Anda di halaman 1dari 10

NASEHAT SYEKH ABDUL QODIR JAILANI R.A.

Jika engkau bertemu seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu dan
ucapkan dalam hatimu: “Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi
dariku”.

Jika bertemu dengan anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu: “Anak ini belum
bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini
jauh lebih baik dariku”.

Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu: “Dia telah beribadah kepada
Allah jauh lebih lama dariku. Tentu dia lebih baik dariku”.

Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah dalam hatimu: “Orang ini
memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah
aku capai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu dia lebih
baik dariku”.

Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah dalam hatimu: ”Orang ini
bermaksiat kepada Allah karena dia bodoh tidak tau, sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya
padahal aku mengetahui akibatnya dan aku tidak tau bagaimana akhir umurku dan umurnya
kelak. Dia tentu lebih baik dariku”.

Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah dalam hatimu: “Aku tidak tau
bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya, dia memeluk agama Islam dan
beramal shaleh dan bisa jadi di akhir usia diriku kufur dan berbuat buruk”.

Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT …

Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.


Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan karena dia
tumpuan harapan. Maka setelah dia besar, dia menjadi kebanggaan karena kejayaan
hidupnya.

Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil, senyum yang sebenarnya
senyum, senyum yang tidak disertai apa-apa.

Kegunaan harta tidak dipungkiri, tetapi ingatlah yang lebih tinggi, ialah cita-cita yang
mulia.

Adil ialah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan
yang benar, mengembalikan hak yang punya. Dan jangan berlaku dzhalim diatasnya.

Berani menegakkan keadilan walaupun mengenai diri sendiri adalah puncak dari
segala keberanian.

Hawa nafsu menyuruh mengelamun, berangan-berangan tetapi akal menyuruh


menimbang. Adapun musuh yang senantiasa menghalangi manusia mencapai
keutamaan ialah hawa nafsu yang menyebabkan marah dan dengki
AKAL SEHAT
Tiap-tiap sesuatu di dalam alam ini ada batas perjalanannya, tetapi akal tidak terbatas.
Adapun manusia bertingkat-tingkat dalam derajat akalnya, laksana derajat wangi dari
tiap-tiap bunga.

Bila terjadi peperangan di antara akal dan hawa nafsu, akal mempertahankan barang
yang pahit, tetapi manis akibatnya. Nafsu mempertahankan barang yang manis tetapi
pahit bekasnya.

Do’a itu ialah bentuk (otak) ibadah, karena kalau otak sahaja yang maju, hati tidak, kita
pintar tetapi tidak pandai menggunakan kepintaran itu untuk maslahat diri dan
manusia semuanya.

Yang amat ajaib ialah peprangan di antara otak dan hati. Beberapa saat dia dapat
dilupakan. Dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak. Tapi bila kelihatan
rumah tangganya atau kelihatan rupanya sendiri dan kadang-kadang bila namanya
disebut orang, hati lupa akan perintah otak. Ia kembali berdebar ia surut kepada kenang
kenangannya yang lama, ini yang kerap kali mengalahkan anakanda.

Orang yang berakal pergi ke medan perang dengan membawa senjata, berbantah dan
bertukar pikiran dengan cukup alasan, berlawan dengan kekuatan karena dengan akal
lah tercapai hidup. Dengan budi tenanglah hati dengan pikiran tercapai maksud,
dengan ilmu ditaklukan dunia.

Diribut runduklah padi, dicupak datuk temenggung = hidup kalau tidak berbudi duduk
tegak kemari canggung.

Tegak rumah karena sendi, runtuh budi rumah binasa. Sendi bangsa ialah budi, runtuh
budi runtuhlah bangsa

Orang yang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukan buat dirinya sendiri. Oleh sebab
itu maka bertambah tinggi perjalanan akal, bertambah banyak alat pengetahuan yang
dipakai, pada akhirnya bertambah tinggi pulalah martabat iman dan islam seseorang.
UJIAN HIDUP
Manakah yang besar penderitaan kita dengan penderitaan Nabi Adam? Yang di dalam
surga bersenang-senang dengan istrinya lalu disuruh keluar.

Dan manakah yang susah penderitaan kita dengan penderitaan Nabi Nuh yang
menyuru umat kepada Islam padahal anaknya sendiri tidak mau mengikuti sehingga
seketika disuruh Tuhan segala ahli kerabatnya naik perahu, anak itu tidak ikut. Malah
ikut karam dengan orang banyak dalam gulungan banjir di hadapan matanya! Dan
kemudian datang pula vonis Tuhan bahwa itu bukan keluarganya.

Pernahkah kita lihat cobaan serupa yang ditanggung Nabi Ibrahim? Disuruh
menyembelih anak untuk ujian, kemanakah dia lebih cinta, kepada Tuhannyakah atau
kepada anaknya?

Ya’qub dipisahkan dari Yusufnya , Yusuf diperdayakan seorang perempuan.

Ayub ditimpa penyakit yang parah , Daud dan Sulaiman kena bermacam-macam fitnah.
Demikian juga Zakaria dan Yahya yang memberikan jiwa mereka untuk korban
keyakinan.

Isa al-Masih pun demikian pula. Nabi Muhammad lebih-lebih lagi, pernahkah mereka
mengeluh? Tidak!!! Karena mereka yakin bahwa kepercayaan kepada Tuhan
menghendaki perjuangan dan keteguhan. Mereka tidak menuntut kemenangan lahir
sebab mereka menang terus. Mereka memikul beban seberat itu menjadi Rasul Allah,
memikul perintah Tuhan karena cintakan manusia oleh karena itu mereka tempuh
kesusahan, pertama membuktikan cinta akan Tuhan, kedua menggembleng batin dan
ketiga karena rahim yang sayang dan segenap umat
CERMIN DIRI
Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup

Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja

Air mata berasa asin, itu karenanya air mata adalah garam kehidupan

Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuaran itu tidak merusak jiwa

Agama tidak menyuruh kalau suruhan tidak membawa selamat dan bahagia jiwa

Bahwasannya cinta yang bersih dan murni itu tidaklah tumbuh dengan sendirinya

Jika kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri, para Nabi tidak perlu ada untuk
keselamatan kita

Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil, senyum yang sebenarnya
senyum, senyum yang tidak disertai apa-apa.

Iman tanpa ilmu bagaikan lentara di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman bagaikan
lentara di tangan pencuri

Bertaubat tidak hanya berarti menyesali dosa, tetapi juga membenci dosa.

Hujung akal itu fikir, pangkal agama itu dzikir

Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik

Jelas sekali bahwasannya rumah tangga yang aman dan damai ialah gabungan di antara
tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan.

Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah

Al-Qur’an yang dibaca baik-baik adalah tanda jiwa yang kenyang akan makanan bergizi

Satu-satunya alasan kita untuk hadir di dunia ini adalah untuk menjadi saksi atas
keesaan Tuhan,

Waktu bagi orang islam adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan

Bangunlah kekasihku ummat melayu, belahan asal satu turunan bercampur darah dari
dahulu, Persamaan nasib jadi kenangan
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan
berlaku seperti orang yang terus menerus memeras jerami untuk mendapatkan santan

Kemerdekaan sesuatu negara dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada
kemerdekaan jiwa

Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan

Jangan pernah abaikan tuntun kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian
anda dapat

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena


Belum sempet berdzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang

Belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi

Niat pukul 09.00 pagi hendak sholat dhuha, tiba-tiba adzan dzhuhur sudah terdengar

Teringin setiap pagi membaca 1 Juz Al-Qur’an, menambah hafalan satu hari satu ayat,
itu pun tidak dilakukan.

Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam, melalui malam kecuali dengan
tahajjud dan witir walaupun hanya 3 raka’at, semua tinggal angan-angan.

Beginikah, berterusnya nasib hidup menghabiskan umur? Sekedar berseronoj dengan


usia lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30 sebentar kemudian 40. Tidak lama
terasa menjadi 50 dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan panggilan “tok
wan, nek opah menandakan kita sudah tua.
Salah satu pengerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas yang mendahulukan istirahat sebelum lelah

Manusia itu asalnya dari tanah maka hasil tanah berdiri di atas tanah dan akan kembali
ke tanah lalu kenapa masih bersifat langit

Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang
bukan terletak pada wajah dan pakaiannya

Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki waktu tidak
menjadikan kita kaya tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari
kekayaan itu.

Tiga rukun yang benar dan perlu dalam mencapai keutamaan yaitu dengan tabiat,
dengan pengalaman dan dengan pelajaran.

Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek itu lebih mulia daripada membalik haluan
pulang.

Semakin banyak ilmu semakin lapang hidup Semakin kurang ilmu semakin sempit hidup

Biarkan seribu kapal tenggelam di lautan, namun cita-cita manusia tidak pernah padam

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil,

Jangan tangisi yang telah hilang tapi syukuri yang masih ada. Hidup terbina antara
pahit dan manis, jikalau selalu saja pahit hati akan menjadi rawan dan kalau senantiasa
saja manis, hati akan menjadi bosan

Orang beradab pasti pandai menghormati kekayaan orang lain walaupun dia sendiri
tidak sesuai dengan keyakinan itu

Semangat yang lemah buanglah jauh, jiwa yang kecil segera besarkan. Yakin percaya
iman pun teguh, masa hadapan penuh harapan

Dalam situasi apapun, jangan biarkan emosimu mengalahkan kecerdasanmu

Tuhan menilai apa yang kita beri dengan melihat apa yang kita simpan

Mengenal diri sendiri jauh lebih sukar dari pada ingin mengetahui pribadi orang lain.
Sebab itu kenalilah dirimu sebelum mengenal pribadi orang lain
Ilmu dan amalan, usaha dan kerja hanya alat untuk mencapai kebahagiaan hidup yang
akan datang

Orang yang patut kita bandingkan dirinya dengan diri sendiri adalah kita yang
semalam, setiap hari kita harus berusaha untuk berubah ke arah yang lebih baik, karena
setiap hari yang baru adalah peluang dari pada Allah untuk kita bertaubat dan
memperbaiki diri

Amalan yang paling disukai Allah ialah amalan yang sedikit tetapi berterusan. Kata
kunci utamanya ialah berterusan. Kadang-kadang ini begitu berkobar-kobar ingin
berhijrah ke arah yang lebih baik sehingga kita melakukan berbagai perubahan besar
dalam satu masa demi mencapai hasrat tersebut. Tetapi apabila kita mulai letih muncul
rasa putus asa dalam diri sehingga akhirnya semuanya terkubur.

Hakikatnya perkara besar itu dicapai dengan perkara-perkara kecil seperti pepatah
Melayu “Sikit-sikit lama-lama jadi bukit” jadi kita pun buntu. Dari mana sebenarnya
kita harus bermula?
Di hadapan tugu kesedihan, berdirilah seorang pemimpin besar, berpidato di depan
beribu-ribu kaum maka terdengarlah olehku suaranya demikian, bunyinya:

“Kalau engkau kaya senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk
mengerjakan yang sulit-sulit, perbuatanmu disyukuri orang, engkau peroleh pujian di mana-
mana, engkau menjadi mulia, tegakmu teguh, dihadapan engkau terhampar permadani kepujian
sebab itu engkau peroleh kebebasan dan kemerdekaan.”

“Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pula hatimu karena engkau telah terlepas dari suatu
penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang selalu menimpa orang kaya. Senangkanlah hatimu
karena tak ada orang yang hasad dan dengki kepada engkau lagi lantaran kemiskinanmu.
Kefakiran dan kemiskinan adalah nikmat yaitu nikmat yang tidak ada jalan bagi orang lain
buat kecil hati dan tidak ada pintu bagi kebencian”.

Anda mungkin juga menyukai