badan itu sebagai penjara dan kuburan bagi jiwa, kemudian sebagai
alat atau sarana bagi jiwa, kemudian meningkat dan ia memandang badan sebagi
gambaran jiwa yang patut kita hormati (peursen, 1991:231).
Cinta (atarksi, afinitas) yang dimiliki sesuatu ke arah kesempurnaan yang inheren
dalam bentuk-bentuk ideal ini mengilhami (menyebabkan, mendorong) benda-benda
di dunia fenomenal untuk berubah, bergerak, beraksi, mencari tujuan. Alam
fenomenal adalah alam yang kita indrai, alam biasa, pengalaman sehari-hari. Alam
bentuk abadi adalah alam nyata, sejati, permanen yang terkadang dapat sedikit
disingkapkan oleh rasio setelah melewati proses pendisiplinan yang memadai.
Abstraksi seperti kesamaan, rupa, memberi indikasi sederhana bahwa bentuk-bentuk
itu memang ada. Bentuk-bentuk eksis secara independen dari kesadaran.
Aristoteles adalah murid terbesar Plato. Filsuf Yunani yang lahir di Stagirus
(stegira), Chelcide, sebelah barat laut Aegean itu, adalah putra Nichomachus, tabib
pribadi istana raja di macedonia, juga sebagi anggota serikat kerja medik yang disebut
Sons of Aesculpius.
Pada usia tujuh belas tahun, Aristoteles dikirim ke akademik Plato di Athena. Di
sana dia belajar dan mengajar di bawah bimbingan Plato, dari tahun 347. Selama dua
bbelas tahun berikutnya, Aristoteles menagajar dan menagdakan riset di bidang
biologi, zoologi,botani, dan fisiologi di berbagi tempat.
Pada tahun 342, ia ditugaskan oleh Raja Philippus untuk mendidik putranya,
iskandar Zulkarian (Iskandar Agung) selama tujuh tahun. Kemudian ia kembali ke
athena, dan dari tahun 335 hingga tahun 325 SM, ia memberi kuliah filsafat di
lorong-lorong Lyceum. Disebabkan gaya mengajarkan yang sambil berjalan kian ke
mari. Mazhab filsafatnya di namakan Mazhab peripatetis. Di pagi hari, diajarkan
soal-soal yang paling mendalam untuk mereka yang sudah maju penegtahuannnya.
Waktu malam, diajarkan bagian bagian pengantarnya secara populer. Ia selalu
mendapat bantuan dari Iskandar. Setelah Iskandar meninggal dunia, dia diadukan
karena dituduh murtad. Ia kemudian lari ke Chalcis di Eubua, dan meninggal pada
tahun berikutnya, yakni tahun 322 SM, dalam usia 63 tahun.
Jika orang-orang sofis banyak yang menganggap bahwa manusia tidak akan
mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metophysich menyatakan bahwa
manusia dapat mencapai kebenaran (Mayer, dalam Tafsir, 1993:52). Salah satu teori
metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya bahwa matter dan form itu
bersatu; matter memberikan substansi tertentu, form membungkusnya. Setiap objek
terdiri atas matter dan form ( Mayer, dalam Tafsir, 1993:52). Jadi, ia telah mengatasi
dualisme Plato yang memisahkan matter dab form; bagi Plato, matter itu potensi dan
form itu aktualitas.
Akhirnya, pada Aristoteles, kita menyksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju,
dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai denagn akal, tetapi ia percaya pada
Tuhan. Jasanya dalam menolong Plato dan socrates memerangi orang sofis, dalam
pandanagn Tafsir ( 1993:52), karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang
digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme.
Menurut Descartes, bahwa ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-
gejala kesadaran manusia. Jadi kesadaran adalah faktor yang paling menentukan
dalam psikologinya. Menurut Descartes, bahwa hubungan antara psikis berpengaruh
pada badan, tetapi badan tidak berpengaruh pada psikis. Tertapi menurut Descartes
psikis dapat mempengaruhi badan, dan sebaliknya badan juga dapat mempengaruhi
psikis. Jadi hubungannya tidak searah tetapi dua arah.
Menurut Descartes, ada dua macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis
yang terdapat pada semua hewan dan merupakan bagian dari tingkah laku manusia
dan tingkah laku rasional yang hanya terdapat pada manusia. Menurut Descartes,
hubungan antara jiwa dan badan, yakni paham yang interaksionisme, yaitu ada
hubungan (interaksi) antara badan dan jiwa.
Teorinya yang sangat penting adalah “tabula rasa” (tabula= meja, rasa
= lilin), yaitu meja yang tertutup lapisan lilin putih. Kertas putih bersih dapat ditulis
dengan tinta warna apa pundan warna tulsiannya akan sama dengan warna tinta
tersebut. Begitu pula halnya dengan meja yang berlilin, dapat dicat berwarna-warni,
sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih bersih, sedangkan
warna tinta, diumpamakan sebagai lingkungan (pendidikan) yang akan berpengaruh
terhadapnya.
Leibniz berpendapat, banyak dunia yang secara logis mungkin dan semua itu
dapat diciptakan oleh Tuhan, bahwa beberapa diantaranya tidak disertai oleh dosa
ataupun penderitaan’ dan bahwa dalam dunia actual, jumlah orang yang terkutuk jauh
lebih banyak daripada jumlah orang yang selamat.Menurut pendapat Leibniz, dunia
yang sesungguhnya berisi kemauan bebas. Dalam hubungan dengan kebebasan ini, ia
mengatakan “kita semakin bebas, semakin kita bertindak bertanggung jawab, dan
semakin diperbudak, semakin kita dikendalikan oleh nafsu-nafsu kita”.
Menurut Leibniz, dunia seperti adanya, tidak mungkin menjadi lebih baik dari
keadaan sekaranng. Hal itu disebabkan kebijakan, kebaikan, dan kemahakuasaan
tuhan telah mengharuskan dia untuk menciptakan dunia ini sebagai yang terbaik dari
antara semua dunia yang mungkin dicipta.
George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat sebagai
uskup di Gereja Anglikan. Bersama John Locke dan David Hume, ia tergolong
sebagai filsuf empiris Inggris yang terkenal.
Berkeley adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam filsafat Barat, doktrin-
doktrinnya mengerahkan pengaruh yang sangat signifikan pada filsafat analitik.
Sebagai matematikawan, George Berkeley dikenal karena pemikiran kritiknya
terhadap teori-teori matematika.
Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat
berikut:
1) secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah,
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhem Wundt
dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama di dunia, di Leipzig, tahun 1879.
Sebelumnya, bibit-bibit psikologi sosial mulai tumbuh , yaitu ketika Lazarus dan
Steindhal pada tahun 1860 mempelajari bahasa, tradisi,dan institusi masyarakat untuk
menemukan "jiwa umat manusia" (human mind) yang berbeda dari "jiwa individual"
(Bonner dalam Sarwono,1997:10).
Tokoh lain pada awal dijadikannya psikologi sebagai ilmu yang mandiri, adalah
Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz (1821-1894). Ia di kenal sebagai seorang
empiriskus dengan keahlian dalam ilmu faal, fisika, dan psikologi. Sebagai
empiriskus, ia menentang mentalism, dan menurutnya, psikologi merupakan
pengetahuan yang eksak dan banyak bergantung pada matematika. Meskipun
demikian, ia mengakui adanya naluri (instinct) walaupun masih dianggapnya sebagai
misteri yang belum terpecahkan. Ia pun mengakui bahwa hewan mempunyai
kepandaian khusus yang tidak dipengaruhi oleh pengalaman.
2. Bersifat mekanis;
4. Mementingkan kuantitas;
Denga mengetahui ciri-ciri khas dari psikologi kuno (berdasarkan filsafat dan
ilmu alam) kita dapat memhetahui ciri-ciri khas dari psikologi modern, yang antara
lain tampak sebagai berikut (Effendi dan Praja,1993:30-31).
1. Bersifat totalitas;
3. Vitalistis biologis ( jiwa dipandang aktif dan bergerak dalam hidup manusia);
5. Berdasarkan nilai-nilai;
Dalam uraian yang lebih simpel, perbedaan antara psikologi lama (kuno) dan
psikologi modern adalah sebagai berikut (Kasiraman,1983: 10).
2. Psikologi Modern
Teori ini mengatakan bahwa jiwa terdiri atas beberapa faktor yang dibawa
sejak lahir, yang disebut pembawaan atau bakat.
Teori ini, berisi ide-ide yang didapatkan melaui pancaindra dan saling
diasosiasikan satu sama lain, melalui prinsip-prinsip: kesamaan,
kontras,kelangsungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/12/george-berkeley-filsuf-empiris-
inggris.html
Kesimpulan
Sebanarnya jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf sebelum
zaman Masehi. Para filsuf sudah membicrakan aspek-aspek kejiwaan manusia dan
mencari dalil, pengertian, serta berbagai aksioma umum yang berlaku pada zaman
manusia. filsafat adalah ilmu yang mencari hakikat sesuatau dengan menciptakan
pertanyaan dan jawaban secara terus- menerus, sehingga mencapai pengertian yang
hakiki tentang sesuatu.
Pada abad ke-19 psikologi berpisah dari filsafat dan menjadi ilmu yang mandiri.
Namun ketika itu, psikologi masih sangat dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat.
Hal itu karena ahli psikologi waktu itu juga ahli filsafat.Pada abad pertengahan,
psikologi masih merupakan bagian filsafat, sehingga objeknya tetap hakikat jiwa,
sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Pada abad
pertengahan muncul beberapa tokoh, salah satunya Plato dan Aristoteles.
Aristoteles adalah orang pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa manusia
adalah berakal budi ( russell,1991:37).Aristoteles telah menamakan manusia sebagai
makhluk karena kodratnya ( Phusei) hidup dalam masyarakat ( politikon zoon). Akan
tetapi, istilah ini masih dapat diartikan sebagai cara hidup bersama seperti masyarakat
lebah dan semut.
Akhirnya, pada Aristoteles, kita menyksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju,
dasar-dasar sains diletakkan.
http://psychologyhana.blogspot.com/2014/06/psikologi-sebagai-bagian-dari-
ilmu_7.html