Anda di halaman 1dari 65

TERJEMAH SULUK LINGLUNG

SUNAN Kalijaga berhasrat besar mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi dan Wali,
ibaratnya kumbang ingin menghisap madu/sari kembang.

Mendapat gelar agung sebagai guru suci Tanah Jawi. Raden Mas Sahid putra kanjeg Adipati
Tuban, sudah menjadi alim ulama yang cerdik dan pandai. Bahkan beliau sudah dapat
merasakan mati di dalam hidup. Tingkatan pendakian tauhid yang sangat tinggi, dan patut
diacungi jempol. Namun beliu belum puas dengan apa yang sudah didapat. Dia mempunyai
himatulaliyyah atau cita-cita yang tinggi yaitu bertujuan ingin memperoleh petunjuk dari
seseorang yang sudah menemukan hakikat kehidupan, yang nantinya dapat mengantarkanya
agar mendapat petunjuk yang dipegang para Nabi Wali atau Imam Hidayah.

Tekadnya semakin membaja, menyebabkan beliau melakukan perjalanan hidup yang tidak
mempedulikan dampak atau akibat apapun yang akan terjadi, nafsunya menuntut ilmu semakin
membara tak perduli samudra api menghadang. Bukankah Rasulullah pernah bersabda,
“Tuntutlah ilmu biarpun harus menyeberang samudra api!”.

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid hatinya bimbang dan pikirannya bingung. Siapa yang
tidak bingung! Segala ilmu yang diketahui dan dipahami diamalkan dengan penuh pengabdian
kepada Allah, namun beliau merasa selalu tergoda oleh nafsunya, dan merasa tidak mampu
mengatasinya. Berbagai usaha ditempuh agar akhir hidupnya nanti, mampu mengatasi
nafsunya, jangan sampai terlanjur terlantur, hanya puas makan dan tidur.

Namun tetap saja dirinya merasa hatinya kalah perang dengan nafsunya. Akhirnya beliu pasrah
kepada Allah tempat berserah diri.
Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid memohon kepada Allah Tuhan Yang Terpilih, semoga
dibukakan oleh Tuhan Pembuat Nyawa, agar istiqomah hatinya, selaras dengan kehendak
hatinya, jalan menuju sembah dan puji. Dan tiada putus-putusnya dia berdoa, biarpun terselip
kekhawatiran dosa dan kekhilafan yang pernah dilakukannya semasa muda, mungkin tak
termaafkan oleh Gusti Allah. Sekian lama beliau berdoa, namun tak ada tanda-tanda
terkabulnya doa. Akhirnya beliau mawas diri. Mengapa petunjuk yang ditunggu-tunggu belum
juga datang? Apakah caranya beribadah dan bersyukur yang salah? Apakah yang dilakukan
selama ini acak-acakan tanpa dasar ilmu yaqin ?

Ling lang ling lung, akhirnya Raden Mas Sahid diam tak mau berdoa lagi. Beliu menyendiri
dan menjauhi urusan duniawi (uzlah). Buak dari laku ini, dirasanya masih saja ada gejolak
batin, saling bertengkar dua sura dalam batingnya sendiri, bisikan Malaikat dan bisikan
Syaitan. Pertentangan suaranya tidak lantang sebagaimana layaknya orang bertengkar, tetapi
pertengkaran hebat itu tidak kunjung berhenti! Bukankah bisikan baik dan buruk saling
merebut kemenangan? Apa sih yang diperebutkan? Padahal tidak ada yang diperebutkan!
Perang batin ini, kalau diibaratkan seperti perebutan Kerajaan Ngastina oleh Kurawa dan
Pandawa yang masih termasuk keluarga sendiri atau darah daging sendiri!

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid menyadari laku uzlah yang dijalankannya tak
menghasilkan petunjuk yang diharapkan. Akhirnya tanpa malu-malu, karena didesak oleh
hasrat mengetahui petunjuk, beliau berusaha bertapa berlapar-lapar, kalau ada teman datang,
ikut makan dengan rakusnya, kalau temannya pergi tidak makan seumur hidupnya, sebab tidak
ada yang dimakan. Ling lang ling lung, menuruti kesenangan memperindah diri, selalu
meminta upah.

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid meminta upah dari laku bertapa berlapar-lapar ternyata
tiada hasil. Beliau akhirnya menyadari kebodohannya dan tersemyun sendiri. Mengapa sampai
teganya Dia menagih tak henti-hentinya kepada Allah, padahal tanpa piutang? Gusti Allah
yang ditagih wajar kalau diam saja, memang kenyataanya tidak berhutang! Biarpun yang
menagih datang dan pergi, semua itu tidak ada bedanya, dan Allah Yang Maha Karya berhak
tidak melunasi karena tidak pernah berhutang kepada Raden Mas Sahid. Akhirnya beliu
memutuskan diri untuk berguru dengan Kanjeng Sunan Bonang, barangkali dengan itu, beliu
dapat petunjuk iman hidayah.

Mulailah Raden Mas Sahid berguru kepada seseorang yang tinggi ilmunya yang bersunyi diri
di Desa Bonang yang bergelar Kanjeng Sunan Bonang. Beliu mohon kepada Kanjeng Sunan
Bonang untuk ditunjukkan hakikat kehidupan. Syekh Malaya disaat mulai berguru kepada
Kanjeng Sunan Bonang diperintah bertapa menunggu pohon gurda dan dilarang meninggalkan
tempat.

Ling lang ling lung, Syekh Malaya dapat dikatakan orang hebat, karena keinginanya yang kuat
serta tekad batinnya, tak dapat dibandingkan dengan yang lainnya. Maklumlah beliu berdarah
luhur, putra Kanjeng Adipati Tuban Wilwatikta II bernama Raden Mas Sahid, waktu tua
bergelar Sunan Kalijaga. Rupanya sudah terlebih dahulu mendapat anugrah Kasih Sayang
Gusti Allah Pencipta Nyawa yang sudah menjadi kemulian Tuhan Yang terpilih, timbul dari
kasih Sayang Allah...(Mahabbatullah)....

Rindu Kasih Sayang

" Syekh Malaya berguru menuntut ilmu sudah cukup lama, namun merasa belum dapat
manfaat yang nyata, rasanya Cuma penderitaan yang didapat, sebab disuruh memperbanyak
bertapa, oleh Kanjeng Sunan Bonang, diperintah “menunggui pohon gurda” yang berada
ditengah hutan belantara dan tidak boleh meninggalkan tempat, sudah dilaksanakan selama
setahun.
Laku tapa yang kedua, disuruh “ngaluwat” yaitu ditanam di tengah hutan.

Setelah setahun kemudian dibongkar oleh Kanjeng Sunan Bonang. Kemudian diperintahkan
pindah, Tafakur (berzikir) di tepi sungai yg nantinya beralih menjadi nama sebutannya
(Kalijaga = menjaga sungai) selama setahun, dan tidak boleh tidur ataupun makan, lalu
ditinggal ke Mekah oleh Kanjeng Sunan Bonang.
Nyatanya sudah genap setahun, Syekh Malaya ditengok, ditemui masih tafakur saja, Kanjeng
Sunan bonang bersabda, “wahai siswaku sudahilah tarak bratamu, kamu mulai sekarang sudah
menjadi Wali dan bergelar Sunan Kalijaga. Kamu diangkat sebagai wali Sembilan penutup
maksudnya melengkapi Wali Sanga atau Wali Sembilan yang saat itu jumlah kurang satu wali.

Tugasmu ikut menyiarkan agama Islam dan perbaikilah ketidakaturan yang ada. Agama itu tata
krama, kesopanan untuk Kemuliaan Tuhan Yang Maha Mengetahui. Kau harus berpegang
pada syariat Islam, serta segala ketentuan iman hidayah. Hidayah itu dari Gusti Allah Yang
Maha Agung, yang sangat besar kanugrahan-Nya menumbuhkan kekuatan luar biasa dan
keberanian, serta meliputi segala kebutuhan perang, yang demikian itu tidak lain adalah
anugrah yang besar, paling utama dari segala yang utama (keutamaan).

Keutamaan ibarat bayi, siapapun ingin memelihara, yang mencukupi bayi, menguasai pula
terhadap dirimu, tapi kamu tak punya hak menentukan, karena kau ini juga yang menentukan
Gusti Allah Yang Maha Agung, karena itu mantapkanlah hatimu dalam pasrah diri pada-
Nya”.Syekh Malaya berkata lemah lembut kepada Kanjeng Sunan Bonang, “sungguh hamba
sangat berterima kasih, semua nasihat akan kami junjung tinggi, tapi hamba memohon pada
guru, mohon agar sekalian dijelaskan, tentang maksud sebenarnya dari sukma luhur atau ruh
yang berderajat tinggi, yang sering disebut iman hidayah. Hamba harus mantap berserah diri
kepada Gusti Allah, bagaimanakah cara melaksanakan dengan sebenar-benarnya?

Hamba mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya. Kalau hanya sekedar ucapan semata hamba
pun mampu mengucapkannya. Hamba takut kalau menemui kesalahan dalam berserah diri,
karena menjadikan hamba ibarat asap belaka, tanpa guna menjalankan semua yang kukerjakan.

Kanjeng Sunan Bonang menjawab lembut, “Syekh Malaya benar ucapanmu, pada saat bertapa
kau bertemu denganku, yang dimaksud berserah diri ialah selalu ingat perilaku atau pekerjaan,
seperti ketika awal mula diciptakan, bukankah itu sama halnya seperti asap? Itu tadi seperti
hidayah wening atau petunjuk yang jernih, serupa dengan iman hidayah, apakah itu nampak
dengan sebenarnya? Namun ketahuilah semua tidak dapat diduga sebelum mempunyai
kepandaian untuk meraihnya, kejelasan tentang hidayah, hanya keterangan yang saya percayai,
karena keterangan itu berasal dari sabda Gusti Allah”.

Berkata Kanjeng Sunan Kalijaga, “ Bapak Guru yang bijaksana, hamba mohon dijelaskan,
apakah maksudnya, ada nama tanpa sifat, ada sifat tanpa nama? Saya mohon petunjuk, tinggal
itu yang saya tanyakan yang terakhir kali ini saja”. Kanjeng Sunan Bonang bersabda lemah
lembut, “Kalau kamu ingin keterangan yang jelas tuntas, matikanlah dirimu sendiri, belajarlah
kamu tentang mati, selagi kau masih hidup. Caranya bersepi dirilah kamu ke hutan rimba, dan
jangan sampai ketahuan manusia”.

Sudah habis segala penjelasan yang disampaikan Kanjeng Sunan Bonang segera meninggalkan
tempat, dari hadapan Sunan Kalijaga, timur laut arah langkah yang dituju. Kira-kira baru
beberapa langkah berlalu, Syekh Malaya ikut meninggalkan tempat itu, masuk kehutan
belantara.

Raden Mas Sahid menjalankan laku kijang, berbaur dengan kijang menjangan, segala gerak
laku kijang ditirunya, kecuali bila ingin tidur, ia mengikuti cara tidur berbalik, tidak seperti
tidurnya kijang. Kalau pergi mencari makan mengikuti seperti caranya anak kijang. Bila ada
manusia yang mengetahui, para kijang berlari tunggal langgang, Sunan Kalijaga juga ikut
berlari kencang jangan sampai ketahuan manusia. Larinya dengan merangkak, seperti larinya
kijang, pontang panting jangan sampai ketinggalan, mengikuti sepak terjang kijang.

Nyata sudah cukup setahun, Syekh Malaya menjalani laku kijang, bahkan melebihi yang telah
ditetapkan, ketika itu Kanjeng Sunan Bonang, bermaksud sholat ke Mekah, dalam sekejap
mata sudah sampai, setelah sholat segera datang kembali. Kanjeng Sunan Bonang menuju
hutan untuk memberi tahu Syekh Malaya bahwa laku kijangnya telah selesai. Sesampai di
dalam hutan ia melihat kijang sama berlari, sedang anaknya sempoyongan mengikuti. Sunan
Bonang ingat dalam hati, kalau Wali Syekh Malaya berlaku seperti anak kijang, segera ia
mendekati gerombolan kijang, barangkali di sana ditemukan Syekh Malaya.

Syekh Malaya yang kebetulan sedang berlaku meniru kijang tahu akan didekati gurunya.
Beliau ingat pesan gurunya, bahwa dirinya tidak boleh diketahui manusia, gurunya juga
manusia maka ia harus menghindari jangan sampai didekati manusia biarpun oleh gurunya,
larinya tunggang langgang, tanpa memperhitungkan jurang tebing, ditubruk tidak tertangkap,
dijaring dan diberi jerat, kalau kena jerat dapat lolos, kalau kena jaring dapat melompati.
Marahlah sang guru Kanjeng Sunan Bonang, bersumpah dalam hatinya, “Wali wadat pun aku
tak peduli, memanaskan hati kau kijang, bagiku memegang angin yang lebih lembut saja tidak
pernah lolos, yang kasar akan lebih mudah ditangkap mustahil akan gagal! Kalau tidak berhasil
sekali ini, lebih baik aku tidak usah menjadi manusia, lebih pantas kalau jadi binatang saja!”.
Kanjeng Sunan Bonang bergerak dengan penuh amarah. Beliau berusaha menciptakan nasi tiga
kepal telah disiapkan, dan segera ia mundur siap melempar Kijang.

Pupuh Durma

" Kanjeng Sunan Bonang segera menerobos ke dalam hutan yang lebih lebat dan sulit dilewati,
setelah benar-benar menemukan yang sedang laku kijang, tengah berlari. Segera dilemparnya
dengan nasi satu kepal, tepat mengenai punggungnya.
Syekh Malaya agak lambat larinya terkena lemparan nasi sekepal. Lalu lemparan yang kedua,
mengenai lambungnya, jatuh terduduk Syekh Malaya kemudian dilempar lagi, nasi satu kepal,
Syekh Malaya ingat dan sadar kemudian berbakti pada Sunan Bonang.
Syekh Malaya berlutut hormat mencium kaki Sunan Bonang. Berkata sang guru Sunan Bonang
“Anakku ketahuilah olehmu, bila kau ingin mendapat kepandaian, yang bersifat hidayatullah,
naiklah haji, menuju Mekah dengan hati tulus suci dan ikhlas. Ambillah air zam-zam ke
Mekah, itu adalah air yang suci, serta sekaligus mengaharapkan berkah syafaat, Kanjeng Nabi
Muhammad yang menjadi suri tauladan manusia”. Syekh Malaya berbakti, mencium kaki
gurunya dan mohon diri untuk melaksanakan tugas yaitu segera menuju Mekah. Kanjeng
Sunan Bonang lebih dahulu melangkahkan kaki menuju desa Bonang yang sepi.

Dan selanjutnya kita ikuti, perjalanan Syeh Melaya yang berkehendak naik haji menuju Mekah,
dia menempuh jalan pintas.
Syekh Malaya menerobos hutan, naik gunung, turun jurang, tetebingan di dakinya memutar,
melintasi jurang dan tanjakan. Tanpa terasa perjalanannya telah sampai di tepi pantai. Hatinya
bingung, kesulitan menempuh jalan selanjutnya karena terhalang oleh samudera luas, sejauh
memandang tampak air semata. Dia diam tercenung lama sekali di tepi samudera memutar otak
mencari jalan yang sebaiknya ditempuh.

Syahdan tersebutlah seorang manusia, yang bernama Sang Pajuningrat, mengetahui kedatangan
seorang yang tengah bingung yaitu Syekh Malaya. Sang Mahyuningrat tahu segala perjalanan
yang dialami oleh Syekh Malaya dengan sejuta keprihatinan karena ingin meraih iman
hidayah. Berbagai cara telah ditempuh, juga melalui penghayatan kejiwaan dan berusaha
mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi, namun mustahil dapat menemukan hidayah,
kecuali kalau mendapatkan kanugrahan Allah yang haq.

Syekh Malaya ternyata sudah terjun merenangi samudra luas, dan tidak mempedulikan nasib
jiwanya sendiri. Semakin lama Syekh Malaya sudah hampir sampai tengah samudra, mengikuti
jalan untuk mencapai hakikat yang tertinggi dari Allah, tidak sampai lama, sampailah di tengah
samudra.

Beliau kehabisan tenaga untuk merenangi samudra menuju Mekah. Dengan sisa-sisa tenaga
yang ada ia berusaha mempertahankan diri jangan sampai tenggelam di dasar laut. Yang
tampak kini. Syekh Malaya timbul-tenggelam di permukaan laut berjuang menyelamatkan
nyawanya.

Ternyata disaat Syekh Malaya dalam keadaan yang kritis itu berjuang antara hidup dan mati,
tiba-tiba penglihatannya melihat seseorang yang sedang berjalan di atas air dengan tenangnya,
yang tidak dari mana datangnya. Seketika itu pula, tahu-tahu Syekh Malaya sudah dapat duduk
tenang diatas air.

Orang yang mendekati Syekh Malaya tidak lain adalah Nabi Khidir yang menyapa Syekh
Malaya dengan lemah lembut, “Syekh Malaya apakah tujuanmu mendatangi tempat ini?
Apakah yang kau harapkan? Ketahuilah di sini tidak ada apa-apa! Tidak ada yang dapat
dibuktikan, apalagi untuk dimakan dan berpakaian pun tidak ada. Yang ada hanyalah daun
kering yang tertiup yang jatuh di depanku, itu yang saya makan, kalau tidak ada tentu tidak
makan. Senangkah kamu melihat kenyataan semua itu?”.

Sunan Kalijaga heran mengetahui penjelasan ini. Nabi Khidir berkata lagi kepada Sunan
Kalijaga, “Cucuku, di sini ini banyak bahayanya, kalau tidak mati-matian berani bertaruh
nyawa, tentu tidak mungkin sampai di sini. Di tempat ini segalanya tidak ada yang dapat
diharapkan hasilnya. Mengandalkan pikiranmu saja belum apa-apa, biarpun kamu tidak takut
mati. Kutegaskan sekali lagi, di sini kau tidak mungkin mendapat apa yang kau maksudkan!”.

Syekh Malaya bingung tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia menjawab pertanyaan Nabi
Khidir, bahwa dia tidak mengetahui akan langkah yang sebaiknya perlu ditempuh setelah ini.
Tidak tahu apa yang akan dilakukannya kemudian! “Syekh Malaya pasrah diri kepada Nabi
Khidir , katanya "Terserah bagaimana baiknya menurut Guru”. Sang guru Nabi Khidir
menebak, “Apakah kamu juga sangat mengharapkan hidayatullah Allah?”.

Akhirnya Kanjeng Nabi Khidir menjelaskan, “ikutilah petunjukku sekarang ini!” “Kamu telah
berusaha menjalankan petunjuk gurumu Sunan Bonang yang menyuruhmu menuju kota
Mekah, dengan keperluan naik haji. Maka ketahuilah olehmu, makna tugas itu yaitu : sungguh
sulit menjalankan lika-liku kehidupan ini”.

“Jangan pergi kalau belum tahu yang kau tuju dan jangan makan kalau belum tahu rasanya
yang dimakan, jangan berpakaian kalau belum tahu kegunaan berpakaian. Lebih jelasnya
tanyalah sesama manusia sekaligus dengan persamaannya, kalau sudah jelas amalkanlah!”.

“Demikianlah seharusnya hidup itu, ibarat ada orang dari gunung, akan membeli emas, oleh
tukang emas biarpun diberi kuningan tetap dianggap emas mulia. Demikianlah pula dengan
orang berbakti, bila belum yakin benar, pada siapakah yang harus disembah?” Syekh Malaya
ketika mendengar itu, spontan duduk berlutut mohon belas kasihan, setelah mendapati
kenyataan Nabi Khidir betul-betul serba tahu yang tersimpan di hatinya. Dengan duduk bersila
dia berkata, “Yang kami dengar akan kami laksanakan apa pun jadinya nanti. “Syekh Malaya
meminta kasih sayang, memohon keterangan yang jelas’, siapakah nama tuan? Mengapa di sini
sendirian?

Sang Pajuningrat menjawab,


“sesungguhnya saya ini Nabi Khidir”.
Syekh Malaya berkata, “saya menghaturkan hormat sedalam-dalamnya kepada tuan
junjunganku dan mohon petunjuk serta perlu dikasihani, saya juga tidak tahu benar tidaknya
pengabdianku ini. Tidak lebih bedanya dengan hewan di hutan, itupun masih tidak seberapa,
bila mau menyelidiki kesucian diriku ini. Dapat dikatakan lebih bodoh dan dungu serta tercela
ibarat keris tanpa kerangka dan ibarat bacaan tanpa isi tersirat”.
Maka berkata dengan manisnya Sang Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga...

Sang Nabi Khidir

"Jika kamu berkehendak naik haji ke Mekah, kamu harus tahu tujuan yang sebenarnya menuju
ke Mekah itu. Ketahuilah mekah itu hanya tapak tilas saja! Yaitu bekas tempat tinggal Nabi
Ibrahim zaman dahulu. Beliulah yang membangun Ka’bah Masjidil Haram serta yang
menghiasi Ka’bah itu dengan benda yang berupa batu hitam (Hajar Aswad) yang tergantung di
dinding Ka’bah tanpa digantungkan.

Apakah Ka’bah itu yang hendak kamu sembah? Kalau itu yang menjadi niatmu, berarti kamu
sama halnya menyembah berhala atau bangunan yang dibuat dari batu. Perbuatanmu itu tidak
jauh berbeda dengan yang diperbuat oleh orang kafir, karena hanya sekedar menduga-duga saja
wujud Allah yang disembah, dengan senantiasa menghadap kepada berhalanya. Oleh
karenanya itu, biarpun kamu sudah naik haji, bila belum tahu tujuanya yang sebenernya dari
ibadah haji tentu kamu akan rugi besar. Maka dari itu, ketahuilah bahwa Ka’bah yang sedang
kau tuju itu, bukannya yang terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu, tetapi Ka’bah yang
hendak kau kunjungi itu sebenarnya Ka’bahtullah (Ka’bah Allah). Demikian itu sesunggunya
iman hidayah yang harus kamu yakinkan dalam hati”.

Nabi Khidir memerintah, “Syekh Malaya segeralah kemari secepatnya! Masuk ke dalam
tubuhku!” Syekh Malaya terhenyak hatinya tak dapat dicegah lagi, keluarlah tawanya, bahkan
sampai mengeluarkan air mata seraya berkata halu. “Melalui jalan manakah harus masuk ke
dalam tubuhmu, padahal saya tinggi besar melebihi tubuhmu, kira-kira cukupkah? Melalui
jalan manakah usaha saya untuk masuk? Padahal nampak olehku buntu semua?.

Nabi Khidir berkata dengan lemah lembut. “Besarmana kamu dengan bumi, semua ini beserta
isinya, hutan rimba dan samudera serta gunung tidak bakal penuh bila dimasukkan kedalam
tubuhku, jangan khawatir bila tak cukup masuklah di dalam tubuhku ini. Syekh Malaya setelah
mendengarnya semakin takut sekali dan bersedia melaksanakan tugas memasuki badan Nabi
Khidir, namun bingung tak tahu cara melaksanakannya. Menolehlah Nabi Khidir, ini jalan di
telingaku ini”.

Syekh Malaya masuk dengan segera melalui telinga Nabi Khidir. Sesampainya di dalam tubuh
Nabi Khidir, Syekh Malaya melihat samudera luas tiada bertepi sejauh mata memandang,
semakin diamati semakin jauh tampaknya. Nabi Khidir bertanya keras-keras, “hai apa yang
kamu lihat?”

Syekh Malaya segera menjawab, “Angkasa Raya yang kuamati, kosong melompong jauh tidak
kelihatan apa-apa, kemana kakiku melangkah, tidak tahu arah utara selatan barat timur pun
tidak kami kenal lagi, bawah dan atas serta muka belakan, tidak mampu saya bedakan. Bahkan
semakin membingungkanku”.
Nabi Khidir berkata lemah-lembut, “usahakan jangan sampai bingung hatimu”.

Tiba-tiba Syekh Malaya melihat suasana terang benderang. Dihadapannya nampak Nabi
Khidir, Syekh Malaya melihat Nabi Khidir malayang di udara kelihatan memancarkan cahaya
gemerlapan. Saat itu Syekh Malaya melihat arah utara selatan, barat dan timur sudah kelihatan
jelas, atas serta bawah juga sudah terlihat dan mampu menjaringf matahari, tenang rasanya
sebab melihat Nabi Khidir, rasanya berada di alam yang lain dari yang lain.

Nabi Khidir berkata lembut, “jangan berjalan hanya sekedar berjalan, lihatlah dengan sungguh-
sungguh apa yang terlihat olehmu”. Syekh Malaya menjawab, “Ada warna empat macam yang
nampak padaku semua itu sudah tidak kelihatan lagi, hanya empat macam yang kuingat yaitu
hitam merah kuning dan putih”.
Berkata Nabi Khidir, “yang pertama kau lihat cahaya mencorong tapi tidak tahu namanya
ketahuilah itu adalah pancamaya, yang sebenarnya ada di dalam dirimu sendiri yang mengatur
dirimu. Pancamaya yang indah itu disebut mukasyafah, bila mana kamu mampu membimbing
dirimu ke dalam sifat terpuji, yaitu sifat yang asli.

Maka dari itu jangan asal bertindak, selidikilah semua bentuk jangan sampai tertipu nafsu.
Usahakan semaksimal mungkin agar hatimu menduduki sifat asli, perhatikan terus hatimu itu,
supaya tetap dalam jati diri!” Tentramlah hati Syekh Malaya, setelah mengerti itu semua dan
baru mantap rasa hatinya serta gembira. Nabi Khidir melanjutkan penjelasannya, “adapun yang
kuning, merah, hitam serta putih itu adalah penghalanya. Sebab isinya dunia ini sudah lengkap,
yaitu terbagi kedalam tiga golongan, semuanya adalah penghalang tingkah laku, kalau mampu
menjauhi itu pasti dapat berkumpul dengan ghaib, itu yang menghalangi meningkatkan citra
diri. Hati yang tiga macam yaitu hitam, merah dan kuning, semua itu menghalangi pikiran dan
kehendak tiada putus-putusnya. Maksudnya akan menghalangi menyatunya hamba dengan
Tuhan yang membuat nyawa lagi mulia.

Jika tidak tercampur oleh tiga hal itu, tentu terjadi hilangnya jiwa, maksudnya orang akan
mencapai tingkatan Maqom Fana dan akan masuk Maqom Baqo atau abadi. Maksudnya
senantiasa berdekatan rapat dengan Sang Pencipta. Namun yang perlu diperhatikan dan diingat
dengan seksama, bahwa penghalang yang ada dalam dihati, mempunyai kelebihan yang perlu
kamu ketahui dan sekaligus sumber inti kekuatannya. Yang hitam lebih perkasa, pekerjaanya
marah, mudah sakit hati, angkara murka secara membabi buta. Itulah hati yang menghalangi,
menutup kepada kebajikan.

Sedangkan yang berwarna merah, ikut menunjukkan nafsu yang tidak baik, segala keinginan
nafsu keluar dari si merah, mudah emosi dalam mencapai tujuan, hingga menutup kepada hati
yang sudah jernih tenang menuju akhir hidup yang baik (khusnul khatimah). Adapun yang
berwarna kuning, kemampuannya mengahalangi segala hal, pikiran yang baik maupun
pekerjaan yang baik. Hati kuninglah yang menghalangi timbulnya pikiran yang baik hanya
membuat kerusakan, menelantarkan ke jurang kehancuran. Sedangkan yang putih itulah yang
sebenarnya, membuat hati tenang serta suci tanpa ini itu, pahlawan dalam kedamaian”.

Nabi Khidir memberi kesempatan bagi Syekh Malaya untuk merenungkan penjelasannya tadi.

Selanjutnya beliu berkata, “hanya itulah yang dapat dirasakan manusia akan kesaksiannya.
Sesungguhnya yang terwujud adanya, hanya menerima anugrah semata-mata dan hanya itulah
yang dapat dilaksanakan. Kalau kamu tetap berusaha agar abadi berkumpulnya diri dekat
Tuhan, maka senantiasalah menghadapi tiga musuh yang sangat kejam, besar dan tinggi hati
(bohong).

Ketiga musuhmu saling kerjasama, padahal si putih tanpa teman, hanya sendirian saja,
makanya sering dapat dikalahkan.

Kalau sekiranya dapat mengatasi akan segala kesukaran yang timbul dari tiga hala itu, maka
terjadilah persatuan erat wujud, tanpa berpedoman itu semua tidak akan terjadi persatuan eret
antara manusia dan Penciptanya”.

Syekh Malaya sudah memahaminya, dengan semangat mulai berusaha disertai tekad membaja
demi mendapatkan pedoman akhir kehidupan, demi kesempurnaan dekatnya dengan Allah
SWT.
Nabi Khidir kembali melanjutkan wejanganya, “Setelah hilang empat macam warna ada hal
lain lagi nyala satu delapan warnanya”.

Syekh Malaya berkata, “Apakah namanya, nyala satu delapan warnanya, apakah namanya,
nyala satu delapan warnanya, apakah yang dimaksud sebenarnya? Nyalanya semakin jelas
nyata, ada yang tampak berubah-ubah warna menyambar-nyambar, ada yang seperti permata
yang berkilau tajam sinarnya”.

Sang Nabi Khidir berpesan, “Nah, itulah sesungguhnya tunggal. Pada dirimu sendiri sudah
tercakup makna di dalamnya, rahasianya terdapat pada dirimu juga, serta seluruh isi bumi
tergambar pada tubuhmu dan juga seluruh alam semesta. Dunia kecil tidak jauh berbeda.
Ringkasnya, utara, barat, selatan, timur, atas serta bawah. Juga warna hitam, merah, kuning dan
putih itulah isi kehidupan dunia.

Didunia kecil dan alam semesta, dapat dikatakan semua isinya. Kalau ditimbang dengan yang
ada dalam dirimu dalam dirimu ini, kalau hilang warna yang ada, dunia kelihatan kosong
kesulitannya tidak ada, dikumpulkan kepada wujud rupa yang satu, tidak lelaki tidak pula
perempuan. Sama pula dengan bentuk yang ada ini, yang bila dilihat berubah-ubah putih.
Camkanlah dengan cermat semua itu”.

Syekh Malaya mengamati, “yang seperti cahaya berganti-ganti kuning, cahayanya terang
benderang memancar, melingkar mirip pelangi, apakah itu yang dimaksudkan wujud dari Dzat
yang dicari dan didambakan? Yang merupakan hakikat wujud sejati?”

Khidir menjawab dengan lemah lembut, “itu bukan yang kau dambakan, yang dapat menguasai
segala keaadaan. Yang kamu dambakan tidak dapat kamu lihat, tiada bentuk apalagi berwarna,
tidak berwujud garis, tidak dapat ditangkap mata, juga tidak bertempat tinggal hanya dapat
dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya, hanya berupa pengambaran-pengambaran
(simbol) yang memenuhi jagad raya, dipegang tidak dapat. Bila itu yang kamu lihat, yang
nampak seperti berubah-ubah putih, yang terang benderang sinarnya, memancarkan sinar yang
menyala-nyala. Sang Permana itulah sebutannya.
Hidupnya ada pada dirimu. Permana itu menyatu pada dirmu sendiri, tetapi tidak merasakan
suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu. Tidak ikut suka dan duka, juga tidak ikut sakit
dan menderita jika Sang Permana meninggalkan tempatnya, raga menjdi tak berdaya dan
pastilah lemahlah seluruh badanmu, sebab itulah letak kekuatannya, ikut merasakan kehidupan,
yang mengerti rahasia di dunia. Dan itulah yang sedang mengenai pada dirimu, seperti
diibaratkan pula pada hewan, yang tumbuh di sekitar raga.
Hidupnya karena adanya Permana, dihidupi oleh nyawa yang mempunyai kelebihan, mengusai
seluruh badan.

Permana itu bila mati ikut menanggung, namun bila bila telah hilang nyawanya kemudian yang
hidup hanya sukma atau nyawa yang ada.
Kehilangan itulah yang didapatkan, kehidupan nyawalah yang sesungguhnya, yang sudah
berlalu diibaratkan seperti rasanya pohon yang tidak berbuah, sang Permana yang mengetahui
dengan sadar, sesungguhnya satu asal.
Menjawablah Syekh Malaya, “Kalau begitu manakah warna bentuk sebenarnya?

”Nabi Khidir berkata, “Hal itu tidak dapat kamu pahami di dalam keadaan nyata semata-mata,
tidak semudah itu untuk mendapatkannya”, Syekh Malaya menyela pembicaraan. “Saya mohon
pelajaran lagi, sampai saya paham betul, sampai tuntas. Saya menyerahkan hidup dan mati,
demi mengharapkan tujuan yang pasti, jangan sampai tanpa hasil...”.

SULUK LINGLUNG II

Pupuh Kinanthi.

Nabi Khidir berkata lembut dan manis yang isinya bercampur perlambang dan sindiran,
“Umpamanya ada orang membicarakan sesuatu hal, lotnya seharusnya baik, nyatanya lotnya
justru merupakan bumbunya yang bercampur dengan rahasia yang terasa sebagai jiwa suci.

Nubuwah yang penuh rahasia itu sebenarnya rahasia ini. Yaitu ketika masih berada di sifat
jamal ialah jauhar awal. Bila sudah keluar menjadi jauhar akhir yang sudah dewasa, yang awal
itulah rahasia sejati.

Si jauhar akhir itu ternyata dalam satu wujud, satu mati dan satu hidup dengan jauhar, ketika
dalam kesatuan satu wujud, satu raksa, satu hidup menyatu dengan johar awal. Adapun johar
akhir ialah ;

Satu wujud dalam keadaan sehidup semati segala ulah jauhar akhir selamanya bersikap pasrah,
sedangkan jauhar batin ini ialah yang dipuji dan disembah hanyalah Allah yang sejati.
Tidak ada sama sekali rasa sakit karena sebenarnya kamu ini nukad ghaib. Nukad ghaib ialah
ketika di masa awal atau kuna, ia tidak hidup juga tidak mati. Sebenarnya yang dikatakan
nukad itu, tidak lain ghaib jugalah namanya itu.

Setelah datangnya nukad itu, yang sudah hidup sejak dulu, dicipta menjadi Alif. Alif itu sendiri
jisim latif. Dan keberadaanmu yang sebenarnya itulah yang disebut atau dinamakan neqdu”.
Sekarang jauhar sejati, yaitu namamu itu semasa hidup ialah syahadat jati. Dalam hidup dan
kehidupanmu disebut juga darah hidup. Darah hidup itu sendiri ialah yang dinamakan
Rasulullah rasa sejati.

Syahadat jati adalah darah, tempat segala Dzat atau makhluk merasakan rasa yang sebenarnya
tentang hidup dan kehidupan. Yang sama dengan satuan Jibril-Muhammad-Allah. Sedangkan
keempatnya adalah yang disebut darah hidup. Jelasnya coba perhatikan orang mati!

Apa ada daranya? Darah itu kini hilang, hilangnya bersama atau menyatu dengan sukma.
Sukma atau ruh hilang dan kembali pada Alif itu disebut Ruh Idhafi.

Pengertian jisim Latif ialah Jisim Angling yang sudah ada terdahulu kala yaitu Alif yang
disebut Angling.

Padahal alif itu tanpa mata, tidak berkata-kata dan tidak mendengar
Tanpa perilaku dan tidak melihat. Dan itulah Alif, yang arti sebenarnya luqkawi.

Alif jatuh / bertempat / berada pada nuqadnya. ketiadaannya keberadaannya menjadi Alif itu
karena dijabarkan atau dikembangkang. Bukankah ruh Idhafi itu bagian Dzatullah”?.
Setelah diajarkan semua pelajaran sampai selesai, tentang Ruh Idhafi yang menjadi inti
pembahasannya. Adapun wujud sesungguhnya alif itu, asal muasalnya berasal dari jauhar alif
itu. Yang dinamakan Kalam Karsa.

Timbullah hasrat kehendak Allah untuk menjadikan terwujudnya dirimu. Dengan adanya
wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya. Allah tidak mungkin ada
dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan
bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri!

Adapun sifat jamal (sifat yang bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan bahwa
pada dasarnya adanya dirinya itu, karena adanya yang mewujudkan keberadannya”.
Kanjeng Nabi Khidir menandaskan penjelsannya, “Demikianlah yang difirmankan Allah
kepada Nabi Muhammad yang menjadi kekasih-Nya

"Kalau tidak ada dirimu, Saya (Allah) tidak akan dikenal atau disebut. Hanya dengan sebab
adanya kamulah yang menyebut akan keberadaan-Ku. Sehingga kelihatan seolah-olah satu
dengan dirimu. Adanya Aku (Allah), menjadikan ada dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya
wujud Dzat-Ku.

Dan untuk memperjelas jati dirmu, tidakkah kau sadari, bahwa hampir ada persamaan Asma-
Ku yang baik (Asmaul Husna) dengan sebutan manusia yang baik itu semua kau maksudkan
untuk memudahkan pengambaran perwujudan tentang Diri-Ku. Padahal kau tahu, Aku berbeda
dengan dirimu, yang tak mungkin dapat disamakan satu sama lain. Dan kamu pasti mengalami
dan tidak mungkin dapat melukiskan atau menyebutkan Asma-Ku dengan setepat-tepatnya.

"Namamu yang baik dapat menyerupai nama-Ku yang baik (Asmaul Husna); “Apakah kamu
sudah dapat meraih sebutan nama yang baik itu? Baik di dunia maupun di akhirat? Kamu ini
merupakan penerus atau pewaris Muhammad Rasulullah, sekaligus Nabi Allah. Ya Illahi, ya
Allah ya Tuhanku…(Bagi pembaca maupun pendengar dianjurkan untuk berdo'a pada Allah.
Insya Allah berhasil kabul apa yang dinginkan. Amin, amin, amin ya Rabbal 'alamin).

Nabi Khidir mengakhiri pembacaan Firman Allah SWT, kemudian melanjutkan memberi
penjelasan pada Sunan Kalijaga, “Tanda-tanda adanya Allah itu, ada pada dirimu sendiri harap
direnungkan dan diingat betul. Asal mula Alif itu akan menjadikan dirimu bersusah-payah
selagi hidup, Budi Jati sebutannya. Yang tidak terasa, menimbulkan budi atau usaha untuk
mengatasi lika-liku kehidupan.

Bagi orang yang senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri, akan dapat melemahkan
semangat usahanya, antara tidak dan ya, penuh dengan kebimbangan. Sedang yang
dimaksudkan dengan jauhar budi (mutiara budi) ialah, bila sudah mengetahui maksud dan budi
iman yaitu menjalankan segala tingkah laku dengan didasari keimanan kepada Allah. Alif
tercipta karena sudah menjadi ketentuan yang sudah digariskan. Sesungguhnya Alif itu, tetap
kelihatan apa adanya dan tidak dapat berubah. Itulah yang disebur Alif. Adapun bila terjadi
perubahan, itulah yang disebut Alif Adi, yang menyesuaikan diri dengan keadaanmu.

Mutiara awal kehidupan (jauhar awal) dimaksudkan dengan kehidupan tempo dulu yang betul-
betul terjadisebagaimana tinja junub dan jinabat. Jauhar awal ibarat bebauan atau aroma akan
tiba saatnya, tidak boleh tidak akan kita laksanakan dan rasakan di dalam kehidupan kita
didunia. Jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya oleh jauhar itu, telah memuat
garis hidup dan mati kita. Segalanya telah ditentukan di dalam jauhar awal.
Dari keterangan tentang jauhar awal tadi, tentu akan menimbulkan pertanyaan, diantaranya,
mengapa kamu wajib shalat di dalam dunia ini? Penjelasannya demikian : Asal mula
diwajibkan menjalankan shalat itu ialah :

Disesuaikan dengan ketentuan di zaman azali, kegaiban yang kau rasakan saat itu; Bukankah
Kamu juga berdiri tegak, bersidakep menciptakan keheningan hati, bersidakep menyatukan
konsentrasi, menyatukan segala gerakmu?

Ucapanmu juga kau satukan, akhirnya kau rukuk tunduk kepada yang menciptakanmu. Merasa
sedih karena malu, sehingga menimbulkan keluar air matamu yang jernih, sehingga tenanglah
segala kehidupan ruhmu. rahasia iman dapat kau resapi.
Setelah merasakan semua itu, mengapa harus sujud ke bumi? Pangkal mula dikerjakan sujud
bermula adanya cahaya yang memberi pertanda pentingnya sujud. Yaitu merasa berhadapan
dengan wujud Allah, biarpun tidak dapat melihat wujud Allah sesungguhnya, dan yakin bahwa
Allah melihat segalawujud gerak kita (pelajaran tentang ikhsan).

Dengan adanya agama Islam yang dimaksudkan, agar makhluk yang ada di bumi dan di langit
termasuk dirimu itu, beribadah sujud kepada Allah dengan hati yang ikhlas sampai kepala
diletakkan di muka bumi, sehingga bumi dengan segala keindahannya tidak tampak
dihadapanmu, hatimu hanya ingat Allah semata-mata. Ya demikianlah seharusnya perasaanmu,
senantiasa merasa sujud dimuka bumi ini.

Mengapa pula menjalankan duduk diam seakan-akan menunggu sesuatu? Melambungkan


pengosongan diri dengan harapan ketemu Allah. Padahal sebenarnya itu tidak dapat
mempertemukan dengan Allah. Allah yang kau sembah itu betul-betul ada. Dan hanya Allah-
lah tempat kamu mengabdikan diri dengan sesungguhnya.Dan janganlah sekali-kali dirimu
menganggap sebagai Allah!

Dan dirimu jangan pula menganggap sebagai Nabi Muhammad. Untuk menemukan rahasia
(rahsa) yang sebenarnya herus jeli, sebab antara rahasia yang satu berbeda dengan rahasia yang
lain. Dari Allah-lah Nabi Muhammad mengetahui segala rahasia yang tersembunyi. Nabi
Muhammad sebagai makhluk yang dimuliakan Allah. Beliau sering menjalankan puasa.

Dan akan dimuliakan makhluk-Nya, kalau mau mengeluarkan shodaqoh. Dimuliakan makhluk-
Nya bagi yang dapat naik haji. Dan makhluk-Nya akan dimuliakan, kalau melakukan ibadah
shalat.
Matahari berbeda dengan bulan, perbedaannya terdapat pada cahaya yang dipancarkannya.
Sudahkah hidayah iman terasa dalam dirimu? Tauhid adalah pengetahuan penting untuk
menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang
terlihat, ya ru’yat (melihat dengan mata telanjang) sebagai saksi adanya yang terlihat dengan
nyata.
Mari kita dalami sifat dari Allah, sifat Allah yang sesungguhnya, Yang Asli, aslinya dari Allah.

Sesungguhnya Allah itu, Allah yang hidup. Segala af'alnya (perbuatanya) adalah berasal dari
Allah. Itulah yang demaksud dengan ru’yati.

Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khairati (kebajikan hidup).
Makrifat itu hanya ada di dunia. Jauhar awal khairati (mutiara awal kebajikan hidup), sudah
berhasil kau dapatkan. Untuk itu secara tidak langsung sudah kamu sudah mendapatkan
pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna).
Insan Kamil (manusia yang sempurna) berasal dari Dzatullah (Dzatnya Allah). Sesungguhnya
ketentuan ghaib yang tersurat, adalah kehendak Dzat yang sebenarnya. Sifat Allah berasal dari
Dzat Allah. Dinamakan Insan Kamil kalau mengetahui keberadaan Allah itu.

Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuqad ghaib insan kamil, itu bukan berarti tidak
tersurat. Ya, itulah yang dinamakan puji budi (usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki
hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik.
Dan serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan hidup”.

Syekh Malaya berkata lemah lembut, “mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan
neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.

Nabi Khidir berkata dengan tersenyum manis, “Wahai Malaya! Maksudnya begini. Neraka
jasmani juga berada di dalam dirimu sendiri, dan yang diperuntukkan bagi siapa saya yang
belum mengenal dan meniru laku Nabiyullah. Hanya ruh yang tidak mati.
Hidupnya ruh jasmani itu sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam neraka.

Juga yang mengikuti bujuk rayu iblis, atau yang mengikuti nafsu yang merajalela seenaknya
tanpa terkendali, tidak mengikuti petunjuk Gusti Allah SWT.

Mengandalkan ilmu saja, tanpa memperdulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam, itu
disebut iman tadlot. Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan jasmanimu.
Pengetahuan tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah.

Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak mengerti apa
hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam.
Adapun yang dimaksudkan Rud Idhafi adalah sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir
nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.

Yang dimaksud dengan cahaya adalah yang memancar terang serta tidak berwarna, yang
senantiasa meserangi hati penuh kewaspadaan yang selalu mawas diri atau introspeksi mencari
kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti. Merasa sebagai anak Adam
yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan.

Ruh Idhafi seudah ada sebelum tercipta.


Syirik itu dapat terjadi, tergantung saat menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut Jauhar
Ning.

Keenamnya jauhar awal. Jauhar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah penghias
raga agra nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan.

Bermula dari ibarat ketujuh, dikala mendengarkan sabda Allah, maka Ruh Idhafi akan
menyesuaikan, yang terdapat di dalam Dzat Allah Yang Mutlak. Ruh serba pasrah kepada
Dzatullah, itullah yang dimaksudkan Ruh Idhafi.

Jauhar awal itu pula, yang menimbulkan Shalat Daim. Shalat Daim tidak perlu mengunakan air
wudhu, untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan. Itulah shalat batin yang sebenarnya,
diperbolehkan makan tidur syahwat maupun buang kotoran.

Demikianlah tadi cara shalat Daim (shalat selamanya selagi masih hidup di mana saja dan
kapan saja serta situasi bagaimanapun juga). Perbuatan itu termasuk hal terpuji, yang sekaligus
merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Jauhar tadi bersatu padu menghilangkan sesuatu
yang menutupi atau mempersulit mengetahui keberadaan Allah Yang Terpilih.

Adanya itu menujukkan adanya Allah, yang mustahil kalau tidak berwujud sebelumnya.

Kehidupan itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna dirinya.
Akibat junub sudah bersatu erat tetap bersih badan jisimmu. Adapun Muhammad badan Allah.
Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
Bukankah hidayah itu perlu diyakini? Sebagai pengganti Allah; Dapat pula disebut utusan
Allah. Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang beriman. Ruh mukmin
identik pula dengan Ruh Idhafi dalam keyakinanmu.

Disebut iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati (orang yang
sudah layak dijadikan suri tauladan segala tingkah lakunya). Bukankah demikian itu
pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan hewan yang tidak tahu
adanya sesuatu di masa yang telah lewat.

Kelak nanti tidak boleh tidak, karena tidak mengetahui ke-Islaman, maka matinya tersesat,
kufur serta kafir badannya. Namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini, segala
permasalahan dipahami lebih seksama baru dikerjakan,

Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah Nabi Muhammad. Bukankah
sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah prinsip. Di antaranya bingung karena
tiada pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran mendekatkan pada kufur kafir.

Fakir dekat dengan kafir. Sebabnya karena kafir itu, buta dan tuli tidak mengerti tentang surga
dan neraka. Fakhir tidak akan mendekatkan pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan
ini,
Tidak menyembah dan memuji, karena kefakirannya. Seperti itulah kalau fakir terhadap
Dzatullah.

Dan sesungguhnya Tuhan Allah, mematikan kefakiran manusia, kepastiannya ada di tangan
Allah semata-mata. Adapun wujud Dzatullah itu, tidak ada stu makhluk pun yang mengetahui
kecuali Allah sendiri. Ruh Idhafi menimbulkan iman.

Ruh Idhafi berasal dari Allah Yang Maha Esa, itulah yang disebut iman tauhid. Meyakini
adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah.

Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih. Menyatu
dengan Tuhan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus merasa bahwa Tuhan
Allah itu ada dalam dirimu.

Ruh Idhafi ada di dalam dirimu. Makrifat itu sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat, hidup
tunggal didalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan
Pilihan.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal tidak akan terjadi padamu, jangan takut
menghadapi sakaratil maut. Jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah.
Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat.

Ruh Idhafi tidak akan mati. Hidup mati, mati hidup.


Akuilah sedalam-dalamnya bahwa keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan
menghidupi dirimu, dan menghidupi segala yang hidup. Sastra Alif (huruf alif) harus
dimintakan penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya pun harus berani susah payah
mendalaminya. Terlebih lagi pengetahuan tentang kafir dan syirik!

Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya. Orang
yang menjalankan shalat itu berarti sudah mendapatkan anugrah sifat Tuhan Allah. Sebagai
sarana pengabdian hamba kepada Tuhan Allah. Yang menjalankan shalat sesungguhnya raga.
Raga yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup pada diri orang yang
menjalankannya.

Seandainya nyawa tidak hidup, maka Lam Tamsyur (maka tidak akan menolong) semua
perbuatan yang dijalankan. Secara yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan kehendak
orang yang menjalankan, namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas hambanya.
Itulah hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhafi berada di tangan orang mukmin.

Semua ruh berada di tangan-Nya. Yaitu terdapat pada Ruh Idhafi. Ruh Idhafi adalah sifat jamal
(sifat yang bagus atau indah) keindahan yang berasal Dzatullah. Ruh Idhafi nama sebuah
tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah).

Syarat jisim lathif (jasad halus) itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati.
Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus menerus meliputi jasad. Yang mengisayaratkan sifat
jalal (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkat adanya sifat jamal (sifat keindahan).

Jauhar awal mayit (mutiara awal kematian) itu, memberi isyarat hilangnya diri ini. Jelasnya,
semua yang tercipta akan mati. Setelah semuanya menemui kematian di dunia, maka akan
berganti hidup di akherat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti terjadi.
Asal mula manusia terlahir, dari adanya Ayah, Ibu serta Tuhan Yang Maha Pencipta. Satu
kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya, itulah isyarat dari tiga hari. Setelah dititipkan selama
tujuh hari, maka dikembalikan kepada yang menitipkan (yang memberi amanat). Titipan itu
harus seperti sedia kala.

Bukankah tauhid itu sebagai sarana untuk makrifat?


Titipan yang ketiga puluh hari, itu juga termasuk juga titipan, yang ada hanya kemiripan
dengan yang tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena menyesali sewaktu
masih hidup.
Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal dari Nur.

Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan dan
penyesalan yang berkepanjangan. Tak terkecuali siapun yang merasakan itu semua,
sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan.

Mati atau hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari. Bagaimanakah yang lebih
tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara keseluruhannya?
Allah dan Muhammad semuannya berjumlah satu. Seratuspun dapat dilukiskan seperti satu
bentuk, seperti diibaratkan dengan adanya cahaya yang bersumber dari cahaya Muhammad
yang sesungguhnya.

Sama hal pada saat kamu memohon sesuatu. Ruh jasad hilang di dalamnya, kehadirat Tuhan
Yang Maha Pemberi. Tepat pada hari keseribu, tidak ada yang tertinggal. Kembalinya pada
Allah sudah dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti mula pertama dalam keadaan
yang sempurna. Sempurna seperti mula pertama diciptakan”.
Syekh Malaya terang hatinya, mendengarkan pelajaran yang baru diterima dari gurunya Syekh
Mahyuningrat Nabi Khidir. Syekh Malaya senang hatinya sehingga beliau belum mau keluar
dari dalam tubuh Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya menghaturkan sembah, sambil berkata
manis seperti gula madu...
Pupuh Dhandhanggula

Sunan Kalijaga menerima wejangan dari Nabi Khidir

..."Kalau begitu hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Lebih nyaman di sini saja yang
bebas dari sengsara derita. Tiada selera makan dan tidur. Tidak merasa ngantuk dan lapar.
Tidak harus bersusah payah dan bebas dari rasa pegal dan nyeri. Yang terasa hanyalah rasa
nikmat dan manfaat. Nabi Khidir memperingatkan, “yang demikian tidak boleh kalau tanpa
kematian”!

Nabi Khidir semakin iba kepada pemohon yang meruntuhkan hatinya. Kata Nabi Khidir,
“kalau begitu yang awas sajalah! Terhadap hambatan upaya! Jangan sampai kau kembali!
Memohonlah yang benar dan waspada. Anggaplah kalau sudah kau kuasai, jangan hanya
digunakan dengan dasar bila ingat saja, karena hal itu sebagai rahasia Allah.

Tidak diperkenankan mengobrol kepada sesama manusia, kalau tanpa seizin-Nya! Sekiranya
ada yang akan mempersoalkan, memperbincangkan masalah ini! Jangan sampai terlanjur!
Jangan sampai membanggakan diri! Jangan peduli terhadap gangguan, cobaan hidup! Tapi
justru terimalah dengan sabar!

Cobaan hidup yang menuju kematian, ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang sebenarnya
ialah tersimpan rapat di dalam jagadmu! Hidup tanpa ada yang menghidupi kecuali Allah saja.
Tiada antara lamanya tentang adanya itu. Bukankah sudah berada di tubuh? Sungguh, bersama
lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan!

Kemudian tidak pernah memberitahukan darimana asalnya dulu. Yang menyatu dalam gerak
perputaran bawana. Bukankah berita sebenarnya sudah ada padamu? Cara mendengarnya
adalah denga ruh sejati, tidak menggunakan telinga. Cara melatihnya, juga tanpa dengan mata.
Adapun telinganya, matanya yang diberikan oleh Allah. Ada padamu itu.

Secara lahir sukma atu ada padamu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri. Memang
demikianlah penerapannya. Ibarat seperti batang pohon yang dibakar, pasti ada asap apinya,
menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu,
tubuhnya dikuasai gerak dan kata hati. Demikian pun dengan Hyang Sukma.

Sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan. Dan sukma yang kita kehendaki ada.
Diberitahu akan tempatnya seperti wayang ragamu itu. Karena dalanglah segala gerak wayang.
Sedangkan panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan atau raga.
Bergerak bila digerakkan. Segala-galanya tanpa kelihatan jelas, perbuatan dengan ucapan.

Yang berhak menentukan semuanya, tidak tampak wajahnya. Kehendak justru tanpa wujud
dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Permisalan yang jelas ketika berhias.
Yang berkaca itu Hyang Sukma, adapun bayangan dalam kaca itu ialah dia yang bernama
manusia sesungguhnya. Berbentuk di dalam kaca.

Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya,
karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia ini?
Artinya lembut ialah karena kecilnya. Sekecil kuman. Bukankah lebih lembut kesirnaan
manusia? Artinya lebih dari, karena menentukan segalanya. Sekali lagi artinya lembut ialah
sangat kecilnya.

Dapat mengenai yang kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak, melata tiada
bedanya, benar-benar serba lebih. Lebih pula dalam menerima perintah dan tidak boleh
mengandalkan pada ajaran dan pengetahuan. Karena itu bersungguh-sungguhlah
menguasainya. Badan atau dirimu doronglah dalam meraihnya. Pahamilah liku-liku ulah
tingkah kehidupan manusia!
Ajaran itu sebagai ibarat benih sedangkan yang diajari ibarat lahan.

Misal kacang dan kedelai. Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanah pada saat
kehujanan dan kepanasan, pasti tidak tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana, melihatmu
musnahkanlah pada matamu! Jadikanlah penglihatanmu sukma dan rasa.

Demikian pula wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada yang Empunya suara! Justru kau
hanya mengakui saja sebagai pemiliknya. Sebenarnya hanya mengatasnamai saja. Maka dari
itu kau jangan memiliki kebiasaan yang menyimpang, kecuali hanya kepada Hyang Agung.
Dengan demikian kau "Angraga Sukma." Yaitu kata hatimu sudah bulat menyatu dengan
kawula Gusti. Bicarakanlah menurut pendapatmu!

Bila pendapatmu benar-benar meyakinkan, bila masih merasakan sakit dan was-was, berarti
kejangkitan bimbang yang sebenarnya. Bila sudah menyatu dalam satu wujud. Apa kata hatimu
dan apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir terwujud ada. Yang kau cita-citakan tercapai.
Berarti sudah tercakup/kuasai olehmu. Jagad seisinya justru benar-benar untukmu.

Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai khalifah di dunia. Bila sudah memahami dan
menguasai amalan dan ilmu ini, hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah.

Masalah itu satu tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh lupa.
Lahiriah kau landasilah dengan pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah secara sama.
Sedangkan kelimanya adalah dapat tersimpan dengan baik, berguna dimana saja!

Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam mati. Ialah hidup abadi. Yang
mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya.
Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma muksa. Jelasnya mengalami kematian! Syekh
Malaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan senang hatimu! Anugrah berupa wahyu
akan datang kepadamu.

Seperti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah turunnya wahyu menghilangkan
kotoran? Bersih bening, hilang kotorannya”.
Kemudian Nabi Khidir berkata dengan lembut dan tersenyum. “Tak ada yang dituju, semua
sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan keprawiraan, kesaktian semuanya
sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan”.

Habislah sudah wejangan Nabi Khidir. Syekh Malaya merasa sungkan sekali di dalam hati.
Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya sudah mendapat petunjuk yang
cukup. Rasa batinya menjelajah jagad raya tanpa sayap. Keseluruh jagad raya, jasadnya sudah
terkendali. Menguasai hakekat semua ilmu. Umpama bunga yang masih lama kuncup, sekarang
sudah mekar berkembang.

Ditambah bau semerbak mewangi. Karena sudah mendapatkan sang Pancaretna, kemudian
Sunan Kalijaga disuruh keluar dari raganya Nabi Khidir kembali ke alamnya semula”.

Lalu Nabi Khidir berkata, “He, Malaya. Kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil
menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun lenyap.

Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi. Berarti kau sudah mengetahui jawaban atas
pertanyaanmu! Artinya godaan hati ialah rasa qona'ah yang semakin dimantapkan. Ibarat
memakai pakaian sutra yang indah. Selalu mawas diri. Semua tingkah laku yang halus.

Diresapkan kedalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihiasi dengan keselamatan, dan dipajang
seperti permata, agar mengetahui akan kemauan berbagai tingkah laku manusia. Perhaluslah
budi pekertimu atau akhlak ini! Warna hati kita yang sedang mekar baik, sering dinamakan
Kasturi Jati.

Sebagai pertanda bahwa kita tidak mudah goyah, terhadap gerak-gerik, sikap hati yang ingin
menggapai sesuatu tanpa ilmu, ingin mendalami tentang ruh itu justru keliru. Lagi pula secara
penataan, kita itu ibaratnya busana yang dipakai sebagai kerudung. Sedangkan yang ikat kepala
sebagai sarungmu.

Kemudian terlibat ingatan ketika dulu. Ibarat mendalami mati ketika berada di dalam rongga
ragaku.
Tampak oleh Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan kuning itu, sebagai hambatan
yang menghadang agar gagal usaha atauu ikhtiar atau cita-citanya.

Dan yang putih di tengah itulah yang sebenarnya harus diikuti. Kelimanya harus tetap
diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya sifatnya.
Berkat kesediaanku berbuat sebagai penyekat. Untuk alat pembebas sifat berbangga diri. Yang
selalu didambakan siang dan malam. Bukankah aku banyak sekali melekat atau mengetahui
caranya pemuka agama yang ternyata salah dalam penafsiran. Dan penyampaian
keterangannya? Anggapannya sudah benar. Tak tahunya malah mematikan pengertian yang
benar. Akibatnya terperosok dalam penerapannya.

Ada pemuka agama yang ibaratnya menjadi burung. Ia hanya sekedar mencari tempat
bertengger saja. Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat batangnya.
Untuk kemuliaan hidup baru. Ada orang yang berkedudukan, ada yang ikut orang kaya.
Akhirnya di masyarakatkan. Ibaratnya seperti sekedar memperoleh kemuliaan sepele. Jadinya
tersesat-sesat.

Ada pula yang justru memiliki jalan terpaksa.


Menumpuk kekayaan harta dan istri banyak. Ada pula yang memilih jalan menguasai putranya.
Putra yang bakal menguasai hak asasi orang per orang. Semuanya ingin mendapatkan yang
serba lebih di dalam memiliki jalan mereka. Kalau demikian halnya, menurut pendapatku,
belumlah mereka disebut pemuka agama yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah, tapi
masih berkeinginan pribadi atau berambisi. Agar semua itu menjunjung harkat dan martabat.

Tatanan yang tidak pasti, belum bisa disebut manusia utama. Yang demikian itu menurut
anggapannya dan perasaannya mendapatkan kebahagiaan, kekayaan dan mengerti hak yang
benar. Bila kemudian tertimpa kedudukan, terlanjur terbiasa. Memilih jalan sembarang tempat,
tanpa menghasilkan jerih payahnya dan tanpa hasil. Dalam arti mengalami kegagalan total.

Setidak-tidaknya menimbulkan kecurigaan. Apa kebiasaan ketika hidup didunia. Ketika


menghadapi datangnya maut, disitulah biasanya tidak kuat menerima ajal. Merasa berat
meninggalkan kehidupan dunia tak tersangkal lagi. Pokoknya masih lekat sekali pada
kehidupan duniawi. Begitulah beratnya mencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa terlekat
kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajalnya.

Bila salah menjawab pertanyaannya bumi, lebih baik jangan jadi manusia! Kalau matinya
binatang mudah penyelesaiannya. Karena matinya tanpa pertanggungjawaban. Bila kau sudah
merasa hatimu benar. Akan hidup abadi tanpa hisab. Akibatnya, tubuh bumi itu
keterdiamannya tidak membantu. Kesepiannya tidak mencair.

Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya.


Ingatlah pada agamawan selalu mencari penyelesaian yang benar. Yaitu bagaimana hilang dan
mati bersama raganya ialah diidamkannya. Sehingga mempertinggi semedinya, untuk mengejar
keberhasilan.

Tapi sayang tanpa petunjuk Allah, apalagi hanya semedi semata. Tidak disertai dukungan
ilmu.Akibatnya hasilnya kosong melompong. Karena hanya mengandalkan pikirnya. Ini berarti
belum mendapat tata cara hidup yang benar hakiki yang seperti ini adalah idaman yang sia-sia.

Bertapanya sampai kurus kering, karena sedemikian rupa caranya menggapai kematian.
Akhirnya meninggalnya tanpa ketentuan yang benar. Karena terlalu serius.adapun cara yang
benar adalah tapa itu hanya sebagai ragi atau pemantap pendapat. Sedangkan ilmu itu sebagai
pendukung. Tapa tanpa ilmu tidak akan berhasil. Bila ilmu tanpa tapa,

Rasanya hambar tidak akan memberi hasil. Berhasil atau tidaknya tergantung pada
penerapannya. Dicegah hambatannya yang besar, sabar dan tawakal. Bukankah banyak
agamawan palsu. Ajarannya setengah-setengah. Kepada sahabatnya merasa pintar sendiri.
Yang tersimpan dihati, segera dilontarkan segala uneg-unegnya.

Disampaikan kepada gurunya.

Penyampaiannya hanya berdasarkan perkiraan belaka.


Dahulunya belum mendapatkan pelajaran. Sangking tobatnya tidak merasa enak kalau
menyanggah. Lalu ikut-ikutan mendengarkan. Dengan menamakan rohaniwan yang terbesar.
Dianggapnya sudah pasti pendapatnya benar. Pendapatnya atau ilmunya adalah wahyunya itu
anugerah yang khusus diberikan pribadi. Akhirnya sahabatnya diaku sebagai anak.

Ditekan-tekankan tuntutan besar berupa ikatan batin. Oleh guru bila sudah akan mejang atau
menyampaikan ajaran, duduk merasa sering berdekatan. Sehingga sahabat dikuasai oleh guru,
dan sang guru menjadi sahabat batin. Luansnya tanggapan bahwa segalanya merupakan
merupakan wahyu Allah. Kebaikannya, keduanya antara guru dan sahabat saling memahami.
Kalau seorang diantara mereka dianggap sebagai orang yang berilmu.

Harus ditaati segala apapun yang diucapkan itu. Misalnya berjalan juga harus disembah
biasanya bertempat di pucuk-pucuk gunung.
Pengaruh ajarannya sangat mengundang perhatian menemui perguruannya. Bila ada yang
berguru atau menghadap, nasihatnya macam-macam dan banyak sekali. Seperti gong besar
yang dipukul. Bukankah ajarannya yang dibeber tidak bermutu atau berbobot. Akibatnya
rugilah mereka yang berguru?

Janganlah seperti itu orang hidup. Anggaplah ragamu sebagai wayang. Digerakkan
ditempatnya. Terangnya blencong itu ibarat panggung kehidupanmu. Lampunya bulan
purnama, layar ibarat alam jagad raya yang sepi kosong. Yang selalu menunggu-nunggu buah
pikir atau kreasi manusia. Batang pisang ibarat bumi tempat bermukim manusia.

Hidupnya ditunjang oleh yang nanggap.


Penanggapnya ada di dalam rumah, istana. Tidak diganggu oleh siapapun. Boleh berbuat
menurut kehendaknya. Hyang Permana dalangnya. Wayang pelakunya. Adakalanya
digerakkan ke utara ke selatan dan barat serta timur. Seluruh gerakkannya. Digerakkan oleh
sutradara. Bila semuanya digerakkan berjalan. Semua ada di tangan dalang.

Dialognya menyampaikan pesan juga. Bila bercakap lisannya itu menyampaikan berbagai
nasihat, menurut kehendaknya. Penonton dibuat terpesona, diarahkan melekat pada dalang.
Adapun yang nanggap itu selamanya tidak akan tahu. Karena ia tanpa bentuk dan ia berada di
dalam puri atau rumah atau istana. Ia tanpa warna itulah dia Hyang Sukma.

Cara Hyang Permana mendalang, mempercakapkan tanpa dirimu. Tanpa membedakan sesama
titah. Di samping itu, bukankah dia tidak terlibat sebagai pelaku? Misalnya berada dalam
tubuhmu? Atau ibarat minyak di dalam susu? Atau api dalam kayu?.

Berhasrat sekali karena belum diberi petunjuk sehingga menggelar doa di kayu, dakon dan
gesekan. Dengan beralatkan sesama batang pohon. Gesekan itu disebabkan oleh angin.
Hangusnya kayu, keluarlah kukusnya.

Tak lama kemudian apinya. Api dan asapnya keluar dari kayu itu. Bermula dari ingat pada saat
awal mulanya. Semua yang tergelar ini berasal dari tiada. Manusia diciptakan lebih dari
makhluk yang lain. Bukankah itu yang disebut rahasia atau rahsa?

Manusia itu tidak paling mulia daripada ciptaan yang lain. Maka dari itu janganlah mudah
terpengaruh oleh buah pikirmu yang bulat. Bulat atas segala gerak dan kehendak. Adapun isi
jagad itu jangan mengira hanya manusia saja, tapi berisi segala macam titah. Hanya saja
manusia itu. Penguasanya satu. Yang menghidupi jagad seisinya. Demikianlah tekad yang
sempurna.
Hei Syekh Malaya segeralah menyudahi! Kembalilah kau ke pulau Jawa! Bukankah
sebenarnya kau mencari dirimu juga?.

Syekh Malaya bergegas. Bersembah dan berkata dengan berbelas kasih untuk memenuhinya,
yang disebut Kalingga Murda,”Hamba setia dan taat”. Nabi Khidir lalu musnah dan lenyap.
Syekh malaya tampak berdoa di samudera. Tapi tidak tersentuh air.

Syekh Malaya sangat berjanji dalam hati atas peringatan atau ajaran sang guru yang sempurna.
Bukankah ia masih sangat ingat? Hasrat hati yang telah memiliki atau mengetahui ilmu
kawekas. Isinya jagad telah terkuasai dalam hati, merasa mantap dan disimpan dalam ingatan.
Sehingga serba mengetahui dan tak akan keliru lagi. Diresapi dalam jiwa dan dijunjung sampai
mati. Ia telah lulus dari sumber aroma kasturi yang sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati
lenyap.

Sesudah itu Syekh Malaya pulang. Hatinya sudah tidak goyah lagi karena segala ajaran itu
tampak jelas dalam hati. Ia tidak salah lagi melihat dirinya siapa sebenarnya. Penjelmaan
jiwanya menyatu dalam satu wujud. Walau secara lahiriah dirahasiakan. Norma atau perilaku
tatacara jiwa kesatria, berhasil dikuasai. Bukankah ia sudah menggunakan mata batinnya yang
tajam atau peka? Ibarat hewan dengan bebannya!
Sudah tak ada atau terjadi, kematian dalam kehidupan. Setelah bagaimana ia menerima ajaran
gurunya. Sama sekali tidak diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya sudah tamat dan di kuasai
dengan tersimpan dalam hati, serta diimankan dengan cermat. Mematuhi semua ajaran guru.
Perbuatan, pikiran dan rasa bukankah diuji dalam hati yang suci dan bening? Benar-benar
terasa sebagai anugrah Tuhan.

Sesungguhnya sang guru benar-benar sudah hilang raganya, sudah tidak ada. Akan tetapi selalu
terbayang dalam hatinya. Dan sudah ditetapkan sebagai kekasihnya. Adapun segala ketercelaan
hati sudah lenyap.

Rasanya tenanglah dunia dan akhirat. Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah
diketemukan. Sukma suci dalam segala tingkah lakunya itu memahami sepaham-pahamnya.
Bukankah sudah memahami buah pikir lewat petunjuk?

Sehingga tidak takut akan kematian yang sering timbul dalam buah pikiran?

Ia sudah mengharapkan bahwa raganya akan ikhlas kalau kematian yang mulia. Yang diridhai
oleh Tuhan atau Sang Hyang Widi. Namun sebenarnya tidak ada anggapan perasaan. Yaitu
rasa seperti itu. Tiadanya pandang atau wawasan seperti itu. Bukankah sudah lenyap
selamanya. Tinggal jiwa suci yang terpuji mulia? Mulia seperti zaman dahulu atau awalnya.

Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjemput maut setiap saat. Tidak
merasakan akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsu dan badan, jiwa hidup abadi dan aman
sejahtera. Senang, mulia dan merdeka, semuanya itu sudah diterapkan dalam hati. Sehingga
berpegang pada kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi suci dan merata sama posisinya. Sudah
mengetahui akan makna kematian yang sebenarnya.

Ia tidak merasa takut kapanpun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima oleh
Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati itu.

Sekali lagi ialah sudah aman, sejahtera, mulia, itulah makna yang sempurna. Yaitu tidak
meninggalkan hak-Nya. Ketujuh alam sudah lenyap. Bukankah lenyapnya alam ini sudah
jelas? Kini yang lain ibarat kau sajalah!

Penguasa alam bukankah sudah kita ketahui? Yang bernama Abirawa yang artinya berkuasa
dan berkehendak. Adapun alam yang keenam artinya ialah yang telah lenyap : timur, barat,
utara, selatan, atas, bawah serta kayu dan batu dan diri sendiri. Bila kita telah mati yang ada
hanya kosong dan sepi. Yang terdengar hanya deru angin, debur air dan kobaran api di alam
dahana.

Matahari, bulan, bukankah termasuk alam juga? Dua puluh tiga alam yang serba nafsu itu,
semuanya baru hadis belaka. Walaupun bukankah sama dahulunya? Syekh Malaya sudah
memahami hal itu semua? Kalau itu semua adalah alam serba nafsu. Dan alam yang sebenar-
benarnya sudah jelas yaitu penguasa alam semua. Sedang penyelarasnya hanyalah alam
anbiyak ini. Alam anbiyak itu baunya harum dan mewangi.

Tapi bukan pribadi majazi. Yang hakiki yang menyelaraskan alam. Menjadi terang dan mulia
semua. Dan alam berarti itu ialah tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam malakut. Artinya
ialah sudah tiba menjelang alam kemuliaan. Ibarat ruangan, sekat sebagai pemisah. Adapun
alam anbiyak ialah.

Alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah kehidupannya. Banyak yang belum
tahu akan kenyataannya. Tentang mana mirah mana intan. Sudah jelas nilai dari Kumala Adi.
Yaitu sebagus-bagusnya warna dari intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah sama dengan
lainnya? Yaitu sudah menyatu dengan sebenar-benarnya kematian lainnya. Itulah alam anbiya.
— at TAMAT SULUK LINGLUNG .
Posted 30th September 2014 by Unknown
16

View comments

1.
UnknownJuly 30, 2018 at 11:40 AM

Trimakasih atas tulisannya, asli atau palsu hanya ALLAH S.w.t yang tau.

Reply

2.

UnknownJuly 30, 2018 at 11:41 AM

Apabila ada coretan lagi mohon diterbitkan.

Reply

3.

UnknownOctober 18, 2018 at 2:52 AM

Kapan kapan bahas suluk lainnya om

Reply

4.

UnknownDecember 23, 2018 at 3:25 AM

Sugeng rawuh .. 😂

Reply

5.

UnknownJanuary 29, 2019 at 9:57 PM

Matursembahsuwon, Sugeng rahayu

Reply
6.

mbuh wesFebruary 9, 2019 at 12:43 PM

😂😂😂

Reply

7.
Priyono SigitFebruary 28, 2019 at 4:40 AM

Matur nuwun

Reply

8.

UnknownMarch 2, 2019 at 11:11 AM

Matur suwon

Reply

9.

agus dediMarch 14, 2019 at 4:42 AM

Matur suwon

Reply

10.

UnknownMarch 19, 2019 at 3:27 PM

joss

Reply

11.

UnknownMarch 30, 2019 at 12:20 PM

Mator seklangkong

Reply

12.

UnknownApril 28, 2019 at 3:09 PM

Sejatinya ilmu dan ilmu sejati sejati nya agama dan agama zejati trimakasih

Reply

13.

UnknownMay 9, 2019 at 10:08 AM

matur suwun
Reply

14.

UnknownMay 9, 2019 at 11:40 PM

Alhamdulillah, Suwun

Reply

15.

UnknownJuly 2, 2019 at 1:42 AM

mugi tansah pinaringan keslametan...

Reply

16.

UnknownJuly 13, 2019 at 11:06 AM

Salam 😂

Reply

Perjalanan Waktu

 Classic
 Flipcard
 Magazine
 Mosaic
 Sidebar
 Snapshot
 Timeslide

1.

Sep

30

TERJEMAH SULUK LINGLUNG


SUNAN Kalijaga berhasrat besar mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi dan
Wali, ibaratnya kumbang ingin menghisap madu/sari kembang.

Mendapat gelar agung sebagai guru suci Tanah Jawi. Raden Mas Sahid putra kanjeg
Adipati Tuban, sudah menjadi alim ulama yang cerdik dan pandai. Bahkan beliau sudah
dapat merasakan mati di dalam hidup. Tingkatan pendakian tauhid yang sangat tinggi,
dan patut diacungi jempol. Namun beliu belum puas dengan apa yang sudah didapat.
Dia mempunyai himatulaliyyah atau cita-cita yang tinggi yaitu bertujuan ingin
memperoleh petunjuk dari seseorang yang sudah menemukan hakikat kehidupan, yang
nantinya dapat mengantarkanya agar mendapat petunjuk yang dipegang para Nabi Wali
atau Imam Hidayah.

Tekadnya semakin membaja, menyebabkan beliau melakukan perjalanan hidup yang


tidak mempedulikan dampak atau akibat apapun yang akan terjadi, nafsunya menuntut
ilmu semakin membara tak perduli samudra api menghadang. Bukankah Rasulullah
pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu biarpun harus menyeberang samudra api!”.

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid hatinya bimbang dan pikirannya bingung. Siapa
yang tidak bingung! Segala ilmu yang diketahui dan dipahami diamalkan dengan penuh
pengabdian kepada Allah, namun beliau merasa selalu tergoda oleh nafsunya, dan
merasa tidak mampu mengatasinya. Berbagai usaha ditempuh agar akhir hidupnya
nanti, mampu mengatasi nafsunya, jangan sampai terlanjur terlantur, hanya puas makan
dan tidur.

Namun tetap saja dirinya merasa hatinya kalah perang dengan nafsunya. Akhirnya beliu
pasrah kepada Allah tempat berserah diri.
Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid memohon kepada Allah Tuhan Yang Terpilih,
semoga dibukakan oleh Tuhan Pembuat Nyawa, agar istiqomah hatinya, selaras dengan
kehendak hatinya, jalan menuju sembah dan puji. Dan tiada putus-putusnya dia berdoa,
biarpun terselip kekhawatiran dosa dan kekhilafan yang pernah dilakukannya semasa
muda, mungkin tak termaafkan oleh Gusti Allah. Sekian lama beliau berdoa, namun tak
ada tanda-tanda terkabulnya doa. Akhirnya beliau mawas diri. Mengapa petunjuk yang
ditunggu-tunggu belum juga datang? Apakah caranya beribadah dan bersyukur yang
salah? Apakah yang dilakukan selama ini acak-acakan tanpa dasar ilmu yaqin ?

Ling lang ling lung, akhirnya Raden Mas Sahid diam tak mau berdoa lagi. Beliu
menyendiri dan menjauhi urusan duniawi (uzlah). Buak dari laku ini, dirasanya masih
saja ada gejolak batin, saling bertengkar dua sura dalam batingnya sendiri, bisikan
Malaikat dan bisikan Syaitan. Pertentangan suaranya tidak lantang sebagaimana
layaknya orang bertengkar, tetapi pertengkaran hebat itu tidak kunjung berhenti!
Bukankah bisikan baik dan buruk saling merebut kemenangan? Apa sih yang
diperebutkan? Padahal tidak ada yang diperebutkan! Perang batin ini, kalau diibaratkan
seperti perebutan Kerajaan Ngastina oleh Kurawa dan Pandawa yang masih termasuk
keluarga sendiri atau darah daging sendiri!

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid menyadari laku uzlah yang dijalankannya tak
menghasilkan petunjuk yang diharapkan. Akhirnya tanpa malu-malu, karena didesak
oleh hasrat mengetahui petunjuk, beliau berusaha bertapa berlapar-lapar, kalau ada
teman datang, ikut makan dengan rakusnya, kalau temannya pergi tidak makan seumur
hidupnya, sebab tidak ada yang dimakan. Ling lang ling lung, menuruti kesenangan
memperindah diri, selalu meminta upah.

Ling lang ling lung, Raden Mas Sahid meminta upah dari laku bertapa berlapar-lapar
ternyata tiada hasil. Beliau akhirnya menyadari kebodohannya dan tersemyun sendiri.
Mengapa sampai teganya Dia menagih tak henti-hentinya kepada Allah, padahal tanpa
piutang? Gusti Allah yang ditagih wajar kalau diam saja, memang kenyataanya tidak
berhutang! Biarpun yang menagih datang dan pergi, semua itu tidak ada bedanya, dan
Allah Yang Maha Karya berhak tidak melunasi karena tidak pernah berhutang kepada
Raden Mas Sahid. Akhirnya beliu memutuskan diri untuk berguru dengan Kanjeng
Sunan Bonang, barangkali dengan itu, beliu dapat petunjuk iman hidayah.

Mulailah Raden Mas Sahid berguru kepada seseorang yang tinggi ilmunya yang
bersunyi diri di Desa Bonang yang bergelar Kanjeng Sunan Bonang. Beliu mohon
kepada Kanjeng Sunan Bonang untuk ditunjukkan hakikat kehidupan. Syekh Malaya
disaat mulai berguru kepada Kanjeng Sunan Bonang diperintah bertapa menunggu
pohon gurda dan dilarang meninggalkan tempat.

Ling lang ling lung, Syekh Malaya dapat dikatakan orang hebat, karena keinginanya
yang kuat serta tekad batinnya, tak dapat dibandingkan dengan yang lainnya.
Maklumlah beliu berdarah luhur, putra Kanjeng Adipati Tuban Wilwatikta II bernama
Raden Mas Sahid, waktu tua bergelar Sunan Kalijaga. Rupanya sudah terlebih dahulu
mendapat anugrah Kasih Sayang Gusti Allah Pencipta Nyawa yang sudah menjadi
kemulian Tuhan Yang terpilih, timbul dari kasih Sayang Allah...(Mahabbatullah)....

Rindu Kasih Sayang

" Syekh Malaya berguru menuntut ilmu sudah cukup lama, namun merasa belum dapat
manfaat yang nyata, rasanya Cuma penderitaan yang didapat, sebab disuruh
memperbanyak bertapa, oleh Kanjeng Sunan Bonang, diperintah “menunggui pohon
gurda” yang berada ditengah hutan belantara dan tidak boleh meninggalkan tempat,
sudah dilaksanakan selama setahun.
Laku tapa yang kedua, disuruh “ngaluwat” yaitu ditanam di tengah hutan.

Setelah setahun kemudian dibongkar oleh Kanjeng Sunan Bonang. Kemudian


diperintahkan pindah, Tafakur (berzikir) di tepi sungai yg nantinya beralih menjadi
nama sebutannya (Kalijaga = menjaga sungai) selama setahun, dan tidak boleh tidur
ataupun makan, lalu ditinggal ke Mekah oleh Kanjeng Sunan Bonang.
Nyatanya sudah genap setahun, Syekh Malaya ditengok, ditemui masih tafakur saja,
Kanjeng Sunan bonang bersabda, “wahai siswaku sudahilah tarak bratamu, kamu mulai
sekarang sudah menjadi Wali dan bergelar Sunan Kalijaga. Kamu diangkat sebagai wali
Sembilan penutup maksudnya melengkapi Wali Sanga atau Wali Sembilan yang saat
itu jumlah kurang satu wali.

Tugasmu ikut menyiarkan agama Islam dan perbaikilah ketidakaturan yang ada. Agama
itu tata krama, kesopanan untuk Kemuliaan Tuhan Yang Maha Mengetahui. Kau harus
berpegang pada syariat Islam, serta segala ketentuan iman hidayah. Hidayah itu dari
Gusti Allah Yang Maha Agung, yang sangat besar kanugrahan-Nya menumbuhkan
kekuatan luar biasa dan keberanian, serta meliputi segala kebutuhan perang, yang
demikian itu tidak lain adalah anugrah yang besar, paling utama dari segala yang utama
(keutamaan).

Keutamaan ibarat bayi, siapapun ingin memelihara, yang mencukupi bayi, menguasai
pula terhadap dirimu, tapi kamu tak punya hak menentukan, karena kau ini juga yang
menentukan Gusti Allah Yang Maha Agung, karena itu mantapkanlah hatimu dalam
pasrah diri pada-Nya”.Syekh Malaya berkata lemah lembut kepada Kanjeng Sunan
Bonang, “sungguh hamba sangat berterima kasih, semua nasihat akan kami junjung
tinggi, tapi hamba memohon pada guru, mohon agar sekalian dijelaskan, tentang
maksud sebenarnya dari sukma luhur atau ruh yang berderajat tinggi, yang sering
disebut iman hidayah. Hamba harus mantap berserah diri kepada Gusti Allah,
bagaimanakah cara melaksanakan dengan sebenar-benarnya?

Hamba mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya. Kalau hanya sekedar ucapan semata
hamba pun mampu mengucapkannya. Hamba takut kalau menemui kesalahan dalam
berserah diri, karena menjadikan hamba ibarat asap belaka, tanpa guna menjalankan
semua yang kukerjakan.

Kanjeng Sunan Bonang menjawab lembut, “Syekh Malaya benar ucapanmu, pada saat
bertapa kau bertemu denganku, yang dimaksud berserah diri ialah selalu ingat perilaku
atau pekerjaan, seperti ketika awal mula diciptakan, bukankah itu sama halnya seperti
asap? Itu tadi seperti hidayah wening atau petunjuk yang jernih, serupa dengan iman
hidayah, apakah itu nampak dengan sebenarnya? Namun ketahuilah semua tidak dapat
diduga sebelum mempunyai kepandaian untuk meraihnya, kejelasan tentang hidayah,
hanya keterangan yang saya percayai, karena keterangan itu berasal dari sabda Gusti
Allah”.

Berkata Kanjeng Sunan Kalijaga, “ Bapak Guru yang bijaksana, hamba mohon
dijelaskan, apakah maksudnya, ada nama tanpa sifat, ada sifat tanpa nama? Saya mohon
petunjuk, tinggal itu yang saya tanyakan yang terakhir kali ini saja”. Kanjeng Sunan
Bonang bersabda lemah lembut, “Kalau kamu ingin keterangan yang jelas tuntas,
matikanlah dirimu sendiri, belajarlah kamu tentang mati, selagi kau masih hidup.
Caranya bersepi dirilah kamu ke hutan rimba, dan jangan sampai ketahuan manusia”.

Sudah habis segala penjelasan yang disampaikan Kanjeng Sunan Bonang segera
meninggalkan tempat, dari hadapan Sunan Kalijaga, timur laut arah langkah yang
dituju. Kira-kira baru beberapa langkah berlalu, Syekh Malaya ikut meninggalkan
tempat itu, masuk kehutan belantara.
Raden Mas Sahid menjalankan laku kijang, berbaur dengan kijang menjangan, segala
gerak laku kijang ditirunya, kecuali bila ingin tidur, ia mengikuti cara tidur berbalik,
tidak seperti tidurnya kijang. Kalau pergi mencari makan mengikuti seperti caranya
anak kijang. Bila ada manusia yang mengetahui, para kijang berlari tunggal langgang,
Sunan Kalijaga juga ikut berlari kencang jangan sampai ketahuan manusia. Larinya
dengan merangkak, seperti larinya kijang, pontang panting jangan sampai ketinggalan,
mengikuti sepak terjang kijang.

Nyata sudah cukup setahun, Syekh Malaya menjalani laku kijang, bahkan melebihi
yang telah ditetapkan, ketika itu Kanjeng Sunan Bonang, bermaksud sholat ke Mekah,
dalam sekejap mata sudah sampai, setelah sholat segera datang kembali. Kanjeng
Sunan Bonang menuju hutan untuk memberi tahu Syekh Malaya bahwa laku kijangnya
telah selesai. Sesampai di dalam hutan ia melihat kijang sama berlari, sedang anaknya
sempoyongan mengikuti. Sunan Bonang ingat dalam hati, kalau Wali Syekh Malaya
berlaku seperti anak kijang, segera ia mendekati gerombolan kijang, barangkali di sana
ditemukan Syekh Malaya.

Syekh Malaya yang kebetulan sedang berlaku meniru kijang tahu akan didekati
gurunya. Beliau ingat pesan gurunya, bahwa dirinya tidak boleh diketahui manusia,
gurunya juga manusia maka ia harus menghindari jangan sampai didekati manusia
biarpun oleh gurunya, larinya tunggang langgang, tanpa memperhitungkan jurang
tebing, ditubruk tidak tertangkap, dijaring dan diberi jerat, kalau kena jerat dapat lolos,
kalau kena jaring dapat melompati.
Marahlah sang guru Kanjeng Sunan Bonang, bersumpah dalam hatinya, “Wali wadat
pun aku tak peduli, memanaskan hati kau kijang, bagiku memegang angin yang lebih
lembut saja tidak pernah lolos, yang kasar akan lebih mudah ditangkap mustahil akan
gagal! Kalau tidak berhasil sekali ini, lebih baik aku tidak usah menjadi manusia, lebih
pantas kalau jadi binatang saja!”.
Kanjeng Sunan Bonang bergerak dengan penuh amarah. Beliau berusaha menciptakan
nasi tiga kepal telah disiapkan, dan segera ia mundur siap melempar Kijang.

Pupuh Durma

" Kanjeng Sunan Bonang segera menerobos ke dalam hutan yang lebih lebat dan sulit
dilewati, setelah benar-benar menemukan yang sedang laku kijang, tengah berlari.
Segera dilemparnya dengan nasi satu kepal, tepat mengenai punggungnya.
Syekh Malaya agak lambat larinya terkena lemparan nasi sekepal. Lalu lemparan yang
kedua, mengenai lambungnya, jatuh terduduk Syekh Malaya kemudian dilempar lagi,
nasi satu kepal, Syekh Malaya ingat dan sadar kemudian berbakti pada Sunan Bonang.
Syekh Malaya berlutut hormat mencium kaki Sunan Bonang. Berkata sang guru Sunan
Bonang “Anakku ketahuilah olehmu, bila kau ingin mendapat kepandaian, yang bersifat
hidayatullah, naiklah haji, menuju Mekah dengan hati tulus suci dan ikhlas. Ambillah
air zam-zam ke Mekah, itu adalah air yang suci, serta sekaligus mengaharapkan berkah
syafaat, Kanjeng Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan manusia”. Syekh
Malaya berbakti, mencium kaki gurunya dan mohon diri untuk melaksanakan tugas
yaitu segera menuju Mekah. Kanjeng Sunan Bonang lebih dahulu melangkahkan kaki
menuju desa Bonang yang sepi.

Dan selanjutnya kita ikuti, perjalanan Syeh Melaya yang berkehendak naik haji menuju
Mekah, dia menempuh jalan pintas.
Syekh Malaya menerobos hutan, naik gunung, turun jurang, tetebingan di dakinya
memutar, melintasi jurang dan tanjakan. Tanpa terasa perjalanannya telah sampai di
tepi pantai. Hatinya bingung, kesulitan menempuh jalan selanjutnya karena terhalang
oleh samudera luas, sejauh memandang tampak air semata. Dia diam tercenung lama
sekali di tepi samudera memutar otak mencari jalan yang sebaiknya ditempuh.

Syahdan tersebutlah seorang manusia, yang bernama Sang Pajuningrat, mengetahui


kedatangan seorang yang tengah bingung yaitu Syekh Malaya. Sang Mahyuningrat tahu
segala perjalanan yang dialami oleh Syekh Malaya dengan sejuta keprihatinan karena
ingin meraih iman hidayah. Berbagai cara telah ditempuh, juga melalui penghayatan
kejiwaan dan berusaha mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi, namun
mustahil dapat menemukan hidayah, kecuali kalau mendapatkan kanugrahan Allah
yang haq.
Syekh Malaya ternyata sudah terjun merenangi samudra luas, dan tidak mempedulikan
nasib jiwanya sendiri. Semakin lama Syekh Malaya sudah hampir sampai tengah
samudra, mengikuti jalan untuk mencapai hakikat yang tertinggi dari Allah, tidak
sampai lama, sampailah di tengah samudra.

Beliau kehabisan tenaga untuk merenangi samudra menuju Mekah. Dengan sisa-sisa
tenaga yang ada ia berusaha mempertahankan diri jangan sampai tenggelam di dasar
laut. Yang tampak kini. Syekh Malaya timbul-tenggelam di permukaan laut berjuang
menyelamatkan nyawanya.

Ternyata disaat Syekh Malaya dalam keadaan yang kritis itu berjuang antara hidup dan
mati, tiba-tiba penglihatannya melihat seseorang yang sedang berjalan di atas air
dengan tenangnya, yang tidak dari mana datangnya. Seketika itu pula, tahu-tahu Syekh
Malaya sudah dapat duduk tenang diatas air.

Orang yang mendekati Syekh Malaya tidak lain adalah Nabi Khidir yang menyapa
Syekh Malaya dengan lemah lembut, “Syekh Malaya apakah tujuanmu mendatangi
tempat ini? Apakah yang kau harapkan? Ketahuilah di sini tidak ada apa-apa! Tidak ada
yang dapat dibuktikan, apalagi untuk dimakan dan berpakaian pun tidak ada. Yang ada
hanyalah daun kering yang tertiup yang jatuh di depanku, itu yang saya makan, kalau
tidak ada tentu tidak makan. Senangkah kamu melihat kenyataan semua itu?”.

Sunan Kalijaga heran mengetahui penjelasan ini. Nabi Khidir berkata lagi kepada
Sunan Kalijaga, “Cucuku, di sini ini banyak bahayanya, kalau tidak mati-matian berani
bertaruh nyawa, tentu tidak mungkin sampai di sini. Di tempat ini segalanya tidak ada
yang dapat diharapkan hasilnya. Mengandalkan pikiranmu saja belum apa-apa, biarpun
kamu tidak takut mati. Kutegaskan sekali lagi, di sini kau tidak mungkin mendapat apa
yang kau maksudkan!”.

Syekh Malaya bingung tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia menjawab pertanyaan
Nabi Khidir, bahwa dia tidak mengetahui akan langkah yang sebaiknya perlu ditempuh
setelah ini. Tidak tahu apa yang akan dilakukannya kemudian! “Syekh Malaya pasrah
diri kepada Nabi Khidir , katanya "Terserah bagaimana baiknya menurut Guru”. Sang
guru Nabi Khidir menebak, “Apakah kamu juga sangat mengharapkan hidayatullah
Allah?”.

Akhirnya Kanjeng Nabi Khidir menjelaskan, “ikutilah petunjukku sekarang ini!”


“Kamu telah berusaha menjalankan petunjuk gurumu Sunan Bonang yang menyuruhmu
menuju kota Mekah, dengan keperluan naik haji. Maka ketahuilah olehmu, makna tugas
itu yaitu : sungguh sulit menjalankan lika-liku kehidupan ini”.

“Jangan pergi kalau belum tahu yang kau tuju dan jangan makan kalau belum tahu
rasanya yang dimakan, jangan berpakaian kalau belum tahu kegunaan berpakaian.
Lebih jelasnya tanyalah sesama manusia sekaligus dengan persamaannya, kalau sudah
jelas amalkanlah!”.

“Demikianlah seharusnya hidup itu, ibarat ada orang dari gunung, akan membeli emas,
oleh tukang emas biarpun diberi kuningan tetap dianggap emas mulia. Demikianlah
pula dengan orang berbakti, bila belum yakin benar, pada siapakah yang harus
disembah?” Syekh Malaya ketika mendengar itu, spontan duduk berlutut mohon belas
kasihan, setelah mendapati kenyataan Nabi Khidir betul-betul serba tahu yang
tersimpan di hatinya. Dengan duduk bersila dia berkata, “Yang kami dengar akan kami
laksanakan apa pun jadinya nanti. “Syekh Malaya meminta kasih sayang, memohon
keterangan yang jelas’, siapakah nama tuan? Mengapa di sini sendirian?

Sang Pajuningrat menjawab,


“sesungguhnya saya ini Nabi Khidir”.
Syekh Malaya berkata, “saya menghaturkan hormat sedalam-dalamnya kepada tuan
junjunganku dan mohon petunjuk serta perlu dikasihani, saya juga tidak tahu benar
tidaknya pengabdianku ini. Tidak lebih bedanya dengan hewan di hutan, itupun masih
tidak seberapa, bila mau menyelidiki kesucian diriku ini. Dapat dikatakan lebih bodoh
dan dungu serta tercela ibarat keris tanpa kerangka dan ibarat bacaan tanpa isi tersirat”.
Maka berkata dengan manisnya Sang Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga...
Sang Nabi Khidir

"Jika kamu berkehendak naik haji ke Mekah, kamu harus tahu tujuan yang sebenarnya
menuju ke Mekah itu. Ketahuilah mekah itu hanya tapak tilas saja! Yaitu bekas tempat
tinggal Nabi Ibrahim zaman dahulu. Beliulah yang membangun Ka’bah Masjidil Haram
serta yang menghiasi Ka’bah itu dengan benda yang berupa batu hitam (Hajar Aswad)
yang tergantung di dinding Ka’bah tanpa digantungkan.

Apakah Ka’bah itu yang hendak kamu sembah? Kalau itu yang menjadi niatmu, berarti
kamu sama halnya menyembah berhala atau bangunan yang dibuat dari batu.
Perbuatanmu itu tidak jauh berbeda dengan yang diperbuat oleh orang kafir, karena
hanya sekedar menduga-duga saja wujud Allah yang disembah, dengan senantiasa
menghadap kepada berhalanya. Oleh karenanya itu, biarpun kamu sudah naik haji, bila
belum tahu tujuanya yang sebenernya dari ibadah haji tentu kamu akan rugi besar.
Maka dari itu, ketahuilah bahwa Ka’bah yang sedang kau tuju itu, bukannya yang
terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu, tetapi Ka’bah yang hendak kau kunjungi itu
sebenarnya Ka’bahtullah (Ka’bah Allah). Demikian itu sesunggunya iman hidayah
yang harus kamu yakinkan dalam hati”.

Nabi Khidir memerintah, “Syekh Malaya segeralah kemari secepatnya! Masuk ke


dalam tubuhku!” Syekh Malaya terhenyak hatinya tak dapat dicegah lagi, keluarlah
tawanya, bahkan sampai mengeluarkan air mata seraya berkata halu. “Melalui jalan
manakah harus masuk ke dalam tubuhmu, padahal saya tinggi besar melebihi tubuhmu,
kira-kira cukupkah? Melalui jalan manakah usaha saya untuk masuk? Padahal nampak
olehku buntu semua?.

Nabi Khidir berkata dengan lemah lembut. “Besarmana kamu dengan bumi, semua ini
beserta isinya, hutan rimba dan samudera serta gunung tidak bakal penuh bila
dimasukkan kedalam tubuhku, jangan khawatir bila tak cukup masuklah di dalam
tubuhku ini. Syekh Malaya setelah mendengarnya semakin takut sekali dan bersedia
melaksanakan tugas memasuki badan Nabi Khidir, namun bingung tak tahu cara
melaksanakannya. Menolehlah Nabi Khidir, ini jalan di telingaku ini”.

Syekh Malaya masuk dengan segera melalui telinga Nabi Khidir. Sesampainya di
dalam tubuh Nabi Khidir, Syekh Malaya melihat samudera luas tiada bertepi sejauh
mata memandang, semakin diamati semakin jauh tampaknya. Nabi Khidir bertanya
keras-keras, “hai apa yang kamu lihat?”

Syekh Malaya segera menjawab, “Angkasa Raya yang kuamati, kosong melompong
jauh tidak kelihatan apa-apa, kemana kakiku melangkah, tidak tahu arah utara selatan
barat timur pun tidak kami kenal lagi, bawah dan atas serta muka belakan, tidak mampu
saya bedakan. Bahkan semakin membingungkanku”.
Nabi Khidir berkata lemah-lembut, “usahakan jangan sampai bingung hatimu”.

Tiba-tiba Syekh Malaya melihat suasana terang benderang. Dihadapannya nampak


Nabi Khidir, Syekh Malaya melihat Nabi Khidir malayang di udara kelihatan
memancarkan cahaya gemerlapan. Saat itu Syekh Malaya melihat arah utara selatan,
barat dan timur sudah kelihatan jelas, atas serta bawah juga sudah terlihat dan mampu
menjaringf matahari, tenang rasanya sebab melihat Nabi Khidir, rasanya berada di alam
yang lain dari yang lain.

Nabi Khidir berkata lembut, “jangan berjalan hanya sekedar berjalan, lihatlah dengan
sungguh-sungguh apa yang terlihat olehmu”. Syekh Malaya menjawab, “Ada warna
empat macam yang nampak padaku semua itu sudah tidak kelihatan lagi, hanya empat
macam yang kuingat yaitu hitam merah kuning dan putih”.
Berkata Nabi Khidir, “yang pertama kau lihat cahaya mencorong tapi tidak tahu
namanya ketahuilah itu adalah pancamaya, yang sebenarnya ada di dalam dirimu
sendiri yang mengatur dirimu. Pancamaya yang indah itu disebut mukasyafah, bila
mana kamu mampu membimbing dirimu ke dalam sifat terpuji, yaitu sifat yang asli.

Maka dari itu jangan asal bertindak, selidikilah semua bentuk jangan sampai tertipu
nafsu. Usahakan semaksimal mungkin agar hatimu menduduki sifat asli, perhatikan
terus hatimu itu, supaya tetap dalam jati diri!” Tentramlah hati Syekh Malaya, setelah
mengerti itu semua dan baru mantap rasa hatinya serta gembira. Nabi Khidir
melanjutkan penjelasannya, “adapun yang kuning, merah, hitam serta putih itu adalah
penghalanya. Sebab isinya dunia ini sudah lengkap, yaitu terbagi kedalam tiga
golongan, semuanya adalah penghalang tingkah laku, kalau mampu menjauhi itu pasti
dapat berkumpul dengan ghaib, itu yang menghalangi meningkatkan citra diri. Hati
yang tiga macam yaitu hitam, merah dan kuning, semua itu menghalangi pikiran dan
kehendak tiada putus-putusnya. Maksudnya akan menghalangi menyatunya hamba
dengan Tuhan yang membuat nyawa lagi mulia.

Jika tidak tercampur oleh tiga hal itu, tentu terjadi hilangnya jiwa, maksudnya orang
akan mencapai tingkatan Maqom Fana dan akan masuk Maqom Baqo atau abadi.
Maksudnya senantiasa berdekatan rapat dengan Sang Pencipta. Namun yang perlu
diperhatikan dan diingat dengan seksama, bahwa penghalang yang ada dalam dihati,
mempunyai kelebihan yang perlu kamu ketahui dan sekaligus sumber inti kekuatannya.
Yang hitam lebih perkasa, pekerjaanya marah, mudah sakit hati, angkara murka secara
membabi buta. Itulah hati yang menghalangi, menutup kepada kebajikan.

Sedangkan yang berwarna merah, ikut menunjukkan nafsu yang tidak baik, segala
keinginan nafsu keluar dari si merah, mudah emosi dalam mencapai tujuan, hingga
menutup kepada hati yang sudah jernih tenang menuju akhir hidup yang baik (khusnul
khatimah). Adapun yang berwarna kuning, kemampuannya mengahalangi segala hal,
pikiran yang baik maupun pekerjaan yang baik. Hati kuninglah yang menghalangi
timbulnya pikiran yang baik hanya membuat kerusakan, menelantarkan ke jurang
kehancuran. Sedangkan yang putih itulah yang sebenarnya, membuat hati tenang serta
suci tanpa ini itu, pahlawan dalam kedamaian”.

Nabi Khidir memberi kesempatan bagi Syekh Malaya untuk merenungkan


penjelasannya tadi.

Selanjutnya beliu berkata, “hanya itulah yang dapat dirasakan manusia akan
kesaksiannya. Sesungguhnya yang terwujud adanya, hanya menerima anugrah semata-
mata dan hanya itulah yang dapat dilaksanakan. Kalau kamu tetap berusaha agar abadi
berkumpulnya diri dekat Tuhan, maka senantiasalah menghadapi tiga musuh yang
sangat kejam, besar dan tinggi hati (bohong).

Ketiga musuhmu saling kerjasama, padahal si putih tanpa teman, hanya sendirian saja,
makanya sering dapat dikalahkan.

Kalau sekiranya dapat mengatasi akan segala kesukaran yang timbul dari tiga hala itu,
maka terjadilah persatuan erat wujud, tanpa berpedoman itu semua tidak akan terjadi
persatuan eret antara manusia dan Penciptanya”.

Syekh Malaya sudah memahaminya, dengan semangat mulai berusaha disertai tekad
membaja demi mendapatkan pedoman akhir kehidupan, demi kesempurnaan dekatnya
dengan Allah SWT.
Nabi Khidir kembali melanjutkan wejanganya, “Setelah hilang empat macam warna
ada hal lain lagi nyala satu delapan warnanya”.

Syekh Malaya berkata, “Apakah namanya, nyala satu delapan warnanya, apakah
namanya, nyala satu delapan warnanya, apakah yang dimaksud sebenarnya? Nyalanya
semakin jelas nyata, ada yang tampak berubah-ubah warna menyambar-nyambar, ada
yang seperti permata yang berkilau tajam sinarnya”.

Sang Nabi Khidir berpesan, “Nah, itulah sesungguhnya tunggal. Pada dirimu sendiri
sudah tercakup makna di dalamnya, rahasianya terdapat pada dirimu juga, serta seluruh
isi bumi tergambar pada tubuhmu dan juga seluruh alam semesta. Dunia kecil tidak
jauh berbeda. Ringkasnya, utara, barat, selatan, timur, atas serta bawah. Juga warna
hitam, merah, kuning dan putih itulah isi kehidupan dunia.

Didunia kecil dan alam semesta, dapat dikatakan semua isinya. Kalau ditimbang
dengan yang ada dalam dirimu dalam dirimu ini, kalau hilang warna yang ada, dunia
kelihatan kosong kesulitannya tidak ada, dikumpulkan kepada wujud rupa yang satu,
tidak lelaki tidak pula perempuan. Sama pula dengan bentuk yang ada ini, yang bila
dilihat berubah-ubah putih. Camkanlah dengan cermat semua itu”.
Syekh Malaya mengamati, “yang seperti cahaya berganti-ganti kuning, cahayanya
terang benderang memancar, melingkar mirip pelangi, apakah itu yang dimaksudkan
wujud dari Dzat yang dicari dan didambakan? Yang merupakan hakikat wujud sejati?”

Khidir menjawab dengan lemah lembut, “itu bukan yang kau dambakan, yang dapat
menguasai segala keaadaan. Yang kamu dambakan tidak dapat kamu lihat, tiada bentuk
apalagi berwarna, tidak berwujud garis, tidak dapat ditangkap mata, juga tidak
bertempat tinggal hanya dapat dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya, hanya
berupa pengambaran-pengambaran (simbol) yang memenuhi jagad raya, dipegang tidak
dapat. Bila itu yang kamu lihat, yang nampak seperti berubah-ubah putih, yang terang
benderang sinarnya, memancarkan sinar yang menyala-nyala. Sang Permana itulah
sebutannya.

Hidupnya ada pada dirimu. Permana itu menyatu pada dirmu sendiri, tetapi tidak
merasakan suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu. Tidak ikut suka dan duka,
juga tidak ikut sakit dan menderita jika Sang Permana meninggalkan tempatnya, raga
menjdi tak berdaya dan pastilah lemahlah seluruh badanmu, sebab itulah letak
kekuatannya, ikut merasakan kehidupan, yang mengerti rahasia di dunia. Dan itulah
yang sedang mengenai pada dirimu, seperti diibaratkan pula pada hewan, yang tumbuh
di sekitar raga.
Hidupnya karena adanya Permana, dihidupi oleh nyawa yang mempunyai kelebihan,
mengusai seluruh badan.

Permana itu bila mati ikut menanggung, namun bila bila telah hilang nyawanya
kemudian yang hidup hanya sukma atau nyawa yang ada.
Kehilangan itulah yang didapatkan, kehidupan nyawalah yang sesungguhnya, yang
sudah berlalu diibaratkan seperti rasanya pohon yang tidak berbuah, sang Permana yang
mengetahui dengan sadar, sesungguhnya satu asal.
Menjawablah Syekh Malaya, “Kalau begitu manakah warna bentuk sebenarnya?

”Nabi Khidir berkata, “Hal itu tidak dapat kamu pahami di dalam keadaan nyata
semata-mata, tidak semudah itu untuk mendapatkannya”, Syekh Malaya menyela
pembicaraan. “Saya mohon pelajaran lagi, sampai saya paham betul, sampai tuntas.
Saya menyerahkan hidup dan mati, demi mengharapkan tujuan yang pasti, jangan
sampai tanpa hasil...”.

SULUK LINGLUNG II

Pupuh Kinanthi.

Nabi Khidir berkata lembut dan manis yang isinya bercampur perlambang dan sindiran,
“Umpamanya ada orang membicarakan sesuatu hal, lotnya seharusnya baik, nyatanya
lotnya justru merupakan bumbunya yang bercampur dengan rahasia yang terasa sebagai
jiwa suci.

Nubuwah yang penuh rahasia itu sebenarnya rahasia ini. Yaitu ketika masih berada di
sifat jamal ialah jauhar awal. Bila sudah keluar menjadi jauhar akhir yang sudah
dewasa, yang awal itulah rahasia sejati.

Si jauhar akhir itu ternyata dalam satu wujud, satu mati dan satu hidup dengan jauhar,
ketika dalam kesatuan satu wujud, satu raksa, satu hidup menyatu dengan johar awal.
Adapun johar akhir ialah ;

Satu wujud dalam keadaan sehidup semati segala ulah jauhar akhir selamanya bersikap
pasrah, sedangkan jauhar batin ini ialah yang dipuji dan disembah hanyalah Allah yang
sejati.
Tidak ada sama sekali rasa sakit karena sebenarnya kamu ini nukad ghaib. Nukad ghaib
ialah ketika di masa awal atau kuna, ia tidak hidup juga tidak mati. Sebenarnya yang
dikatakan nukad itu, tidak lain ghaib jugalah namanya itu.

Setelah datangnya nukad itu, yang sudah hidup sejak dulu, dicipta menjadi Alif. Alif itu
sendiri jisim latif. Dan keberadaanmu yang sebenarnya itulah yang disebut atau
dinamakan neqdu”.
Sekarang jauhar sejati, yaitu namamu itu semasa hidup ialah syahadat jati. Dalam hidup
dan kehidupanmu disebut juga darah hidup. Darah hidup itu sendiri ialah yang
dinamakan Rasulullah rasa sejati.

Syahadat jati adalah darah, tempat segala Dzat atau makhluk merasakan rasa yang
sebenarnya tentang hidup dan kehidupan. Yang sama dengan satuan Jibril-Muhammad-
Allah. Sedangkan keempatnya adalah yang disebut darah hidup. Jelasnya coba
perhatikan orang mati!

Apa ada daranya? Darah itu kini hilang, hilangnya bersama atau menyatu dengan
sukma. Sukma atau ruh hilang dan kembali pada Alif itu disebut Ruh Idhafi.

Pengertian jisim Latif ialah Jisim Angling yang sudah ada terdahulu kala yaitu Alif
yang disebut Angling.

Padahal alif itu tanpa mata, tidak berkata-kata dan tidak mendengar
Tanpa perilaku dan tidak melihat. Dan itulah Alif, yang arti sebenarnya luqkawi.

Alif jatuh / bertempat / berada pada nuqadnya. ketiadaannya keberadaannya menjadi


Alif itu karena dijabarkan atau dikembangkang. Bukankah ruh Idhafi itu bagian
Dzatullah”?.
Setelah diajarkan semua pelajaran sampai selesai, tentang Ruh Idhafi yang menjadi inti
pembahasannya. Adapun wujud sesungguhnya alif itu, asal muasalnya berasal dari
jauhar alif itu. Yang dinamakan Kalam Karsa.

Timbullah hasrat kehendak Allah untuk menjadikan terwujudnya dirimu. Dengan


adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya. Allah
tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian
dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya
sendiri!

Adapun sifat jamal (sifat yang bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan
bahwa pada dasarnya adanya dirinya itu, karena adanya yang mewujudkan
keberadannya”.
Kanjeng Nabi Khidir menandaskan penjelsannya, “Demikianlah yang difirmankan
Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi kekasih-Nya

"Kalau tidak ada dirimu, Saya (Allah) tidak akan dikenal atau disebut. Hanya dengan
sebab adanya kamulah yang menyebut akan keberadaan-Ku. Sehingga kelihatan seolah-
olah satu dengan dirimu. Adanya Aku (Allah), menjadikan ada dirimu. Wujudmu
menunjukkan adanya wujud Dzat-Ku.

Dan untuk memperjelas jati dirmu, tidakkah kau sadari, bahwa hampir ada persamaan
Asma-Ku yang baik (Asmaul Husna) dengan sebutan manusia yang baik itu semua kau
maksudkan untuk memudahkan pengambaran perwujudan tentang Diri-Ku. Padahal
kau tahu, Aku berbeda dengan dirimu, yang tak mungkin dapat disamakan satu sama
lain. Dan kamu pasti mengalami dan tidak mungkin dapat melukiskan atau
menyebutkan Asma-Ku dengan setepat-tepatnya.

"Namamu yang baik dapat menyerupai nama-Ku yang baik (Asmaul Husna); “Apakah
kamu sudah dapat meraih sebutan nama yang baik itu? Baik di dunia maupun di
akhirat? Kamu ini merupakan penerus atau pewaris Muhammad Rasulullah, sekaligus
Nabi Allah. Ya Illahi, ya Allah ya Tuhanku…(Bagi pembaca maupun pendengar
dianjurkan untuk berdo'a pada Allah. Insya Allah berhasil kabul apa yang dinginkan.
Amin, amin, amin ya Rabbal 'alamin).

Nabi Khidir mengakhiri pembacaan Firman Allah SWT, kemudian melanjutkan


memberi penjelasan pada Sunan Kalijaga, “Tanda-tanda adanya Allah itu, ada pada
dirimu sendiri harap direnungkan dan diingat betul. Asal mula Alif itu akan menjadikan
dirimu bersusah-payah selagi hidup, Budi Jati sebutannya. Yang tidak terasa,
menimbulkan budi atau usaha untuk mengatasi lika-liku kehidupan.

Bagi orang yang senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri, akan dapat
melemahkan semangat usahanya, antara tidak dan ya, penuh dengan kebimbangan.
Sedang yang dimaksudkan dengan jauhar budi (mutiara budi) ialah, bila sudah
mengetahui maksud dan budi iman yaitu menjalankan segala tingkah laku dengan
didasari keimanan kepada Allah. Alif tercipta karena sudah menjadi ketentuan yang
sudah digariskan. Sesungguhnya Alif itu, tetap kelihatan apa adanya dan tidak dapat
berubah. Itulah yang disebur Alif. Adapun bila terjadi perubahan, itulah yang disebut
Alif Adi, yang menyesuaikan diri dengan keadaanmu.

Mutiara awal kehidupan (jauhar awal) dimaksudkan dengan kehidupan tempo dulu
yang betul-betul terjadisebagaimana tinja junub dan jinabat. Jauhar awal ibarat bebauan
atau aroma akan tiba saatnya, tidak boleh tidak akan kita laksanakan dan rasakan di
dalam kehidupan kita didunia. Jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya
oleh jauhar itu, telah memuat garis hidup dan mati kita. Segalanya telah ditentukan di
dalam jauhar awal.
Dari keterangan tentang jauhar awal tadi, tentu akan menimbulkan pertanyaan,
diantaranya, mengapa kamu wajib shalat di dalam dunia ini? Penjelasannya demikian :
Asal mula diwajibkan menjalankan shalat itu ialah :

Disesuaikan dengan ketentuan di zaman azali, kegaiban yang kau rasakan saat itu;
Bukankah Kamu juga berdiri tegak, bersidakep menciptakan keheningan hati,
bersidakep menyatukan konsentrasi, menyatukan segala gerakmu?

Ucapanmu juga kau satukan, akhirnya kau rukuk tunduk kepada yang menciptakanmu.
Merasa sedih karena malu, sehingga menimbulkan keluar air matamu yang jernih,
sehingga tenanglah segala kehidupan ruhmu. rahasia iman dapat kau resapi.
Setelah merasakan semua itu, mengapa harus sujud ke bumi? Pangkal mula dikerjakan
sujud bermula adanya cahaya yang memberi pertanda pentingnya sujud. Yaitu merasa
berhadapan dengan wujud Allah, biarpun tidak dapat melihat wujud Allah
sesungguhnya, dan yakin bahwa Allah melihat segalawujud gerak kita (pelajaran
tentang ikhsan).

Dengan adanya agama Islam yang dimaksudkan, agar makhluk yang ada di bumi dan di
langit termasuk dirimu itu, beribadah sujud kepada Allah dengan hati yang ikhlas
sampai kepala diletakkan di muka bumi, sehingga bumi dengan segala keindahannya
tidak tampak dihadapanmu, hatimu hanya ingat Allah semata-mata. Ya demikianlah
seharusnya perasaanmu, senantiasa merasa sujud dimuka bumi ini.

Mengapa pula menjalankan duduk diam seakan-akan menunggu sesuatu?


Melambungkan pengosongan diri dengan harapan ketemu Allah. Padahal sebenarnya
itu tidak dapat mempertemukan dengan Allah. Allah yang kau sembah itu betul-betul
ada. Dan hanya Allah-lah tempat kamu mengabdikan diri dengan sesungguhnya.Dan
janganlah sekali-kali dirimu menganggap sebagai Allah!

Dan dirimu jangan pula menganggap sebagai Nabi Muhammad. Untuk menemukan
rahasia (rahsa) yang sebenarnya herus jeli, sebab antara rahasia yang satu berbeda
dengan rahasia yang lain. Dari Allah-lah Nabi Muhammad mengetahui segala rahasia
yang tersembunyi. Nabi Muhammad sebagai makhluk yang dimuliakan Allah. Beliau
sering menjalankan puasa.

Dan akan dimuliakan makhluk-Nya, kalau mau mengeluarkan shodaqoh. Dimuliakan


makhluk-Nya bagi yang dapat naik haji. Dan makhluk-Nya akan dimuliakan, kalau
melakukan ibadah shalat.
Matahari berbeda dengan bulan, perbedaannya terdapat pada cahaya yang
dipancarkannya. Sudahkah hidayah iman terasa dalam dirimu? Tauhid adalah
pengetahuan penting untuk menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki
untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, ya ru’yat (melihat dengan mata telanjang)
sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata.
Mari kita dalami sifat dari Allah, sifat Allah yang sesungguhnya, Yang Asli, aslinya
dari Allah.

Sesungguhnya Allah itu, Allah yang hidup. Segala af'alnya (perbuatanya) adalah
berasal dari Allah. Itulah yang demaksud dengan ru’yati.

Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khairati (kebajikan
hidup). Makrifat itu hanya ada di dunia. Jauhar awal khairati (mutiara awal kebajikan
hidup), sudah berhasil kau dapatkan. Untuk itu secara tidak langsung sudah kamu sudah
mendapatkan pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna).
Insan Kamil (manusia yang sempurna) berasal dari Dzatullah (Dzatnya Allah).
Sesungguhnya ketentuan ghaib yang tersurat, adalah kehendak Dzat yang sebenarnya.
Sifat Allah berasal dari Dzat Allah. Dinamakan Insan Kamil kalau mengetahui
keberadaan Allah itu.

Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuqad ghaib insan kamil, itu bukan berarti
tidak tersurat. Ya, itulah yang dinamakan puji budi (usaha yang terpuji). Berusaha
memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik.
Dan serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan
hidup”.

Syekh Malaya berkata lemah lembut, “mengapa sampai ada orang mati yang
dimasukkan neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.

Nabi Khidir berkata dengan tersenyum manis, “Wahai Malaya! Maksudnya begini.
Neraka jasmani juga berada di dalam dirimu sendiri, dan yang diperuntukkan bagi siapa
saya yang belum mengenal dan meniru laku Nabiyullah. Hanya ruh yang tidak mati.
Hidupnya ruh jasmani itu sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam
neraka.

Juga yang mengikuti bujuk rayu iblis, atau yang mengikuti nafsu yang merajalela
seenaknya tanpa terkendali, tidak mengikuti petunjuk Gusti Allah SWT.

Mengandalkan ilmu saja, tanpa memperdulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam,
itu disebut iman tadlot. Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan
jasmanimu. Pengetahuan tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui
yang disembah.

Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak
mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam.

Adapun yang dimaksudkan Rud Idhafi adalah sesuatu yang kelak tetap kekal sampai
akhir nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.

Yang dimaksud dengan cahaya adalah yang memancar terang serta tidak berwarna,
yang senantiasa meserangi hati penuh kewaspadaan yang selalu mawas diri atau
introspeksi mencari kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti.
Merasa sebagai anak Adam yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan.

Ruh Idhafi seudah ada sebelum tercipta.


Syirik itu dapat terjadi, tergantung saat menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut
Jauhar Ning.

Keenamnya jauhar awal. Jauhar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah
penghias raga agra nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan.

Bermula dari ibarat ketujuh, dikala mendengarkan sabda Allah, maka Ruh Idhafi akan
menyesuaikan, yang terdapat di dalam Dzat Allah Yang Mutlak. Ruh serba pasrah
kepada Dzatullah, itullah yang dimaksudkan Ruh Idhafi.

Jauhar awal itu pula, yang menimbulkan Shalat Daim. Shalat Daim tidak perlu
mengunakan air wudhu, untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan. Itulah shalat
batin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun buang kotoran.

Demikianlah tadi cara shalat Daim (shalat selamanya selagi masih hidup di mana saja
dan kapan saja serta situasi bagaimanapun juga). Perbuatan itu termasuk hal terpuji,
yang sekaligus merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Jauhar tadi bersatu padu
menghilangkan sesuatu yang menutupi atau mempersulit mengetahui keberadaan Allah
Yang Terpilih.

Adanya itu menujukkan adanya Allah, yang mustahil kalau tidak berwujud sebelumnya.
Kehidupan itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna
dirinya. Akibat junub sudah bersatu erat tetap bersih badan jisimmu. Adapun
Muhammad badan Allah. Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
Bukankah hidayah itu perlu diyakini? Sebagai pengganti Allah; Dapat pula disebut
utusan Allah. Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang beriman.
Ruh mukmin identik pula dengan Ruh Idhafi dalam keyakinanmu.

Disebut iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati (orang
yang sudah layak dijadikan suri tauladan segala tingkah lakunya). Bukankah demikian
itu pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan hewan yang
tidak tahu adanya sesuatu di masa yang telah lewat.

Kelak nanti tidak boleh tidak, karena tidak mengetahui ke-Islaman, maka matinya
tersesat, kufur serta kafir badannya. Namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini,
segala permasalahan dipahami lebih seksama baru dikerjakan,

Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah Nabi Muhammad.
Bukankah sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah prinsip. Di
antaranya bingung karena tiada pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran
mendekatkan pada kufur kafir.

Fakir dekat dengan kafir. Sebabnya karena kafir itu, buta dan tuli tidak mengerti
tentang surga dan neraka. Fakhir tidak akan mendekatkan pada Tuhan. Tidak mungkin
terwujud pendekatan ini,
Tidak menyembah dan memuji, karena kefakirannya. Seperti itulah kalau fakir terhadap
Dzatullah.

Dan sesungguhnya Tuhan Allah, mematikan kefakiran manusia, kepastiannya ada di


tangan Allah semata-mata. Adapun wujud Dzatullah itu, tidak ada stu makhluk pun
yang mengetahui kecuali Allah sendiri. Ruh Idhafi menimbulkan iman.

Ruh Idhafi berasal dari Allah Yang Maha Esa, itulah yang disebut iman tauhid.
Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah.

Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih.
Menyatu dengan Tuhan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus
merasa bahwa Tuhan Allah itu ada dalam dirimu.

Ruh Idhafi ada di dalam dirimu. Makrifat itu sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat,
hidup tunggal didalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat
dengan Tuhan Pilihan.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal tidak akan terjadi padamu, jangan
takut menghadapi sakaratil maut. Jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu
dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat.

Ruh Idhafi tidak akan mati. Hidup mati, mati hidup.


Akuilah sedalam-dalamnya bahwa keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan
menghidupi dirimu, dan menghidupi segala yang hidup. Sastra Alif (huruf alif) harus
dimintakan penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya pun harus berani susah payah
mendalaminya. Terlebih lagi pengetahuan tentang kafir dan syirik!

Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya.
Orang yang menjalankan shalat itu berarti sudah mendapatkan anugrah sifat Tuhan
Allah. Sebagai sarana pengabdian hamba kepada Tuhan Allah. Yang menjalankan
shalat sesungguhnya raga. Raga yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup
pada diri orang yang menjalankannya.

Seandainya nyawa tidak hidup, maka Lam Tamsyur (maka tidak akan menolong)
semua perbuatan yang dijalankan. Secara yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan
kehendak orang yang menjalankan, namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas
hambanya. Itulah hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhafi berada di tangan orang
mukmin.

Semua ruh berada di tangan-Nya. Yaitu terdapat pada Ruh Idhafi. Ruh Idhafi adalah
sifat jamal (sifat yang bagus atau indah) keindahan yang berasal Dzatullah. Ruh Idhafi
nama sebuah tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah).

Syarat jisim lathif (jasad halus) itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati.
Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus menerus meliputi jasad. Yang
mengisayaratkan sifat jalal (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkat adanya
sifat jamal (sifat keindahan).

Jauhar awal mayit (mutiara awal kematian) itu, memberi isyarat hilangnya diri ini.
Jelasnya, semua yang tercipta akan mati. Setelah semuanya menemui kematian di
dunia, maka akan berganti hidup di akherat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu
pasti terjadi.
Asal mula manusia terlahir, dari adanya Ayah, Ibu serta Tuhan Yang Maha Pencipta.
Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya, itulah isyarat dari tiga hari. Setelah
dititipkan selama tujuh hari, maka dikembalikan kepada yang menitipkan (yang
memberi amanat). Titipan itu harus seperti sedia kala.

Bukankah tauhid itu sebagai sarana untuk makrifat?


Titipan yang ketiga puluh hari, itu juga termasuk juga titipan, yang ada hanya
kemiripan dengan yang tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena
menyesali sewaktu masih hidup.
Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal dari Nur.

Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan
dan penyesalan yang berkepanjangan. Tak terkecuali siapun yang merasakan itu semua,
sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan.

Mati atau hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari. Bagaimanakah
yang lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara
keseluruhannya?
Allah dan Muhammad semuannya berjumlah satu. Seratuspun dapat dilukiskan seperti
satu bentuk, seperti diibaratkan dengan adanya cahaya yang bersumber dari cahaya
Muhammad yang sesungguhnya.

Sama hal pada saat kamu memohon sesuatu. Ruh jasad hilang di dalamnya, kehadirat
Tuhan Yang Maha Pemberi. Tepat pada hari keseribu, tidak ada yang tertinggal.
Kembalinya pada Allah sudah dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti mula
pertama dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti mula pertama diciptakan”.

Syekh Malaya terang hatinya, mendengarkan pelajaran yang baru diterima dari gurunya
Syekh Mahyuningrat Nabi Khidir. Syekh Malaya senang hatinya sehingga beliau belum
mau keluar dari dalam tubuh Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya menghaturkan
sembah, sambil berkata manis seperti gula madu...
Pupuh Dhandhanggula

Sunan Kalijaga menerima wejangan dari Nabi Khidir

..."Kalau begitu hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Lebih nyaman di sini
saja yang bebas dari sengsara derita. Tiada selera makan dan tidur. Tidak merasa
ngantuk dan lapar. Tidak harus bersusah payah dan bebas dari rasa pegal dan nyeri.
Yang terasa hanyalah rasa nikmat dan manfaat. Nabi Khidir memperingatkan, “yang
demikian tidak boleh kalau tanpa kematian”!

Nabi Khidir semakin iba kepada pemohon yang meruntuhkan hatinya. Kata Nabi
Khidir, “kalau begitu yang awas sajalah! Terhadap hambatan upaya! Jangan sampai kau
kembali! Memohonlah yang benar dan waspada. Anggaplah kalau sudah kau kuasai,
jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja, karena hal itu sebagai rahasia
Allah.

Tidak diperkenankan mengobrol kepada sesama manusia, kalau tanpa seizin-Nya!


Sekiranya ada yang akan mempersoalkan, memperbincangkan masalah ini! Jangan
sampai terlanjur! Jangan sampai membanggakan diri! Jangan peduli terhadap
gangguan, cobaan hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar!
Cobaan hidup yang menuju kematian, ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang
sebenarnya ialah tersimpan rapat di dalam jagadmu! Hidup tanpa ada yang menghidupi
kecuali Allah saja. Tiada antara lamanya tentang adanya itu. Bukankah sudah berada di
tubuh? Sungguh, bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan!

Kemudian tidak pernah memberitahukan darimana asalnya dulu. Yang menyatu dalam
gerak perputaran bawana. Bukankah berita sebenarnya sudah ada padamu? Cara
mendengarnya adalah denga ruh sejati, tidak menggunakan telinga. Cara melatihnya,
juga tanpa dengan mata. Adapun telinganya, matanya yang diberikan oleh Allah. Ada
padamu itu.

Secara lahir sukma atu ada padamu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri.
Memang demikianlah penerapannya. Ibarat seperti batang pohon yang dibakar, pasti
ada asap apinya, menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti
minyak dengan susu, tubuhnya dikuasai gerak dan kata hati. Demikian pun dengan
Hyang Sukma.

Sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan. Dan sukma yang kita kehendaki ada.
Diberitahu akan tempatnya seperti wayang ragamu itu. Karena dalanglah segala gerak
wayang. Sedangkan panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan
atau raga. Bergerak bila digerakkan. Segala-galanya tanpa kelihatan jelas, perbuatan
dengan ucapan.

Yang berhak menentukan semuanya, tidak tampak wajahnya. Kehendak justru tanpa
wujud dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Permisalan yang jelas ketika
berhias.
Yang berkaca itu Hyang Sukma, adapun bayangan dalam kaca itu ialah dia yang
bernama manusia sesungguhnya. Berbentuk di dalam kaca.

Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini dibandingkan dengan kesirnaan
jagad raya, karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah lebih lembut kematian
manusia ini? Artinya lembut ialah karena kecilnya. Sekecil kuman. Bukankah lebih
lembut kesirnaan manusia? Artinya lebih dari, karena menentukan segalanya. Sekali
lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.

Dapat mengenai yang kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak, melata
tiada bedanya, benar-benar serba lebih. Lebih pula dalam menerima perintah dan tidak
boleh mengandalkan pada ajaran dan pengetahuan. Karena itu bersungguh-sungguhlah
menguasainya. Badan atau dirimu doronglah dalam meraihnya. Pahamilah liku-liku
ulah tingkah kehidupan manusia!
Ajaran itu sebagai ibarat benih sedangkan yang diajari ibarat lahan.

Misal kacang dan kedelai. Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanah pada
saat kehujanan dan kepanasan, pasti tidak tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana,
melihatmu musnahkanlah pada matamu! Jadikanlah penglihatanmu sukma dan rasa.

Demikian pula wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada yang Empunya suara!
Justru kau hanya mengakui saja sebagai pemiliknya. Sebenarnya hanya mengatasnamai
saja. Maka dari itu kau jangan memiliki kebiasaan yang menyimpang, kecuali hanya
kepada Hyang Agung. Dengan demikian kau "Angraga Sukma." Yaitu kata hatimu
sudah bulat menyatu dengan kawula Gusti. Bicarakanlah menurut pendapatmu!

Bila pendapatmu benar-benar meyakinkan, bila masih merasakan sakit dan was-was,
berarti kejangkitan bimbang yang sebenarnya. Bila sudah menyatu dalam satu wujud.
Apa kata hatimu dan apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir terwujud ada. Yang kau
cita-citakan tercapai. Berarti sudah tercakup/kuasai olehmu. Jagad seisinya justru
benar-benar untukmu.

Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai khalifah di dunia. Bila sudah memahami
dan menguasai amalan dan ilmu ini, hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai
masalah.

Masalah itu satu tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh
lupa. Lahiriah kau landasilah dengan pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah
secara sama. Sedangkan kelimanya adalah dapat tersimpan dengan baik, berguna
dimana saja!

Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam mati. Ialah hidup abadi.
Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang
sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma muksa. Jelasnya mengalami
kematian! Syekh Malaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan senang hatimu!
Anugrah berupa wahyu akan datang kepadamu.

Seperti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah turunnya wahyu


menghilangkan kotoran? Bersih bening, hilang kotorannya”.
Kemudian Nabi Khidir berkata dengan lembut dan tersenyum. “Tak ada yang dituju,
semua sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan keprawiraan,
kesaktian semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan”.

Habislah sudah wejangan Nabi Khidir. Syekh Malaya merasa sungkan sekali di dalam
hati. Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya sudah mendapat
petunjuk yang cukup. Rasa batinya menjelajah jagad raya tanpa sayap. Keseluruh jagad
raya, jasadnya sudah terkendali. Menguasai hakekat semua ilmu. Umpama bunga yang
masih lama kuncup, sekarang sudah mekar berkembang.

Ditambah bau semerbak mewangi. Karena sudah mendapatkan sang Pancaretna,


kemudian Sunan Kalijaga disuruh keluar dari raganya Nabi Khidir kembali ke alamnya
semula”.

Lalu Nabi Khidir berkata, “He, Malaya. Kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil
menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun
lenyap.

Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi. Berarti kau sudah mengetahui jawaban
atas pertanyaanmu! Artinya godaan hati ialah rasa qona'ah yang semakin dimantapkan.
Ibarat memakai pakaian sutra yang indah. Selalu mawas diri. Semua tingkah laku yang
halus.

Diresapkan kedalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihiasi dengan keselamatan, dan
dipajang seperti permata, agar mengetahui akan kemauan berbagai tingkah laku
manusia. Perhaluslah budi pekertimu atau akhlak ini! Warna hati kita yang sedang
mekar baik, sering dinamakan Kasturi Jati.

Sebagai pertanda bahwa kita tidak mudah goyah, terhadap gerak-gerik, sikap hati yang
ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu, ingin mendalami tentang ruh itu justru keliru. Lagi
pula secara penataan, kita itu ibaratnya busana yang dipakai sebagai kerudung.
Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu.

Kemudian terlibat ingatan ketika dulu. Ibarat mendalami mati ketika berada di dalam
rongga ragaku.
Tampak oleh Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan kuning itu, sebagai
hambatan yang menghadang agar gagal usaha atauu ikhtiar atau cita-citanya.

Dan yang putih di tengah itulah yang sebenarnya harus diikuti. Kelimanya harus tetap
diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya sifatnya.
Berkat kesediaanku berbuat sebagai penyekat. Untuk alat pembebas sifat berbangga
diri. Yang selalu didambakan siang dan malam. Bukankah aku banyak sekali melekat
atau mengetahui caranya pemuka agama yang ternyata salah dalam penafsiran. Dan
penyampaian keterangannya? Anggapannya sudah benar. Tak tahunya malah
mematikan pengertian yang benar. Akibatnya terperosok dalam penerapannya.

Ada pemuka agama yang ibaratnya menjadi burung. Ia hanya sekedar mencari tempat
bertengger saja. Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat
batangnya. Untuk kemuliaan hidup baru. Ada orang yang berkedudukan, ada yang ikut
orang kaya. Akhirnya di masyarakatkan. Ibaratnya seperti sekedar memperoleh
kemuliaan sepele. Jadinya tersesat-sesat.

Ada pula yang justru memiliki jalan terpaksa.


Menumpuk kekayaan harta dan istri banyak. Ada pula yang memilih jalan menguasai
putranya. Putra yang bakal menguasai hak asasi orang per orang. Semuanya ingin
mendapatkan yang serba lebih di dalam memiliki jalan mereka. Kalau demikian halnya,
menurut pendapatku, belumlah mereka disebut pemuka agama yang berserah diri
sepenuhnya kepada Allah, tapi masih berkeinginan pribadi atau berambisi. Agar semua
itu menjunjung harkat dan martabat.

Tatanan yang tidak pasti, belum bisa disebut manusia utama. Yang demikian itu
menurut anggapannya dan perasaannya mendapatkan kebahagiaan, kekayaan dan
mengerti hak yang benar. Bila kemudian tertimpa kedudukan, terlanjur terbiasa.
Memilih jalan sembarang tempat, tanpa menghasilkan jerih payahnya dan tanpa hasil.
Dalam arti mengalami kegagalan total.

Setidak-tidaknya menimbulkan kecurigaan. Apa kebiasaan ketika hidup didunia. Ketika


menghadapi datangnya maut, disitulah biasanya tidak kuat menerima ajal. Merasa berat
meninggalkan kehidupan dunia tak tersangkal lagi. Pokoknya masih lekat sekali pada
kehidupan duniawi. Begitulah beratnya mencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa
terlekat kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajalnya.

Bila salah menjawab pertanyaannya bumi, lebih baik jangan jadi manusia! Kalau
matinya binatang mudah penyelesaiannya. Karena matinya tanpa pertanggungjawaban.
Bila kau sudah merasa hatimu benar. Akan hidup abadi tanpa hisab. Akibatnya, tubuh
bumi itu keterdiamannya tidak membantu. Kesepiannya tidak mencair.

Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya.


Ingatlah pada agamawan selalu mencari penyelesaian yang benar. Yaitu bagaimana
hilang dan mati bersama raganya ialah diidamkannya. Sehingga mempertinggi
semedinya, untuk mengejar keberhasilan.

Tapi sayang tanpa petunjuk Allah, apalagi hanya semedi semata. Tidak disertai
dukungan ilmu.Akibatnya hasilnya kosong melompong. Karena hanya mengandalkan
pikirnya. Ini berarti belum mendapat tata cara hidup yang benar hakiki yang seperti ini
adalah idaman yang sia-sia.

Bertapanya sampai kurus kering, karena sedemikian rupa caranya menggapai kematian.
Akhirnya meninggalnya tanpa ketentuan yang benar. Karena terlalu serius.adapun cara
yang benar adalah tapa itu hanya sebagai ragi atau pemantap pendapat. Sedangkan ilmu
itu sebagai pendukung. Tapa tanpa ilmu tidak akan berhasil. Bila ilmu tanpa tapa,

Rasanya hambar tidak akan memberi hasil. Berhasil atau tidaknya tergantung pada
penerapannya. Dicegah hambatannya yang besar, sabar dan tawakal. Bukankah banyak
agamawan palsu. Ajarannya setengah-setengah. Kepada sahabatnya merasa pintar
sendiri. Yang tersimpan dihati, segera dilontarkan segala uneg-unegnya.

Disampaikan kepada gurunya.

Penyampaiannya hanya berdasarkan perkiraan belaka.


Dahulunya belum mendapatkan pelajaran. Sangking tobatnya tidak merasa enak kalau
menyanggah. Lalu ikut-ikutan mendengarkan. Dengan menamakan rohaniwan yang
terbesar. Dianggapnya sudah pasti pendapatnya benar. Pendapatnya atau ilmunya
adalah wahyunya itu anugerah yang khusus diberikan pribadi. Akhirnya sahabatnya
diaku sebagai anak.

Ditekan-tekankan tuntutan besar berupa ikatan batin. Oleh guru bila sudah akan mejang
atau menyampaikan ajaran, duduk merasa sering berdekatan. Sehingga sahabat dikuasai
oleh guru, dan sang guru menjadi sahabat batin. Luansnya tanggapan bahwa segalanya
merupakan merupakan wahyu Allah. Kebaikannya, keduanya antara guru dan sahabat
saling memahami. Kalau seorang diantara mereka dianggap sebagai orang yang
berilmu.

Harus ditaati segala apapun yang diucapkan itu. Misalnya berjalan juga harus disembah
biasanya bertempat di pucuk-pucuk gunung.
Pengaruh ajarannya sangat mengundang perhatian menemui perguruannya. Bila ada
yang berguru atau menghadap, nasihatnya macam-macam dan banyak sekali. Seperti
gong besar yang dipukul. Bukankah ajarannya yang dibeber tidak bermutu atau
berbobot. Akibatnya rugilah mereka yang berguru?

Janganlah seperti itu orang hidup. Anggaplah ragamu sebagai wayang. Digerakkan
ditempatnya. Terangnya blencong itu ibarat panggung kehidupanmu. Lampunya bulan
purnama, layar ibarat alam jagad raya yang sepi kosong. Yang selalu menunggu-
nunggu buah pikir atau kreasi manusia. Batang pisang ibarat bumi tempat bermukim
manusia.

Hidupnya ditunjang oleh yang nanggap.


Penanggapnya ada di dalam rumah, istana. Tidak diganggu oleh siapapun. Boleh
berbuat menurut kehendaknya. Hyang Permana dalangnya. Wayang pelakunya.
Adakalanya digerakkan ke utara ke selatan dan barat serta timur. Seluruh gerakkannya.
Digerakkan oleh sutradara. Bila semuanya digerakkan berjalan. Semua ada di tangan
dalang.

Dialognya menyampaikan pesan juga. Bila bercakap lisannya itu menyampaikan


berbagai nasihat, menurut kehendaknya. Penonton dibuat terpesona, diarahkan melekat
pada dalang. Adapun yang nanggap itu selamanya tidak akan tahu. Karena ia tanpa
bentuk dan ia berada di dalam puri atau rumah atau istana. Ia tanpa warna itulah dia
Hyang Sukma.

Cara Hyang Permana mendalang, mempercakapkan tanpa dirimu. Tanpa membedakan


sesama titah. Di samping itu, bukankah dia tidak terlibat sebagai pelaku? Misalnya
berada dalam tubuhmu? Atau ibarat minyak di dalam susu? Atau api dalam kayu?.

Berhasrat sekali karena belum diberi petunjuk sehingga menggelar doa di kayu, dakon
dan gesekan. Dengan beralatkan sesama batang pohon. Gesekan itu disebabkan oleh
angin. Hangusnya kayu, keluarlah kukusnya.

Tak lama kemudian apinya. Api dan asapnya keluar dari kayu itu. Bermula dari ingat
pada saat awal mulanya. Semua yang tergelar ini berasal dari tiada. Manusia diciptakan
lebih dari makhluk yang lain. Bukankah itu yang disebut rahasia atau rahsa?

Manusia itu tidak paling mulia daripada ciptaan yang lain. Maka dari itu janganlah
mudah terpengaruh oleh buah pikirmu yang bulat. Bulat atas segala gerak dan
kehendak. Adapun isi jagad itu jangan mengira hanya manusia saja, tapi berisi segala
macam titah. Hanya saja manusia itu. Penguasanya satu. Yang menghidupi jagad
seisinya. Demikianlah tekad yang sempurna.
Hei Syekh Malaya segeralah menyudahi! Kembalilah kau ke pulau Jawa! Bukankah
sebenarnya kau mencari dirimu juga?.

Syekh Malaya bergegas. Bersembah dan berkata dengan berbelas kasih untuk
memenuhinya, yang disebut Kalingga Murda,”Hamba setia dan taat”. Nabi Khidir lalu
musnah dan lenyap. Syekh malaya tampak berdoa di samudera. Tapi tidak tersentuh air.

Syekh Malaya sangat berjanji dalam hati atas peringatan atau ajaran sang guru yang
sempurna. Bukankah ia masih sangat ingat? Hasrat hati yang telah memiliki atau
mengetahui ilmu kawekas. Isinya jagad telah terkuasai dalam hati, merasa mantap dan
disimpan dalam ingatan. Sehingga serba mengetahui dan tak akan keliru lagi. Diresapi
dalam jiwa dan dijunjung sampai mati. Ia telah lulus dari sumber aroma kasturi yang
sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati lenyap.

Sesudah itu Syekh Malaya pulang. Hatinya sudah tidak goyah lagi karena segala ajaran
itu tampak jelas dalam hati. Ia tidak salah lagi melihat dirinya siapa sebenarnya.
Penjelmaan jiwanya menyatu dalam satu wujud. Walau secara lahiriah dirahasiakan.
Norma atau perilaku tatacara jiwa kesatria, berhasil dikuasai. Bukankah ia sudah
menggunakan mata batinnya yang tajam atau peka? Ibarat hewan dengan bebannya!

Sudah tak ada atau terjadi, kematian dalam kehidupan. Setelah bagaimana ia menerima
ajaran gurunya. Sama sekali tidak diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya sudah tamat
dan di kuasai dengan tersimpan dalam hati, serta diimankan dengan cermat. Mematuhi
semua ajaran guru. Perbuatan, pikiran dan rasa bukankah diuji dalam hati yang suci dan
bening? Benar-benar terasa sebagai anugrah Tuhan.
Sesungguhnya sang guru benar-benar sudah hilang raganya, sudah tidak ada. Akan
tetapi selalu terbayang dalam hatinya. Dan sudah ditetapkan sebagai kekasihnya.
Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap.

Rasanya tenanglah dunia dan akhirat. Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah
diketemukan. Sukma suci dalam segala tingkah lakunya itu memahami sepaham-
pahamnya.
Bukankah sudah memahami buah pikir lewat petunjuk?

Sehingga tidak takut akan kematian yang sering timbul dalam buah pikiran?

Ia sudah mengharapkan bahwa raganya akan ikhlas kalau kematian yang mulia. Yang
diridhai oleh Tuhan atau Sang Hyang Widi. Namun sebenarnya tidak ada anggapan
perasaan. Yaitu rasa seperti itu. Tiadanya pandang atau wawasan seperti itu. Bukankah
sudah lenyap selamanya. Tinggal jiwa suci yang terpuji mulia? Mulia seperti zaman
dahulu atau awalnya.

Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjemput maut setiap saat. Tidak
merasakan akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsu dan badan, jiwa hidup abadi
dan aman sejahtera. Senang, mulia dan merdeka, semuanya itu sudah diterapkan dalam
hati. Sehingga berpegang pada kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi suci dan merata
sama posisinya. Sudah mengetahui akan makna kematian yang sebenarnya.

Ia tidak merasa takut kapanpun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima
oleh Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati itu.

Sekali lagi ialah sudah aman, sejahtera, mulia, itulah makna yang sempurna. Yaitu tidak
meninggalkan hak-Nya. Ketujuh alam sudah lenyap. Bukankah lenyapnya alam ini
sudah jelas? Kini yang lain ibarat kau sajalah!

Penguasa alam bukankah sudah kita ketahui? Yang bernama Abirawa yang artinya
berkuasa dan berkehendak. Adapun alam yang keenam artinya ialah yang telah lenyap :
timur, barat, utara, selatan, atas, bawah serta kayu dan batu dan diri sendiri. Bila kita
telah mati yang ada hanya kosong dan sepi. Yang terdengar hanya deru angin, debur air
dan kobaran api di alam dahana.

Matahari, bulan, bukankah termasuk alam juga? Dua puluh tiga alam yang serba nafsu
itu, semuanya baru hadis belaka. Walaupun bukankah sama dahulunya? Syekh Malaya
sudah memahami hal itu semua? Kalau itu semua adalah alam serba nafsu. Dan alam
yang sebenar-benarnya sudah jelas yaitu penguasa alam semua. Sedang penyelarasnya
hanyalah alam anbiyak ini. Alam anbiyak itu baunya harum dan mewangi.

Tapi bukan pribadi majazi. Yang hakiki yang menyelaraskan alam. Menjadi terang dan
mulia semua. Dan alam berarti itu ialah tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam
malakut. Artinya ialah sudah tiba menjelang alam kemuliaan. Ibarat ruangan, sekat
sebagai pemisah. Adapun alam anbiyak ialah.

Alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah kehidupannya. Banyak yang
belum tahu akan kenyataannya. Tentang mana mirah mana intan. Sudah jelas nilai dari
Kumala Adi. Yaitu sebagus-bagusnya warna dari intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah
sama dengan lainnya? Yaitu sudah menyatu dengan sebenar-benarnya kematian
lainnya. Itulah alam anbiya. — at TAMAT SULUK LINGLUNG .

Posted 30th September 2014 by Unknown

16

View comments

2.

Sep
3

DZIKIR ASMA UL-HUSNA


Ini wirid untuk memuji Nama-Nama Tuhan yang Maha Segalanya. Saat kita
melantunkan puji-pujian kepada-NYA, sebenarnya itulah saat kita membuka jalur
koneksi dengan kekuatan paling mutakhir yang ada di alam semesta ini.

Misalnya, saat kita berdzikir berulang-ulang menyebut “Ya Bari’!” maka kita
membuka jalur koneksi dengan kekuatan energi gaib penyembuhan yang ada di seluruh
alam semesta sehingga bisa diniatkan untuk menyebuhkan semua penyakit.

Atau misalnya, kita berdzikir berulang menyebut “Ya ‘Aliy!” maka kita membuka
jalur koneksi dengan kekuatan energi gaib kecerdasan yang ada di seluruh alam semesta
sehingga bisa diniatkan untuk mencerdaskan otak anak kita.

Sebelum dipaparkan bagaimana cara meniatkannyasecara lengkap, berikut adalah


Nama-Nama Tuhan:

1. Allah
2. Ar-Rahman – Maha Pemurah
3. Ar-Rahim – Maha Penyayang
4. Al-Malik – Maha Merajai/Pemerintah
5. Al-Quddus – Maha Suci
6. As-Salam – Maha Penyelamat
7. Al-Mu’min – Maha Pengaman
8. Al-Muhaymin – Maha Pelindung/Penjaga
9. Al-Aziz – Maha Mulia/Perkasa
10. Al-Jabbar – Maha Pemaksa
11. Al-Mutakabbir – Maha Besar
12. Al-Khaliq – Maha Pencipta
13. Al-Bari’ – Maha Perancang
14. Al-Musawwir – Maha Menjadikan Rupa Bentuk
15. Al-Ghaffar – Maha Pengampun
16. Al-Qahhar – Maha Menundukkan
17. Al-Wahhab – Maha Pemberi
18. Ar-Razzaq – Maha Pemberi Rezeki
19. Al-Fattah – Maha Pembuka
20. Al-Alim – Maha Mengetahui
21. Al-Qabid – Maha Penyempit Hidup
22. Al-Basit – Maha Pelapang Hidup
23. Al-Khafid – Maha Penghina
24. Ar-Rafi – Maha Tinggi
25. Al-Muiz – Maha Pemberi Kemuliaan/Kemenangan
26. Al-Muthil – Maha Merendahkan
27. As-Sami – Maha Mendengar
28. Al-Basir – Maha Melihat
29. Al-Hakam – Maha Menghukum
30. Al-Adl – Maha Adil
31. Al-Latif – Maha Halusi
32. Al-Khabir – Maha Waspada
33. Al-Halim – Maha Penyantun
34. Al-Azim – Maha Agong
35. Al-Ghafur – Maha Pengampun
36. Ash-Shakur – Maha Pengampun
37. Al-Aliyy – Maha Tinggi Martabat-Nya
38. Al-Kabir – Maha Besar
39. Al-Hafiz – Maha Pelindung
40. Al-Muqit – Maha Pemberi Keperluan
41. Al-Hasib – Maha Mencukupi
42. Aj-Jalil – Maha Luhur
43. Al-Karim – Maha Mulia
44. Ar-Raqib – Maha Pengawas
45. Al-Mujib – Maha Mengabulkan
46. Al-Wasi – Maha Luas Pemberian-Nya
47. Al-Hakim – Maha Bijaksana
48. Al-Wadud – Maha Pencinta
49. Al-Majid – Maha Mulia
50. Al-Baith – Maha Membangkitkan
51. Ash-Shahid – Maha Menyaksikan
52. Al-Haqq – Maha Benar
53. Al-Wakil – Maha Berserah
54. Al-Qawiyy – Maha Memiliki Kekuatan
55. Al-Matin – Maha Sempurna Kekuatan-Nya
56. Al-Waliyy – Maha Melinuingi
57. Al-Hamid – Maha Terpuji
58. Al-Muhsi – Maha Menghitung
59. Al-Mubdi’ – Maha Memulai/Pemula
60. Al-Muid – Maha Mengembalikan
61. Al-Muhyi – Maha Menghidupkan
62. Al-Mumit – Maha Mematikan
63. Al-Hayy – Maha Hidup
64. Al-Qayyum – Maha Berdiri Dengan Sendiri-Nya
65. Al-Wajid – Maha Menemukan
66. Al-Majid – Maha Mulia
67. Al-Wahid – Maha Esa
68. As-Samad – Maha Diminta
69. Al-Qadir – Maha Kuasa
70. Al-Muqtadir – Maha Menentukan
71. Al-Muqaddim – Maha Mendahulukan
72. Al-Mu’akhkhir – Maha Melambat-lambatkan
73. Al-‘Awwal – Maha Pemulaan
74. Al-‘Akhir – Maha Penghabisan
75. Az-Zahir – Maha Menyatakan
76. Al-Batin – Maha Tersembunyi
77. Al-Wali – Maha Menguasai Urusan
78. Al-Mutaali – Maha Suci/Tinggi
79. Al-Barr – Maha Bagus (Sumber Segala Kelebihan)
80. At-Tawwab – Maha Penerima Taubat
81. Al-Muntaqim – Maha Penyiksa
82. Al-Afuww – Maha Pemaaf
83. Ar-Ra’uf – Maha Mengasihi
84. Malik Al-Mulk – Maha Pemilik Kekuasaan
85. Thul-Jalali wal-Ikram – Maha Pemilik Keagungan dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit – Maha Mengadili
87. Aj-Jami – Maha Mengumpulkan
88. Al-Ghaniyy – Maha Kaya Raya
89. Al-Mughni – Maha Penberi Kekayaan
90. Al-Mani – Maha Membela/Menolak
91. Ad-Darr – Maha Pembuat Bahaya
92. An-Nafi – Maha Pemberi Manfaat
93. An-Nur – Maha Pemberi Cahaya
94. Al-Hadi – Maha Pemberi Petunjuk
95. Al-Badi – Maha Indah/Tiada Bandingan
96. Al-Baqi – Maha Kekal
97. Al-Warith – Maha Membahagi/Mewarisi
98. Ar-Rashid – Maha Pandai/Bijaksana
99. As-Sabur – Maha Penyabar

Cara dzikir berdasarkan manfaatnya menurut buku “Khasiat Asmaul-Husna” karya Abu
Nur Husnina sebagai berikut:

1. “Ya Allah!” apabila dizikirkan 500 x setiap malam, lebih-lebih lagi selepas sholat
tahajjud atau sholat sunat 2 rakaat mempunyai pengaruh yang besar di dalam mencapai
segala yang diusahakan dan dihajati.
2. “Ya Rahman!” apabila dizikirkan sesudah sholat 5 waktu sebanyak 500x, maka hati
kita akan menjadi terang, tenang & sifat-sifat pelupa & gugup akan hilang dengan izin
Allah.

3. “Ya Rahim!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap hari, InsyaAllah kita akan
mempunyai daya penarik yang besar sekali hingga manusia merasa cinta & kasih serta
sayang terhadap kita.

4. “Ya Malik!” apabila dizikirkan sebanyak 121 x setiap pagi atau setelah tergelincirnya
matahari, segala perkerjaan yang dilakukan setiap hari akan mendatangkan berkat &
kekayaan yang diridhoi Allah.

5. “Ya Quddus!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap pagi setelah tergelincir
matahari, maka hati kita akan terjaga dari semua penyakit hati seperti sombong, iri hari,
dengki dll.

6. “Ya Salam!” apabila dizikirkan sebanyak 136 x, InsyaAllah jasmani & rohani kita
akan terhindar dari segala penyakit sehingga badan menjadi segar sehat & sejahtera.

7. “Ya Mukmin!” apabila dizikirkan sebanyak 236 x, InsyaAllah diri kita, keluarga &
segala kekayaan yang dimiliki akan terpelihara & aman dari segala macam gangguan
kejahatan.

8. “Ya Muhaimin!” apabila dizikirkan sebanyak 145 x sesudah sholat fardhu Isya,
Insyaallah pikiran & hati kita akan menjadi terang & bersih.

9. “Ya ‘Aziz!” apabila dizikirkan sebanyak 40 x sesudah sholat subuh, InsyaAllah, kita
akan menjadi orang yang mulia, disegani orang yang penuh kewibawaan.

10.”Ya Jabbar!” apabila dizikirkan sebanyak 226 x pagi & petang, semua musuh akan
menjadi tunduk & patuh dengan izin Allah.

11. “Ya Mutakabbir!” apabila dizikirkan sebanyak 662 x, maka dengan kebijaksanaan
bertindak, kita akan dapat menundukkan semua musuh, bahkan mereka akan menjadi
pembantu yg setia.

12.”Ya Khaliq!” dibaca mengikut kemampuan atau sebanyak 731x, InsyaAllah yang
ingin otak cerdas, cepat menerima sesuatu pelajaran , amalan ini akan memberikan otak
kita cerdas dan cepat faham.

13.”Ya Baarii’!” sekiranya kita berada didalam kesukaran atau sedang sakit, dibaca
sebanyak 100 x selama 7 hari berturut-turut, InsyaAllah kita akan terlepas dari
kesukaran & sembuh dari penyakit tersebut.

14.”Ya Musawwir!” sekiranya seorang isteri yang sudah lama belum mempunyai anak,
maka ikhtiarnya dengan berpuasa selama 7 hari dari hari Minggu hingga Sabtu. Di
waktu akan berbuka puasa, ambil segelas air & dibacakan “Ya Musawwir” sebanyak 21
x, kemudian diminum air tersebut untuk berbuka puasa. Bagi sang suami, hendaklah
melakukan amalan yang sama tetapi hanya dengan berpuasa selama 3 hari. Kemudian
pada waktu hendak berjima’, bacalah zikir ini sebanyak 10 x, InsyaAllah akan
dikurniakan anak yang soleh.

15.”Ya Ghaffaar!” sambil beri’tikaf (diam dalam masjid dalam keadaan suci) bacalah
zikir ini sebanyak 100 x sambil menunggu masuknya waktu sholat Jumaat, InsyaAllah
akan diampunkan dosa-dosa kita.

16.”Ya Qahhaar!” dizikir menurut kemampuan atau sebanyak 306 x, maka hati kita
akan dijaga dari ketamakkan & kemewahan dunia & InsyaAllah orang-orang yang
selalu memusuhi kita akan sadar & tunduk akhirnya.

17. “Ya Wahhaab!” dizikir sebanyak 100 x sesudah sholat fardhu, barang siapa yang
selalu didalam kesempitan, Insya Allah segala kesulitan atau kesempitan dalam soal apa
pun akan hilang.
18. “Ya Razzaq!” dizikir mengikut kemampuan sesudah sholat fardhu khususnya sholat
subuh, Insya Allah akan dipermudahkan rezeki yang halal & membawa berkat. Rezeki
akan datang tanpa diduga.

19. “Ya Fattah!” dizikir sebanyak 71 x sesudah selesai sholat subuh, InsyAllah hati kita
akan dibuka oleh Allah, sehingga mudah menerima kebenaran, pengetahuan dan
kebijaksanaan.

20. “Ya ‘Aalim!” dizikir sebanyak 100 x setiap kali selesai sholat Maktubah, Insya
Allah akan mendapat kemakrifatan yang sempurna.

21. “Ya Qaabidhu!” dizikirkan 100 x setiap hari, maka dirinya akan semakin dekat
dengan Allah & terlepas dari segala bentuk ancaman.

22. “Ya Baasithu!” Bagi mereka yg berniaga atau mempunyai usaha2 lain, kuatkanlah
usaha & berniaga itu dengan memperbanyakkan membaca zikir ini setiap hari,
InsyaAllah rezeki akan menjadi murah.

23. “Ya Khaa’fidh!” dizikirkan sebanyak 500 x setiap hari, dalam keadaan suci,
khusyuk & tawaduk, InsyaAllah segala maksud akan ditunaikan Allah. Juga apabila
mempunyai musuh, musuh itu akan jatuh martabatnya.

24. “Ya Raafi!” dizikirkan setiap hari, baik siang atau malam sebanyak 70 x,
InsyaAllah keselamatan harta benda di rumah, di kedai atau di tempat-tempat lain akan
selamat & terhindar dari kecurian.

25. “Ya Mu’izz!” dizikirkan sebanyak 140 x setiap hari, Insya Allah akan memperolehi
kewibawaan yang besar terutama ketua-ketua jabatan atau perniagaan.

26. “Ya Muzill!” Perbanyakkanlah zikir ini setiap hari, sekiranya ada orang berhutang
kepada kita & sukar untuk memintanya, InsyaAllah si penghutang akan sadar &
membayar hutangnya kembali.

27. “Ya Samii’!” Sekiranya inginkan doa kita makbul & pendengaran telinga kita
tajam, biasakanlah zikir ini setiap hari menurut kemampuan, lebih-lebih lagi sesudah
sholat Dhuha, InsyaAllah doa kita akan mustajab.

28. “Ya Bashiir!” Dizikirkan sebanyak 100 x sebelum sholat Jumat, InsyaAllah akan
menjadikan kita terang hati, cerdas otak & selalu diberikan taufik & hidayah dari Allah.

29. “Ya Hakam!” dizikirkan sebanyak 68 x pada tengah malam dalam keadaan suci,
InsyaAllah dapat membuka hati seseorang itu mudah menerima ilmu-ilmu agama &
membantu kecepatan mempelajari ilmu-ilmu agama.

30. “Ya Adllu!” dizikirkan sebanyak 104 x setiap hari sesudah selesai sholat 5 waktu,
InsyaAllah diri kita selalu dapat berlaku adil.

31. “Ya Lathiif!” Dengan memperbanyakkan zikir ini mengikut kemampuan,


InsyaAllah bagi para peniaga, ikhtiar ini akan menjadikan barangan jualannya menjadi
laris & maju.

32. “Ya Khabiir!” Dengan memperbanyakkan zikir ini setiap hari, terkandung faedah
yang teramat banyak sekali sesuai dengan maksud zikir ini antara lain faedahnya ialah
dapat mempertemukan kita dengan siapapun yang kita inginkan, termasuk bertemu
dengan teman atau anak yang telah terpisah sekian lama.

33. “Ya Haliim!” Dizikirkan sebanyak 88 x selepas sholat lima waktu, bagi mereka
yang mempunyai kedudukan di dalam pemerintahan, organisasi atau kelompok apa
saja, InsyaAllah dipastikan kedudukannya tidak akan digoyang atau digugat.

34. “Ya ‘Aziim!” dizikirkan sebanyak 12 x setiap hari untuk orang yang sekian lama
menderitaisakit, InsyaAllah akan sembuh. Juga apabila dibaca 12 x kemudian ditiupkan
pada tangan lalu diusap-usap pada seluruh badan, maka dengan izin Allah akan
terhindar dari gangguan jin, jin syaitan & sebagainya.

35. “Ya Ghafuur!” bagi orang yang bertaubat, hendaklah memperbanyakkan zikir ini
dengan mengakui dosa-dosa & beriktikad untuk tidak mengulanginya, InsyaAllah akan
diterima taubatnya oleh Allah.

36. “Ya Syakuur!” dizikirkan sebanyak 40 x sehabis sholat hajat, sebagai pengucapan
terima kasih kepada Allah, InsyaAllah semua hajat kita akan dimakbulkan Allah.
Lakukanlah setiap kali kita mempunyai hajat yang penting & terdesak.

37. “Ya ‘Aliy!” Untuk mencerdaskan otak anak kita yang bebal, tulislah zikir ini
sebanyak 110 x (** di dalam bahasa Arab) lalu direndam pada air yang dingin &
diberikan si anak meminumnya, InsyaAllah lama kelamaan kecerdasan si anak itu akan
berubah cemerlang.

38. “Ya Kabiir!” Bagi seseorang yang kedudukannya telah dirampas atau dilucuti gara-
gara sesuatu fitnah, maka bacalah zikir ini sebanyak 1000 x selama 7 hari berturut-turut
dalam keadaan suci sebagai pengaduan kepada Allah. Lakukanlah sesudah sholat
malam (tahajud atau hajat).

39. “Ya Hafiiz!” dizikir sebanyak 99 x, InsyaAllah diri kita akan terlindung dari
gangguan binatang buas terutamanya apabila kita berada di dalam hutan.

40. “Ya Muqiit!” Sekiranya kita berada di dalam kelaparan seperti ketika sesat di dalam
hutan atau di mana sahaja sehingga sukar untuk mendapatkan bekalan makanan, maka
perbanyakkan zikir ini. InsyaAllah badan kita akan menjadi kuat & segar kerana rasa
lapar akan hilang.

41. “Ya Hasiib!” Untuk memperteguhkan kedudukan yang telah kita jawat, amalkan
zikir ini sebanyak 777 x sebelum matahari terbit & selepas sholat Maghrib, InsyaAllah
akan meneguhkan kedudukan dan terhindar dari gangguan.

42. “Ya Jaliil!” Barangsiapa mengamalkan zikir ini pada sepertiga malam yang
terakhir, InsyaAllah kita akan mendapati perubahaan yang mengagumkan – bisnis akan
bertambah maju. Andai seorang pegawai, maka kedudukan kita akan ditinggikan dan
mendapat tempat yang terhormat izin Allah.

43. “Ya Kariim!” Untuk mencapai darjat yang tinggi & mulia di dunia mahupun di
akhirat kelak, maka amalkan zikir ini sebanyak 280 x ketika hendak tidur. Allah akan
mengangkat derajat mereka yang mengamalkan zikir ini.

44. “Ya Raqiib!” Untuk penjagaan barang yang dikhawatirkan, maka zikirkan sebanyak
50 x setiap hari dengan niat agar barang-barang yang dikhawatirkan berada di tempat
yang jauh & sukar dijaga akan terhindar dari pencurian dan gangguan lainnya.
45. “Ya Mujiib!” Sesungguhnya Allah adalah Zat yang menerima doa hambaNya &
agar doa kita mustajab & selalu diterima Allah, hendaklah mengamalkan zikir ini
sebanyak 55 x sesudah sholat subuh. Insyaallah Tuhan akan mengabulkan doa kita.

46. “Ya Waasi!” Apabila di dalam kesulitan maka amalkan zikir ini sebanyak 128 x
setiap pagi & petang, InsyaAllah segala kesulitan akan hilang berkat pertolongan Allah.
Andai zikir ini sentiasa diamalkan, InsyaAllah Tuhan akan menjaga kita dari iri dengki
sesama makhluk.

47. “Ya Hakiim!” Bagi pelajar atau sesiapa saja yang memperbanyakkan zikir ini setiap
hari, InsyaAllah akalnya akan menjadi cerdas & lancar didalam menghafal & mengikuti
pelajaran. Amalkanlah sekurang-kurangnya 300x setiap hari.

48. “Ya Waduud!” Amalkan zikir ini sebanyak 11,000 x pada setiap malam. InsyaAllah
kita akan menjadi insan yang sentiasa bernasib baik, disayangi & rumahtangga kita
akan sentiasa berada didalam keadaan harmoni.

49. “Ya Majiid!” Untuk ketenteraman keluarga. Setiap anggota keluarga sentiasa
menyayangi & menghormati kita sebagai kepala keluarga, maka amalkan zikir ini
sebanyak 99 x, sesudah itu hembuskan kedua belah tapak tangan & usap ke seluruh
tubuh dan muka. InsyaAllah semua anggota keluarga kita akan menyayangi &
menghormati kita.

50. “Ya Baa’its!” Zikirkan sebanyak 100 x dengan meletakkan kedua tangan ke dada,
InsyaAllah akan memberi kelapangan dada dengan ilmu & hikmah.

51. “Ya Syahiid!” Apabila ada di kalangan anggota keluarga kita yang suka
membangkang dan sebagainya, maka zikirkan sebanyak 319 x secara berterusan setiap
malam sehingga si pembangkang akan sedar & berubah perangainya.

52. “Ya Haq”! Perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah ianya sangat berfaedah sekali untuk
menebalkan iman & taat di dalam menjalankan perintah Allah.

53. “Ya Wakiil” Sekiranya terjadi hujan yang disertai ribut yang kuat, atau terjadi
gempa, maka ketika itu perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah bencana tersebut akan
menjadi reda & kembali seperti sediakala.

54. “Ya Qawiy!” Amalkan zikir ini sebanyak mungkin agar kita tidak gentar apabila
berhadapan dengan keadaan apapun termasuk keadaan yang berbahaya.

55. “Ya Matiin!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin untuk mengembangkan
kekuatan sehingga musuh apapun merasa gentar dan ketakutan.

56. “Ya Waliy!” mengamalkan zikir ini akan mengukuhkan kedudukan kita dan
terhindar dari gangguan oleh orang-orang yang bersifat dengki.

57. “Ya Hamiid!” Perbanyakkan zikir ini sebagai pengakuan bahwa hanya Allah saja
yang paling berhak menerima segala pujian.

58. “Ya Muhshiy!” Sekiranya kita inginkan diri kita digolongkan didalam pertolongan
yang selalu dekat dengan Allah (muraqabah), maka amalkan zikir ini sebanyak
mungkin sesudah sholat 5 waktu.

59. “Ya Mubdiu!” Agar segala apa yang kita rancangkan akan berhasil, maka zikirkan
sebanyak 470 x setiap hari.

60. “Ya Mu’id!” Andai ada anggota keluarga yang menghilangkan diri dan sebagainya,
amalkan zikir ini sebanyak 124 x setiap hari sesudah sholat.
61. “Ya Muhyiy!” amalkan zikir ini sebanyak 58 x setiap hari, InsyaAllah kita akan
diberikan kemuliaan derajat dunia & akhirat kelak.

62. “Ya Mumiit!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah akan


dipermudahkan didalam perniagaan, bisnis, politik dan sebagainya.

63. “Ya Hayyu!” Untuk mencapai kekuatan mental/batiniah didalam menjalani


kehidupan, perbanyakkanlah zikir ini.

64. “Ya Qayyuum!” Telah berkata Imam Ghazali bahawa barangsiapa yang ingin
memperolehi harta yang banyak lagi barokah, ingin dikasihi oleh setiap manusia, ingin
berwibawa, ditakuti musuh & ingin menjadi insan yang terhormat, maka berzikirlah
dgn “Ya Hayyu Ya Qayyuum…” sebanyak 1,000 x setiap malam atau siang hari.
Hendaklah melakukannya secara terus menerus, Insya Allah akan tercapai segala hajat.

65. “Ya Waajid!” Andai berkeinginan keperibadian yang kukuh, tidak mudah
terpengaruh & teguh pendirian, maka perbanyakkan zikir ini.

66. “Ya Maajid!” Demi kecerdasan otak dan agar dipermudahkan hati untuk menerima
pelajaran, maka hendaklah pelajar tersebut memperbanyakkan zikir ini setiap hari.

67. “Ya Waahid!” Bagi pasangan yang belum dikaruniai anak dan ingin segera untuk
menimang bayi, amalkanlah zikir ini sebanyak 190 x setiap kali selesai menunaikan
sholat 5 waktu selama satu bulan & selama itu juga hendaklah berpuasa sunat Senin dan
kamis.
68. “Ya Somad! Ketika dalam kelaparan akibat tersesat atau kesempitan hidup, maka
mohonkan kepada Allah dengan zikir ini sebanyak mungkin. InsyaAllah, diri akan
terasa segar & sentiasa merasa longgar hidupnya.

69. “Ya Qaadir!” Apabila kita berhajatkan sesuatu namun selalu gagal, maka amalkan
zikir ini sebanyak 305 x setiap hari, Insya Allah segala hajat akan berhasil.

70. “Ya Muqtadir!” Agar tercapai keinginan yang dikehendaki, selain perlu berikhtiar
lahirah, maka berzikirlah dengan zikir ini semampunya. Zikir ini mempercepatkan
keberhasilan keinginan kita.

71. “Ya Muqaddim!” Menurut Imam Ahmad bin Ali Al-Buuniy, beliau berkata
“Barangsiapa yang berzikir dengan zikir ini sebanyak 184 x setiap hari, InsyaAllah,
niscaya segala usahanya akan berhasil”.

72. “Ya Muahkhir”! Bagi meninggikan lagi ketaatan kita kepada Allah,
perbanyakkanlah zikir ini.

73. “Ya Awwal!!” Barangsiapa yang mengamalkan zikir ini sebanyak 37 x setiap hari,
InsyaAllah segala apa yang dihajati akan diperkenankan Allah.

74. “Ya Aakhir!” Amalkan berzikir sebanyak 200 x sesudah sholat 5 waktu selama satu
bulan, InsyaAllah Tuhan akan membuka pintu rezeki yang halal.

75. “Ya Dhaahir!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 1,106 x selesai sholat waktu di
tempat yang sunyi (khalwat), niscaya Allah akan membuka hijab padanya dari segala
rahasia yang sukar serta diberi kefahaman ilmu.

76. “Ya Baathinu!” Seperti no. 75 juga, tetapi amalkan sebanyak 30 x sesudah sholat
fardhu.

77. “Ya Waaliy!” Memperbanyakkan zikir ini setiap pagi & petang menyebabkan
seseorang menjadi ahli ma’rifat dan hatinya dibuka oleh Allah. Para wali Allah juga
selalu memperbanyakkan zikir ini

78. “Ya Muta’aAliy!” Sekiranya kita ingin berjumpa dengan mereka yang
berkedudukan tinggi atau mereka yang sukar ditemui, maka bacalah zikir ini sebanyak
mungkin. InsyaAllah dengan mudah kita akan berjumpa dengannya & segala hajat yang
penting akan berhasil.

79. “Ya Barr!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin setiap hari, InsyaAllah segala
apa yang kita hajati akan terlaksana dengan mudah.

80. “Ya Tawwaab!” Bagi orang yang selalu membuat dosa & ingin bertaubat maka
hendaklah memperbanyakkan zikir ini supaya dengan mudah diberikan petunjuk
kembali ke jalan yang lurus.

81. “Ya Muntaqim!” Jika kita berhadapan dengan orang yang zalim, supaya dia tidak
melakukan kezalimannya terhadap kita, maka hendaklah kita memperbanyakkan zikir
ini setiap kali sesudah sholat fardhu. Insyaallah, kita akan mendapat pertolongan Allah.

82. “Ya ‘Afuww!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, niscaya dia akan diampuni
segala dosanya oleh Allah.

83. “Ya Rauuf!” Bagi siapa yang ingin dirinya disayangi dan disenango oleh teman atau
siapa saja yang memandangnya, amalkan zikir ini waktu siang malam.

84. “Ya Maalikul Mulki!” Seseorang pimpinan/ ketua yang ingin kedudukan yang
langgeng dan tanpa diganggu gugat, hendaklah selalu mengamalkan zikir ini sebanyak
212 x sesudah sholat fardhu & 212 pada setiap malam selama sebulan.
85. “Ya Zul Jalaali wal Ikraam!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 65 x setiap hari selama
sebulan, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai dengan pertolongan Allah.

86. “Ya Muqsith!” Berzikirlah dengan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah
Tuhan akan menganugerahkan sifat adil kepada mereka yang mengamalkannya.

87. “Ya Jaami’!” Sekiranya ada dikalangan keluarga kita atau isteri kita yang lari dari
rumah, maka amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin pada setiap hari dengan niat
semoga Allah menyadarkan orang tersebut. Dengan izin Allah orang yang lari itu akan
pulang dalam jangka waktu yang singkat.

88. “Ya Ghaniy!” Amalkanlah zikir ini pada setiap hari sebanyak mungkin, InsyaAllah
apa yang kita usahakan akan cepat berhasil & kekayaan yang kita perolehi itu akan
mendapat berkat.

89. “Ya Mughniy!” Mintalah kekayaan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia &
akhirat kepada Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah segala hajat kita
akan tercapai.

90. “Ya Maani’!” Andai kita selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 161 x pada waktu
menjelang sholat subuh setiap hari, InsyaAllah kita akan terhindar dari orang-orang
yang zalim & suka membuat angkara.

91. “Ya Dhaarr!” Asma ini sangat berguna didalam ikhtiar kita untuk menyembuhkan
sesuatu penyakit yang sudah menahun dan lama diobati. Amalkanlah zikir ini sebanyak
1001 x pada setiap hari, InsyaAllah dengan ikhtiar ini penyakitnya cepat sembuh.

92. “Ya Naafi’ “! Menurut Imam Ahmad Al-Buniy, barangsiapa mengamalkan zikir ini
setiap hari, maka bagi orang yang sakit, sakitnya akan sembuh, & bagi orang yang
susah akan dihilangkan kesusahannya dengan izin Allah.

93. “Ya Nuur!” Menurut Sheikh Ahmad bin Muhammad As Shawi, barangsiapa yang
menghendaki kemuliaan yang agung & memperolehi apa terbaik untuk kebaikan di
dunia akhirat, maka hendaklah selalu berzikir dengan zikir ini pagi & petang.

94. “Ya Haadiy!” Bagi siapa yang dalam perjalanan ke suatu tempat tertentu, kemudian
ia tersesat, hendaklah ia memohon petunjuk Allah dengan memperbanyakkan zikir ini,
akan diberikan pertolongan Allah lepas dari kesesatan tersebut.

95. “Ya Baadii!” Andai kita mempunyai rencana/rancangan yang sangat penting & bagi
memastikan rencana kita itu berjaya dan berjalan lancar, maka berzikirlah dengan zikir
ini sebanyak 500 x selepas sholat fardhu. InsyaAllah Tuhan akan memberikan
pertolongan hingga rencana kita sukses.

96. “Ya Baaqy!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin tanpa batas waktu,
InsyaAllah dengan ikhtiar ini semua perkerjaan yang telah dilakukan akan berda pada
puncak sukses dan rezeki tidak akan mudah terlepas, bisnis tidak akan rugi atau
bangkrut.

97. “Ya Waarits!” berzikir sebanyak 500 x selepas sholat fardhu atau sebagainya,
segala urusan kita akan berjalan lancar. Pada setiap malam berzikir dengan zikir ini
sebanyak 707 x, Allah akan memberi petunjuk sehingga usaha kita akan berhasil
dengan ridho-NYA.

98. “Ya Rasyiid!” biasakanlah zikir ini sebanyak mungkin, niscaya otak kita akan
bertambah cerdas.

99. “Ya Shabuur!” Agar kita diberi kesabaran oleh Allah dalam segala hal, maka
perbanyakkanlah zikir ini menurut kemampuan. Dengan sifat sabar penuh pengharapan,
maka segala usaha akan mencapai kejayaan

Courtesy to KWA

Posted 3rd September 2014 by Unknown

0
Add a comment

3.

Mar

KISAH PENCIPTAAN NUR


MUHAMMAD
Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW
bertanya,

"Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon
katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"

Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia


menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."

Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir
ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".

Rasulullah saw menjawab : "Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu


adalah nur Nabimu dari Nur-Nya."

Nur Muhammad itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur
Muhammad dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut Sabar,
Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.

Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia
menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga ‘Arsy”.

Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada
pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun
perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya,
"Ya Allah, apa yang harus saya tulis?"

Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.

Atas itu Pena berseru, "Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu
bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah".

Allah kemudian berfirman, "Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama
Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan lawhal-mahfudz;
kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan
apapun”.

Ketika Allah SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena
takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi
tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya tetap terbelah dua dan
tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.

Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya
Allah?" bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, "Tulislah semua yang akan
terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus
memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim."

Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis
kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam
700 tahun.

Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman "Telah memakan 700
tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan
Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah
bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa
bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang
murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700
tahun dosa akan Aku hapuskan.”

“Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat
bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-
’Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang
menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh
malaikat (makhluk) langit lainnya.”

“kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama
Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian
ketiga Aku membuat jinn dan api.”

“Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku
membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku
membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari
bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad),
dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad SAW”.

Ruh yang cantik ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu
dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan
Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati. Matanya dari
kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari
kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya
dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti
jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.

Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab
semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya
dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang
penuh barokah, masyhur dan tinggi di atas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha
Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.

Kemudian Allah SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin.
Tangkainya berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon
tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar hebat hingga
berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad memuji bertasbih ke
hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada permata tersebut, Nur Muhammad
mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah dilihat. Bentuknya seperti burung merak,
dan pakaiannya demikian indah. Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia
bersujud lima kali.

Allah SWT melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar
keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan nyawa
malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy, matahari, bulan, bintang,
dan apa-apa yang ada di langit. Keringat dadanya menjadi bahan untuk menciptakan
nyawa para rasul, nabi, wali, ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang
muncul dari keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi
Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT nyawa
orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat. Sedangkan keringat
kakinya di antaranya menjadi isi bumi.
Pada waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang
cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke
dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri. Sementara nyawa-
nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya membaca "Subhanallaahi wal
hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar". 1.000 tahun lamanya nyawa-
nyawa itu diperintahkan Allah SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.

Nyawa yang berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan
menjadi pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang
akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia akan menjadi
hafidz (penghapal Al Quran).

Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan
dan nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi ahli
bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil melihat bibir Nur
Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri. Nyawa yang melihat bagian
giginya maka wajahnya kelak akan cantik rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan
jadilah utusan/duta raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi
orang berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan jadilah
seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan tangannya, maka akan jadi
perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat, Allah SWT akan menjadikan dirinya
berkehidupan dalam dunia tekstil, sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi
orang yang pernah membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan
menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan menjadi para
ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang berhasil dilihat, maka ia
akan menjadi orang yang berkecimpung dalam bidang seni.

Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan
mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang janggutnya akan
menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi
seorang pemanah atau pengemudi kapal laut. Siapa yang melihat tangan kananya akan
menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi
seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).

Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa
yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian
dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari
tangan kanannya akan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari
tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang
penuh barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic) dan
berilmu.

Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh
pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh barokah akan
menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas,
dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku
dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang
pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian.
Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).

Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum takberiman,
pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan
menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrudz,
Firaun, dan sejenisnya.

Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan
rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat, di baris ketiga
berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh
kaum tak beriman.

Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu
mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah SWT
yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi
Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril ,
"Berapa lama sejak engkau diciptakan?" Malaikat itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya
tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000 tahun seberkas cahaya
gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu
saya diciptakan cahaya ini muncul 12.000 kali."

"Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?" bertanya Nabi Muhammad SAW

"Tidak, saya tidak tahu," berkata malaikat itu.

"Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.

Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 !

catatan :

Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad


(Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki
dasar dalam ‘aqidah Islam. Padahal, berdasarkan data-data yang kuat, konsep Nur
Muhammad adalah suatu konsep ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang diterima dan
diakui oleh ijma’ (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama’ tasawwuf dalam kurun
waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Qur’an
dan Hadits Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam. Konsep ‘aqidah Nur Muhammad salallahu
‘alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar
Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam adalah makhluk pertama yang diciptakan sang
Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kemudian darinya, Dia Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan makhluk-makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut
Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai "Siraajan
Muniiran" (makna literal: Lampu yang Bercahaya).

Posted 4th March 2014 by Unknown

View comments

4.

Feb

26

MENYATUKAN SUAMI ISTRI YANG


BERTENGKAR-BERGADUH
Untuk menyatukan sebuah pasangan suami istri yang sedang bertengkar atau bergaduh
ada beberapa cara atau kaedah.
Pertama buatlah dua buah patung dari bahan lilin dengan bentuk lelaki dan bentuk
wanita yang sedang berdiri. bahan lilin banyak dijual di mol atau market, kedai atau
toko.
Kemudian nama lelaki bin ibunya ditulis didada patung perempuan. Dan sebaliknya,
nama perempuan bin ibunya ditulis di dada patung lelaki. Untuk menulis nama ini
pergunakanlah bahan dari jarum tembaga.
Tulislah ayat 74 surat albaqoroh berikut pada kertas putih polos yang bersih dari nazis.
Kertas kemudian dilipat dan diletakkan pada kedua sisi patung lelaki dan wanita yang
disatukan saling berhadapan.
Ikat kedua patung itu yang telah diantarai oleh kertas bertuliskan ayat 74 surat
albaqoroh tadi.
Sepasang patung lilin yang telah diikat rapi itu tanamkan dibawah pohon yang sedang
berbuah lebat. Menanamnya sambil membaca ayat menyatukan pasangan dari ayat 74
surat albaqoroh berikut sebanyak 7x :
” Tsumma qosat quluu bukum min ba’di zaalika fahiya kalhijaaroti aw asyaddu
qiswatan wainna minalhijaaroti lama yatafajjaru minhul anhaaru, wa inna
minhaa lamaa yassyaqqoqu fayakhruju minhulmaa-u. Wa inna minha lamaa
yahbithu min khosyatillah, wamallahu bigho filin ‘amma ta’maluun”

Insya Allah, kedua pasutri (pasangan suami istri) akan bersatu kembali hidup damai
saling mengasihi antara satu sama lain

Posted 26th February 2014 by Unknown

View comments

5.

Feb

25

ILMU MENYATUKAN DIRI DENGAN


TUHAN
wongalus
Sudah terlalu sering kita bahas di banyak forum, termasuk di blog KWA bahwa untuk
mengenal Tuhan seseorang harus terlebih dahulu mengenal dirinya. Maksudnya, untuk
sampai kepada pengenalan terhadap Tuhan, haruslah terlebih dahulu dipahami dua hal.
Pertama, ia harus terlebih dahulu mengenal asal mula akan kejadian dirinya sendiri, dari
mana, di mana dan bagaimana ia dijadikan? Kedua, ia harus terlebih dahulu mengetahui
apa sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah SWT. Kedua perkara di atas menjadi
prasyarat kesempurnaan bagi para salik dalam mengenal Allah.
Kita paham, yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah Nur Muhammad SAW yang
kemudiannya dari Nur Muhammad inilah Allah jadikan roh dan jasad alam semesta.
Bermula dari Nur Muhammad inilah maka semua roh termasuk roh manusia diciptakan
Allah sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut jasad Nabi Adam as.
Karena itu, Nabi Muhammad Saw adalah ‘nenek moyang roh’ sedangkan Nabi Adam
as adalah ‘nenek moyang jasad’. Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah
berasal dari tanah, tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin berasal dari api,
dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad. Sehingga pada prinsipnya roh manusia
diciptakan berasal dari Nur Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya
berasal dari Nur Muhammad. Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur
35), di mana roh yang mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga
mengandung Nur Muhammad.
Bertemu dan meleburlah roh dan jasad yang berisikan Nur Muhammad ke dalam
hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya. Tersebab bersumber pada satu wujud dan
nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan dengan mesra menuju
kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang memberi cahaya
kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana mesranya
hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada tumbuhan, dan dengan
airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30).
Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau stasiun yang terakhir
dari pencarian akan makrifah kepada Allah, Martabat Nur Muhammad inilah martabat
yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad inilah yang menjadikan ilmu
menjadi sempurna.
Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan
menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad
Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” dan yang berbentuk
Nur.
Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam ke nabi yang
lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya melindungi mereka dari
perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan pengetahuan tentang
rahasia-rahasia Illahi. Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum
diciptakan Adam as. Lalu, Allah menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk
lainnya, bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh itu, harus dibedakan
antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur
Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi fisik
dan realitas.
Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui
Nur ini pengetahuan yang kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada
Ruh Muhammad saja diberikan universal. Nur Muhammad memiliki banyak nama
sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh apabila dikaitkan dengan
ketinggiannya. Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk
mengitarinya, karena ia kutub dari segenap ruh. Ia disebut al-Haqq al Makhluq bih, (al-
Haqq sebagai alat pencipta), hanya Allah yang tahu hakikatnya secara pasti.
Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan al-Aql al-Awal (akal pertama) karena
wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang menuangkan
sebagian pengetahuannya kepada makhluk. Adapun disebut al-Ruh al-Ilahi (ruh
ketuhanan) karena ada kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan), al-Amin (ruh yang
jujur) adalah karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya.
Oleh itu, tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad
ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad
itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para
nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam bentuk nabi penutup (khatamun
nabiyyin), Muhammad Saw.
Dalam teori martabat tujuh dipahami bahwa dunia manusia merupakan dunia perubahan
dan pergantian, tidak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan selalu
berubah, memudar, dan setelah itu akan mati. Oleh karena itulah, manusia ingin
berusaha mengungkap hakikat dirinya agar dapat hidup kekal seperti Yang
Menciptakannya. Untuk mengungkap hakikat dirinya, manusia memerlukan
seperangkat pengetahuan batin yang hanya dapat dilihat dengan mata hati yang ada
dalam sanubarinya.
Seperangkat pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu ma‘rifatullah. Ilmu ma’rifatullah
merupakan suatu pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk
mengenal dan mengetahui Allah.
Ilmu ma‘rifatullah dipilah menjadi dua macam, yaitu ilmu makrifat transeden dan ilmu
makrifat imanen. Tuhan menyatakan diri-Nya dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat
pertama disebut martabat tidak nyata dan martabat kedua sampai dengan martabat
ketujuh disebut martabat martabat nyata, terinderawi. Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-
’ada’-an Zat yang Esa); martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat
Wahidiyyah (ke-’ada’-an asma yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat,
martabat Alam Arwah; martabat Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan
martabat Alam Insan.
Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan melalui penciptaan,
tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara martabat transenden atau
martabat tidak nyata dengan martabat imanen atau martabat nyata secara lahiriah
keduanya berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama.
Seorang Salik yang telah mengetahui kedua ilmu ma‘rifatullah, ia akan sampai pada
tataran tertinggi, yaitu tataran rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal
dengan sebutan Wahdatul-Wujûd. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan
ombak. Air laut dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi
pada hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Maqam Nur Muhammad adalah maqam paling tinggi dari pencarian dan pendakian sufi
menuju makrifah kepada Allah, tiada lagi maqam atau stasiun paling tinggi sesudah ini.
Kesimpulannya, berbahagialah orang-orang yang dapat menyandingkan penyatuan
sumber asal mula penciptaannya dalam satu harmoni, yakni Nur Muhammad, sebab ia
berada pada satu kedudukan yang tinggi dan terbukanya segala hijab yang
membatasinya.
Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi melalui generasi
nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib dan turun kepada
Nabi Muhammad Saw. “sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah
cahaya-ku (Nur Muhammad)”.
Sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’.
Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya sekira-kira yang dihendaki
Allah. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam,
sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa
yang diciptakan, kecuali Nur ini.
Dari nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan Arsy. Allah
kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya Allah, apa
yang harus saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah La ilaha illallah Muhammad
Rasulullah.” Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama yang indah dan
agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya Allah.”
Allah kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama
kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh mahfuzh; kamu, juga
diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apa pun.”
Ketika Allah telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu terbelah dua karena takutnya
akan Allah dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup, sehingga
sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak
menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorangpun gagal
dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti
contohnya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan
mulia yang diajarkannya kepada kita.
Berikut salah satu ilmu dalam khasanah budaya nusantara agar kita bisa menuju Nur
Muhammad yang Agung tersebut. Baca, hapal, hayati, resapi dan amalkan dalam hidup
sehari-hari:

===WAHAI SEDULURKU ADAM SUFI


BADANKU TIDUR ROHKU TERJAGA
GERAKKAN AKU NUR MUHAMMAD===

Silahkan diamalkan sesuai dengan kemampuan. Semoga kita akan sampai kepada
NYA. Salam paseduluran.

Posted 25th February 2014 by Unknown

13

View comments

6.

Feb

25

ASMA’ NURUL QOLBU


Pengijazah: Ki Sudadi

Assalamu’alaikum, salam hormat dan takzim kepada Ki Wongalus dan Ki Ajar Celse,
pengasuh Redaksi KWA serta salam persaudaraan pada mahasiswa di KWA, semoga
selalu dalam lindungan dan kasih sayang-Nya, Amin. Mohon maaf sebelumnya Ki
Wongalus dan para sesepuh/pinisepuh KWA, saya tidak bermaksud untuk PROMOSI
ATAU KOMERSIAL. Amalan ini telah saya berikan ke mas suwandi untuk
membantunya pada waktu ada masalah, setelah itu mas suwandi mengirimkan
pengalamannya kepada Redaksi KWA mungkin sudah kehendak Allah alhamdulillah
para sesepuh/pinisepuh menanggapi dan memberikan komentar amalan ini diberi nama
” ASMA’ NURUL QOLBU “ serta Ki Wongalus membuka rahasia makna arti yang
terkandung di dalam surat An-nur ayat 35 .
Tata Cara Mengamalkan ASMA’ NURUL QOLBU

1. Tawasul kepada : Nabi Muhammad saw, Nabi Sulaiman as, Nabi Khidir as, Shohabat
Nabi : Abu Bakar, umar, Ustman, Ali. Syekh Abdul qodir jailani, Syekh Abil Hasan
Asy-syadzilly, Syekh Ahmad Ali Al-Bunni, Sunan kalijogo, Kedua orang kita.

2. Membaca : Syahadat > 3x, Sholawat Al-Fatih > 7x, Istighfar > 3x

3. Puasanya selama 41 hari / 7 hari

4. Pada waktu puasa tidak boleh bersentuhan dengan seorang wanita yang sudah baligh
( dewasa) apabila bersentuhan sengaja atau tak sengaja puasanya batal.

5. Dibaca habis sholat fardhu.

Inilah Ayat dan do’a lengkapnya yang saya wiridkan:

BISMILLAHIIRRHMAANIRRAHIIM. ALLAAHU NUURUSSAMAAWAATI


WAAL-ARDH , MATSALU NUURIHI KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAH,
ALMISHBAAHU FII ZUJAAJAH, AZZUJAAJATU KA-ANNAHAA KAWKABUN
DURRIYUI YUUQODU MIN SYAJARATIN MUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN
LAA SYARQIYYATIU WALAA GHARBIYYATIN YAKAADU ZAYTUHAA
YUDHII-U WALAW LAM TAMSAS-HU NAAR, NUURUN ‘ALAA NUUR
YAHDIILLAAH LINUURIHI MAIYASYAA WAYADHRIBU-LLOOHU AL-
AMTSAALA LILNNAAS WALLOOHU BIKULLI SYA-IN ‘ALIIM > 1000x

Artinya: Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya,
seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu
di dalam tabung kaca,(dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang di
nyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hamper-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM.ALHAMDULILLAHI ROBBIL
‘ALAMIIN.ARRAHMAANIR RAHIIM. MAALIKI YAUMIDDIIN. IYYAAKA
NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IIN. IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.
SHIRAATHAL LADZIINA AN-AMTA ‘ALAIHIM GHAIRL MAGHDHUUBI
ALAIHIM WALADH-DHAALLII. > 1000x

Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah seru sekalian alam. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang menguasai
hari kemudian. Hanya Engkaulah yang kami sembah . Dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan. Tunjukkilah kami ke jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-
orang yang telah engkau berikan nikmat kepada mereka, sedang mereka itu bukan
orang-orang yang dimurkai dan bukanpula orang-orang yang sesat.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. ALLAHUMMAJ’AL FII QOLBII NUURON


WAFII BASHORII NUURUN WAFII SAM’II NUURON WA’AN YAMIINI
NURURON WAKHALFII NUURON WAFII ASHABII NUURUN WAFII LAHMII
NUURON WAFII SYA’RII NIUURON WAFII BASYORII NUURON > 7x

Artinya : Ya Allah Tuhan kami, berikanlah aku penyuluh/cahaya dalam hatiku,


curahkanlah cahaya dalam pandanganku, curahkanlah cahaya dalama pendengaranku,
curahkanlah dalam sisi kananku, curahkanlah cahaya dibelakangku, curahkanlah
cahayadalam saraf-sarafku, curahkanlah dalam dagingku, curahkanlah cahaya dalam
rambutku dan curahkanlah cahaya dalam hatiku.
ALLAHUMMA ANTAL AWWALU FALAISA QOBLAKA SYAIUN WA ANTAL
AAKHIRU FALAISA BA’DAKA SYAIN-UN WA ANTAL AALIMUL GHOIBI WA
ANTA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIRUN, WA ANTA ALLAAMUL QHUYYUB
WA ANTA ‘ALAA KULLI SYAIN-IN ALIIM BIRAKHMATIKA YAA
ARKHAMAR ROOKHIMIIN. > 7x

Artinya : Wahai Tuhanku Engkau terdahulu tiada sesuatupun sebelummu dan Engkau
terakhir tiada sesuatupun sesudahmu dan Engkau mengetahui yang ghaib (yang semua
makhluk tiada dapat mengetahui) dan Engkau kuasa atas segala sesuatu dan Engkau
maha mengetahui perkara yang ghaib dan Engkau waspada atas segala sesuatu. Berkat
Rahmatmu Wahai Tuhan paling Rakhim.

Di akhir membaca wirid :

- YA QAWIYYU YA MATINU > 325 x Wahai Yang Mahakuat, Wahai Yang


Mahakokoh

- HASBUNAALLAH WANI’MAL WAKIL > 1000x Cukuplah bagi kami Allah dan
Dia adalah sebaik-baik pelindung

Sholawat Al-Fatih :

BISMIILAAHIRRAH MAANIRRAHIIM. ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLIM


WABAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN NIL-FAATIHI LMAA
UGHLIQA WALKHAATIMI LIMAA SABAQA WANNAASHIRIL HAQQI
BILHAQQI WAL-HAADII ILAA SHIRAATIKAL MUSTAQIIMI.
SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA ‘ALAA AALIHI WA-ASH-HAABIHIL HAQQA
QADRIHI WAMIGDAARIHIL ‘AZHIIMI

Artinya : Ya Allah, limpahkanlah rahmat takzim, salam sejahtera serta keberkahan


kepada junjungan kita Muhammad saw. Sebagai pembuka sesuatu yang terkunci
(tertutup) dan penutup sesuatu (para utusan) yang terdahulu, dialah penolong yang
benar dengan kebenaran dan petunjuk menuju jalan-Mu yang lurus. Semoga
Allahmelimpahkan (memberikan) rahmat takzim atau shalawat kepadanya beserta
keluarganya (yang beriman dan mengikuti petunjuknya) dan para sahabat-sahabatnya
dengan sepenuhnya atau dengan sebenar-benarnya qudrah dan miqdrarnya yang tinggi.

• Keterangan untuk therapy bacalah : YA QAWIYYU YA MATINU IKFINA


SYARRAZH-ZHALIMIN > 325x Wahai Yang Mahakuat, Wahai Yang Mahakokoh,
tolonglah kami mengatasi kejahatan kaum yang zalim.

Shohibul ijazah mengucapkan semoga amalan ini bermanfaat didunia maupun akhirat
untuk Anda dan keluarga yang mengamalkannya, amiin 3x.

Wa’alaikum salam Wr.Wb. @@@

https://www.youtube.com/watch?v=p5dB-HpiqeA

Posted 25th February 2014 by Unknown

Add a comment

7.

Dec

21
WIRID LENGKAP NURBUWAT
Tata Cara Mengamalkan

Sebelum mengamalkan doa Nurbuat bertawassul terlebih dahulu kepada:

Ilaa hadlratin nabiyyil mustafaa shalallahu ‘ alaihi wassalam, Al Fatihah 1x

Tsumma ilaa hadlraati ikhwaanihii minal ambiyaa’i wal mursaliin wal auliyaa’i wasy
syuhadaa’i wash shaalihiina wash shahaabti wattaabi’iina wal ulamaa’i ‘aamiliina wal
mushannifiinal mukhlishiina wa jamii’il malaaikatil muqarrabiina, Al Fatihah 1x

Ila khusushan Syekh Majdudin Al-Karmani (Khodam Doa Nurbuat), Al Fatihah 1x

Ila khusushan Syekh Abdul Qadir Jailany, Syekh Qori, Syekh Madi, Syekh Somandari,
Syekh Ahmad Al Falatil Bauni, Al Fatihah 1 x

Surah Al Ikhlas 3x

Surah Al Falaq 1x

Surah An Nash 1x

Shalawat Nabi 21x

Doa dimulai dengan bacaan BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM. Diteruskan


dengan ALLAAHUMMA DZIS SULTHAANIL ‘AZHIM, WA DZIL MANNIL
QADIIM, WA DZIL WAJHIL KARIIM, WA WALIY YIL KALIMAATI
TAAMMAATI WAD DA’AWAATIL MUSTA JAABAH, ‘AAQILIL HASANI WAL
HUSAINI MIN ANFUSIL HAQQI ‘AINIL QUDRATI WAN NAAZHIRIINA
WA’AINIL INSI WAL JINN, WA IN YAKAADUL LADZIINA KAFARUU LI
YUZLIQUUNAKA BI ABSHAARIHIM LAMMAA SAMI’UDZ DZHIKRA,
WAYAQUULUUNA INNAHUU LAMAJNUUN, WA MAA HUWA ILLAA
DZIKRUL LIL ‘AALAMIIN. WA MUSTAJAABU LUQMAANIL HAKIIM. WA
WARITSU SULAIMAANABNI DAAWUDA ‘ALAIHI WAS SALAAM.

AL-WADUUD (tujuh kali AL WADUUD) …………………….(Sebutkan keinginan


dalam hati kepada Allah s.w.t.)

Lanjutkan dengan membaca…. DZUL’ARSYIL MAJIID. THAWWIL ‘UMRII WA


SHAHHIH AJSAADII WAQDHI HAAJATII WAKTSIR AMWAALII WA
AULAADII WAJ ALNI HABBIBAN LIN NAASI AJMA’J IN. WA
TABBA’ADIL’ADAAWATA KULLA MIMBANII AADAMA ‘ALAIHIS SALAAM.
MAN KAANA HAYYAUW WA YAHIQQAL QAULU ‘ALAL KAAFIRIIN. WA
QUL JAA AL HAQQU WA ZAHAQAL BAATHIL, INNA BAATHILA KAANA
ZAHUUQAA. WA NUNAZZI LU MINAL QUR’AANI MAA HUWA SYIFAAUW
WARAHMATUL LIL MUKMINIIN. WA LAA YAZIIDUZH ZHAALIMIINA
ILLAA KHASAARAA. SUBHAANA RABBIKA RABBIL ‘IZZATI ‘AMMAA
YASHIFUUN, WA SALAAMUN ‘ALAL MURSALIIN, WAL HAMDU LIL LAAHI
RABIIL ‘AALAMIIN”.

Posted 21st December 2013 by Unknown

View comments

8.

Dec
21

WIRIT MAKLUMAT JATI “Wedharing


Ilmu Kabatosan”
Di dalam kepustakaan Jawa, dikenal kitab kuno, yakni kitab Primbon Atassadhur
Adammakna, merupakan salah satu kitab terpenting dalam ajaran Kejawen. Di
dalamnya memuat ajaran-ajaran utamanya yakni Wirid Maklumat Jati di mana
mencakup delapan wiridan sebagai berikut ;

1. Wirayat-Jati; ajaran yang mengungkap rahasia dan hakikatnya ilmu kasampurnan.


Ilmu “pangracutan” sebagaimana yang ditempuh oleh Sinuhun Kanjeng Sultan Agung
merupakan bentuk “laku” untuk menggapai ilmu kasampurnan ini.

2. Laksita-Jati; ajaran tentang langkah-langkah panglebur raga, agar supaya orang


yang meninggal dunia, raganya dapat melebur ke dalam jiwa (warangka manjing
curiga). Kamuksan, mokswa, atau mosca, yakni mati secara sempurna, raga hilang
bersama sukma, yang lazim dilakukan para leluhur zaman dahulu merupakan wujud
warangka manjing curiga.

3. Panunggal-Jati; ajaran tentang hakikat Tuhan dan manusia mahluk ciptaanNya.


Atau hakikat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Meretas hakekat ajaran tentang
“manunggaling kawula lan Gusti” atau “jumbuhing kawula-Gusti”. Panunggal-Jati
berbeda dengan Aji Panunggal. Aji Panunggal membeberkan ke-ada-an jati diri
manusia, yang meliputi adanya pancaindera. Aji Panunggal juga mengajarkan tata cara
atau teknik untuk melakukan semedi/maladihening/mesu budi/yoga sebagai upaya jiwa
dalam rangka menundukkan raga.

4. Karana-Jati; ajaran tentang hakikat dan asal muasalnya manusia, ajaran ini
sebagai cikal bakal ilmu “sangkan-paraning dumadi”. Siapakah sejatinya manusia.
Hendaknya apa yang dilakukan manusia. Akan kemana kah selanjutnya manusia.

5. Purba Jati; ajaran tentang hakikat Dzat, ke-Ada-an Dzat yang sejati. Menjawab
pertanyaan,”Tuhan ada di mana ? Dan membeberkan ilmu tentang sejatinya Tuhan.
Seyogyanya Purba Jati dibaca oleh pembaca yang budiman dan bijaksana, dan bagi
yang telah mencapai tingkatan pemahaman tasawuf agar supaya tidak terjadi kekeliruan
pemahaman.

6. Saloka-Jati; ilmu tentang perlambang, sanepan, kiasan yang merupakan


pengejawantahan dari bahasa alam, yang tidak lain adalah bahasa Tuhan. Supaya
manusia menjadi lebih bijaksana dan mampu nggayuh kawicaksananing Gusti; mampu
membaca dan memaknai bahasa (kehendak) Tuhan. Sebagai petunjuk dasar bagi
manusia dalam mengarungi samudra kehidupan.

7. Sasmita-Jati; ilmu yang mengajarkan ketajaman batin manusia supaya mengetahui


kapan “datangnya janji” akan tiba. Semua manusia akan mati, tetapi tak pernah tahu
kapan akan meninggal dunia. Sasmita Jati mengungkap tanda-tanda sebelum seseorang
meninggal dunia. Tanda-tanda yang dapat dibaca apabila kurang tiga tahun hingga
sehari seseorang akan meninggal dunia. Dan bagaimana manusia mempersiapkan diri
untuk menyongsong hari kematiannya.

8. Wasana-Jati; ilmu yang menggambarkan apa yang terjadi pada waktu detik-detik
terakhir seseorang meninggal dunia, dan apa yang terjadi dengan sukma atau ruh
sesudah seseorang itu meninggal dunia.

Posted 21st December 2013 by Unknown

0
Add a comment

9.

Dec

21

EMPAT PENDEKAR GAIB SUNAN


KALIJAGA
Siang dan malam keempat pendekar gaib ini setia menunggu kita. Saat genting dan
bahaya, dia menyeret kita ke tempat yang aman. Saudara penjaga gaib ini bukan jin
bukan pula gendruwo.

Semakin lama belajar ajaran-ajaran leluhur Jawa, kita akan semakin terkagum-kagum
pada para nenek moyang. Ilmu yang mereka ajarkan tidak bertentangan dengan agama,
bahkan sesuai dan memperkaya pemahaman agama yang kita anut.

Sayangnya banyak yang masih memandang sebelah mata ajaran para leluhur Jawa ini.
Bahkan ada yang menuduhnya sebagai syirik, khurofat dan takhayul. Para penuduh ini
mungkin lupa, bahwa ajaran Jawa disampaikan secara sederhana agar mudah dipahami
orang Jawa. Memang, para leluhur kita kadang tidak fasih melafalkan kata-kata Arab.
Para leluhur ini juga orang yang masih gagap iptek. Namun, jangan salah sangka dulu.

Dari segi kebijaksanaan, ngelmu batin dan olah rasa para nenek moyang kita dulu bisa
diandalkan. Mereka adalah para waskita yang mampu membangun candi Borobudur,
Prambanan dan mampu membuat sebuah bangunan dengan ketepatan geometris dan
geologis. Tidak kalah oleh nenek moyang bangsa Mesir yang mampu membangun
piramida, atau nenek moyang suku Inca, bangsa Peru yang bisa membangun Manchu
Picchu.

Saat agama Islam masuk ke nusantara, sementara di Jawa saat itu sudah berkembang
agama Hindu, Budha dan berbagai kepercayaan animisme, dinamisme, politeisme.
Islam melebur secara pelan dan damai, berasimilasi serta berosmosis tanpa
pertumpahan darah. Islam agama damai dan tidak memaksa. Orang Jawa bersifat
pasrah, sumeleh, sumarah, ikhlas dan mengandalkan rasa pangrasa. Jadi? Klop sudah!

Bagi orang Jawa, masuknya Agama Islam yang kaya dengan aspek kebatinan (tasawuf)
sangatlah tepat. Orang Jawa pun tidak kebingungan dengan ajaran-ajaran mistik yang
ada di dalamnya. Namun orang Jawa berhasil menyederhanakan ajaran-ajaran mistik ini
dengan terminologi dan kalimat-kalimat sederhana dan mudah dimengerti. Harap
maklum saja, orang Jawa dulu mayoritas hidup di pedesaan yang sederhana dan tidak
banyak berwacana ilmiah.

Salah satu ajaran Kejawen yang membahas tentang adanya malaikat pendamping hidup
manusia adalah SEDULUR PAPAT LIMO PANCER. Pancer adalah tonggak hidup
manusia yaitu dirinya sendiri. Diri kita dikelilingi oleh empat makhluk gaib yang tidak
kasat mata (metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup kita. Mulai
dilahirkan di dunia hingga kita nanti meninggal dunia menuju alam barzakh (alam
kelanggengan).

Sebelum hadirnya agama Islam, orang Jawa tidak memahami konsep malaikat. Maka
mereka menyebut malaikat penjaga manusia dengan sedulur papat. Konsep “sedulur
papat” ini oleh orang Jawa ditamsilkan melalui sebuah pengamatan/niteni.

Mulai saat janin tumbuh di perut ibu, janin dilindungi di dalam rahim oleh ketuban.
Selanjutnya adalah ari-ari, darah dan pusar. Itulah saudara manusia sejak awal dia hidup
dan selanjutnya “empat saudara” ini kemudian dikubur. Namun orang Jawa Percaya
bahwa “empat saudara” ini tetap menemani diri manusia hingga ke liang lahat.

Karena Air Ketuban adalah yang pertama kali keluar saat ibu melahirkan, orang Jawa
menyebutnya SAUDARA TUA. Saudara ini melindungi jasad fisik dari bahaya. Maka
ia adalah SANG PELINDUNG FISIK.

Selanjutnya yang lebih MUDA adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin
dalam rahim. Ia melingkupi tindakan janin dalam rahim yang kemudian mengantarkan
kita ke tujuan. Maka ia adalah SANG PENGANTAR.

Saudara kita selanjutnya adalah DARAH. Darah ini membantu janin kecil untuk
tumbuh berkembang menjadi bayi lengkap. Darah adalah SARANA DAN WAHANA
IRADAT-NYA pada manusia. Darah bisa disebut nyawa bagi janin. Maka, darah
disebut dengan PEMBANTU SETIA MANUSIA MENEMUKAN JATI DIRINYA
SEBAGAI HAMBA TUHAN, CERMIN TUHAN (Imago Dei).

Saudara gaib kita terakhir adalah pusar. Menurut pemahaman Kejawen, pusar adalah
NABI. Pusar secara biologis adalah tali yang menghubungkan perut bayi dalam rahim
dan ari-ari. Pusar mendistribusikan makanan yang dikonsumsi ibu ke bayi. Pusar
dengan demikian MENDISTRIBUSIKAN WAHYU “IBU” MANUSIA yaitu Gusti
Allah SWT kepada diri kita.

Keempat saudara gaib ini sesungguhnya adalah EMPAT MALAIKAT PENJAGA


manusia. Yang berada di kanan-kiri, depan-belakang kita. Maka, tidak salah bila Anda
menyapa dan bersahabat akrab dengan mereka. Secara gaib, Tuhan mmeberikan
pengajaran tidak langsung kepada hati kita. Namun melalui mereka pengajaran itu
disampaikan.

Keempat penjaga (malaikat) itu adalah:

JIBRIL (Penerus informasi Tuhan untuk kita),


IZRAFIL (Pembaca Buku Rencana Tuhan untuk kita),
MIKAIL (Pembagi Rezeki untuk kita) dan
IZRAIL (Penunggu berakhirnya nyawa untuk kita).

Keempat malaikat itu oleh orang Jawa dianggap sebagai SEDULUR karib hidup
manusia. Bila kita paham bahwa perjalanan hidup untuk bertemu dengan Tuhan
hakikatnya adalah perjalanan menuju “ke dalam” bukan “ke luar”. Perjalanan
menembus langit ketujuh hakikatnya adalah perjalanan “diri palsu” menuju “diri sejati”
dan menemukan SANG AKU SEJATI, YAITU DIRI PRIBADI/ TUHAN.

Untuk menemukan SANG AKU SEJATI (limo pancer) itulah kita ditemani oleh
EMPAT SAUDARA GAIB/MALAIKAT PENUNGGU (sedulur papat). Lantas dimana
mereka sekarang? Mereka sekarang sedang mengawasi Anda. Berdzikir mengagungkan
asma-Nya. Kita bisa menjadikan mereka sedulur paling akrab bila paham bagaimana
cara berkomunikasi dengan mereka. Caranya? Pejamkan mata, matikan seluruh
aktivitas listrik di otak kiri dan kanan dan hidupkan sang AKU SEJATI yang ada di
dalam diri Anda. Ya, hanya diri sendirilah yang mampu untuk berkomunikasi dengan
para sedulur gaib nan setia ini.

Bagaimana tidak setia, bila kemanapun kita berada disitu keempatnya berada. Bila kita
berjalan, mereka terbang. Bila jasad kita tidur, mereka akan tetap melek ngobrol dengan
ruh kita. Maka, saat bangun tidur di siang hari pikiran kita akan merasa fresh sebab ruh
kita akan kembali menjejerkan diri kita dengan iradat-Nya. Sayang, saat waktu beranjak
siang polusi nafsu/ego lebih dominan sehingga kebeningan akal pikiran semakin
tenggelam.

Bagaimana agar hidup kita selalu ingat oleh kehadiran sedulur papat ini yang setia
menjaga kita? Sunan Kalijaga memiliki kidung bagus:

Ana kidung akadang premati


Among tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan kuwasanipun adhi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah

Ponang getih ing rahina wengi


Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang

(Ada nyanyian tentang saudara kita yang merawat dengan hati-hati. Memelihara
berdasarkan kekuasaannya. Apa yang dicipta terwujud. Ketuban itu menjaga badan
saya. Menyampaikan kehendak dengan kuasanya. Adik ari-ari tersebut memayungi
perilaku berdasar arahannya.

Darah siang malam membantu Allah Yang Kuasa. Mewujudkan kehendak-Nya. Pusar
kekuasaannya memberi perhatian dengan kesungguhan untuk saya. Memenuhi
permintaan saya. Maka, lengkaplah empat saudara itu. Kelimanya seagai pusat sudah
jadi satu. Manunggal dalam perwujudan saya saat ini)

Posted 21st December 2013 by Unknown

Add a comment

10.

Dec

15

Petilasan Pertapaan Kahyangan


Berdasar cuplikan Babad tanah Jawa yang diceriterakan oleh KRT Wignyo Subroto,
RM Ng Cipto Budoyo dan RM Ng Sastro Purnomo BA, ketiga-tiganya adalah pejabat
Kawedanan Hageng Punokawan Widya Budaya yang membidani adat dan kebudayaan
keratonkasultanan Yogyakarta, bahwa mengenai latar belakang Hutan Kahyangan
Dlepih dikeramatkan adalah sebagai berikut.
Kahyangan pernah digunakan untuk bertapa bagi sunan Kalijaga (salah satu wali
sembilan), Raden Danang sutawijaya (putra angkat Sri sultan Hadiwijaya di Pajang),
Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumao), pangeran Mangkubumi (Sri
Sultan Hamengkubuwono I).

Sunan Kalijaga bertapa di Kahyangan


Beliau bertapa agar mendapat derajad keluhuran budi . Beliau ditemani seorang
muridnya yang setia, bernama Ki Widonanggo. Sunan Kalijaga setiap habis sholat pasti
melakukan dzikir dengan menghitung biji tasbih. Suatu ketika Ki Widonanggo ingin
sekali memiliki tasbih tersebut dengan jalan merebutnya dari tangan sunan. Namun niat
jelek tersebut tidak terwujud karena tasbih terputus dan bijinya jatuh tersebar di Kedung
Pasiraman.
Oleh karena biji tasbih tersebut dilihat Ki Widonanggo masih terapung semua, maka
dia langsung terjun ke Kedung Pasiraman bermaksud mengembalikannya. Namun
dengan suatu keajaiban biji-biji tersebut langsung tenggelam. Maka gagalah Ki
Widonanggo untuk memiliki tasbih itu. Karena perbuatannya itu Ki Widonanggo
akhirnya diminta menunggu hutan Dlepih.

Panembahan Senopati.
Menurut kisah sejarah bahwa Raden Danang Sutowijaya adalah putra angkat Sultan
Hadiwijaya di Pajang dari anak kandung Ki Gede Pemanahan. Setelah menginjak
dewasa beliau nampak memiliki bakat yang besar dalam ilmu kanuragan, serta ilmu
ketatanegaraan. Kemampuan beliau telah dibuktikan sewaktu masih kanak-kanak
menjelang remaja, mampu menaklukan Arya Penangsang, Bupati Jipang yang hendak
menentang Pajang. Haryi Penangsang tewas dalam pertempuran melawan Danang
Sutawijaya atas bantuan siasat Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi, diganjar bumi Pati
Pesantenan sedang Ki Gede Pemanahan diberi bumi Mentaok.
Menurut ramalan Ki Ageng Giring, bahwa bumi mentaok tersebut kemudian hari akan
menjadi kerajaan besar. Ramalan tersebut menimbulkan kekhawatiran Sultan
Hadiwijaya, sehingga beliau menunda pemberian bumi Mentaok kepada Ki Gede
Pemanahan. Setelah agak lama, Ki Gede Pemanahan minta tolong kepada Sunan
Kalijaga untuk menagih kepada Sultan Hadiwijaya perihal bumi Mentaok. Bareulah
kemudian bumi Mentaok diberikan penuh kepada Ki Gede Pemanahan.
Bumi Mentaok yang merupakan tanah perdikan (berdaulat penuh), akhirnya menjadi
daerah yang ramai dan makmur, sehingga layak menjadi suatu kerajaan tersendiri.
Danang Sutawijaya sebagai calon raja masih merasa ragu-ragu akan keselamatannya
karena beliau merasa bukan keturunan raja atau bangsawan. Disamping itu beliau
belum mempunyai calon permaisuri sebagai pendamping. Maka kemudian Raden
Danang Sutawijaya minta waktu untuk bertapa terlebih dahulu untuk minta berkah Ilahi
sekaligus mencari calon permaisuri.
Perjalanan bertapa Raden Danang Sutawijaya mengarah ke timur. Sampai Madiun,
beliau berjumpa Retno Dumilah, putri Raden Ronggo Prawirodirjo, Bupati Madiun.
Atas Permintaan Raden Danang Sutawijaya, bahwa Rtno dumilah akan dijadikan
permaisuri setelah nanti dinibatkan menjadi Sultan Mataram. Sebelum beliau mendapat
firasat bahwa Retno Dumilah kelak akan menjadi ibu (babon) raja di Jawa.
Oleh sebab itu setelah dipinang, Retno Dumilah segera dibawa ke Mataram. Dalam
perjalanan ke Mataram, Raden Danang Sutawijaya teringat hutan Dlepih yang pernah
digunakan bertapa oleh Sunan Kalijaga untuk minta rahmat Ilahi, Maka beliau bersama
Retno Dumilah tidak segera pulang ke Mataram tetapi singgah sementara waktu di
DFlepih dan menginap di rumah Ki Puju.
Ki Puju adalah seorang petani yang sehari-harinya mencari kayu bakar di hutan Dlepih.
Istrinya Ny Puju, sebagai penjual pecel yang sangat terkenal dengan masakan dari
pucuk daun puju.
suatu hari Raden Danang Sutawijaya minta ijin kepada Retno Dumilah bahwa akan
masuk kehutan Dlepih untuk bertapamengikuti jejak Sunan Kalijaga. Retno Dumilah
sengaja ditinggal di rumah, karena tempat yang dituju sangat sukar ditempuh dan
wingit.
Dalam perjalanan menuju hutan Dlepih, Raden Danangsutawijaya sampai pada dua
batu besar yang bentuknya pipih lebar, sedang ujung atasnya saling bersinggungan
sehingga rongganya dapat digunakan untuk lewat. Batu tersebut sampai sekarang masih
tegar berdiri dan dinamakan batu selo gapit atau selo panangkep, kemudian beliau
meneruskan perjalanan menuju selatan melalui sela gapit. Setelah sampai pada batu
besar yang berongga semacam goa, datar dan atasnya melebar seperti payung. Beliau
berhenti dan melakukan tafakur di situ. Batu tempat bertafakur tersebut dinamakan sela
payung atau batu pamelengan.
Raden Danang Sutawijaya adalah orang muslim taat, maka walaupun menjalani tapa
dengan cara patrap semedi, tetapi saat tertentu melakukan sholat lima waktu. Untuk
melakukan sholat dipilihnya batu gilang yang hitam mendatar bagaikan sebuah meja
yang terletak di sebelah selatan Selo Payung. Batu tempat sholat itu dinamakan Selo
Gilang atau batu pesalatan.
Begitu pula pada pagi dan sore hari, Raden Danang Sutawijaya melakukan mandi di
sebuah air erjun dekat batu pesalatan yang airnya jernih. Kedung tersebut dinamakan
kedung pasiraman.
Demikian kegiatan sehari-hari Raden Danang Sutawijaya di hutan Dlepih. Sedang
setiap ahrinya untuk keperluan makan dan minum dikirim oleh Ny Puju, karena Rteno
Dumulah tidak berani melanggar perintah calon suaminya masuk hutan Dlepih. Setelah
beberapa hari berjalan, sebagai manusia biasa Retno Dumilah memiliki rasa cemburu
terhadap Raden Danang Sutawijaya yang betah di dalam hutan Dlepih.
Kemudian Retno Dumilah mengutus Ki Puju untuk menyelidiki kegiatan calon
suaminya. Maka berangkatlah Ki Puju ke dalam hutan mengintip kegiatan Raden
Danang Sutawijaya.

Bertepatan waktu pada hari itu Raten Danang sutawijaya sedang semedei di selo
pamelengan didatangi oleh Kanjeng Ratu Kidul, yang telah menjadi kekasihnya
semenjak beliau di muara kali opak (pantai laut selatan). Oleh karena pertemuan dua
insan itu dirasa kurang enak, Raden Danang Sutawijaya mengajak pindah dari batu
pamelengan ke selo Gilang yang lebih sepi dan terlindung hutan lebat.
Konon dikisahkan, pada pertemuan tersebut mereka saling memadu cinta dan Kanjeng
Ratu Kidul seperti ikrarnya semula sangggup membantu berdirinya kerajaan Mataram
hingga rakyatnya mengalamikesejahteraan. Alhasil belum puas mereka melaksanakan
pertemuan, Kanjeng Ratu Kidul terperanjat karena merasa ada seseorang manusia yang
mengintgip dari semak-semak belukar. Kanjeng Ratu Kidul merasa dirinya
'kamanungsan' maka beliau segera melesat menghindar dan gerakannya menyangkut
tasbih Raden Danang Suta Wijaya sampai putus berserakan jatuh di Kedung Pasiraman.
Peristiwa putus dan berantakannya tasibh Raden Danang Sutawijaya ini sampai
sekarang berkembang menjadi beberapa versi.
Versi Mangkunegaran: pertemuan Kanjeng Ratu Kidul dengan Raden Sutawijaya
diketahui oleh Sunana Kalijaga dan beliau menyusul ke Kahyangan untuk menyuruh
Raden Danang agar segera pulang kle Mataram. Namun Kanjeng Radu Kidul melarang,
sehingga niat Raden Danang akan kembali ke Mataram dicegah daengan menarik tasbih
hingga putus berantakan dan bijinya jatuh di Kedung Pasiraman.
Versi Mataram: Pertemuan Kanjeng Ratu Kidul dengan Raden Danang Sutawijaya
disusul oleh Retno Dumilah sehingga terjadi keributan. Retno Dumilah mengajak
kembali ke Mataram, namun Kanjeng Ratu Kidul melarang, kemudian Kanjeng Ratu
Kidul menarik tasibh hingga putus berantakan. Atas kebijaksanaan Raden Danang
Sutawijaya, keduanya dapat didamaikan dan dijanjikan bahwa keduanya akan dijadikan
permaisuri Mataram. Kanjeng Ratu Kidul dianggap permaisuri pertama sedang Retno
Dumilah sebagai permaisuri kedua. Kanjeng Ratu Kidul berkenan hatinya menerima
Retno Dumilah sebagai saudara mudanya. Pada saat itu Retno Dumilah mengenakan
baju hijau dan kain parangklitik yang nampak menambah kecantikannya. Kemudian
menurut legenda masyarakat, apabila ke Dlepih atau ke laut selatan dilarang
mengenakan baju hijau dan kain parangklitik. Pemali (larangan) tersebut apabila
dilanggar, yang bersangkutan bakal kalap (tewas), diangap dipersaudarakan dengan
abdi dalem Kanjeng Ratu Kidul, yaitu Nyi Roro Kidul.
Versi cerita rakyat: Yang terperanjat adalah Raden Danang Sutawijaya dan sangat
marah terhadap Ki Puju yang bertindak kurang berkenan di hati beliau. Tatkala akan
mengejar Ki Puju, tasbih Raden Danangsutawija ditarik oleh Kanjeng Ratu Kidul
dengan maksud mencegah, sehingga putus berantakan jatuh di Kedung Pasiraman. Niat
Raden Danang Sutawijaya tersebut ditahan Kanjeng Ratu Kidul dengan maksud kelao
roh halusnya Ki Puju dan Nyi Puju akan dipersaudarakan dengan Nyi Roro Kidul
sebagai abdinya dan bertugas menunggu hutan Dlepih.
Cerita-ceita tersebut kini jadi mitos dab banyak ditiru masyarakat.
Masyarakat datang ke Dlepih ada yang nepi (semedi) namun ada pula yang mencari biji
tasbih milik Raden Danang Sutawijaya yang dikabarkan jatuh di Kedung Pasiraman.
Kegigihan warga dalam berburu biji tasbih, sampai ada yang rela menyusuri kali
Wiroko dari Kecamatan Nguntoronadi terus menuju hulu sungai sampai di Kedung
Pasiraman. Menurut kepercayaan yang berkembang, batu akik yang dijadikanbiji tasbih
milik Raden Danang Sutawijaya dan Sunan Kalijaga mempunyai kekuatan membawa
keselamatan dalam menampuh kehidupan. Bahkan ada yang menganggap bahwa biji
tersebut mampu digunakana untuk menolong seseorang yang ditimpa kesengsaraan.
Misalnya, menyembuhkan dari penyakit.
Dalam berburu biji tasbih, sampai ada warga Desa Galeng, Kecamatan Baturetno
melakukan pembendungan sungai Wiroko. Disamping itu konon sesudah tasbih Raden
Danang Sutawijaya jatuh berantakan, di Kedung Pasiraman Kanjeng Ratu Kidul
menambahka batu bertuah dari laut kidul. Kemudian setelah Raden Danang Sutawijaya
mendapat rahmat Illahi tasa penobatannya menjadi Sultan Mataram, segera mengajak
Retno Dumilah pulang ke Mataram. Sebelum berangkat, Raden Danang Sutawijaya
memanggil Ki Puju dan Nyi Puju agar menunggu dan menjaga kawaanhutan
Kahyangan Desa Dlepih. Selanjutnya, kedua abdi tersebut melaksanakan perintah
hingga roh halusnya pun menunggu hutan Dlepih sampai sekarang.
Roh halus Ki Widonanggo dan Nyi Widonanggo menjadikawula (abdi) Kanjeng Ratu
Kidul dan menguasai hutan Dlepih. Kemudian setelah dinobatkan menjadi sultan
Mataram, Raden danangSutawijaya diberi gelar Kanjeng Penembahan Senopati Hing
Ngalogo Kalifatullah Sayidin Panatagama.

Sultan Agung bertapa di Kahyangan


Raden Mas Rangsang adalah cucu Panembahan Senopati, sebagai sultan Mataram III.
Sebelum dinobatkan, beliau melakukan tafakur di Kahyangan seperti halnya kakeknya
dahulu, dengan diiringi pembantunya. Raden Mas Rangsang melalui Sela Penangkep
langsung menuju sela Gilang (pesalatan) melakukan semedi meminta rahamat Tuhan.
Disitulah Mas rangsang ditemui oleh Roh almarhun kakeknya, Panembahan Senopati
seperti hidup kembnali. Beliau memberi restu cucunya untuk bertahta di Mataram.
bahkan berkenan memberi azimat berupa songsong Agung yang bercahaya mengkilap.
Khasiatnya adalah kelak Raden Raden mas Rangsang mampu memerintah Mataram
secara adil bijaksana sehingga Mataram mengalami kejayaannya. Kemudian Raden
Mas rangsang kembaki ke Mataram dan dinobatkan menjadi raja bergelar Kanjeng
Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Bagian- Bagian di Kahyangan Dlepih

Adapun tempat- tempat yang mempunyai nilai sejarah atau cerita di kawasan
kahyangan Dlepih, mulai dari utara hingga selatan, yaitu sebagai berikut:

1. Sela Betek

2. Sela Gapit/ Penangkep

3. Sela Payung

4. Sela Gilang/ Pesalatan

5. Sela Gawok

6. Pemandian Kahyangan (Kedung= pertemuan 2 arus sungai)

Tempat- tempat tersebut memang mempunyai cerita tersendiri, karena konon setiap
para pendahulu yang memanfaatkannya untuk bermeditasi untuk mencapai tujuan
tertentu, misalnya menjadi pemimpin, mendapatkan pekerjaan, dan lain- lain.

Sejarah Kahyangan

Pada waktu panembahan Senopati berada di Mataram, dan kedudukanya digantikan


oleh ayahnya, KI Ageng Pemanahan atas kekuaasan Sultan Pajang, kejadian inilah yang
menjadikanrasa gemetar Panembahan Senopati untuk menguasai Raja Mataram. Karena
niat yang begitu kukuh, maka Panembahan Senopati pergi ke Kahyangan Dlepih untuk
bertapa supaya keinginannya tercapai.

Setelah sekian lama, Panembahan Senopati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul
(makhluk halus ratu selatan) yang dimitoskan kerajaanya berada di laut selatan.
Peretemuan ini berlangsung berkali- kali. Seperti layaknya pertemuan dua insan lain
jenis yang sedang bercinta, dan akhirnya Kanjeng Ratu Kidul diperistri oleh
Panembahan Senopati. Selain Kanjeng Ratu Kidul menaruh sayang kepada
Panembahan Senopati, ia juga telah banyak memberikan dorongan positif atas maksud-
maksud Panembahan Senopati untuk dapat mewujudkan cita-citanya menduduki Kraton
Mataram Yogyakarta. Keinginan tersebut terkabul seteah bertapa di Kahyangan.

Karana kesungguhanya dalam bertapa. Maka tidak pernah lupa menjalankan


kwajibanya sebagai orang muslim untuk menjalankan shalat lima waktu, disamping
bermiditasi setiap hari. Apabila pada suatu saat Panembahan Senopati melakukan dzikir
atau bermiditasi di Selo Payung, ia merasakan seperti berada disebuah “Sanggar
Pamelangan”.

Panembahan Senopati bukan hanya bertapa di Selo Payung saja. Tetapi sedang
berdzikir ia kadang kala juga di Selo Gawok, dan ditempat khusus untuk melakukan
sembahyang 5 waktu, mengambil di tempat di Sela Gilang yang lokasinya berada arah
atas pesiraman/ pemandian.Di tempat pemandian inilah Kanjeng Ratu Kidul beserta
kerabatnya mandi. Suasana semacam ini yang menjadikan Kanjeng Ratu Kidul
menarruh hati pada Panembahan Senopati.

Lama- kelamaan Pnb. Senopati merasa semakin mantap dalam mealkukan petapan di
Kahyangan ini yang disuatu tempat pula ia juga membangun kasih dengan Kanjeng
Ratu Kidul, walaupun keduanya beda dunia. Dikawasan Kahyangan Dlepih, pada saat
yang bersamaan hiduplah sepasang suami istri. Dan wanita tersebut bernama Nyai Puju
atau yang sering disebut Huju. Setiap hari Nyai Puju ini pekerjaanya pergi ke hutan
Kahyangan guna mencari daun Puju, dll, disamping untuk keperluan sendiri daun
tersebut untuk dijual sebagai penghasilan keluarga. Karena setiap hari pekerjaanya Nyai
Puju ini keluar masuk hutan Kahyangan, lama- kelamaan sampai ia melihat Pnb.
Senopati. Karena setiap saat Pn. Senopati melepas lelah di pemandian Kahyangan
maupun di Sela Gilang. Pnb. Senopati memiliki wajah yang tampan, maka kelamaan
Nyai Puju menaruh hati kepada Pnb. Senopati. Hal ini ditandai oleh Nyai Puju yang
setiap ke hutan tentu berkeliaran di dekat Pnb. Senopati. Karenanya Nyai Puju
Berangkat di Pagi buta dan pulang sudah larut malam.

Dengan niat yang sungguh- sungguh, lama- kelamaan Nyai Puju akhirnya dapat
menjumpai Pnb. Senopati, dan sudah barang tentu senang bagi Nayi Puju, apalagi Pnb.
Senopati namapak begitu gembira setelah berkenalan dengan Nyai Puju, meski orang
desa tapi wajahnya cukup lumayan. Karena keduanya berkali- kali bahkan hampir tiap
hari bertemu.

Kejadian yang berlanjut- lanjut ini membuat suaminya curiga. Dimana Kyai Puju
(suami Nyai Puju) mulai kurang percaya lagi terhadap istrinya. Pada suatu hari, Kj Ratu
Kidul datang di Kahyangan untuk menjumpai Pnb. Senopati, dan saat yang bersamaan
Nyai puju ingin menjumpai Pnb. Senopati juga. Dan apa mau dikata waktu itu Pnb.
Senopati sedang berjumpaan dengan Kj. Ratu Kidul dengan mengelus-elus tasbih yang
terurai di leher Pnb Senopati, melihat kejadian tersebut Nyai Puju melihat kejadian
tersebut, kejadian tersebut membuat cemburu Nyai Puju, dan seketika Nyai Puju
langsung kembali kerumahnya menyusuri semak belukar. Kebetulan juga Kyai Puju
bermaksud mencari istrinya karena sudah larut malam. Dari celah- celah semak ia
melihat pertemuan antara Pnb. Senopati dengan Kj. Ratu Kidul, tanpa disengaja Kj
Ratu Kidul melihat Kyai Puju.

Sangking terkejutnya, Kj Ratu Kidul spontan berkata kepada pnb. Senopati bahwa ada
yang melihat pertemuan tersebut. Dan Kyai Puju ketakutan dan langsug bergegas
pulang. Kj Ratu Kidul menarik tasbih Pnb. Senopati yang ada di lehernya, dan tasbih
tersebut putus dan manik-maniknya berjatuhan di sungai yang berada di sebelah bawah
Sela Gilang. Lalu Kanjeng Ratu Kidul mengajak Pnb Senopati kembali ke Mataram.

Batu manik- manik yang berjatuhan tersebut konon membawa berkah yaitu berwujud
batu akik yang berlubang ditengahnya. Sesaat sebelum berangkat, Ratu Kidul
memanggil pembantunya bernama Nyai Widaynangga (Makhluk halus) untuk tinggal
disini untuk menjaga kawasan Kahyangan, yang berarti ia menjadi pemimpin segenap
makhluk halus di kawasan tersebut. Batu- batu akik yang berjatuhan di Kedung
Pesiraman tadi harus ia jaga. Dan Kanjeng Ratu Kidul Juga bersabda bahawa barang
siapa yang menemukan atau mengambil, membawa batu akik tersebut akan
mendapatkan keselamatan, keteguhan, kebahagiaan dsb.

Sebenarnya sebelum kedatanga Ratu kidul, Pnb Senopati telah menerima ilham dari
Yang Kuasa, bahwa ia telah diijinkan permohonannya setelah bertapa di Kahyangan,
yaitu menjadi Raja Mataram. Disamping itu seperti pernah diutarakan, bahwa apabila
Sinuhun Sultan Pajang telah tiada, maka untuk menundukan Kraton Pajang tidak perlu
lagi degan pertumpahan darah. Pada suatu hari Pnb. Senopati mengutus seorang
kurirnya untuk ke Kahyangan untukmencari Nyai Puju beserta Kyai Puju, agar segera
datang ke Mataram. Hal ini dikarenakan stelah Pnb Senopati menjadi Sultan Mataram,
selalu ingan dengan Nyai Puju. Namun ditengah perjalanan sebelum sampai Mataram
Kyai Puju agar dibunuh, karena ia mempunyai kesalahan ketika ia mencemburui ketika
melihat istrinya berselingkuh dengan Pnb. Senopati. Kyai Puju dibunuh setibanya di
daerah Jatibedug, segeralah mayatnya dikubur dipinggir jalan dengan undukan
bebatuan ditepi jalan besar, sedangkan Nyai Puju terus saja dibawa ke Mataram.
Setibanya di Kraton Mataram, Nayai Puju menerima hadiah yang bermacam- macam
dari Pnb. Senopati. Disamping itu Pnb. Senopati juga berpesan kepada Nyai Puju Agar
menjaga kawasan Kahyangan Dlepih. Dengan gembira setelah menerima hadiah dari
Pnb. Senopati, maka disuatu malam Nyai Puju kembali ke Kahyangan untuk
melaksanakan semua dawuh pnb. Senopati, mengingat Kahyangan merupakan daerah
yang dikuasai Mataram.

Nyai Puju semakin tua dan meninggal dunia. Sebagai sesepuh di desa Dlepih, maka
mayatnya disebuah makam desa Dlepih selatan Khayangan. Adapaun Sukmanya
menempati Sela Bethek seperti yang diminta Pnb. Senopati.

Sela Betek

Letaknya paling utara kawasan Kahyangan, berbentuk batu menjulur yang dibawahnya
bisa untuk berteduh. Konon disinilah Pangeran Mangkubumi/ Sultan Agung bertapa.
Dan disinilah Sukma Nyai Puju Berada.

Sela Penangkep/ Sela Gapit

Letaknya berada disebelah selatan sela Bethek, batu ini terdiri dari dua batu besar yang
diatasnya bergandengan, sedangkan bagian bawahnya renggang dan bisa dolewati
meski harus menunduk. Konon batu ini tidak memiliki magis

Sela Payung

Letak batu ini berada di tengah- tengah kahyangan, atau berada di sebelah selatan Sela
Gapit. Bentuk dari batu ini adalah seperti setengah payung, dan disinilah tempat
bertapanya Pnb. Senopati, sekarang tempat pesanggrahanya Nyai Widyanangga.

Kedung/ Pesiraman Kahyangan

Letaknya berada di persinggahan terakhir/ paling selatan melalui Sela Payung. Sungai
ini adalah sungai Tempur atau persilangan dua sungai yang merupakan pemandian
Pnb. Senopati maupun pembantu Kj. Ratu Kidul

Sela Gilang/ pesalatan

Letaknya disebelah atas Sungai Tempur Kedung Pesiraman Kahyangan. Bentuknya


batu besar menjulur kearah kiblat, dan disinilah tempat sembahyang Pnb. Senopati,
sedang disisinya tempat pertemuan antara Pnb. Senopati dengan Ratu Kidul.

Sela Gowok

Sela Gowok adalah sebuah batu besar yang bagian depannya Gowok atau berlubang
dan hanya cukup untuk duduk satu orang. Disinilah tempat bersemedinya Pnb.
Senopati. Letaknya sebelah timur pesiraman

Posted 15th December 2013 by Unknown

Anda mungkin juga menyukai