N.I.M : 15020074098
Kelas : PB 2015
Petunjuk Pengerjaan Soal : Jawablah soal berikut ini dengan bahasa yang baik dan benar!
B. Buatlah rangkuman dari cerita tersebut dengan menyebutkan semua nama tokoh
dengan lengkap (maksimal 200 kata)! (skor 20)
Raja Pandita merasakan keanehan pada tingkah laku Nyi Rengganis. Raja
heran dengan banyaknya bunga yang diletakkan di beberapa jambangan dalam
rumah. Raja penasaran dari mana Nyi Rengganis mendapatkan bunga-bunga
tersebut, karena bunga-bunga yang diambil bukan jenis bunga sembarangan.
Bunga-bunga tersebut hanya dimiliki oleh para bangsawan. Nyi Rengganis juga
bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah menyiapkan makanan, Nyi Rengganis
langsung pergi. Malamnya, ketika Raja Pandita pulang dari hutan, Nyi Rengganis
sudah tidur dan Raja Pandita tidak kuasa membangunkannya. Keadaan itulah yang
menghalangi Raja Pandita berbicara dengan putrinya.
Pada hari ketiga, Raja Pandita akhirnya berkesempatan berbicara dengan
putrinya. Setelah mendengar penjelasan putrinya, Raja tau bahwa Tempat yang
dimaksud putrinya adalah Taman Banjaransari. Raja Pandita kemudian menasihati
putrinya agar tidak pergi kesana lagi, karena taman tersebut milik Raden Iwan
Suwangsa, putra dari Baginda Hamzah yang perangainya sangat buruk. Nyi
Rengganis minta maaf kepada ayahnya. Namun sebenarnya, dalam hati Nyi
Rengganis menyimpan tekad yang kuat untuk ke Taman Banjaransari lagi. Nasihat
sang ayah kemudian diabaikannya, Nyi Rengganis bergegas untuk pergi ke Taman
Banjaransari. Bahkan jika nanti ia harus berhadapan dengan Raden Iman
Suwangsa, akan ia lawan, batin Nyi Rengganis dalam hati.
C. Buatlah cerita tersebut menjadi sepuluh gambar seri dengan sistematika sebagai
berikut! (skor 40)
DIALOG:
Patih Kerajaan: “Yang Mulia, hamba
mendapatkan amanat dari rakyat di seluruh
Keraton”
Raja: (sambil memangku bayi mungilnya) “Apa
yang telah mereka amanatkan kepada
kisanak?”.
Patih: “seluruh rakyat keraton merasa keberatan
dengan keputusan Yang Mulia untuk pergi
meninggalkan keraton ini. Ampuni hamba,
Yang Mulia, sesungguhnya yang mereka
takutkan adalah pengganti yang mulia”.
Raja: “mereka takut dengan penggantiku? Apa
yang mereka takutkan?”
Patih: “Benar Yang Mulia. Mereka takut
pengganti yang akan menggantikan Yang
Mulia tidak sebaik Yang Mulia.
Raja: “Patih....”.
Patih: “Ampun Yang Mulia”
Raja: “menurutku, Rakyat Keraton harus
menyadari bahwa tampuk kekuasaan
bukanlah benda yang abadi. Kekuasaan akan
berawal dan berakhir. Aku tidak akan
selamanya memimpin keraton ini. kupikir,
sekarang adalah waktu yang tepat untuk
meninggalkan semua.
Patih: “Yang Mulia, menurut hamba, kesedihan
Yang mulia terlalu berlebihan. Hanya karena
Sang Ratu mangkat, Yang Mulia ingin
melepaskan tahta. Bukankah kepergian Sang
Ratu dapat tergantikan?. Semua demi
kepentingan rakyat Yang Mulia”.
Raja: “Patih, mohon maafkan saya. Sampai
kapan pun, ratu tidak akan tergantikan. Coba
mengertilah, bagaimana saya bisa hidup
tenang dengan putri saya jika setiap sudut
istana ini mengingatkan saya kepada Sang
Ratu. Bagaimana juga saya membiarkan
putri saya tumbuh dengan kerinduan akan
kasih sayang seorang ibu? Tentu ia akan
bertanya dan terus bertanya dimana ibunya.
Dan saya akan kesulitan menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu”.
Patih: “tetapi Yang Mulia ...”.
Raja: “Patih, saya tau kalian ingin menahanku di
sini. Tapi sungguh saya tidak bisa
Patih: “baiklah yang mulia jika itu sudah menjadi
keputusan bulat Yang Mulia”
Raja: “saya akan berbicara dengan penggantiku,
Raden Karanggana, agar selalu
mendahulukan kepentingan rakyat. Dan
setelah pelantikannya nanti, saya dan Nyi
Rengganis, putriku, akan segera
meninggalkan Istana ini”.
2 Setelah penyerahan kekuasaan, Raja: “wahai rakyat yang saya cintai, demikianlah
Raja berpamitan dengan rakyat garis hidup yang telah melenyapkan separoh
keraton hidup saya. Sungguh, sebenarnya saya ingin
mengabdikan seluruh hidup saya demi
Tokoh A: Raja melayani kepentingan kalian. Namun apalah
daya. Saya tidak dapat menyeimbangkan
diri, mengatasi kesedihan saya. Saya
memutuskan untuk pergi dan menenangkan
diri. Meskipun demikian, saya tidak akan
melepaskan kenangan saya bersama rakyat
Keraton Djamin. Saya berdo’a semoga Sang
Hyang selalu mencurahkan kesejahteraan
dan kedamaian di bumi Keraton Djamin”.
6 Nyi Rengganis dan Si Belang Nyi Rengganis: “Belang, aku suka banget di
pergi ke Taman Banjaransari Taman ini. Bunga-bunganya indah dan
harum.
lagi dan ayahnya mulai Si Belang: “aku juga suka di sini, Putri. Di sini
menaruh curiga banyak benang sari, perutku kenyang”.
Nyi Rengganis: “aku akan memetik beberapa
bunga dari sini, Belang. Bunga-bunga ini
akan kutaruh rumah. Sehingga siapapun
yang lewat depan rumahku akan senang”.
7 Raden Iwan Suwangsa marah Raden Iman. S : “Siapa yang sudah berani mencuri
karena Tamannya rusak dan bunga di tamanku, patih?”
bunga-bunganya dicuri. Patih Arya: “maafkan hamba yang mulia, para
prajurit tidak ada yang tahu siapa yang
Tokoh E: Raden Iman mencuri bunga-bunga di taman”.
Suwangsa Raden Iman. S: “Dasar bodoh. Lalu apa gunanya
Tokoh F: Patih Arya kalian berjaga jika tidak tahu siapa
Tokoh G: Baginda Hamzah pencurinya!
dan Putri Kelas (Orang tua Patih Arya: “pencurinya sangat pintar Yang Mulia.
Raden Iman) Menurut kesaksian prajurit, tidak ada orang
yang melintasi gerbang”.
Raden Iman. S: “aku tidak mau tahu. yang penting
aku tidak rela bunga-bungaku dicuri.