Anda di halaman 1dari 15

WASIAT CAKNUN dalam 99 untuk Tuhanku

Satu Tuhanku, aku hanya kepunyaan-Mu, aku tidak asli, aku tidak sejati Dua Tuhanku, kuawali setiap langkahku dengan asma-Mu, ampunilah kami yang selalu merasa punya nama, yang tak kunjung tahu bahwa segala sesuatu akan hanya tinggal satu Tiga Tuhanku, kenyataan-Mu akan terus menegaskan segala yang semu kepadaku, hari-hari akan makin melenyapkan kesombongan keduniaanku yang menipu Empat Hanya sunyi yang mengajari kita untuk tidak mendua Lima Tuhanku, berdekatankah kita, sedangkan rasa teramat jauh. Tapi berjauhankah kita, sedang rasa begini dekat Enam Tuhanku, sebelum tiba hariku nanti, antarkan aku untuk bisa membedakan mana semburan palsu, mana api yang sejati Tujuh Kegagahan pikir hanyalah kurnia terahir yang paling ringkih dari segala dzikir Delapan Apa gerangan sejarah, kekasih? Ialah paket-paket kegagahan dan kecengengan berisi pedang serta sampah dari perut para pemenang Sembilan Tuhanku, sejak bapak ibu mulai bercinta, jauh sebelum aku ada, tahukah Engkau kasihku bahwa aku telah merindukan wajah-Mu?

Sepuluh Ibu menggendongku dengan segenap tumpahan cinta yang lebih mahal dari mati hidupnya, dan bapak menyusun rencana menyediakan cita-cita Sebelas Tuhanku, kami telah maju ke belakang, kami telah mundur ke depan,kami naik ke bawah, kami turun juga ke bawah. Dua belas Tuhanku, kukira telah tiba saatnya kau musnahkan segenap setan. Sebab kami telah pandai menciptakan setan - setan dalam diri kami tanpa bantuan para setan. Tiga belas Tuhanku, apa sesungguhnya arti kehendak-Mu dengan tak menurunkan lagi seorang nabi pun untuk zaman yang membutuhkan lebih banyak nabi? Empat belas Tuhanku, jika pun akhirnya kereta kami terjungkir dan macet, tidaklah bakal Engkau tutup jalan untuk kembali pulang. Jika pun kami sungguh-sungguh tersesat memilih jalan, pastilah Engkau telah menyediakan sejuta ampunan. Lima belas Tuhanku, tak ingin aku untuk ingin, sebab di antara seribu keinginan, hanya satu yang sejati Enam belas Tuhanku, tanami ladangku dengan keinsyafan Adam, ketahanan Nuh, kecerdasan Ibrahim, ketulusan Ismail, kebersahajaan Ayyub, kesabaran Yunus, kelapangan Yusuf, kesungguhan Musa, kefasihan Harun, keheningan Khidir, kesucian Isa, kematangan Muhammad. Tuhanku, tanami ladangku, tanami ladangku. Tujuh belas Kalau keselamatan ialah butiran utama dari tangan-Nya, kenapa dari lidah kita pancarkan api yang menghanguskan?

Delapan belas Kalau kesejahteraan ialah inti dari tawaran sorga, kenapa hati menggumpal menjadi benci yang mencelakakan? Sembilan belas Ketika lapar, alangkah pentingnya Tuhan, ketika kenyang kita hilang ingatan. Dua puluh Allah saja yang memiliki kebesaran: orang yang menyangka bahwa ia juga memilikinya, sesungguhnya sedang menggali lobang kuburnya. Dua Puluh Satu Ya, Allah. Kutuklah aku, demi membayar rasa malu atas segala kegagalanku menghentikan tumbangnya pohon-pohon nilai-Mu di perkebunan dunia. Dua Puluh Dua Hardiklah aku di muka bumi, perhinakan aku di atas tanah panas ini, jadikan duka deritaku ini makanan bagi kegembiraan seluruh sahabat-sahabatku dalam kehidupan, asalkan sesudah kenyang mereka menjadi lebih dekat dengan-Mu. Dua Puluh Tiga Jika untuk menyembuhkan pikiran hamba-Mu dari kesombongan dibutuhkan kekalahan pada hamba-Mu yang lain, maka kalahkanlah aku ya Allah, asalkan sesudah kemenangan itu ia menundukkan wajahnya di hadapan-Mu. Dua Puluh Empat Jika mengusir muatan kedunguan di balik kepandaian hamba-Mu diperlukan kehancuran pada hamba-Mu yang lain, maka hancurkan dan permalukanlah aku, asalkan kemudian Engkau tanamkan kesadaran fakir di hati mereka. Dua Puluh Lima Jika syarat untuk memperoleh kebahagiaan bagi manusia adalah kesengsaraan pada manusia lainnya, maka sengsarakanlah aku. Dua Puluh Enam Alam semesta begitu patuh menggantikan siangnya dengan

malam, dan mempergilirkan malam dengan siang, tapi manusia hanya sibuk memproduksi ungkapan-ungkapan yang berbeda untuk kenyataan yang sama, manusia habis waktu dan tenaganya untuk mengulangi kebodohan dan keterperosokan yang sama, meskipun mereka membungkusnya dengan perlambang-perlambang baru sambil meyakin-yakinkan diri-nya atas perlambang itu. Dua puluh Tujuh Rakyat adalah juragan kita bersama. Kalau pagi kita siapkan air hangat untuk membasuh kakinya, dan jika malam kita bernyanyi untuk menentramkan tidurnya. Dua Puluh Delapan Untuk apa engkau bungkam suaraku, karena toh kesunyian lebih berteriak dibanding mulutku. Untuk apa kau habiskan tenaga untuk membangun pagar dan rambu-rambu, sedangkan setiap menjelang tidur, engkau diseret kembali oleh gelombang itu. Dua Puluh Sembilan Kau tahu, kuanyam hari dan malam hanya dalam nyanyiannyanyian, aku rajut waktu dengan darah berlarut-larut. Tak habis menimpukku batu-batu kepalsuan dari sana sini, tetapi aku butuhkan itu semua untuk mengongkosi penantianku sampai larut. Tiga Puluh Waktu bersikap amat mengalah kepada sejarah, kepada para penguasa yang kehilangan rasa bosan kepada kekuasannya, karena sesudah seribu penguasa luluh menjadi tanah busuk,waktu tak berkurang suatu apa. Ilmu pengetahuan manusia mulai diejeknya dengan bahasa yang sangat bisu dan sabar, meskipun kesombongan peradabanmu sudah sangat memuakkan. TigaPuluh Satu Terkadang sejarah manusia tiba pada suatu kondisi minimal di mana perbuatan bukan hanya tidak diperlombakan, tetapi juga diremehkan dan diejek. Orang yang berbuat baik akan diejek sebagai sok pahlawan. Udara dirasuki kuman tertentu yang membuat setiap orang yang menghirupnya menjadi gendheng. Kalau ada satu dua orang yang

mempunyai daya antisipasi tinggi terhadap atmosfer kegendhengan, mereka justru akan dituduh gendheng. Tiga Puluh Dua Pahlawan menjadi pahlawan karena ia memperbuat sesuatu. Tetapi ada jenis pahlawan yang menjadi pahlawan justru karena tidak berbuat sesuatu. Seandainya dulu Allah tidak hanya menciptakan satu lelaki, melainkan dua -katakanlah Adam dan Odom- ada kemungkinan Odom akan menjadi pahlawan justru karena ia tidak memakan buah khuldi. TigaPuluh Tiga Terkadang keburukan berpakaian kebaikan, kejahatan berpakaian kemuliaan, sementara kebaikan dan kemuliaan tidak sempat mengurus wajahnya. Maling adalah orang yang paling kencang berteriak maling. Koruptor memperingatkan masyarakat tentang bahaya korupsi. Hukum dilanggar terutama oleh ahli-ahlinya. Orang memilih enak dan tidak enak daripada baik dan tidak baik, kemanusiaan dan agama adalah permainan gundu di saat senggang, para pengemis budiman duduk termangu-mangu di depan taman makam pahlawan, sambil berguman kepada dirinya sendiri: Apakah pada suatu saat kelak akan ada ralat sejarah dan makam-makam tertentu terpaksa dibongkar agar kebenaran bisa diletakkan pada tempatnya. Tiga Puluh Empat Seorang tukang bakso memberikan pelajaran kepada orangorang yang mampu berpikir bahwa selama ini yang kita abdi adalah ketinggian materi, hedonisme, posisi feodal, atau nilainilai lainnya. Kita tidak menomorsatukan kejujuran, kebenaran, kemuliaan dan kebaikan. Tradisi kebudayaan kita sehari-hari adalah ngapurancang kepada seorang Bapak, meskipun kita ketahui banyak melakukan pengkhianatan moral. Sementara kepada seorang tukang bakso kita selalu melihat ke bawah. Tiga Puluh Lima Kita hidup di zaman dengan suatu jenis kejahiliyahan yang unik, di mana tiranik tidak lagi dirasakan dan disadari sebagai tirani. Bahkan korupsi bersama, maling aturan bersama, dan sebagainya, sudah disepakati sebagai sesuatu yang tidak menganggu akal sehat dan hati nurani siapapun.

Tiga Puluh Enam Kondisi jahiliyah, kebodohan fundamental, total dan komprehensif memerlukan Muhammad. Namun kondisi jahil murokab, situasi ultra jahiliyah, bodoh dobel-dobel, suatu jenis terpuruk dari kebodohan. Tidak seorang khalifah Allah pun sudi mewasiati apa pun kepada mereka. Tidak orang saleh, tidak ulama, tidak orang tua menjelang sekarat, dan tidak siapa pun. Tiga Puluh Tujuh Maka pasal pertama dari wasiat justru adalah bagaimana dari kedalaman akal dan dari lubuk kalbumu engkau gali dan engkau temukan Ibrahim penghancur berhala, Musa penentang Fir'aun, Daud pelawan Jalut, serta Sulaiman sang pengadil sekaligus pakar teo-teknologi dan teo-kultur dan utamanya Muhammad saw. Kemudian dengan itu engkau menerjemehan apa yang harus engkau lakukan untuk kehidupanmu. TigaPuluh Delapan Kalau gas mengisi balon penuh, kret akan meledak. Kalau arus air deras, bendungan akan jebol. Kalau mata bisul matang, ia meletus keluar nanah meleleh. Tiga Puluh Sembilan Kalau pisau digoreskan, atau apalagi dicacahkan di kulit berisi daging, luka akan menganga. Dan sesudah sekian lama luka tidak terobati, ia akan membusuk, keindahan kulit akan cacat. Empat Puluh Ilmu dajjal itu mata satu, tapi kemudharatannya beribu-ribu, yakni ilmu membelah. Hitam dan putih, kami dan mereka, aku dan dia, sini dan sana, atas dan bawah. Kita benar mereka salah. Dajjal adalah aktualisasi paling transparan dari jahiliyah dan kebodohan. Bahkan prestasi intelektualisme dajjal pun memproduksi kejahiliyahan baru. Ilmu Kebohongan Empat Puluh Satu Orangtua yang berbohong bukan hanya tidak jujur, tetapi juga bodoh; ia makin tidak mengerti dirinya

Empat Puluh Dua Segala nilai yang diemban dalam dunia perguruan tidak akan pernah memperkenankan untuk berbohong. Nilai-nilai itu tidak mempunyai kodrat untuk tidak berbohong. Yang berbohong hanyalah tangan-tangan yang menggenggamnya. Empat Puluh Tiga Di sekolah, yang menonjol bukanlah situasi pendidikan, melainkan pengajaran dan pengaturan. Empat Puluh Empat Ilmu kedokteran modern sudah lama tahu kalau orang berjalan tanpa alas kaki itu jauh lebih sehat dibanding pakai alas kaki. Ada titik-titik kunci kesehatan di telapak kaki yang perlu dipergaulkan dan dipersentuhkan dengan kerikil sesering mungkin. Kalau pakai sepatu, peredaran darah kurang dirangsang. Baik peredaran tubuh, peredaran darah rohani dan mental, dan dengan demikian juga peredaran darah perilaku. Empat Puluh Lima Indonesia adalah sebuah negara upacara yang sangat luar biasa. Empat Puluh Enam Sandal kulit saya sudah berpengalaman memasuki berbagai even pergaulan internasional, bahkan seminar atau konferensi resmi. Peserta seminar tidak pernah bertanya apakah saya sandal atau terompah, melainkan menanyakan apa gagasan yang saya kemukakan. Empat Puluh Tujuh Manusia Indonesia sekarang ini pada umumnya tidak bisa menoleh ke kiri atau ke kanan. Biasanya menatap ke atas atau memandang ke bawah. Manusia Indonesia itu tengah sakit leher. Empat Puluh Delapan Janganlah engkau berjalan di depanku, sebab aku bukan pengikutmu, janganlah pula berjalan di belakangnku, sebab engkau bukan pengikutku. Marilah berjalan di sisiku, kita melangkah sejajar dan bersama. Empat Puluh Sembilan

Masyarakat Indonesia cukup tinggi bakatnya untuk sakit leher, karena sejak zaman dahulu kita ini diperanakkan oleh suatu tatanan kemasyarakatan yang hierarkis feodal. Lima Puluh Bakat tinggi sakit leher berbanding terbalik dengan pertumbuhan demokratisasi sosial. Tentang Pemimpin Lima Puluh Satu Kalau Anda memang hendak menentukan kematian Anda (bunuh diri), mengapa dulu Anda tidak menentukan kelahiran Anda. Lima Puluh Dua Sebuah pabrik baja memiliki tingkat ketelitian sepersepuluhribu milimeter, dan kelak tekonologi bisa saja mencapai tingkat ketelitian sampai seperjuta-milimeter. Tetapi kelembutan hidup ini harus diukur melalui ukuran seper-takterhingga milimeter -dan ketelitian Tuhan adalah Maha tak terhingga kelembutannya. Lima Puluh Tiga Siapakah yang mau jadi bayang-bayang orang lain, sekalipun itu adalah bapaknya sendiri? Lima Puluh Empat Seorang profesor tidak pasti lebih ahli dalam menemukan substansi zaman dibanding seorang tukang becak sekalipun. Lima Puluh Lima Orang berilmu tidak memperoleh inti keilmuan dari sebuah buku tebal pengetahuan Lima Puluh Enam Orang yang membaca buku pengetahuan, tapi tanpa bekal ilmu dan kepekaan dan imajinasi untuk menyerap ilmu dari pengetahuan yang dibacanya, ia akan cenderung menjadi gudang informasi yang tahu, tapi mungkin tak bisa. Lima Puluh Tujuh Kalau pengetahuan lebih 'berkuasa', maka orang sibuk bicara untuk bicara itu sendiri. Diskusi untuk diskusi itu sendiri. Seminar, pentas seni, pidato, bertanya kepada pembawa

makalah, untuk omong itu sendiri. Lima Puluh Delapan Kalau Polan menanyakan sesuatu di forum diskusi, ia tidak butuh jawaban; ia hanya butuh bertanya, butuh menunjukkan kepada dunia, bahwa ia bisa bertanya karena ada sesuatu di pikirannya. Lima Puluh Sembilan Makin berjasa seseorang, makin pandai seseorang, cenderung makin lebar mulutnya untuk menginformasikan, dan dengan demikian makin sempit telinganya untuk mendengarkan Enam Puluh Persoalan sejarah tidak terutama bagaimana pengetahuan dihamparkan, tetapi bagaimana ia digerakkan. Tidak bagaimana pemikiran-pemikirn berdemonstrasi, tetapi bagaimana ia dirajut, dianyam dengan realitas. Enam Puluh Satu Alam semesta ini terdiri atas tatanan dan ketertiban. Apalagi masyarakat manusia seperti kita semua. Desa mawa cara, negara mawa tata. Enam Puluh Dua Kalau masyarakat tidak punya kondisi untuk bisa menentukan bagaimana seharusnya yang memimpin mereka, ya jangan harapkan lahir pemimpin yang benar-benar pemimpin. Enam Puluh Tiga Pemimpin sejati bukanlah seseorang yang bercita-cita jadi pemimpin, sehingga kalau tercapai ia akan mempertahankannya dengan mati-matian. Enam Puluh Empat Pemimpin sejati tidak pernah kenal rasa takut kehilangan apaapa, karena ia mengerti bahwa tahta sesungguhnya bukanlah miliknya. Enam Puluh Lima Tahta itu milik Tuhan yang dipinjamkan kepada rakyat suatu

negeri, kemudian dimandatkan beberapa saat kepada seseorang yang mereka pilih. Enam Puluh Enam Di zaman dahulu, para pemimpin selalu merasa punya utang kepada rakyatnya. Di zaman sekarang, rakyat yang selalu ditagih untuk membayar utang yang tak pernah mereka lakukan. Enam Puluh Tujuh Kita memang mempunyai kemiskinan, ketidakadilan, kebrutalan, penggusuran atau segala macam yang juga dimiliki oleh negaranegara yang baru tumbuh lainnya. Tapi bedanya kita dengan mereka adalah bahwa di samping kemelaratan, ketidakadilan dan lain sebagainya itu -kita juga memiliki karya-karya peradaban yang besar dan agung. Enam Puluh Delapan Di zaman sampean ini terus terang saja terlalu banyak tokoh, terlalu banyak pemimpin, terlalu banyak pejabat, terlalu banyak idola dan panutan. Padahal sebenarnya, nyuwun sewu, kelakuan mereka sama sekali tidak bisa dianut. Enam Puluh Sembilan Ngakunya pemimpin, aslinya penguasa yang semena-mena. Bilangnya kepada rakyat: hiduplah sederhana, sambil mulutnya mengunyah gunung, hutan dan jalan tol. Tujuh Puluh Pidato pemimpin kita: kita warisi budaya leluhur. Padahal maksudnya bukan mewarisi kemuliaannya, tapi kekejamannya. Tujuh Puluh Satu Orang kecil adalah guru kita semua. Tujuh Puluh Dua Tanda pemimpin adalah jika telinga besar, lebih besar dari mata dan mulutnya. Tujuh Puluh Tiga Kebesaran adalah kesunyian. Kemenangan yang berlebihan adalah penyingkiran dirimu sendiri dari dunia yang kau bangun.

Tujuh Puluh Empat Raja yang sejati tidak bertahta di singgasana keraton, melainkan bersemayam di kalbu rakyat dan bercermin kepadanya. Tujuh Puluh Lima Tidak semua pemimpin itu palsu. Tetapi saya tidak membantah kalau kepalsuan itu merupakan syarat utama dari prinsip kepemimpinan. Tujuh Puluh Enam Pemimpin tidak sama dengan orang yang memimpin. Ini soal ketidakmampuan karena kompleksitas wilayah yang dipimpinnya, jadi mungkin bukan soal kejahatan atau kelaliman. Barangkali sekadar kelalaian untuk sadar saat bahwa sesungguhnya memimpin itu sama sekali tidak gampang. Tujuh Puluh Tujuh Dalam dunia politik, kalau boss Anda tersenyum kepada Anda pada suatu pagi, jangan cepat-cepat berbahagia. Tujuh Puluh Delapan Saya tidak bisa ikut menuntut masyarakat luas agar bersabar, menahan emosi atau agar bersikap lebih dewasa. Justru karena saya mengerti bahwa para pemimpin masyarakat dan pemuka negara saja pun terbukti tidak dijamin mampu bersikap dewasa, sabar atau tak gampang menggebuk. Tujuh Puluh Sembilan Puncak kemampuan penguasa kita adalah menciptakan kambing hitam. Delapan Puluh Kalau ada orang merusak, tentu itu adalah adegan kedua. Adapun adegan pertamanya adalah mungkin keputusasaan dan kesumpekan total berkepanjangan yang diproduksi oleh berbagai sebab politis, sosial, ekonomi, hukum dan kultural. Delapan Puluh Satu Seorang anak muda gagah ganteng, datang untuk mengungkapkan kebingungannya dan menangis, serta merasa buntu dan tak berarti -hanya karena dulu orangtuanya kaya

sekarang melarat sehingga dia tidak bisa kuliah. Itu bukan problem. Itu keringkihan. Delapan Puluh Dua Halal untuk kalah melawan raksasa, tapi haram menyerah kepada nafsu untuk tidak mempertahankan kebenaran.

Delapan Puluh Tiga Kita hanya mengejar yang enak dan tidak yang baik. Itulah bentuk egosentrisme kemanusiaan kontemporer yang insya Allah akan menghancurkan dirinya sendiri. Delapan Puluh Empat Kalau anak-anak sudah terbiasa jajan yang aneh-aneh dan mahal, maka pada suatu hari Bapak terpaksa korupsi demi cintanya kepada sang anak. Delapan Puluh Lima Apakah sangka dunia adalah akhir dari segala-galanya, atau tidakkah engkau ingat bahwa kehidupan kalian sekarang ini justru sekadar awal dari kehidupan yang sesungguhnya? Delapan Puluh Enam Orang yang membaca buku pengetahuan, tapi tanpa bekal ilmu dan kepekaan dan imajinasi untuk menyerap ilmu dari pengetahuan yang dibacanya, ia akan cenderung menjadi gudang informasi yang tahu, tapi mungkin tak bisa. Delapan Puluh Tujuh Kalau pengetahuan lebih 'berkuasa', maka orang sibuk bicara untuk bicara itu sendiri. Diskusi untuk diskusi itu sendiri. Seminar, pentas seni, pidato, bertanya kepada pembawa makalah, untuk omong itu sendiri. Delapan Puluh Delapan Kalau Polan menanyakan sesuatu di forum diskusi, ia tidak butuh jawaban; ia hanya butuh bertanya, butuh menunjukkan kepada dunia, baha ia bisa bertanya karena ada sesuatu di pikirannya. Delapan Puluh Sembilan Makin berjasa seseorang, makin pandai seseorang, cenderung

makin lebar mulutnya untuk menginformasikan, dan dengan demikian makin sempit telinganya untuk mendengarkan Sembilan Puluh Persoalan sejarah tidak terutama bagaimana pengetahuan dihamparkan, tetapi bagaimana ia digerakkan. Tidak bagaimana pemikiran-pemikirn berdemonstrasi, tetapi bagaimana ia dirajut, dianyam dengan realitas. sembilanpuluh satu Tuhanku, demi cipratan ludah-Mu yang menjadi pusat tenaga hidupku segenap matahari tak menyilaukanku segenap licin tak menggelincirkanku segenap godaan tak melenakanku segenap kesengsaraan tak meluruhkanku segenap tiupan tak memperdayakanku segenap penyakit tak menyakitiku segenap pembunuh tak mematikanku segenap kematian tak melenyapkanku segala jenis manusia segala jin segala ruh Ya'juj dan Ma'juj segenap kelamin iblis dan dajjal segala peri druhun dimemonon lengeng segala debu dan gunung segala kekuatan dan getaran segala api dan cahaya tak memisahkanku dari-Mu tak memisahkanku dari-Mu! sembilanpuluh dua Tuhanku, kutempuh lima sembahyang hidupku: sembahyang kasar wajib dan sunnat kutumpuk dari hari ke hari. sembahyang hayat menyebut 'tiada Engkau' ketika napas keluar 'selain Engkau' tatkala napas masuk. sembahyang hati sembahyang jiwa dari mendetakkan-Mu 'Allah, Allah, Allah'. sembahyang matahari ialah mengucapkan senyuman kepada dunia yang kebingungan. Kemudian Sembahyang Sih sembahyang tanpa gerak tanpa ma'rifat menatap Mu. sembilanpuluh tiga Tuhanku, setiap orang menggambar wajahku di dalam diri mereka seperti kugambar wajah mereka di dalam diriku. demikian pun setiap langkahku menggoreskan lukisan wajahku di dalam diri mereka seperti setiap langkah mereka melukiskan gambarannya di dalam diriku. demikianlah, Tuhanku, kami pun saling memandang asing dan termangu-mangu cinta kasih dan kebencian menyatu. Tuhanku, pertemuan kami semu lamis dan harus saling menipu salah-menyalahkan, keliru memahamkan bertengkar untuk hal-

hal yang picisan menjadi sombong atau saling meniadakan. Tuhanku maafkan kedunguan kami tanamilah jiwa kami dengan makna sembahyang sebab di hadapan-Mu cukup hadir dengan telanjang. sembilanpuluh empat Tuhanku, jika tak tulus jiwaku halangilah segala hasratku untuk pandai dan mengerti kenyataan ini. namun jika Kau lihat cukup ketulusanku anugerahkan setetes ayat-Mu agar menjadi tindakanku. Tuhanku, di luar ketulusan hati bahasa-Mu tak kan bisa kupahami. kami mengembara ke hutan-hutan dikungkung kesombongan yang tak kami sadari. Tuhanku, seribu samudera ilmu-Mu jumlah tak terkira kesanggupan-Mu tidaklah kuimpikan. cuma tumbuhkan kemampuanku menjadi setetes air bergabung di samudera itu. sembilanpuluh lima Tuhanku, namaku hanya kulit nanti siang akan terkelupas oleh waktu dan panas. Tuhanku namaku tidak ada. Tuhanku bimbinglah hari-hariku yang kupersembahkan kepada-Mu. sembilanpuluh enam Tuhanku, tiupkan rahasia penciptaan-Mu agar tumbuh dan membara api di ubun-ubunku agar tanpa henti ia bergerak bagai waktu dan dalam gerak itu ia diam bagai cakra semesta yang bisu. Tuhanku, getarkan satu kilatan gerak tangan-Mu untuk menyulutkan cahaya atas apiku agar bagai mantra-Mu ia memancarkan matahari yang bergelombang-gelombang Tuhanku, jatuhkan seserpih kaca bola mata-Mu untuk kupasang di ujung setiap gelombang itu agar ia mematahari sampai ke sumsumsumsum paling rahasia dari bumi dan manusia Tuhanku Tuhanku Tuhanku sembilanpuluh tujuh Tuhanku, lingkari jiwaku dengan cincin kasih-Mu kubuka mulut kuminum cahaya-Mu demi kebenaran kitab-kitab-Mu Taurat Injil Zabur dan Quran yang sempurna pagari

rumahku dengan tali pelindung Zukhal Musytari Syakhlatusysyamsi Dzuhroh dan Atharid serta seribu malaikat-Mu dirikan antara aku dengan musuh-musuh ku dinding yang Kau jaga dinding yang Kau jaga Tuhanku Tuhanku sembilanpuluh delapan Tuhanku tanami ladangku dengan keinsyafan Adam ketahanan Nuh kecerdasan Ibrahim ketulusan Ismail kebersahajaan Ayyub kearifan Ya'cub keadilan Daud keperkasaan Sulaiman kesabaran Yunus kelapangan Yusuf kesungguhan Musa kefasihan Harun kebeningan Khidir kesucian Isa kematangan Muhammad Tuhanku tanami ladangku Tuhanku sembilanpuluh sembilan Tuhanku, inilah kata-kataku bahasa paling wadag dari gairah cintaku untuk ketemu. Tuhanku, betapa masih jauh jarak antara kita ketika masih kubutuhkan ungkapan ungkapan. Tuhanku, namun betapa pun inilah sebagian dari ilmu yang Kau ajarkan. Tuhanku, dari hari ke hari terus kunanti saat merdeka dari tubuh ruang waktu ini di mana asma-Mu tak perlu kupanggil lagi di mana senyum-Mu langsung mengaliri rohku ini.

Anda mungkin juga menyukai