01. ORANG 1
Sudah pergikah mereka? (Bangkit perlahan-lahan) Tidakah mereka mempunyai kesadaran baru
yang tidak merugikan orang lain, hidup tenang, damai, tentram, tanpa terusik siapapun. Apakah
mereka tidak……
02. ORANG II
Itu jelas tidak mungkin. Persoalannya……
03. ORANG I
persoalannya kita di bawah, mereka di atas.
04. ORANG II
bukan itunya, bukan atas bawahnya. Tapi keselarasan, keseimbangan, toleransi, dan sebagainya
yang harus diterapkan. Nah kalau sudah demikian itu, tidak perduli atas bawah sama-sama
enakanya. Lawong kita ini belum merasakan enaknya, sudah menyatakan bosan, kapan enaknya?
05. ORANG I
Yang jelas tidak pernah enak. Kehendak kita telah menyepit, semua telah diperkosa oleh masa
dan waktu yang telah membelenggu kita. Kita tidak pernah merasakan malam, siang, dan pagi.
Matahari sangat mahal sekali di sini . Bulan dan bintang sudah terlalu jauh dengan kita. Kita
sebenarnya ingin mencoba, tetapi kekokohan benteng-benteng itu telah membenturkan kita pada
sisi dunia yang tajam. Aku sudah bosan dengan cara yang semacam ini.
06. ORANG II
Lalu, maumu apa?
07. ORANG I
Ingin memberontak keadan yang membosankan ini.
08. ORANG II
Wah, apa sudah kuwat betul? Jangan terlalu gegabah to? Kok keadaan akan kamu berontak,
kamu itu, edan apa? Keadaan itu tidak usah diberontak atau di demo, tetapi di rubah. Ngototo
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 1
pitung njaran kalau tidak di rubah ya tetap saja. Gelap menjadi terang, siang menjadi malam,
panas menjdi dingin, itu disebabkan perubahan, bukan pemberontakan. Kacau.
09. ORANG I
Ya, aku ingin perubahan itu melalui pemberontakan. Karena semua sudah terkadung sulit. Aku
tidak bisa membiarkan terus-menerus kita terbelenggu.
10. ORANG II
Perubahan tidak bisa dipaksa-paksa. Kalau seperti itu nanti jadinya kan lain. Ingat sejarah nenek
moyang kita yang dulu.
11. ORANG I
(Tertawa) Sejarah, kamu bicara sejarah. Apakah kita punya sejarah? Siapa yang mengasingkan
kita di sini? Siapa yang mengurung kita di sini? siapa? Siapa yang mencampakkan kita di sini?
Apakah kita tiba-tiba meraskan menjadi dewasa, tua sepertti ini. Kapan kita bisa mengerti
sejarah hidup kita? Kau jangan semakin memerosokkan aku dalam keterasingan. Kau coba buka
sejarah!apakah kau bisa membaca dan menulis ? Kacau! Apa itu sejarah?
12. ORANG II
(Mengerutkan kening) Ya, semakin tua umur kita, semakin kacau pikiran kita.
13. ORANG I
kita belum tua, tapi hampir mati.
14. ORANG II
Kita ini saudah mati.
15. ORANG I
Kata siapa?
16. ORANG II
Kataku (Sekenanya)
17. ORANG I
Kau memang bajingan!
18. ORANG II
(Tertawa) Bajingan itu, manusia tak berbudaya, tak punya unggah-ungguh, menentang norma
kehidupan. Aku ini bukan bajingan lho, karena makhluk berbudaya he…he..he…
19. ORANG I
Berbudaya apanya. Ya budaya menipu itu.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 2
21. ORANG I
Katanya kita sudah mati. Sementara kamu adalah makhluk berbudaya, berbudaya bagaimana
wong kita sudah mati.
22. ORANG II
(Nadanya diseriuskan) Maksudku, kita telah mati dalam hal berpikir, bertindak, kita mati dalam
kehidupan kita, kita tidak bisa apa-apa lagi. Kita arahkan kesegala penjuru kegelapan yang yang
selalu kita jumpai. Kita selalu berpikir dalam ruang dan waktu yang sangat sempit, kita telah
terjajah oleh ruang-ruang yang telah membelenggu kita. Semua telah menjadi penjara bagi
pikiran kita yang terlalu memimikirkan waktu yang semakin jauh meninggalkan kita dan
semakin kita tidak mengerti. Perasan kita telah terkubur oleh jaman. Butir-butir darah kita sudah
tidak berbahu anyir. Ludah kita sudah kering untuk meludahi kekejian yang menusuk sudut mata
kita. Kita sudah kehabisan kalimat untuk menyusun tesis kehidupan kita. Hakekatnya, kita masih
bernapas dan bergerak, tetapi rohani kita sudah hancur termakan tanah. Apakah kau, tidak
merasakannya?
23. ORANG I
(Tidak menghiraukan. Menjauh)
24. ORANG II
Kalau kau, sudah mmerasakannya maka kau tidak akan sia-sia hidup dalam kegelapan ini. Lebih
baik kita seperti ini daripada kita beruat yang tidak ada manfaatnya yang selalu menjerumuskan
kita kedalam kesengsaraan yang semakin berlarut.
Hidup ini harus kita nikmati sepahit apapun. Jangan sekali-kali mencoba atau melawan dari garis
hidupmu, itu menyalahi kodrat. Semua sudah ada yang mengatur. Dan di sini kita berdiri sebagai
komponen, bagaian dari sistem yang diatur, kan begitu kawan. (Menghalang-halangi)
Kehidupan ini memang sangat misterius sekali. Semua telah tunduk oleh Sang Pengatur Sistem.
Akan kemana kita berbuat bila tanpa menurut sistem itu. Kita tidak tahu, apakah kita sehari-hari
kita bisa hidup tanpa jaringan besar dalam posis kita ini? Nah, untuk itu urungkan saja niatmu
untuk memberontak.
25. ORANG I
(Tidak menghiraukan) Kau cerewet! Jangan coba-coba halangi niatku. (Membanting Orang
II karena menghalangi jalannya)
ORANG II SEGERA BANGKIT DAN MENCOBA MENYERANG ORANG I, TETAPI SEGERA DICEGAH
OLEH ORANG-ORANG DI SEKITARNYA. ORANG I DAN II MERONTA. ORANG I HAMPIR TERLEPAS
DAN MENYERANG ORANG II. LELAKI TUA MENCEGAH DENGAN PUKULANNYA.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 3
27. ORANG II
(Petantang-petenteng, merasa dibela)
28. ORANG I
(Menyerang Orang II, tetapi gagal)
30. ORANG I
Kau jangan merasa menang, hai orang sinting. Aku akan segera membuktikan bahwa aku akan
segera merubah keadaan. Dan kau akan segera pasti menjilati pantatku. Cuih!
31. ORANG II
Kapan kau akan melakukan perubahan, sementara kau akan tengelam dalam pelukan tua bangka
itu kawan, he..he…
Dan kau akan terlelap oleh nina boboknya. Kau akan menjadi banci kawan, he..he…he….
34. GENIUS.
Pikiran kita selalu terputus berabad-abad lamanya.
35. LIMPA
Perjuangan bukan berarti menyambung pikiran yang yang telah putus.Kita harus melewatkan itu
semua. Mencari jalan yang dan merangkai rumus-rumus baru, tentu akan menunjukkan jalan dan
arah yang berbeda.
36. KUAT
Tidak harus demikian. Yang terpenting kunci penyelesaian masalah.
Kita akan porak-poranda oleh aturan dan kemauan yang yang kacau. Ya, kunci adalah
jawabannya.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 4
37. LELAKI TUA
Kalau begitu, kita harus tahu letak kunci itu.
38. GENIUS
Di sini! (Menunjuk kepala)
39. LIMPA
Bukan, tetapi di sini! (Menunjuk dada)
40. KUAT
Salah semua, yang benar ada di sini, nih! (Menunjukan tinjunya) Kekuatan kita.
Kita terlalu lemah setiap akan melangkah. Kita butuh kekuatan.
41. GENIUS
Tidak, kita perlu pemikiran yang matang, tidak bisa gegabah demikian. Hanya mengandalkan
otot saja, saya pikir riskan sekali.
42. LIMPA
Kita butuh, hati nurani yang teguh, tabah dan jujur. Tanpa dilandasi itu, kita tak akan menemukan
kunci jawabannya.
43. KUAT
Tanpa didukung tekad, semangat, untuk berjuang mustahil kita akan berhasil. Masak kita akan
termenung terus, berpikir atau menunggu ketabahan?
45. GENIUS
Sudah aku bialang, kita harus pandai dulu, kemudian menerapakan yang lain. Keberanian dan
kejujuran tanpa akal sehat akan konyol adanya. Nah, tentunya dengan formula ini kita akan
segera terbebas dari belenggu ini. Jadi kepandaian dulu, rumusnya.
46. KUAT
Hanya tekat yang ingin maju, orang mau berpikir untuk pandai. Untuk itu keberanian adalah
awal dari segalanya.Apakah kalian tidak menyadari, bahwa kita adalah orang lemah, tidak
mempunyai keberanian sama sekali. Kejujuran, hanya etikat yang baik yang tidak dapat dinilai
secara materi dan keadaannya abstrak. Jadi kita harus memakai formula ini dulu.
47. LIMPA
Semua itu, tanpa didasari kejuruan dan ketabahan tak akan terwujud. Bagaimana kita mau
memikirkan untuk kepentingan kita semua, kalau hati kita, tidak rela, tidak jujur, dan tidak tabah,
bagaimana kita berani, kalau kita tidak punya nyali. Jadi yang harus kita bangun adalah ini dulu.
(Menunjuk dada)
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 5
48. LELAKI TUA
Kebenaran memang terkadang memerosokkan kita dalam lubang-lubang perbedaan. Mari kita
berpikir yang sederhana, biar tidak ada aku, kamu, atau dia. Kita ingin memecahkan masalah kok
tambah masalah. Terus kita harus bagaimana? (Kesal dan bingung)
49. KOOR
Ya, terus bagaimana? (Stres berat)
51. ORANG KE I
Persatuan. Ya, memakai persatuan! Kuncinya adalah persatuan! Persatuan adalah kedaulatan
yang kokoh dari segala lapisan yang berbeda dan saling bahu-membahu membangun kekuatan.
Kita harus bersatu agar arah kita sama.
Ya, persatuan kuncinya! Persatuan saudara-saudara kita sekalian. Sekali lagi persatuan. Kita
tidak bisa terpecah-pecah, kita bangun bersama-sama. Jangan merAsa dirinya yang paling
unggul. Singkirkan semua rasa keakuan, rasa paling besar, kuat, dan kuasa.
Tinggalkan semua atribut yang menempel di sekujur tubuh kita. Tinggalkan semua itu. Persatuan
yang terpenting saudar-saudara.
Per..sa..tu…an, pers….a…t…u…..an, saudara-saudara. (Merasa tak dihiraukan)
53. ORANG II
Setuju kita harus buktikan satu persatu. Dengan pembuktian kita akan tahu kelebihan dan
kekurangannya masing-masing kemudian kita kumpulkan data-data tersebut untuk kita analisa
dan pada akhirnya kita tarik kesimpulan dan itulah letak kuncinya!
Bagaimana cocok tidak? Jitukan? Walaupun anjing penjaga rumah bordilpun otak saya
cemerlang.
GENIUS, LIMPA, DAN KUAT MAJU BERSAMA. MEREKA BEREBUT MENDAPAT GILIRAN YANG
PERTAMA. TIDAK ADA YANG MAU MENGALAH.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 6
‘Aku duluan, Tidak, aku duluan! Bukan, aku yang harus duluan. Tidak, bukan,jangan, tidak,
bukan, jangan, aku,aku, aku duluan, Harus!Tidak bisa!aku. harus.Bajingan.Tengik. Aku duluan!’
55. ORANG I
Bencana! Ia datang lagi! Berlindung-berlindung! Cepat-cepat berlindung! He jangan berlari
kesitu! Berbahaya, kembali, cepat berlindung!
57. NASIB
(Muncul tiba-tiba) Aku Nasib! Tanpa aku hidupmu tak akan mujur. Dengan aku, hidupmu juga
bisa hancur. Aku Nasib yang selalu bermain petak umpet dengan kalian semua sewaktu kita
masih kecil, dan kalian tidak pernah menemukan aku, karena kau selalu disini. Ups, nasib
manusia memang tidak akan pernah bisa berubah sebelum manusia itu merubah sendiri. Aku
percaya, aku akan tetap berteman dengan orang-orang seperti kalian. Selamanya aku ingin
bermain petak umpet atau teka-teki silang bersama kalian. Coba, jangan ratapi aku. Berpijaklah
pada kemauan niscaya aku akan menemuimu sebaik-baiknya.
59. NASIB
Jalan menuju kenikmatan itu, memang berliku-liku dan bertebing. Sementara manusia selalu
mencari jalan pintas yang pada akhirnya menyesatkan. Dan kalian selalu demikian. Berabd-abad
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 7
lamanya kau menunggui kalian tetapi selalu aku temui kalian terus dalam keadaan seperti ini.
Aku memang bukan temanmu yang setia tetapi selalu ingin teus bermain-main bersamamu
hingga masa ini berakhir.
61. NASIB
Ups, Aku di sini….
63. NASIB
Akan aku coba. Biar waktu yang menguji.
65. NASIB
Bukankah, kau punya perasaan?
67. NASIB
Ups! Lalu untuk apa kamu mengadu pada nasib?
69. NASIB
Lalu untuk apa, setelah kamu bisa.
71. NASIB
Baiklah, kalian memang harus memulai dari kesadaran dan kesabaran dalam menjalani hidup ini.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 8
73. ORANG KE I
Nasib……………………! (Terbangun)
75. ORANG I
Aku bermimpi bertemu dengan Nasib.
76. KOOR
Aku juga.
77. ORANG I
Ia, mengatakan rindu bermain denganku. Katanya aku telah bepergian terlalu jauh. Sehingga ia
enggan menemuiku. KemudiaN, ia melambai-lambaikan tangannya. Aku memanggilnya tetapi ia
diam lalu pergi.
79. ORANG KE II
Aku juga demikian.
80. ORANG I
Apakah kau tidak mempunyai kehendak mimpi yang berbeda?
81. ORANG II
Itu terserah mimpiku dong. Apakah kau bisa menciptakannya. Mimpikan kembangnya tidur?
82. ORANG I
Tetapi mimpiku mengandung arti. aku yakin mimpiku yang membawa keberuntungan. Ini bukan
sembarang mimpi.
84. ORANG II
Aku juga kalau begitu?
85. ORANG I
Belum tentu!
86. ORANG II
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 9
Kok lucu! Mimpinya sama.
87. ORANG I
Tergantung siapa yang bermimpi. Orang seperti kalian tidak akan pantas didekati oleh nasib baik.
88. ORANG II
Kita ini berbicara mimpi atau nasib?
89. ORANG I
Sama saja.
91. GENIUS
Apakah kita akan menuju kehidupan baru?
93. ORANG I
Bukankah layar perahu kita telah tercabik-cabik gelombang dan badai? Apakah kita masih bisa
mengayuh dayung? Angin mati. Kita telah terdampar hingga tak bisa mengurai lagi rumus-
rumus, tulisan, angka-angka, sejarah, maupun mati. Dari mana kita harus mulai lagi?
96. ORANG I
Semestinya kita sudah sampai pada batas dunia. Tetapi, hati kita masih terpaut pada karang laut
yang tajam. Aku harus merasa menyesal. Setidaknya aku harus segera berbuat lain. Kegagalanku
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 10
adalah cermin nasibku yang semakin tak menentu. Tetapi aku sadar harus mempunyai kehendak
yang bebas, dan inilah kekuatanku yang paling dasyat dan tidak bisa ditafsirkan.
97. GENIUS
Aku sudah terlampau jauh memikirkan kehendakku dalam saat seperti ini.
Kehendak berpikirku ternyata semua belum bisa aku lakukan, tetapi kita sudah terlalu dalam
masuk dalam lubang yang syarat problem.
99. ORANG I
Ya! Kita harus segera memulai. Aku ingin segera menembus dinding ini dan menemukan lagi
sinar terang. Aku akan segera memulai. Semua yang aku punyai adalah pembangkit segala
semangat untuk meruntuhkan tembok belenggu ini.
101. ORANG II
Aku masih ragu adanya waktu untuk kita sudah berabad-abad dalam gelap, sehingga kita tidak
bisa mengenali diri kita.
104. LIMPA
Kebosanan yang telah kita rasakan adalah jejak waktu yang tidak bias kita tapaki.Aku belum bisa
membayangkan hidup di dunia yang sama sekali baru dan asing bagi kita. Aku masih belum bisa.
Coba bayangkan (Pause) bagaimana kita bisa mengikat nafsu kita ketika melihat dengan begitu
jelas, tentang wanita cantik, sob ayam, minuman yang segar, buah yang ranum. Ah…….. aku
ingin mencobanya.
107. ORANG I
Yak! Kita harus segera membongkar gundukan yang paling ujung. Ayo kita kerjakan!!
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 11
108. ORANG II
Ah! Itu tidak mungkin. Aku pernah menelusuri seluruh dinding ini, tetapi yang aku temui
hanyalah kesia-siaan.
109. ORANG I
Apa jeleknya kita mencoba?
110. ORANG II
Ya, pasti jelek. La wong di sana pasti tidak ada jalan.
111. ORANG I
Mengapa kau selalu begitu?
112. ORANG II
Karena aku tak ingin melihat kesia-siaan.
113.ORANG I
Aku semakin bosan dengan kelakuanmu itu.
114. ORANG II
Kebosanan akan membawa kita ke dalam penyempitan waktu.
116. ORANG II
Aku masih percaya, di sana ada nasib kita yang lebih baik dari yang kita hadapi sekarang. Lebih
baik kita berpikir dan menikmati hidup di sini, tanpa menghiraukan masa depan, atau berpkir
kehidupan yang lebih maju. Apakah di sini kita sudah merasakan kehilangan sesuatu, kemudian
kita merasa bosan. (Bernada mengejek) Hilangkan semua kebosanan, tinggalkan pikiran
lampau, kita harus menuju ke dunia baru. Ya, baru sama sekali. Nampaknya asing sekali…..
118. GENIUS
Kita memerlukan persiapan yang matang. pikiran-pikiran yang bisa meramaikan kehidupan baru
sangat dibutuhkan. Kita harus punya masa depan, dengan berpikir yang riil dan jitu.
Mempersiapkan ketabahan batin menghadapi dunia baru, sangat menentukan posisi kita
sudahkah kita mepersiapkan?
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 12
120. ORANG II
Oh……maaf, ee Nona,..eh…Nyonya Tua. Ah…Perempuan Tua saja. E, maksudku dan
maksudnya dia, kita jangan terlalu gegabah dalam mengambil tindakan.
122. LIMPA
Tetapi kita perlu persiapan yang matang.
123. ORANG II
Sesal kemudian tak berguna.
126. ORANG I
Sok, menjadi pemikir memang menyesatkan.
127. ORANG II
Tanpa berpikir apalagi!
128. ORANG I
Apa kau kira aku tidak pernnah berpikir dalam bertindak! Aku masih mempunyai kesadaran
diriku ini manusia. (Pergi)
129. ORANG II
Ya, siapa bilang kamu hewan. (Bicara sekenanya)
130. ORANG I
(Akan kembali tetapi tidak jadi)
132. ORANG II
(Sambil berlalu) Kau sinting!
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 13
Kucari semua ujung, tetapi semua telah tak berpangkal.
Kesedihanku, semakin menjadi beban hidupku.
Kesedihanku, nasibku.
Kesedihanku, kerinduanku.
Carikan aku jalan.
Carikan aku terang.
134. GENIUS
Aku semakin bosan hidup seperti ini. Sebenarnya aku telah berusaha mengekang pikiran-
pikiranku. Tetapi aku telah dikuasai oleh kepandaianku. Inilah risikonya menjadi pemikir.
135. KUAT
Bukan risiko, tetapi tantangan.
136. LIMPA
Kita tidak bisa memaksakan dengan jalan logika kita. Nampaknya mereka percaya dengan nasib
yang menimpa manusia, apapun akibatnya. Sementara, kita tidak pernah memikirkan itu.
137. ORANG I
Ya, kali ini aku menemukan seorang pemikir yang ragu-ragu.
138. GENIUS
Bukan ragu-ragu, kita ingin memikirkan dari kehendak di luar kita yang benar adanya.
139. ORANG II
Itu namanya tidak percaya diri sendiri.
140. GENIUS
Kita harus segera menarik kesimpulan.
141. KUAT
Belum saatnya.
142. GENIUS
Berarti kita berpikir lagi? Menganalisa lagi kesimpulan kita untuk mencari pembenaran? Aduh,
mengapa kita tidak bias lepas dari pemikiran-pemikiran? Aku sudah tak kuat lagi.
143. ORANG II
Itu sudah menjadi kewajibanmu jangan pungkiri.
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 14
144. GENIUS
Ini berlebihan.
145. ORANG II
Makanya hiduplah seperti saya. He…..begini, enak bukan?
146. KUAT
Semestinya kita segera mencari penyelesaiannya.
147. GENIUS
Berarti kita harus menemukan kembali pikiran-piiran kita yang pernah hilang. (Memegangi
kepala)
148. LIMPA
Waduh mengapa kita selalu dikungkung dengan pikiran. Carikan jalan keluar. Aku sudah bosan.
(Memegangi kepala)
149. KUAT
Kita tak bisa lepas dari semua ini. (Memegangi kepala)
150. ORANG II
(Nada mengejek) Buanglah jauh-jauh kebosanan. Berpikir telah menjadi bagian hidupku.
Makanya bersiaplah setiap seperjuta detikpun, untuk mengerutkan kening. He..he..he..
151. ORANG 1
He! He! Bagaimana ini bisa terjadi ? Tolong! Tolong! Tolong……! Ada orang kebingungan!
Tolong! Ah, masak ada orang bingung dengan dunia pemikirannya sendiri? Ah, mengerikan
sekali, seandainya terjadi pada setiap orang. Akan jadi apa dunia ini. Tolong! Tolong ……! Aku
harus berbuat apa, nih? (Bingung) Hei! Ini bagaimana? Kenapa kalian diam saja? Tolonglah
mereka! Hei! Saudara-saudara senasib dan sependeritaan, ini bagaimana? Tolonglah! Hei, yang
berjiwa sosial, ini bagaimana? Tolonglah. Aku tak mengerti harus berbuat apa , pada orang-orang
ini! T9olonglah mereka. Tolonglah. Tooloooong….! Tolong……! To..to..lo……ong !
153. ORANG I
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 15
Kepada yang lain jangan bergerombol disitu. Coba menyingkir, biar mereka bisa bernafas lega.
Ayo kembali ketugas masing-masing!
155. GENIUS
(Bersama dengan yang lain mulai sadar)
158. GENIUS
Pikiranku? (Linglung)
159. LIMPA
Aku, merasakan kehilangan sesuatu?
160. KUAT
Ya, aku merasa kehilangan pikiran.
161. LIMPA
Kehilangn pikiran?
163. GENIUS
Apakah kami telah melewati masa lampau?
165. GENIUS
Apakah aku masih mampu berpikir?
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 16
166. LELAKI TUA
Kalau masih ingin hudup, kau harus terus berpikir!
167. GENIUS
Kenapa aku masih ingin hidup, dan harus terus berpikir!
169. ORANG II
Hei! Aku mendengar sesuatu di atas sana! (Bergerak menunuju arah suara. Tanah bergetar)
Seperti ada yang bergerak-gerak. Berderap-derap. Seperti langkah kaki. Ada apa gerangan di
sana. Hei! Siapa di luar? Mendengarkah kau! Hei….! (Kepada orang-orang)Mendekatlah!
Dengarkan, ada yang mau menolong kita. Sepertinya mereka datang kemari. (Semua
menempelkan telinga ke dinding gua)
170. ORANG I
Inilah saatnya kita mulai berbergerak! Ayo kita persiapkan. Coba yang lain ikut aku.
171. GENIUS
Aku tidak bisa berpikir, entah apa yang akan terjadi di luar sana?
173. LIMPA
Mengapa kita selalu terbebani oleh keraguan-raguan?
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 17
Tubuhmu bergetar. Kau masih ragu-ragu.
178. ORANG I
(Datang bersama dengan orang-orang) Ya! Keraguan-raguan harus segera kita buang jauh-
jauh! Tantangan kehidupan masa depan, telah ada di depan mata kita. Aku telah menemukan
jalan. Ini kesempatan terbaik untuk merubah nasib kita. Ayo! Semua bergerak mengikuti aku!
179. GENIUS
Adakah di sana kita menemukan kebenaran? Aku masih takut!
180.LELAKI TUA
Yang lain baagaimana?
183. ORANG I
Baiklah, aku berjanji, siap menjadi korban apa saja atas kehendakku jika perjalan ini ternyata
menyesatkan. Aku siap menanggung risikonya. Aku percaya nasib berpihak pada kita, setelah
kita berusaha. Ini harus segera kita kerjakan ketika ada kesempatan.
184. GENIUS
Kemungkinan kita sangat kacil sekali bila hanya mengandalkan nasib. Itulah yang membuat aku
ragu-ragu.
186. GENIUS
Entahlah, sulit saya mengatakannya.
187. ORANG I
Kita selalu terbentur oleh keragu-raguan, pertentangan pendapat, saat membayangkan kehidupan
yang akan datang. Tetapi kita tidak pernah berani mencoba menantang dan memeranginya!
188. KUAT
Kau jangan terlalu memaksakan kehendak.
189. ORANG I
Saya hanya ingin di sini segera terjadi perubahan baru.
190. ORANG II
Tanpa memikirkan kepentingan orang lain?
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 18
191. ORANG I
Ini untuk kepentingan kita semua!
192. ORANG II
Tanpa menghiraukan akibatnya?
193. ORANG I
Ini sudah hukumnya!
195. KUAT
Bagaimana kamu?
196. GENIUS
Entahlah. Kamu sendiri bagaimana?
197. LIMPA
(Hanya mengangkat bahu)
198. KUAT
Keluarkan rumusmu yang pernah kau lontarkan!
199. GENIUS
Rumusmu bagimana? Dan kau?
200. LIMPA
Dia yang mempunyai kemauan keras. Sampai mau membunuhku!
201. KUAT
Kau juga!
202. GENIUS
Tetapi karena kau!
203. LIMPA
Kau juga menjadi penyebabnya!
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 19
204. KUAT
Kau juga!
205. GENIUS
Kau egois!
206. LIMPA
Kalian yang egois!
207. ORANG II
Lihatlah`mereka, namapaknya lucu sekali. Kayak mimpi melihat banteng liar saling seruduk.Ya,
tampaknya inilah yang mereka pilih. Mereka binggung! Berbeda dengan a….!
TIBA-TIBA ORANG-ORANG MENGEROYOK ORANG II. MEREKA TERLIBAT BAKU HANTAM. DISAAT
ITU, TIBA-TIBA DINDING GUA KEMBALI BERGUNCANG. KALI INI LEBIH KERAS. ORANG-ORANG
KALANG KABUT. TETAPI DINDING GUA KEMBALI MENGUBURNYA.
208. NASIB
Begitulah. Nampaknya mereka terlalu syarat dengan beban pikiran mereka masing-masing.
Akulah yang selalu dikejar-kejar mereka. Nampaknya mereka terlalu bosan dan jenuh untuk
terus-menerus menapaki hidup yang ia rasakan seperti sekarang ini. Aku mencoba terus
mengikuti, tetapi apalah dayaku, mereka terlalu bingung untuk memikirkan jalan yang paling
tepat untuk menemuiku. Mungkin dengan inilah awal dari perjalan mereka untuk menentukan
nasibnya sendiri-sendiri. Akulah Nasib! Yang selalu menghantui mereka, dan mungkin Anda
sekalian! Masihkah mereka berurusan dengan aku, lihatlah mereka!
ORANG-ORANG BAWAH TANAH BANGKIT KEMBALI. MEREKA SUDAH BERADA DISUATU TEMPAT
YANG ASING SEKALI.
209. KUAT
Inikah dunia baru yang dijanjikan?
210. ORANG II
Ngeri sekali! Hii…….
211. ORANG I
Bau apa ini! Aku mencium sesuatu!
213. KUAT
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 20
Kita belum saampai. Aku juga mencium sesuatu.
214. GENIUS
Aku menemukan sesuatu . Hei, apa ini! Baunya anyir sekali! Sepertinya aku pernah mencium!
215. LIMPA
Darah?
216. KOOR
Daaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrhhhhh!
217. ORANG I
Aku juga menemukan sesuatu, lihatlah ini! Baunya! Aku jadi mual! Seperti fosil!
218. KUAT
Tengkorak!
219. KOOR
TTTeeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnggggggggkkkkkkkooooooooraaaaaakkkk!
221. GENIUS
Dimana dunia kita yang dulu?
222. ORANG I
Aku rindu dengan duniaku. Dimana duniaku yang sebenarnya?
223. ORANG II
Sesal kemudian tak berguna!
224. KUAT
Kita semakin terperosok dalam ketidak tahuan kita sendiri. Kita telah diombang-ambingkan oleh
nasib. Ia tidak adil. Mengapa jadi begini?
225. ORANG II
Sesal kemudian tak berguna. Berakit-rakit kehulu dan bersakit-sakit kemudian.
226. KUAT
Bahunya semakin manjadi.
227. LIMPA
Aku sudah tidak tahan! Aku akan kembali saja!
228. ORANG I
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 21
Tempat apa ini, seperti bahu mayat. Baunya! Aku semakain tidak kuat! Hei, tolong! Bagaimana?
230. NASIB
Aku Nasib! Sudahlah, aku telah mencoba melawan semua kehendakmu, tetapi kau memang
terlalu samar untuk menentukan hidupmu. Jangkauan pikiranmu terlalu menyesatkan dirimu,
kalian sudah terlalu berakar dengan penderitaan. Dan aku memang tidak selalu berbuat baik.
Segala sesuatu telah kau pertimbangkan. Yang menentukan adalah dirimu sendiri. Oh, betapa
menyedihkan bermain-main dengan aku! Aku Nasib! Tidak selalu mujur dan tidak selalu hancur.
Aku menyengsarakan kalian! Siapa lagi yang ingin bermain-main denganku, silahkan
mencoba!!!!!
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 22
Biodata
Rakhmat Giryadi, lahir di Blitar, 10 April 1969. Lulusan Sarjana Pendidikan Seni Rupa IKIP
Surabaya 1994 ini, selain bergiat di teater ia juga menulis cerpen, esai, dan puisi. Karyanya
selain dibacakan diberbagai kesempatan, juga dipublikasikan di media massa seperti, Horison,
Surabaya Post, Kompas (Jawa Timur), Jawa Pos, Surya, Radar Surabaya, Suara Merdeka,
Suara Karya, Suara Indonesia, Sinar Harapan, Aksara, Majalah Budaya Gong, Panjebar
Semangat. Sekarang bekerja sebagai wartawan Jatim Mandiri.
Organesasi :
1. Persatuan Wartawan Indonesia-Jawa Timur
2. Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Timur (2008-2013)
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 23
Naskah drama yang pernah ditulis :
1. Orang-orang Bawah Tanah (1994)
2. Orde Mimpi (1994)
3. Monumen (1997)
4. Serpihan Kaca Pecah (1997)
5. Istana Maya (1998)
6. Terompet Senjakala (2003)
7. Testimoni (2004)
8. Hikayat Perlawanan Sanikem : Nyai Ontosoroh (2006)
9. Sebelum Dewa Dewi Tidur (2008)
Alamat :
R Giryadi
Jl. Merpati I/7 Wismasari, Juanda
Sidoarjo
e-mail : zahiria@yahoo.com
tlp rumah : (031) 8667146
hp:081330657845
http://bandarnaskah.blogspot.com/ 24