Anda di halaman 1dari 10

Banyak cara untuk menggali potensi diri untuk bisa mendekat pada GUSTI ALLAH.

Salah satunya adalah dengan

cara berdiam diri dan senantiasa mengingat keberadaan TUHAN. Orang yang beragama Islam menyebut cara

berdiam diri mengingat ALLAH itu dengan sebutan tafakur.

Tapi pada kebudayaan Jawa, orang menyebut cara itu dengan kata "Semedi". Menilik dari kata tersebut, Semedi

berasal dari kata Samadhi yang juga berasal dari India. Agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India lebih

dulu merambah pulau Jawa daripada Islam. Mereka memperkenalkan cara untuk bisa lebih khusuk menghadap

ALLAH dengan jalan Samadhi.

Namun, orang Jawa lebih suka untuk mempermudah pengucapan sehingga tidak sulit untuk diungkapkan.

Akhirnya orang Jawa pun sepakat dengan kata "SEMEDI". Meski berbeda ucapan, tetapi artinya sama antara

Semedi, Tafakur dan Samadhi yang sama-sama berupaya untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Dan kata Semedi, Tafakur maupun Samadhi tersebut akhirnya disesuaikan dengan bahasa Indonesia yang akhirnya

disebut Meditasi. Jadi, kita memiliki empat kata yakni Meditasi, Semedi, Samadhi dan Tafakur yang semuanya

memiliki arti yang sama.

Sebenarnya, antara kata Semedi atau Samadhi dengan meditasi memiliki tingkat kata yang berbeda. Artinya,

Semedi atau Samadhi memiliki tingkat arti yang lebih tinggi dibandingkan meditasi. Ada empat tahap tingkat untuk

mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH dari dasar ke yang paling tinggi yakni perenungan, kontemplasi, meditasi

dan samadhi/semedi.

Perenungan

Untuk tingkat awal yakni Perenungan. Namanya saja, perenungan, maka yang dilakukan adalah berdiam diri

dengan merenungkan penciptaan ALLAH. Dengan melakukan perenungan itu, maka akan mampu memiliki

wawasan bahwa GUSTI ALLAH itu Maha Besar karena telah menjaga keseimbangan alam semesta ini.

Kontemplasi

Kontemplasi merupakan upaya berdiam diri, tetapi lebih dalam dibandingkan perenungan. Artinya, upaya

kontemplasi dilakukan sembari dibarengi dengan konsentrasi terhadap ALLAH.

Meditasi

Sedangkan Meditasi juga berdiam diri, tetapi lebih terfokus pada relaksasi dan mencari ketentraman diri. Dengan

hati yang tentram, maka akan mampu menggapai GUSTI ALLAH.

Samadhi/Semedi
Samadhi atau Semedi merupakan langkah berdiam diri dengan khusuk berkonsentrasi penuh untuk menghadap

GUSTI ALLAH. Kadang-kadang saking asyiknya melakukan Samadhi/Semedi, si pelaku akan lepas dari raganya.

Hal ini di kepercayaan Jawa disebut "NGROGO SUKMO". Kalau Anda masih dalam tahap perenungan, maka

tidak usah berkecil hati. Teruskan usaha Anda dan yakinlah bahwa Anda akan bisa melakukannya. Yang lebih

istimewa lagi, tahap-tahap dalam berdiam diri untuk mendekatkan diri pada ALLAH itu apabila dilakukan setiap

hari, maka Anda akan berhasil mendapatkan apa yang Anda cari.

GUSTI ALLAH sangat suka terhadap orang-orang yang berniat untuk mendekatkan diri padaNYA. Kalau tidak

sekarang, kapan lagi Anda akan mendekatkan diri padaNYA? Ingat, umur kita hanya ALLAH sendiri yang tahu,

kita manusia hanya menjalani saja.

Wejangan Pemuda dari Serat WEDHA RAGA

Mangkene patrapipun

Wiwit anem amandenga laku

Ngengurangi pangan turu sawatawis

Amekak hawa nepsu

Dhasarana andhap asor.

Begini mak sudnya

Ketik a masih muda senanglah lelak u

Kurangilah mak an tidur sementara

Menahan hawa nafsu

Gunak anlah dasar rendah hati

IIA

kanthi awas emut

Aja tingal weweka ing kalbu

Mituhua wewaruh kang makolehi

Den taberi anggeguru, aja isin tetakon.

Ketik a sudah ingat

Janganlah meninggalk an apa yang ada di k albu

Turutilah pengajaran yang menghasilk an

Seperti orang berguru, janganlah malu untuk bertanya

IIIW
ong amarsudi kaweruh

Tetirona ing reh kang rahayu

Aja kesed sungkanan sabarang kardi

Sakadare anggenipun

Nimpeni kagunganing wong.

Seseorang yang mencari k awruh (ilmu)

Carilah jalan yang baik

Janganlah malas dan malu dalam segala hal

Sek edarnya dalam

Kepunyaan orang

IV

Tinimbang lan angenganggur

Boya becik ipil-ipil kaweruh

Angger datan ewan panasaten sayekti

Kawignyane wuwuh-wuwuh

Wekasan kasub kinaot.

Daripada menganggur

Carilah k ebajik an sedik it-sedik it ilmu

Pok ok nya tidak malas yang sebenarnya

Kenyataannya pelan-pelan

Lamun wus sarwa putus

Kapinteran sinimpen ing pungkur

Bodhonira katakokna ing ngarsa yekti,

Gampang traping tindak tanduk

Amawas pambekaning wong.

Ketik a sudah bisa (putus)

Kepandaian ak an disimpan di hari tua

Kebodohanmu ak an ditanyak an di depan

Mudah dalam bertingk ah-lak u

Mengawasi perilak u orang lain

Wejangan Kalijaga pada Panembahan Senopati


Setelah bersemedi di tengah samudera pantai Parangritis memohon kepada Gusti Allah agar diizinkan

menjadi raja tanah Jawa, Senopati lalu berjalan di atas air menuju darat, jalannya bagaikan berjalan di atas tanah

saja hebatnya selama bersemedi di tengah samudera badannya tidak basah walau diterjang ombak berkali-kali.

Begitu dekat dengan bibir pantai alangkah terkejutnya dia melihat Sunan Kalijaga berdiri di sana. Dia lalu bersujud

dan memohon ampun karena telah berani menyombongkan diri dengan ilmunya itu.

Sunan Kalijaga lalu berkata "Bangunlah hai putera Ki Gede Pamanahan, janganlah menuruti kelemahan

hati yang menyuarakan keserakahan, enyahkanlah bisikan setan itu, bangkitlah hai murid Jaka Tingkir!". Senopati

lalu bangkit, Sunan Kalijaga kemudian bertanya padanya "apakah benar kau sangat ingin menjadi raja yang

menguasai tanah Jawa ini?", Senopati mengangguk perlahan, Sunan Kalijaga bertanya lagi "meskipun itu berati

kau harus berhadapan dengan guru sekaligus ayah angkatmu Sultan Hadiwijaya dan berperang dengan seluruh

negeri Pajang yang selama ini menjadi negeri tumpah darahmu dan tempat almarhum ayahmu mengabdi?",

Senopati lalu menundukan kepalanya, tubuhnya berguncang, air matanya meleleh lalu pelan berkata "Hamba selalu

memohon petunjuk kepada Gusti Allah namun belum mendapatkan petunjuknya, mungkin Gusti Allah

memberikan petunjuknya lewat Kanjeng Sunan", Sunan Kalijaga tersenyum lalu kembali membuka mulutnya

"Baiklah Senopati akan kuberikan pelajaran yang amat tinggi dari Kanjeng Rasul untuk mencapai kebahagian

dunia dan akhirat".

Sunan Kalijaga menghela nafas sebelum memberikan wejangannya, lalu sambil duduk di atas sebuah batu

karang dia memulai wejangannya kepada Senopati "Perang itu sesungguhnya hanyalah suatu alat penghancur

untuk menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh kebhatilan, diganti dengan yang baru. Timbulnya suatu

peradaban itu adalah karena perombakan dari masa silam yang manusia rusak sendiri. Agama Islam lahir sebagai

agama penutup, tidak akan ada lagi agama yang diridhai Gusti Allah selain Islam, Kitab suci Al Qur'an lahir

sebagai pelengkap dari semua kitab suci sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Memang sudah menjadi takdir

Hyang Maha Kuasa kalau semua pemeluk kitab sebelum Al Qur'an itu akan selalu memusuhi para pemeluk agama

Islam jika mereka menolak untuk masuk Islam, dan diantara para pemeluk Islam pun akan selalu muncul

perbedaan, hal itu dikarenakan terbatasnya daya berpikir manusia yang tidak akan pernah bisa menyingkap takdir

Illahi".

Sambil memandang ke arah laut Sunan Kalijaga menyedekapkan tangannya lalu melanjutkan ucapannya

"Tanpa persengketaan manusia tidak akan bergairah untuk hidup lebih maju. Tanpa perangpun semua mahluk akan

menemui ajal yang telah digariskan. Setelah itu diganti dengan manusia yang baru untuk meneruskan sisa

pekerjaan yang telah mati. Demikianlah seterusnya seperti alam raya yang terus bergerak berputar tak pernah diam,

demikian pula pikiran manusia setiap detik bergerak terus tak pernah berhenti. Manusia sebagai tempat roh akan
mengalami masa bayi, kanak-kanak, dewasa sampai kemudian mati, bagi yang tawakal berserah diri kepada Gusti

Allah tidak akan goncang hatinya.

Walaupun tidak perang, alam akan merusak dan menghancurkan kehidupan agar manusia menjadi sadar,

bahwa dia tak berkuasa apa-apa di dunia ini. Pandanglah kehidupan di sekitar kesultanan Pajang anakku, mereka

itu adalah manusia-manusia yang tak menyadari asalnya dan diperbudak oleh khayalan. Perjalanan hidup manusia

tidak bisa tetap, bagaikan alam, ada terang dan gelap, ada panas dan dingin, berubah-ubah sesuai kehendak Hyang

Maha Kuasa. Usia hidup di alam ini kasar ini tak ubahnya seperti kedipan mata cepatnya bila dibandingkan dengan

usia alam yang berjuta-juta tahun. Oleh sebab itu terimalah segala derita ataupun semua cobaan dengan ikhlas

menerima pada yang telah digariskan Gusti Allah."

Sunan Kalijaga lalu mengelus-elus jenggotnya "Atma atau roh itu tak dapat dihancurkan dengan kekuatan

apapun, tak dapat dilihat, tak dapat dipikirkan, tak bisa berubah sifatnya. Tak bisa dibunuh walaupun jasad yang

menjadi tempatnya bersemayam dihancurkan. Semua mahluk pada permulaannya tidak tampak, setelah melalui

nafsu birahi antara pria dan wanita disatukan, barulah dibentuk dalam rahim. Setelah dilahirkan barulah nampak,

semenjak kecil hingga tua bangka, mereka tak menyadari bahwa mereka berasal dari tak tampak yaitu tiada.

Kematian menjadi momok ketakutan bagi yang tak mengenal atmanya.

Orang seringkali memperbincangkan tentang roh, meskipun demikian hanya beberapa orang saja yang

mengerti pada sifat abadi itu. Ada dan tiada sama saja bagi siapa yang sesungguhnya mengetahui sajatining

kebenaran. Yang menguasai manusia di alam lahir ialah pancaindra, sedangkan Atma adalah pendukung raga

seluruhnya. Lahirnya pancaindra setelah menjelma menjadi manusia, sedangkan atma sudah ada sebelum manusia

lahir ke dunia. Tetapi janganlah menyekutukan atma dan pancaindra, karena di dalam pancaindra itu terdapat

nafsu-pikiran, itikad, perasaan dan akal. Siapa yang beritikad baik pikirannya pun akan tenang, nafsunya dapat

terkendalikan, perasaannya akan lebih tajam, dan akalnya pun akan lebih cerdas. Siapa yang dapat mengendalikan

seluruh panca indranya dan memusatkan akal budinya terhadap atma untuk bersujud berserah diri kepada Illahi,

dialah yang akan menemukan kebahagiaan sejati nan abadi dunia-akhirat. Illahi adalah yang tak ada habis-habisnya

dan tertinggi yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya, Adhi Atma adalah roh suci yang bersemayam

dalam diri manusia, setan adalah nafsu negatif yang menimbulkan nafsu keduniawian. Siapa yang mengingat

bahwa Gusti Allah adalah yang paling esa berkuasa, maka dialah yang mengetahui kebenaran.

Deru ombak menggetarkan tempat itu, semakin lama semakin pasang, namun Sunan Kalijaga meneruskan

wejangannya "Orang yang sempit pikirannya menganggap Illahi itu hanya bersifat tidak kelihatan dan beranggapan

Illahi itu omong kosong belaka yang tidak masuk akal, padahal Illahi ada dimana-mana dalam segala bentuk dan

kekal sifatnya yang memberikan daya berpikir pada seluruh manusia. Bukan Ilmu ataupun kesaktian fisik yang bisa

menuntun ke jalan yang manunggal di Jalan Illahi, karena ilmu tanpa disertai budi, dan kesaktian lahir adalah
kesombongan dan kemurkaan. Dia yang beriman, bertaqwa, dan bertwakal kepadanya dan berikhtiar

mempersatukan dia dengan Illahi sambil menjalankan kebajikan, dan menyebarkan ajaran Illahi dia akan mencapai

sifat yang diridhai Gusti Allah untuk menjadi Khalifah Umatnya. Apa yang disebut perikebajikan adalah rendah

hati, jujur, sabar, dapat melepaskan pikiran dan hawa nafsu keduniawian, dan tidak menyimpan kebencian. Siapa

yang melihat bahwa benda yang saling bunuh dan bukan rohnya, siapa yang mengakui segala yang terjadi akibat

kesalahannya sendiri dialah yang nerima. Bangkitlah engkau Senopati anakku! Kalahkanlah semua musuh-

musuhmu! Karena engkau adalah alat untuk melenyapkan angkara murka dan membentuk kehidupan yang baru di

tanah Jawa ini! Sesungguhnya tanpa peranmu pun orang-orang Pajang yang berlindung di bawah kekuasaan Sultan

Hadiwijaya sudah mati, karena diliputi oleh benci dan dendam. Mereka orang-orang yang berlindung di bawah

kekuasaan Sultan Hadiwijaya untuk melampiaskan hasrat serakahnya seperti serigala-serigala yang terkurung api,

sebentar lagi hangus terbakar. Janganlah bersedih hati menghadapi ujian ini Senopati, semua yang kukatakan ini

adalah Ilapat dari Gusti Allah demi memberimu petunjuk atas permohonanmu kepada Gusti Allah siang dan

malam, wahyu keprabon untuk memimpin umat di tanah Jawa ini telah berpindah dari Sultan Hadiwijaya

kepadamu karena Pajang telah rusak oleh orang-orang yang serakah. Namun ketahuilah Mataram akan berumur

pendek dari mulai engkau, anak dan cucumu, cucumu akan menjadi raja yang sangat kaya, mataram akan mencapai

puncak kejayaannya, namun Mataram akan rusak oleh cicitmu karena bersekutu dengan orang-orang asing

bertubuh tinggi-besar, berkulit putih, berambut seperti rambut jagung yang akan menyengsarakan seluruh umat di

tanah Jawa ini. Kerusakan Mataram akan ditandai dengan muculnya bintang kemukus setiap malam, sering terjadi

gerhana matahari dan gerhana bulan, Gunung Merapi sering bergolak dahsyat".

Senopati mengangkat kepalanya "Yang kanjeng Sunan wejangkan benar-benar meresap dalam sanubariku,

hamba bersyukur ternyata Gusti Allah mengabulkan permohonan Hamba dan alamarhum ayahanda. Namun yang

belum saya mengerti mengapa di jagat ini begitu banyak aliran kepercayaan?"

Sunan Kalijaga Menjawab " Sumbernya hanya satu seperti sumber air gunung yang sangat bersih tanpa

ada kotoran mengalir ke bawah. Lalu beranak sungai di hulu, dialirkan ke setiap arah untuk dipergunakan macam-

macam keperluan seperti minum, mencuci, mengairi sawah, dan lain-lain sehingga kotor sulit dibersihkan kembali.

Begitupun pengertian tentang Tuhan, siapa yang memuja Allah SWT dia akan pergi kepada Gusti Allah, siapa yang

memuja Dewa dia akan pergi kepada Dewa, siapa yang memuja Jin dia akan pergi kepada Jin, siapa yang memuja

Leluhur dia akan Pergi kepada Leluhurnya. Namun tetaplah semua akan kembali kepada satu sumbernya yaitu sang

maha pencipta Gusti Allah SWT, La Ila Haillallah tiada tuhan selain Allah. Ada pula orang-orang yang

menyerahkan hartanya sebagai bakti kepada Illahi, Namun dibalik hatinya ia meminta kembalinya yang lebih

besar, itu namanya murka, ada orang yang berpura-pura memuja Illahi namun mengharapkan upah, dia tidak akan

sampai kepada Illahi. Begitulah pengertian tentang Tuhan, diolah beraneka ragam hasil pengertian akal tanpa budi,
iman, dan taqwa. Tidak demikian dengan orang yang beriman dan bertaqwa, dia akan terus menuju mencari

sumbernya. Dia tidak akan terpengaruh oleh kesibukan dan nikmat duniawi yang tercipta dari setan pembawa hawa

nafsu yang merusak. Dia akan senantiasa tenang, karena ia sadar bahwa semua pergolakan disebabkan oleh setan.

Bagaikan orang yang berjalan di lorong gelap gulita yang menemukan pelita, demikianlah orang yang berserah diri

kepada Gusti Allah SWT".

Senopati lalu bangun, Sunan Kalijaga lalu mengajaknya pulang ke Kota Gede "Mari anakku aku ingin

melihat rumahmu dan kota yang telah engkau bangun", Senopati menjawab "Mari kanjeng Sunan". Setelah sampai

Sunan Kalijaga memerintahkan Senopati untuk memagari rumahnya dan membangun tembok dari batu bata di

sekitar Kota Gede dengan member petunjuk lewat air doanya "Senopati anakku, bila kelak engkau hendak

membangun tembok benteng Kota Gede ikutilah tempat dimana aku mengikuti air tadi, nah selamat tinggal

anakku, aku hendak pulang ke Kadilangu". Senopati lalu membangun tembok kota mengikuti saran yang Sunan

Kalijaga sampaikan. Wejangan itupun diresapinya hingga kelak tiba saatnya ia menjadi raja sekaligus penyebar

agama Islam di tanah Jawa ini.

Suara-Suara Penggoda Kekhusyukan

Kata Samadhi, meditasi, kontemplasi, manekung, tafakur, sembahyang atau apapun namanya adalah upaya

manusia untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Banyak cara untuk bisa mendekatkan diri. Tiap manusia

mempunyai cara tersendiri untuk bisa mendekat pada GUSTI ALLAH Kang Murbehing Dumadi.

Tetapi untuk bisa mendekat pada GUSTI ALLAH tidaklah semudah menjentikkan jari. Karena pasti

banyak gangguan untuk bisa konsentrasi dengan khusyuk guna mendekatkan pada GUSTI ALLAH itu. Untuk bisa

meraih kekhusyukan itu, seseorang perlu untuk belajar samadhi, meditasi, kontemplasi, manekung, sholat,

sembahyang atau apapun namanya. Ada seorang kawan yang mengatakan,"Meneng tanpo mikir iku nyatane angel.

(Diam tanpa berpikir itu ternyata sulit)." Dan kenyataannya memang begitu. Berdiam diri justru malah

memunculkan banyak pikiran. Tidak percaya? Cobalah Anda berdiam diri untuk berkonsentrasi pada GUSTI

ALLAH. Meskipun sulit, Anda harus mencobanya karena tidak ada jalan lain untuk mendekat pada GUSTI

ALLAH selain berdiam diri yang biasa disebut orang dengan istilah samadhi, meditasi, kontemplasi, manekung,

tafakur, sembahyang atau apapun namanya.

Kesulitan itu akan dialami orang yang baru belajar berdiam diri. Ketika kita berdiam diri, justru banyak

suara-suara dalam batin kita yang terdengar. Suara-suara itu nyatanya berniat menggagalkan upaya kita

mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Biasanya suara-suara dalam diri itu rata-rata berkisar tentang keduniaan.
Contohnya, jika kita pelajar, ketika kita duduk dan berdiam diri, maka suara-suara yang terdengar seperti

"Sudahkan kamu mengerjakan tugas sekolah?", "Kamu belum membayar SPP lho", "PR mu sulit lho...kamu kok

duduk berdiam diri", dan lain-lain dimana suara-suara tersebut berniat mengganggu konsentrasi kita.

Kalau Anda pedagang, maka suara-suara yang muncul misalnya seperti "Kamu sudah pesan barang?",

"Sudah kamu pikirkan harga barang yang kamu jual?", "Stok barangmu habis lho" dan lain-lainnya. Semakin tinggi

golongan ekonomi seseorang, maka suara-suara penggoda itu akan semakin banyak.

Nah, siapakah suara-suara yang menggoda upaya kita untuk berdiam diri mendekatkan diri pada GUSTI

ALLAH itu? Suara-suara itu tidak lain adalah hawa nafsu kita sendiri. Itulah sebenarnya setan yang berupaya

menggagalkan meditasi kita. Dengan berbagai pertanyaan yang muncul, otomatis konsentrasi kita akan buyar dan

kita tidak akan khusyuk lagi.

Bagi yang beragama Islam, saat beribadah haji, kita mengenal salah satu ritual yang disebut lempar

jumroh. Ritual lempar jumroh itu sebenarnya adalah simbol perlawanan kita terhadap setan. Apakah dengan

melempar jumroh berarti kita sudah menang lawan setan? Belum. Perang antara kita dan setan itu terus akan

berlangsung selamanya. Justru setan yang harus diperangi adalah setan dalam diri kita sendiri yang senantiasa

mengganggu sholat, meditasi, samadhi, kontemplasi, sembahyang, tafakur kita.

Sedulur Papat Antara Kejawen dan Islam

Keberadaan kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Semenjak pertama kali kita diturunkan ke alam dunia

lewat rahim ibu, Tuhan sudah menitahkan adanya penjaga-penjaga yang senantiasa mendampingi kita hidup di

alam dunia. Dan sesuai dengan perintah Tuhan, para penjaga-penjaga itu dengan setia senantiasa berada di

sekeliling kita.

Bagi orang Jawa, khususnya orang yang memahami tentang Kejawen, adanya para penjaga tersebut

dikenal dengan sebutan “Sedulur Papat”. Siapa saja Sedulur Papat itu? Sedulur papat yang dikenal masyarakat

yang memahami Kejawen adalah:

1. Kakang Kawah (Air Ketuban)

2. Adhi Ari-Ari (Ari-ari)

3. Getih (Darah)

4. Puser (Pusar)

Kakang Kawah

Yang disebut dengan Kakang Kawah adalah air ketuban yang menghantarkan kita lahir ke alam dunia ini

dari rahim ibu. Seperti kita ketahui, sebelum bayi lahir, air ketuban akan keluar terlebih dahulu guna membuka
jalan untuk lahirnya si jabang bayi ke dunia ini. Lantaran air ketuban (kawah) keluar terlebih dulu, maka

masyarakat Kejawen menyebutnya Kakak/Kakang (saudara lebih tua) yang hingga kini dikenal dengan istilah

Kakang Kawah.

Sedangkan yang disebut dengan adhi ari-ari adalah ari-ari jabang bayi itu sendiri. Urutan kelahiran jabang

bayi adalah, air ketuban terlebih dulu, setelah itu jabang bayi yang keluar dan dilanjutkan dengan ari-ari. Karena

ari-ari tersebut muncul setelah jabang bayi lahir, maka masyarakat Kejawen biasanya mengenal dengan sebutan

Adhi/adik Ari-ari.

Getih

Getih memiliki arti darah. Dalam rahim ibu selain si jabang bayi dilindungi oleh air ketuban, ia juga

dilindungi oleh darah. Dan darah tersebut juga mengalir dalam sekujur tubuh si jabang bayi yang akhirnya besar

dan berwujud seperti kita ini.

Puser

Istilah Puser adalah sebutan untuk tali pusar yang menghubungkan antara seorang ibu dengan anak yang

ada dalam rahimnya. Dengan adanya tali pusar tersebut, apa yang dimakan oleh sang ibu, maka anaknya pun juga

ikut menikmati makanan tersebut dan disimpan di Ari-Ari. Disamping itu, pusar juga digunakan oleh si jabang bayi

untuk bernapas. Oleh karena itu, hubungan antara ibu dengan anaknya pasti lebih erat lantaran terjadinya

kerjasama yang rapi untuk meneruskan keturunan. Semuanya itu atas kehendak dari Gusti Allah Yang Maha Kuasa.

Ketika seorang jabang bayi lahir ke dunia dari rahim ibu, maka semua unsur-unsur itu keluar dari tubuh si

ibu. Unsur-unsur itulah yang oleh Gusti Allah ditakdirkan untuk menjaga setiap manusia yang ada di muka bumi

ini. Maka bila masyarakat Kejawen hingga kini mengenal adanya doa yang menyebut saudara yang tak tampak

mata itu secara lengkap yaitu “KAKANG KAWAH, ADHI ARI-ARI, GETIH, PUSER, KALIMO PANCER”.

Pancer

Lalu siapakah yang disebut dengan istilah Pancer? Yang disebut dengan istilah Pancer itu adalah si jabang

bayi itu sendiri. Artinya, sebagai jabang bayi yang berwujud manusia, maka dialah pancer dari semua

‘saudarasaudara’nya yang tak tampak itu.

Kesamaan Dengan Islam

Antara ajaran Kejawen dengan Islam ada kesamaannya. Dalam Islam disebutkan bahwa setiap manusia

dijaga oleh malaikat-malaikat yang ditugaskan oleh Tuhan. Siapa saja malaikat-malaikat itu? Malaikat-malaikat

yang ditugaskan oleh Gusti Allah untuk setiap manusia itu antara lain, Jibril, Mikail, Izroil dan Isrofil.

Nah, kesamaan antara ajaran Kejawen dan Islam tersebut yakni Kakang Kawah yang disebutkan sebagai

pembuka jalan si jabang bayi, itu di Islam dianggap sama dengan Jibril (Penyampai Wahyu). Malaikat Jibril lah

yang membuka jalan bagi keselamatan sang bayi hingga lahir ke dunia. Sedangkan Adhi Ari-ari yang disebut-sebut
di dalam ajaran Kejawen, di dalam Islam dianggap sama dengan Mikail (Pembagi Rezeki). Karena lewat Ari-Ari

itulah si jabang bayi dapat hidup dengan sari-sari makanan yang didapatkan dari seorang ibu.

Sementara Getih (darah) , bagi orang Kejawen, pada pemahaman orang Islam dianggap sama dengan

keberadaan malaikat Izroil (pencabut nyawa). Buktinya, jika tidak ada darahnya, apakah manusia bisa hidup? Yang

terakhir adalah Puser. Dalam pemahaman masyarakat Kejawen, Puser adalah sambungan tali udara (napas) antara

sang ibu dengan anaknya. Nah, pada pemahaman Islam, Puser ini dianggap sama dengan Isrofil (Peniup

Sangkakala). Meniup sangkakala menjelang kiamat Qubro.

Oleh karena itu, kita wajib mengenali siapa penjaga-penjaga tak Nampak yang sudah diperintahkan Gusti

Allah untuk senantiasa mendampingi kita. Dengan kita mengenali keberadaan mereka, akhirnya mereka nantinya

bias mawujud (berwujud). Dan yang perlu diingat lagi, jika kita sudah melihat wujud mereka, maka hendaknya kita

senantiasa memuji atas kebesaran Gusti Allah yang Maha Agung. Karena atas titah Gusti Allah-lah kita semua bisa

hidup berdampingan dengan penjaga-penjaga yang disebut dengan Sedulur Papat, Kalimo Pancer.

Anda mungkin juga menyukai