Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI UMUM

ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI

Dosen Pengampu :

Dra. Tuti Hardjajani, M.Si.

Disusun oleh :

Lulu Hanavia Firdaus G0121078


Nabila Putri Dwijanati G0121089
Naurah Nazifah G0121092
Ni Putu Ananda Karistha Iswari G0121096
Ni Komang Regina Ary Shanty G0121094
Ni Made Puja Pramana Devi G0120195
Nur Fadhillah Ali G0121101

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Aliran-Aliran Psikologi’ dengan
tepat waktu.

Penulisan makalah yang berjudul ‘Aliran-Aliran Psikologi’ bertujuan untuk


memenuhi tugas Dra. Tuti Hardjajani,M.Si. pada mata kuliah Psikologi Umum. selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
aliran-aliran Psikologi.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Tuti Hardjajani,M.Si. selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni.

Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian
kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, kami terbuka pada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 29 Agustus 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................i

DAFTAR ISI
..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang ....................................................................................................................1

1.2. Rumusan
Masalah ...............................................................................................................1

1.3.
Tujuan .................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Aliran Strukturalisme …………………………………………………………………….2

2.2. Teori Fungsionalisme …………………………………………………………………….2

2.3. Teori Psikoanalisis


………………………………………………………………………..3

2.4. Aliran Behaviorisme


……………………………………………………………………...5

2.5. Aliran Hormic


…………………………………………………………………………….6

2.6. Aliran Gestalt


……………………………………………………………………………..7

2.7. Aliran Kerohanian ………………………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP

3.1.
Kesimpulan .......................................................................................................................10

ii
3.2.
Saran .................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Selain itu
manusia juga berkembang dari pembuahan hingga akhir hayat. Perkembangan manusia terjadi
bukan saja pada fisik tetapi juga pada jiwa atau mental. Manusia memerlukan ilmu untuk
mempelajari setiap hal pada tubuh mereka agar dapat mengetahui apa yang terjadi, dan
bagaimana reaksinya dalam tubuh juga pikiran dan perasaan sehingga dapat mencari solusi dari
permasalahan yang dialami. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa
seseorang. Psikologi merupakan salah satu ilmu yang juga mengalami banyak perkembangan,
melahirkan banyak ahli-ahli dan ilmuan baru di setiap masanya. Para ahli tersebut memiliki
pemikiran yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan banyak aliran-aliran psikologi seperti
yang kita kenal dan kita pelajari saat ini. Setiap aliran memiliki prinsip dan cara pandang yang
berbeda terhadap ilmu psikologi.

Sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan dan tingkah laku manusia, aliran-aliran
psikologi ini memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing. Namun, hal tersebut
yang membuat aliran-aliran tersebut dapat mengisi satu sama lain. Aliran-aliran psikologi ini
telah banyak memberikan manfaat untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Dengan demikian
tercapai pula tujuan dari ilmu psikologi agar dapat berguna untuk berbagai aspek kehidupan
manusia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja aliran-aliran yang terdapat pada psikologi?

2. Siapa saja tokoh-tokoh yang berada di balik setiap aliran psikologi?

3. Apa saja latar belakang terbentuknya setiap aliran pada psikologi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui apa saja aliran-aliran psikologi


2. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang berada di balik setiap aliran psikologi
3. Mengetahui latar belakang terbentuknya setiap aliran pada psikologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aliran Strukturalisme

Aliran strukturalisme adalah aliran pertama dalam psikologi yang dipelopori oleh
Wilhelm Wundt (1832-1920), yang kemudian dikembangkan oleh murid Wundt, Edward
Bradford Titchener (1867-1927) di Universitas Cornell di Amerika. Aliran strukturalisme
menekankan kajian psikologi pada pengalaman mental yang kompleks, yang terdiri atas
keadaan-keadaan mental yang sederhana, kesadaran, dan proses pembentukannya. Tujuan dari
aliran strukturalisme adalah untuk menemukan unit-unit atau elemen-elemen yang membangun
pikiran.

Aliran strukturalisme menggunakan metode introspeksi. Metode introspeksi digunakan


dengan cara meminta seseorang untuk memikirkan mengenai apa yang terjadi secara mental
seiring dengan berbagai kejadian yang terjadi. Contohnya, subjek diberi cahaya berwarna, suara
atau bau lalu subjek diminta untuk menerangkan kembali dengan secepat mungkin. Tujuan dari
metode ini adalah untuk menguji pikiran-pikiran dan emosi kita sendiri.

2.2. Aliran Fungsionalisme

Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang mengutamakan proses mental dan
menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani
antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme memandang, masyarakat
merupakan sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan antara satu sama lain dan tidak
dapat dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme memandang bahwa psikologi tidak cukup jika hanya membahas alasan
mengapa terjadinya sesuatu, tetapi juga membahas untuk apa suatu hal terjadi. Fungsionalisme
lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri psikis dan sosial.
Aliran fungsionalis memiliki beberapa metode untuk mempelajari fungsi tingkah laku,
seperti metode eksperimen dan metode introspeksi. Metode eksperimen yang digunakan oleh
kaum fungsionalis adalah metode observasi tingkah laku. Metode introspeksi dianggap kurang
baik karena sifatnya yang subjektif sehingga sulit untuk disistematikan sebagai sesuatu yang
kuantitatif dan dianggap kurang ilmiah. Metode observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu
metode fisiologis dan metode variasi kondisi. Metode fisiologis adalah cara menganalisis gejala
kejiwaan dengan cara meneliti proses fisiologis yang terjadi pada diri seseorang yang

2
bersangkutan. Karena tidak semua permasalahan dapat dijelaskan atau dipecahkan dengan
metode observasi, maka digunakanlah metode variasi kondisi. Metode variasi kondisi memberi

2
rangsangan pada lingkungan yang berbeda agar dapat mengetahui mana sifat yang menetap dan
mana yang tidak menetap.

Berikut ini adalah tokoh-tokoh aliran fungsionalisme :


1. Wiliam James
Wiliam James lahir pada tanggal 1 November 1842 di New York. Studinya yang
utama dalam psikologi dituliskan dalam bukunya yang berjudul ‘Principles of
Psychology’ (1890) yang selanjutnya dijadikan sebagai salah satu dasar dalam psikologi
modern. Cara berpikir James yang berusaha sedekat mungkin dengan kenyataan,
membuat James menjadi ekstrem pada saat mengemukakan pendapat. James mengatakan
bila psikologi bekerja sama dengan determinisme maka akan didapatkan "pilihan bebas".
Tetapi, psikologi tidak dapat menggunakan konsep determinisme karena konsep
determinisme merupakan bagian dari pengetahuan agama.
2. John Dewey
John Dewey adalah seorang guru besar di Universitas Chicago yang pada tahun
1886 menulis buku berjudul ‘Psychology’. Dalam buku ini John Dewey memperkenalkan
orang Amerika cara mempelajari psikologi, yaitu dengan cara yang mengutamakan
pragmatisme. Karena Pragmatisme, para sarjana psikologi Amerika lebih tertarik
terhadap apa kegunaan jiwa dibanding pengertian dari jiwa itu sendiri sehingga berdirilah
aliran fungsionalisme.
3. James Rowland Angell
Angell merupakan murid dari William James, yang pada saat itu pernah menjabat
sebagai Presiden American Psychological Association dan terkenal karena bukunya yang
berjudul 'The Province of Functional Psychological Association'. Dalam bukunya ia
menjelaskan 3 macam pandangan mengenai fungsionalisme, seperti :
a. Fungsionalisme merupakan psikologi mengenai mental operation sebagai lawan
dari psikologi tentang elemen-elemen mental.
b. Fungsionalisme merupakan psikologi mengenai kegunaan dasar dari kesadaran,
yang jiwa merupakan perantara antara kebutuhan-kebutuhan organisme dan
lingkungannya terutama dalam keadaan 'emergency'.
c. Fungsionalisme merupakan psikofisik, yaitu psikologi mengenai keseluruhan
organisme yang terdiri atas jiwa dan badan. Oleh karena itu, menyangkut juga
hal-hal dibalik kesadaran, seperti kebiasaan, tingkah laku yang setengah disadari,
dal lain-lain.

2.3. Aliran Psikoanalisis

Psikoanalisis merupakan cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Di kemudian hari pengikut

3
Freud menyimpang dari ajarannya, mereka meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih
untuk

2
menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler.
Berikut aliran menurut Sigmund Freud, Alfred Adler, dan Carl Gustav Jung :

1. Psikoanalisis menurut Sigmund Freud

Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran
psikologi, psikoanalisis ini banyak berbicara tentang kepribadian. Menurut Freud kepribadian
merupakan sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu the id, ego, and the superego.

a. The id (alam bawah sadar) merupakan tempat mengendapnya aktivitas-aktivitas


yang terlupakan tetapi aktivitas-aktivitas tersebut sewaktu-waktu dapat teringat
kembali. Di dalam the id ini terdapat insting yang sudah ada sejak lahir dan juga
terdapat naluri, sehingga Freud beranggapan bahwa the id ini merupakan wadah
dari dorongan-dorongan dan keinginan atau nafsu yang ditolak oleh alam sadar.
b. Ego (sadar), merupakan peran penting menyalurkan dan menyaring nafsu yang di
dorong oleh alam bawah sadar. Ego terjadi karena adanya pertentangan antara
prinsip dan realita, biasanya ego ini mendorong kembali nafsu yang bersifat
merusak.
c. Super ego (setengah sadar), berfungsi sebagai alat control terhadap aktivitas yang
di lakukan oleh alam bawah sadar tentang boleh atau tidaknya suatu
perbuatan.super ego juga menilai tentang apa yang telah di lakukan dan apa yang
boleh di lakukan.

2. Psikologi Analisis menurut Carl Gustav Jung

Psikoanalisis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung.
pada awalnya Jung mengikuti teori yang di kembangkan oleh Freud, namun dikarenakan Jung
memiliki pendapat yang berbeda dengan Freud akhirnya ia berpisah dengan Freud dan memilih
untuk mengembangkan teorinya sendiri.Menurut Jung kepribadian tersusun dari sejumlah sistem
yang beroperasi dalam 3 tingkatan kesadaran : ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks
beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arketip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.
Disamping sistem yang terkait dengan daerah operasi nya masing-masing terdapat sikap jiwa
(introvert dan extrovert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, penginderaan dan intuisi). Berbagai
sistem, sikap dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan cara: saling bertentangan, saling
mendukung, dan bergabung menjadi satu kesatuan.

3. Psikologi Individual menurut Alfred Adler

Sama seperti Carl Gustav Jung, Alfred Adler juga pada akhirnya memutuskan untuk
mengembangkan teorinya sendiri dikarenakan memiliki perbedaan pendapat dengan Freud.

4
Menurut Adler manusia dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Keadaan kemah ini yang
menyebabkan tumbuhnya perasaan inferior (merasa lemah atau merasa tidak mampu). Menurut

2
Adler, manusia merupakan makhluk yang saling ketergantungan satu sama lain secara sosial.
Perasaan bersatu dengan yang lain merupakan salah satu syarat kesehatan jiwanya. Berdasarkan
paradigma ini, Adler mengembangkan teorinya secara ringkas disajikan pada uraian berikut:

Pertama, Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu


individualitas. Menurut Adler setiap manusia memiliki sifat-sifat serta nilai-nilai yang khas, dan
setiap perilakunya menunjukan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.

Kedua, di setiap manusia memiliki dua dorongan pokok, yang mendorong dan
melatarbelakangi segala perilakunya, yaitu dorongan kemasyarakatan yang membuat manusia
bertindak untuk kepentingan orang lain dan dorongan keakuan yang membuat manusia bertindak
untuk kepentingan dirinya sendiri.

Ketiga, manusia dilahirkan dan memulai kehidupannya dengan keadaan lemah yang
menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang mendorong manusia untuk sukses dan tidak
menyerah.

Keempat, semua manusia pasti memiliki tujuan, merasa inferior, dan menjadi superior.
Namun untuk mewujudkan semua itu manusia memiliki cara dan gaya hidup yang berbeda-beda
untuk mewujudkannya. Adler menyatakan gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap individu
untuk mencapai tujuannya.

Kelima, self kreatif. Menurut Adler self kreatif merupakan kekuatan yang paling
menentukan tingkah laku. Self kreatif ini memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan
maupun sarana untuk mencapainya.

2.4. Aliran Behaviorisme

Aliran Behaviorisme ini salah satunya dirumuskan oleh John Broadus Watson (1878-
1958). Ia adalah seorang guru besar di Universitas John Hopkins. J.B. Watson adalah pendiri
Behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling penting adalah Psychology As The
Behaviorist View It (1913). Aliran behaviorisme ini sangat mementingkan kesadaran. Watson
berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif, karena itu dia tidak mengakui
adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode introspeksi. Metode introspeksi
sendiri tidak objektif, maka dari itu disebut tidak ilmiah.

Aliran Behaviorisme ini memiliki tiga ciri penting yaitu :

1. Menekankan pada respon-respon dari kondisi, sebagai elemen-elemen atau bangunan


perilaku.

5
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada yang tidak dipelajari. Behaviorisme
menolak kecenderungan perilaku bawaan.
3. Memfokuskan pada objek penelitian pada binatang.

Menurut Watson, tidak ada perbedaan esensial antara perilaku manusia dengan perilaku
binatang, dan kita dapat belajar tentang perilaku kita dari studi tentang apa yang dilakukan
binatang.

Menurutnya psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan


tentang tingkah laku yang nyata saja, misalnya makan, menulis, berjalan, dan lain sebagainya.
Tingkah laku yang nyata ini disebut dengan over behaviour. Ada pula tingkah laku yang tidak
nyata seperti berpikir, beremosi, melamun, dan sebagainya. TIngkah laku tersebut disebut
dengan convert behaviour.

Behaviorisme juga mempelajari tentang tingkah laku convert. Namun selama tingkah
laku convert itu dapat dijelaskan dalam hal-hal implisit. Contohnya berpikir, menurut Watson
berpikir adalah tidak lain dari berbicara yang implisit. Seseorang yang sedang berpikir membuat
gerakan-gerakan lidah yang sangat lemah sehingga tidak tampak dari luar. Dapat dipahami
bahwa berpikir menurut Watson adalah berbicara yang tidak tampak. Menurut Watson beremosi
adalah gerakan kelenjar atau otot yang implisit. Karena itu menurut Watson emosi tidak lain
adalah gerakan otot dan aktivitas alat-alat seksual implisit.

Teori tersebut tentu mengundang banyak kritik. Diantaranya adalah bahwa ada seseorang
yang karena satu dua hal, dia kehilangan lidahnya, tapi tetap bisa berpikir. Padahal dia tidak bisa
berbicara.

Dalam bidang pendidikan, aliran behaviorisme ini juga berperan penting. Aliran ini
menekankan pentingnya pendidikan untuk tingkah laku. Watson percaya bahwa dengan
memberikan kondisioning tertentu, seseorang dapat memiliki sifat tertentu.

Dalam bidang psikoterapi, Teknik kondisioning ini dapat digunakan untuk


menyembuhkan kelainan-kelainan pada tingkah laku. Contohnya adalah pada penderita obsesif
kompulsif (tidak dapat menghentikan kebiasaan mencuci tangan berpuluh-puluh kali dalam
sehari). Sehingga diberikan psikoterapi berupa hukuman jika penderita hendak mencuci tangan.

2.5. Aliran Hormic

Hormic memiliki sedikit kesamaan dengan teori behavioristik. Namun terdapat beberapa
perbedaan. William Mc. Dougall (1871-1944), seorang lulusan Skotlandia tidak mau
mengatakan dirinya sendiri menjadi tokoh Behaviorisme. Ia malah memiliki pandangan yang
berbeda dari yang

6
lain. Bahkan dapat dikatakan bertentangan jika dibanding pandangan-pandangan behaviorisme
lainnya. Ia malah lebih suka menamai alirannya dengan sebutan aliran Hormic Psikologi.

Istilah hormic psikologi berasal dari horme-urge yang sebetulnya memiliki arti dorongan
dasar. Tingkah laku individu tidak bisa dipelajari jika dipisahkan dari tujuannya. Tingkah laku
individu yang tidak dilandasi tujuan dianggap hanya sebatas refleks, dan refleks sendiri menurut
Mc. Dougall tidak termasuk dalam tingkah laku. Dorongan naluriah dari sebuah tingkah laku
adalah instinct (naluri) yang juga merupakan dasar psikofisik. Naluri ini juga mempunyai
pengaruh teologis (artinya: memiliki suatu tujuan khusus tertentu) dan juga purposive (artinya
memiliki tujuan khusus) dan hal tersebutlah yang membuat perilaku selalu bertujuan.

William Mc. Dougall lahir di Chadderton, Lancashire, 22 Juni 1871. Wafat di Durham,
New Castle 28 November 1938. Di bawah pengaruh W. James, ia mewujudkan pandangan
tentang behaviorisme, tanpa mengikuti argumen Watson yang ekstrim. Ia juga memperkenalkan
Psikologi Sosial yang dibangun sesuai Teori Darwin tentang perilaku manusia. Teori ini juga
dijadikan lawan dari interpretasi mekanis dalam menilai norma budaya manusia.

2.6. Aliran Gestalt

Istilah “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang dalam bahasa inggris berarti from,
shape, or whole. Gestalt dalam bahasa Indonesia berarti totalitas, keseluruhan, atau bentuk.
Aliran psikologi gestalt adalah aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas dan bukan elemen sendiri-sendiri yang tidak memiliki arti apa-apa.
Tokoh psikologi gestalt Max Wertheimer (1880-1943) berpendapat bahwa dalam alat kejiwaan
tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak
berarti dan bisa mempunyai arti jika bersatu dalam hubungan kesatuan.

Teori gestalt pertama kali diciptakan oleh Chris Von Ehrenfels seorang filsuf Austria
dalam karyanya yang berjudul “Uber Gestalt Qualitation” tahun 1890 dan pertama kali
diluncurkan di Jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer. Tokoh-
tokoh lain yang mempelopori berdirinya teori gestalt adalah Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan
Kurt Lewin.

Para pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt mengemukakan konsepsi yang


berlawanan dengan konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran-aliran
lainnya seperti aliran asosiasi. Bagi para ahli pengikut gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan yang
bagian– bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya keseluruhan ada

7
terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Manusia bukan hanya sekedar makhluk
reaksi yang hanya berbuat

2
atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia itu adalah individu yang
merupakan kebulatan jasmani dan rohani.

Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap
perseptual memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and
ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang di bentuk. Berikut ini adalah
prinsip-prinsip pengorganisasian :

1. Principle of proximity: organisasi berdasarkan kedekatan elemen.


2. Principle of similarity: organisasi berdasarkan kesamaan elemen.
3. Principle of objective set: organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya.
4. Principle of continuity: organisasi berdasarkan kesinambungan pola.
5. Principle of closure/principle of good form: organisasi berdasarkan bentuk yang
sempurna.
6. Principle of figure and ground: organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang
lebih menonjol dan dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figure
dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu
sendiri.meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian figure tetap, persepsi
akan tetap. Contohnya perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
7. Principle of isomorphism: organisasi berdasarkan konteks.

2.7. Aliran Kerohanian

Dalam kehidupan, semua orang akan selalu dihadapkan pada keadaan untuk memahami
segala sesuatu yang ada dan dijumpai dalam kehidupannya, baik sesuatu itu berupa teks maupun
konteks. Oleh karena itu lahir beragam teori dan metode untuk memahaminya. Hermeneutika
adalah salah satu diantara sekian teori dan metode untuk menyingkap makna, sehingga dapat
dikatakan bahwa hermeneutika memiliki tanggungjawab utama dalam menyingkap dan
menampilkan makna yang ada di balik simbol-simbol yang menjadi objeknya.

Wilhelm Dilthey merupakan seorang filsuf yang terkenal dengan filsafat hidupnya, yang
menyatakan bahwa hidup adalah rangkaian pengalaman manusia yang menjadi sejarah hidupnya
yang dipahami secara luas dan menyeluruh. Dalam proyek hermeneutikanya, Dilthey
memberikan definisi baru terhadap pengalaman (erlebnis), makna (ausdruck) dan pemahaman
(verstehen). Ia sendiri menyandarkan pada karya seni sebagai objek hermeneutikanya. Dengan
metode sejarah, Dilthey mencoba memberikan pemahaman baru dalam menginterpretasi
rangkaian pengalaman manusia baik itu berupa teks, biografi dan lain sebagainya.

8
Psikologi Kerohanian memiliki metode verstehen, yakni mengerti dan memahami.
Gejala kejiwaan baru dapat dipahami dan berarti bila gejala jiwa tersebut merupakan faktor dari
totalitas nilai. Verstehen harus ikut mengalami, bersimpati kepada, memihak kepada, atau
mengidentifikasi diri dengan seseorang atau sesuatu, namun menurut sikap “berdiri di atasnya”.

Verstehen adalah sebuah kata yang bisa dibandingkan dengan Erklaren yang bermakna
menjelaskan. Kata Erklaren ini biasanya dipakai untuk sesuatu yang bersifat pasti, sangat cocok
untuk Naturwissenschaften. Verstehen adalah proses pemahaman yang tidak hanya bersifat
kognitif, tetapi juga mencakup kompleksitas seorang manusia. Pemahaman ini juga dimaknai
dalam makna yang berbeda yaitu pemahaman terhadap ekspresi dalam pengalaman hidup.
Perbedaan objek Verstehen dan Erklaren juga berpengaruh pada hasil dari keduanya.

Verstehen (pemahaman) sebagai satu pendekatan tersendiri bagi manusia adalah penting,
sebab dunia manusia berisikan makna yang pada dunia fisik tidak demikian. Aktivitas manusia
selain terikat pada kesadaran, juga didorong oleh tujuan dan timbul dari interpretasi situasi
maupun apresiasi nilai. Selanjutnya adalah bagaimana dapat ditemukan “makna” melalui proses
Verstehen.

Makna memiliki peranan penting dalam pemahaman. Makna adalah apa yang diperoleh
pengalaman dalam interaksi resiprokal yang esensial dari keseluruhan dan bagian-bagian
lingkaran hermeneutis. suatu “makna” yang diperoleh dalam pemaknaan bagian-bagian
individual. Suatu peristiwa atau pengalaman akan mengubah kehidupan kita, dimana apa yang
sebelumnya bermakna menjadi tidak bermakna dan sebaliknya. Makna berubah selaras dengan
waktu, merupakan persoalan hubungan dimana peristiwa dilihat. Dengan demikian, makna
bersifat kontekstual dan merupakan bagian dari situasi.

Dilthey mengungkapkan, “bagi seorang sejarawan, menggabungkan pengalaman yang


hidup ke dalam pemahaman terhadap individu merupakan keharusan”. Melalui karya seni
secara umum dan sastra secara khusus, kita mengetahui bahwa pemahaman (Verstehen)
manusia tentang segala sesuatu tidak pernah terpisahkan dari pengalaman hidup (Erlebnis)
sebab melalui Erlebnis kita ditarik untuk hadir di hadapan kita sendiri.

9
2
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Psikologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku, pikiran, dan
mental manusia. Ilmu psikologi sudah berkembang selama berabad-abad lalu bahkan sebelum
masehi hingga sekarang. Memasuki abad ke-20, aliran psikologi mulai muncul dan berkembang.
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran-aliran psikologi
yang utama adalah sebagai berikut :
1. Aliran Strukturalisme
2. Aliran Fungsionalisme
3. Aliran Psikoanalisa
4. Aliran Behaviorisme
5. Aliran Hormic
6. Aliran Gestalt
7. Aliran Kerohanian.

3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai aliran-aliran psikologi ini, diharapkan pembaca
dapat memahami lebih lanjut tentang aliran-aliran psikologi. Makalah ini memang diakui banyak
kekurangan terkait pembahasan yang kurang mendalam. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. Mungkin inilah yang
diwacanakan pada penulisan kelompok ini, meskipun penulisan ini jauh dari kata sempurna
minimal kita dapat mengimplementasikan tulisan ini. Maka dari itu kami sangat berharap sekali
bahwa para pembaca selalu memberikan sebuah kritikan dan saran kepada kami demi
kesempurnaan makalah ini agar kami bisa menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh
para pembaca ini dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya dan juga dapat menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik jika dibandingkan di masa sebelumnya.

Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Umum Ibu Dra. Tuti Hardjajani, M.Si. yang telah memberikan kami tugas kelompok

10
mengenai aliran-aliran psikologi. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber Penulis yang akan memperbaiki makalah tersebut. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat baik terhadap diri sendiri, masyarakat ataupun untuk negara dan
bangsa.

11
2
DAFTAR PUSTAKA

Achiruddin Saleh A. 2018. Pengantar Psikologi. Edisi 1, Aksara Timur. Sulawesi Selatan-
Indonesia.

Haryanto. 2013 . Sejarah dan Aliran Psikologi. URL :


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/(2)+Sejarah+Aliran+Psikologi.pdf.
Diakses tanggal 25 Agustus 2021.

P Dwi Riyanti B, Prabowo H, Puspitawati I. 1996. Psikologi Umum I. Edisi 1, Universitas


Gunadarma. Jakarta-Indonesia.

Sholikhah. 2017. AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman. Pemikiran Hermeneutika Wilhelm


Dilthey (1833 - 1911 M). Volume (7) : 109-117.

Zain Sarnoto A. 2011. Kontribusi Aliran Psikologi Behaviorisme Terhadap Perkembangan


Teori Ilmu Komunikasi. 1 (1) : 59-66

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1978 . Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta. PT Bulan Bintang.

12

Anda mungkin juga menyukai