Dodoth-iro dodoth-iro kumitir bedah ing pinggir, dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane yo surako - surak iyooo
Pakaian kebangsaan kita, harga diri nasionalime kita, telah sobek-sobek oleh tradisi penindasan, oleh tradisi
kebodohan, oleh tradisi keserakahan yang tidak habis-habis. Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore,
harus kita jahit kembali, harus kita benahi lagi, harus kita utuhkan kembali agar supaya kita siap untuk
menghadap ke masa depan. Memang kita sudah lir-ilir, sudah ngelilir sudah terbangun dari tidur, sudah bangun,
sudah bangkit sesudah tidur terlalu nyenyak selama 30 tahun atau bahkan mungkin lebih lama dari itu. Kita
memang sudah bangkit beribu-ribu kaum muda berjuta-juta rakyat sudah bangkit keluar rumah dan memenuhi
jalanan, membanjiri sejarah dengan semangat menyeruak kemerdekaan yang telalu lama diidamkan. Akan tetapi
mungkin karena terlalu lama kita tidak merdeka sekarang kita tidak begitu mengerti bagaimana mengerjakan
kemerdekaan sehingga tidak begitu paham beda antara demokasi dan anarki. Terlalu lama kita tidak boleh
berfikir lantas sekarang hasil fikiran kita keliru-keliru sehingga tak sanggup membedakan mana asap mana api,
mana emas mana loyang mana nasi dan mana tinja. Terlalu lama kita hidup dalam ketidak menentuan nilai
lantas menjadi semakin kabur pandangan kita akan nilai-nilai yang berlaku dalam diri kita sendiri sehingga
yang kita jadikan pedoman kebenaran hanyalah kemauan kita sendiri, nafsu kita sendiri, kepentingan kita
sendiri. Terlalu lama kita hidup dalam kegelapan sehingga kita tidak mengerti melayani cahaya sehingga kita
tidak becus mengurusi bagaimana cahaya terang sehingga dalam kegelapan gerhana rembulan yang membikin
kita buntu sekarang kita junjung-junjung pengkhianat dan kita buang para pahlawan. Kita bela kelicikan dan
kita curigai ketulusan.
Gerhana rembulan hampir total, malam gelap gulita. Matahari berada satu garis dengan bumi dan rembulan.
Cahaya matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai karena ditutupi oleh bumi sehingga bulan tidak bisa
memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi. Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari adalah
rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan oleh rembulan. Rembulan adalah para keasih Allah, para
nabi, para rasul, para ulama, para cerdik-cendikia, para pujangga dan siapapun saja yang memantulan cahaya
matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi. Karena bumi menutupi cahaya matahari
maka malam gelap gulita dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak bisa menatap wajah
orang lainnya secara jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki, orang menyangka utara adalah selatan. Orang
bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau bahkan sengaja saling menjegal
satu sama lain. Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah akan kemana
melangkah dan bagaimana melangkah.
Ilir-ilir, kita memang sudah ngelilir, sudah bangkit, sudah bangun bahkan kaki kita sudah berlari kesana kemari
namun akal fikiran kita belum, hati nurani kita belum, kita masih merupakan anak dari orde-orde yang kita
kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup di dalam darah dan jiwa kita. Kita mengutuk
perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik, kita mencerca maling dengan penuh kedengkian
kenapa bukan kita yang maling. Kita mencaci penguasa lalim dengan berusaha untuk menggantikannya. Kita
membenci para pembuat dosa besar dengan cara syetan yakni dengan cara melarangnya untuk insyaf dan
bertobat. Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara meggusur. Kita menolak pemusnahan
dengan cara merancang pemusnahan-pemusnahan. Kita menghujat para penindas dengan riang gembira
sebagaimana cara iblis yakni kita halangi untuk memperbaiki diri. Siapakah selain iblis, syetan dan dajjal yang
menolak khusnul khotimah manusia yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka ke pintu neraka.
Sesudah ditindas kita menyiapkan diri untuk menindas. Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti
memperbudak. Sesudah diancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan-kebersamaan melainkan asyiknya perpecahan. Yang kita bangun
bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan. Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan
melainkan parasangka dan fitnah. Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka melainkan rencana-rencana
panjang untuk menyelenggarakan perang saudara. Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan untuk
memakan bangkai saudara-saudara kita sendiri. Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta
melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati. Pilihanku dan
pilihanmu adalah apakah kita akan menjadi bumi yang akan mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita
sendiri tidak akan mendapatkan cahayanya. Atau kita akan berfungsi menjadi rembulan, kita sorong diri kita
bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa apatkan sinar matahari dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan
itukembali ke bumi.
Satu tembang tidak selesai ditafsirkan dengan 1000 jilid buku. Satu lantunan syair tidak selesai ditafsirkan
dengan 1000 bulan dan seribu orang melakukannya. Aku ingin mengajakmu untuk berkeliling utuk memandang
warna-warni yang bermacam-macam dengan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing. Agar kita
mengerti dengan hati dan ketulusan kita, apa muatan kalbu mereka mengenai lir-ilir, mengenai ijo royo-royo,
mengenai tementen anyar, mengenai bocah angon dan belimbing, mengenai mbasuh dodotiro dan mengenai
gumitir bedah ing pinggir.
Yang akan kita bicarakan tentu saja kapan saja bersama-sama.tapi aku ingin mengajakmu untuk mendengarkan
siapa saja diantara sauara-saudara kita tanpa perlu kita larang-larang untuk menjadi ini-untuk menjadi itu.
Asalkan kita bersepakat bahwa bersama-sama mereka semua kita akan menyumbangkan yang terbaik untuk
semuanya bukan hanya bagi ini-bagi itu bukan hanya bagi yang disini atau yang disana...
By: Cak Nun
GERHANA REMBULAN
Sayang kalau ke mana-mana engkau menabur api kenapa kamu kaget kalau terjadi kebakaran
Dan kalau ke mana-mana engkau memadamkan cahaya kenapa marah melihat orang bertabrakan
Kalau ke mana-mana engkau memasarkan disinformasi kenapa kaget jika orang saling melukai
Dan kalau ke mana-mana engkau sibuk menolak ilmu sejati kenapa marah kepada pembunuhan dan pemusnahan
☆☆☆
Sayang kalau yang satu menawarkan kebenaran sedangkan lainnya menyiapkan kepentingan
Kalau yang satu mengusulkan kemuliaan sementara lainnya terlanjur mabuk kekonyolan
Dan kalau yang satu mengelus-elus kebaikan tetapi lainnya memborong kerendahan
Kalau yang satu memperhitungkan keselamatan yang lainnya pesta pora fantasi
Kalau yang satu menatap dengan empati kemudian lainnya meneriakkan keangkuhan
☆☆☆
هللا اكبر هللا اكبر الاله اال هللا هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد
☆☆☆
Yang suka memercik-mercikkan api yang akan akan memperoleh gilirannya untuk terbakar
Yang dikasih bambu dibikin bambu runcing akan kaget tiba-tiba tertikam
Yang biasa menembak-nembakkan prasangka akan tiba waktu disiksa oleh fatamorgana
☆☆☆
الاله اال هللا هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد
الاله اال هللا وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم االحزاب وحده
يا مفتح االبواب يا مسبب االسباب يا مقلب القلوب واالبصار يا مدبر الليل والنهار يا محول الحال واالحوال حول حالنا الى احسن االحوال حول حالنا الى احسن
☆☆☆
Yang mengganti amanat dengan dusta akan segera tersapu dan sirna
Yang bergembira memelihara fitnah-fitnah akan terpojok dan dikepung oleh anak-anak panah
Yang merajalela mentertawakan kebenaran akan terjerembab dan air matanya berlinang-linang
Yang jalan berpikirnya dikendalikan oleh selera akan menjadi pengemis yang meronta-ronta
Yang kakinya curiga dan tangannya culas akan diborgol oleh rantai besi kebuntuan
Yang menanggapi cinta dengan sinisme dan skeptisme akan gugup karena digotong di atas keranda kesepian
Orang mendirikan bangunan dengan semen curiga pasir prasangka cor fitnah tembok pelecehan tata ruang egoisme tiang
kecurangan atap merendahkan cungkup meremehkan lantai ketidakrelaan genting kekejaman jendela kemunafikan dan
pintu ketertutupan
Lantas mereka menyangka hasilnya adalah rekonsiliasi, persatuan dan kesatuan, kedamaian dan kerukunan, keamanan dan
keselamatan ya Allah
☆☆☆
هو هللا الذي الاله اال هو عالم الغيب والشهادة هوالرحمن الرحيم
هو هللا الذي الاله اال هو الملك القدوس السالم المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحن هللا عما يشركون
هو هللا الخالق البارىء المصور له االسماء الحسنى يسبح له مافى السموات واالرض وهو العزيز الحكيم
يا مالك يا مالك يا قدوس يا سالم يا مؤمن يا مهيمن يا عزيز يا جبار يا متكبر يا قاهر يا قاهر يا قهار
☆☆☆
Ya Allah ...
Paduka bikin mereka tertipu terjebak terpeleset oleh ilmu mereka sendiri
☆☆☆
الاله اال انت الاله اال انت سبحانك سبحانك اني اني اني كنت من الظالمين
الاله اال هللا الاله اال هللا الاله اال هللا الاله اال هللا. . . . .
يا هو يا هو يا هو يا هو يا هو يا هو يا هو. . . هو. . . . .
Beberapa kata mulai bisa mengucap, karena rahasia mulai berlaku di depanmu sebagai rahasia
Kita melempari galaksi supaya bintang runtuh, kita mengais-ngais bumi mencari emas permata untuk kita kunyah-kunyah
Kalau kau gembira bukanlah kau yang bergembira sebab sesungguhnya tak kau perlukan kegembiraan
Kalau kau bersedih kehidupanlah yang bersedih sebab kesedihan tak sanggup menyentuh jiwamu
Kau tak membutuhkan suka duka, harta atau kepapaan, kau tak terikat oleh penjara atau kemerdekaan, kau lebih perkasa
dari ketakutan atau keberanian, kau lebih tinggi dari derajat atau kehinaan, kau lebih besar dari kehidupan atau maut
"Lautan Jilbab"
Para malaikat Allah tak bertelinga, tapi mereka mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab
Para malaikat Allah tak memiliki mata, tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab
Para malaikat Allah tak punya jantung, tapi sanggup mereka rasakan degup kebangkitan jilbab yang seolah berasal dari
dasar bumi
Para malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya, tapi dari galaksi mereka seakan-akan terdengar suara-suara: ini tidak
O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh, ada yang akan bersungguh-sungguh, ada yang tidak bisa tidak
bersungguh-sungguh
O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir, sama pentingnya dengan keputusasaan kaum
gelandangan, sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang yang dijadikan alas kaki sejarah
Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal? bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai
belenggu kejahiliyahan?
O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan, kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan
O, alam dalam diri manusia. Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun pedang peradaban manusia, alam tak
Apakah burung-burung ababil akan menabur dari langit untuk menyerbu para gajah yang durjana?
O, burung-burung ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran, dari dzikir jiwa dan kepalan tangan
Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung, berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi
Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom tak sanggup menggambarkannya
Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini disangga
di telapak tangannya
Lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki berjilbab, lihatlah rakyat
manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah siapa pun saja yang memerlukan perlindungan, yang
memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbab
Adakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama, atau pola perubahan kebudayaan?
Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin, seolah memantulkan suara-suara:
Jilbab ini lagu sikap kami, tinta keputusan kami, langkah-langkah dini perjuangan kami
Jilbab ini surat keyakinan kami, jalan panjang belajar kami, proses pencarian kami
Jilbab ini percobaan keberanian di tengah pendidikan ketakutan yang tertata dengan rapi
Jilbab ini percikan cahaya dari tengah kegelapan, alotnya kejujuran di tengah hari-hari dusta
Jilbab ini eksperimen kelembutan untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan
Langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di pagar-pagar jalan protokol peradaban ini
Tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang dipanggang di atas tungku api congkak kekuasaan
Tak ada perlingungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun
Tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan oleh keputusan sepihak yang dipaksakan
Tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulasi oleh rumusan-rumusan
Tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau
Menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan istiqomah, di nurani dan jiwa raga kami
Ini jilbab Ilahi Robbi, jilbab yang mengajar ilmu menapak dalam irama
Ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas
Ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah, rahasia demi rahasia,
Para malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat Allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala
Lautan jilbab! lautan jilbab! gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan