Disusun Oleh :
Kelas : PBA B
Seperti yang telah disebutkan terdahulu bahwa Aceh mempunyai peranan yang sangat
besar dalam penyebaran pemikiran tasawuf di gugusan pulau-pulau Melayu-Nusantara,
termasuk juga dalam hal ini adalah pemikiran tasawuf di Pulau Jawa.
Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan Wali Songo
khususnya di Pulau Jawa, dan juga Syekh Siti Jenar. Eksistensi tokoh-tokoh ini walaupun
diragukan oleh sebagian ahli sejarah di Barat, namun banyak informasi di Timur yang
mereka tidak punya akses terhadapnya, sehingga tulisan tentang para tokoh tersebut
setidaknya menghilangkan sebagian keraguan penelitian Barrat terhadap eksitensi mereka
dalam sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dengan kondisi Pasai yang
menjadi daerah persinggahan para penyebar Islam dari Tanah Arab. Ketika Pasai sedang
mengalami kemunduran pada abad ke-16 M., terutama setelah Malaka di rebut Protugis,
maka Jawa mulai mencatat sejarah barunya dalam hal sejarah dan pemikiran Keislaman.
Berkenaan dengan hal ini, H.M. Vlekke mengatakan bahwa ketika Portugis berhasil merebut
Malaka, tiga Negara lain muncul untuk mempertahankan panji-panji Islam di gugusan
pulau-pulau Melayu. Ketiga Negara itu adalah Aceh di utara Sumatera Demak di Jawa, dan
Ternate di Maluku.
ISI MAKALAH
1
M.Solihin,, Melacak Pemikiran Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal.115-119.
Wali Songo
Wali Songo mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa, dalam
penyiarannya Wali Songo menggunakan pidato dan ceramah, setelah banyak pengikutnya
kemudian tablihg-tabligh itu diadakan di dlalam rumah perguruan yang biasanya dinamakan
madrasah atau pondok pesantren, berikut yang disebut Wali songo itu adalah :
Terkenal dengan sebutan Syekh Maghribi, sebagian literature menyebut beliau berasal
dari Turki, pada waktu itu Turki dipimpin oleh Sultan Muhammad I dan di pemakaman
Maulana Malik Ibrohim ada batu nisan yang bertuliskan Maulana Maghribi, ia dianggap
sebagai pencipta pondok pesantren yang pertama. Ia mendidik mubaligh-mubaligh Islam
yang mengembangkan agama Islam ke seluruh Jawa.
Dalam berdakwah Syekh Maulana Malik Ibrohim menggunakan cara yang bijaksana
dan stategis yang tepat berdasarkan ajaran Al-Qur’an yaitu
“Hendaklah engkau ajak orang ke jalan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan
petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara
yang sebaik-baiknya”. (QS.an-Nahl)
Karena ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, dan pernah
mengembara di Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi orang-orang
Hindu di Pulau Jawa.Gujarat adalah wilayah Negeri Hindia yang kebanyakan penduduknya
beragama Hindu.
Di Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrohim bukan hanya berhadapan dengan masyarakat
Hindu, melainkan juga harus bersabar terhadap mereka yang tidak beragama maupun mereka
yang terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan imana dari orang-orang Islam yang
tercampur dengan kegiatan syirik. Caranya, beliau tidak langsung menentang kepercayaan
mereka yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh hikmah, beliau tunjukkan
keindahan dan ketinggian akhlak islami sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW. Menurut
Literatur yang ada, beliau juga ahli pertanian dan ahli pengobatan.
Sifatnyaa yang lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua orang, baik
sesama muslim atau dengan nonmuslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyaraka yang
disegani dan dihormati.
Syekh Maulana Malik Ibrohim menjelaskan bahwa dalam agama Islam semua
manusia sama sederajat. Dihadapan Allah semua manusia adalah sama, yang paling mulia
diantara mereka hanyalah yang paling taqwa kepada-Nya. Takwa itu letak nya di hati yang
mengendalikan segala gerak kehidupan manusia untuk berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan masjid untuk
beribadah bersama-sama dan mengaji.Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrohim
berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami
agama Islam, melainkan juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik
menjadi lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung untuk
mengairi lahan pertanian penduduk.Dengan adanya system pengairan yang baik ini lahan
pertanian menjadi subur dan hasil panen bertambah banyak, para petani menjadi makmur dan
mereka dapat mengerjakan ibadah dengan tenang.
Tampaknya ada ganjalan di hati Syekh Maulana Malik Ibrohim, ketika dia telah
berhasil mengislamkan sebagian besar rakyat Gresik.Gresik adalah bagian dari wilayah
Majapahit.Kalau seluruh rakyat sudah memeluk agama Islam sementara Raja Brawijaya
penguasa Majapahit masih beragama Hindu beliau khawatir di belakang hari timbul
ketegangan antara rakyat dengan rajanya.
Untuk menghindari hal itu maka Syekh Maulana Malik Ibrohim mempunyai rencana
mengajak Raja Brawijaya untuk masuk agama Islam.Ternyata Raja Cermain dan putrinya
yang bernama Dewi Sari itu mempunyai maksud serupa, Akhirnya mereka bersama-sama
datang menghadap Raja Brawijaya.Usaha mereka ternyata gagal. Raja Brawijaya memberi
syarat kepada mereka bahwa dia akan masuk Islam asalkan Dewi Sari putri dari Raja
Cermain itu mau di persunting nya. Raja Cermain dan Dewi Sari menolak.Tidak ada gunanya
masuk Islam bila ditunggangi dengan kepentingan duniawi.
Kabar kematian Dewi Sari ini sampai ke telinga Raja Brawijaya,kemudian Raja
Brawijaya menyempatkan diri beserta penggawa kerajaan pergi ke desa Leran . Raja
Brawijaya memerintah penggawa untuk menggali kubur dan memakamkan Dewi Sari dengan
upacara kebesaran.
Amanat Raja Majapahit itu diterima Syekh Maulana Malik Ibrohim dengan sukarela.
Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan perbadamaian walaupun dengan kaum kafir
dzimi, yaitu orang-orang bukan muslim yang mau hidup berdampingan dengan aman dalam
satu negara.
Demikianlah sekilas tentang Syekh Maulana Malik Ibrohim, seorang wali yang
dianggap sebagai ayah dari Wali Songo.Beliau wafat pada tahun 822 H / 1419 M.
Terkenal dengan nama Sunan Ampel, wali ini berasal dari Kamboja, Indo-Cina. Ia
membuka asrama para kesatria di Ampel, Surabaya, di samping menyebarkan agama Islam di
seluruh Jawa Timur. Ia dianggap sebagai pencipta dan perencana Negara Islam yang pertama
di Jawa. Ia mengangkat Raden Fatah sebagai khalifah beribu kota di Glagah Wangi Bintara
Demak, dengan gelar Sultan Syah Sri Alam Akbar Al-Fattah, makam beliau terdapat di
Masjid Ampel, Surabaya.
Jasa Sunan Ampel yang besar adalah pencetus dan perencana lahirnya Kerajaan Islam
Demak dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah, murid dan menantunya sendiri.
Beliau juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun
1477 M, salah satu diantaranya empat tiang utama Masjid Deamak hingga sekarang masih
diberi nama sesuai fdengan yang membuat nya yaitu Sunan Ampel.
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sabgat hati-hati, hal ini didukung oleh
Sunan Giri dan Sunan Drajat.Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para wali
di Masjid Agung Demak.
Pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan
konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat
semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam
bid’ah.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid
Ampel.Setiap hari banyak orang yang berziarah ke makam beliau bahkan pada malam harinya
juga.
Lebih di kenal dengan sebutan Sunan Bonang, beliau adalah anak dari Sunan
Ampel.Ia dianggap sebagai pencipta gending Darma dan menyiarkan agama Islam di Jawa
Timur pesisir sebelah utara. Ia berusaha mengganti nama-nama dewa Hindu konon digantinya
dengan nama nama malaikat dan nabi-nabi secara agama Islam. Makamnya terdapat di Tuban,
Jawa Timur.
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Raden
Maulana Makdum Ibrohim, putra Sunan Ampel dan Dewi Candrawati yang juga disebut Nyai
Agung Manila. Raden Makdum Ibrohim adalah calon wali yang besar, maka Sunan Ampel
sejak dini mempersiapkan sebaik mungkin.
Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrohim ini sering menggunakan kesenian rakyat
untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut
Bonang.Raden Makdum Ibrohim sendiri yang membuat alat musik itu.Beliau adalah seorang
wali yang mempunyai cita rasa tinggi.Jika beliau yang membunyikan, pengaruhnya sangat
hebat bagi para pendengarnya.Setiap Raden Makdum Ibrohim menmbunyikan Bonang, pasti
banyak penduduk yang datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin
belajar membunyikan Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden
Makdum Ibrohim.
Terkenal dengan sebutan Sunan Giri, wali keempat dari Wali Songo ini berasal dari
Blambangan.Raden Paku lahir tahun 1442, beliau memerintah Kerajaan Kediri mulai tahun
1487-1506 .Ia dianggap pencipta gending Asmaradana dan pucung. Daerah penyiaran
Islamnya dikatakan di Sulawesi dan Sunda kecil.Ia berjiwa ahli pendidikan dan kabarnya
adalah yang mula-mula mengadakan cara pendidikan untuk anak-anak dengan memakai
permainan-permainan yang yang bersifat agama. Makamnya terdapat di Gunung Giri, Gresik,
Surabaya.
Sewaktu mondok di Pesantren Ampel Denta, Raden Paku sangat akrab bersahabat
dengan putranya Raden Rahmat yang bernama Raden Makdum Ibrohim.Keduanya sebagai
saudara kandung saja, saling menyanyangi dan saling mengingatkan.Setelah enam belas
tahun, kedua pemuda itu dianjurkan untuk menimba ilmu pengetahuan yang lebih tinggi ke
Negeri Seberang sambil meluaskan pegalaman.
Setelah berusia enam belas tahun kedua pemuda itu belajar agama Islam di Pasai
dengan Maulana Ishaq (ayah Raden Paku) dan termasuk belajar ilmu tasawuf dari ulama
ulama Iran, Baghdad , dan Gujarat yang banyak menetap di Pasai. Para guru itu memberi
gelar Raden Paku dengan Syekh Maulana Ainul Yakin.
Setelah tiga tahun belajar di Pasai, Syekh Maulana Ishaq memerintahkan keduanya
pulang ke Jawa. Oleh ayahnya Raden Paku diberi sebuah bungkusan kain putih berisi tanah
dan di perintahkan mencari tanah tanah yang sama betul di Jawa untuk membangun pesantren
di situ, dan ternyata tanah tersebut cocok dengan tanah di desa Sidomukti dan kemudian
pesantren tersebut disebut pesantren Giri.Raden Paku dikaruniai ilmu laduni yaitu ilmu yang
langsung berasal dari Tuhan, sehingga kecerdasan otaknya seolah tiada bandingannya.
Disamping belajar ilmu tauhid mereka juga mempelajari ilmu tasawuf dari Ulama Iran,
Baghdad, dan Gujarat yang banyak menetap di Negeri Pasai.
Terkenal dengan Sunan Gunung Jati, menurut satu sumber, sebelum Sunan Gunung
Jati berdakwah di Cirebon, selalu datang kesana seorang ulama besar dari Baghdad bernama
Syekh Idhofi Mahdi atau lebih dikrnal sebagai Syekh Dzat al-Kahfi beserta dua puluh dua
pengikutnya.
Putra Prabu Siliwangi yaitu Pangeran Walangsungsang dan adiknya, Rara Santang
datang untuk belajar ke
pada Syekh terebut di Gunung Jati, walaupun pada mulanya tidak disetujui oleh ayah mereka.
Setelah beberapa waktu berselang Pangeran Walangsungsang disuruh membuka hutan di
bagian selatan Gunung Jati dan diangkat menjadi kepala Dukuh di sana lalu mempunyai
banyak pengikut dan berkelar Pangeran Cangkrabuana, daerah tersebut dinamai Tegal Alang
yang dihuni oleh orang-orang dari bermacam-macam ras, krturunan, dan pedagang asing,
kemudian daerah itu, disebut Caruban. Daerah Caruban lebih dikenal dengan nama Cirebon,
karena sebagian besar mata pencaharian rakyatnya adalah mencari ikan dan udang yang
kemudian dibuat petis. Dalam bahasa Sunda petis dari air udang itu disebut Cai Rebon.
Sebagian orang beranggapan bahwa Sunan Gunung Jati gelar dari Syekh Syarif
Hidayatullah dengan Fatahillah adalah satu tokoh (tokoh yang sama). Padahal menurut satu
sumber adalah berbeda. Syarif Hidayatullah dan ibunya yaitu Starifah Muda’in datang ke
Caruban, Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir terlebih dahulu di Gujarat dan Pasai.
Mereka berdua meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunung
Jati.Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana untuk
membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan penjajah Portugis.
Pangeran Cangkrabuana menikahkan putrinya, Nyi Ageng Palung Wati dengan Syarif
Hidayatullah dan pada tahun 1479 menyerakan kekuasaan Negeri Caruban pada Syarif
Hidayatullah. Pada tahun pertama pemerintahnya Syarif Hidayatullah berkunjung ke pajajaran
untuk mengunjungi kakeknya, Prabu Siliwangi dan menyerunya untuk masuk Islam tapi sang
Prabu menolak namun tidaka menghalangi cucunya menyebarkan Islam.
Syarif Hidayatullah kemudian mendirikan kesultanan sendiri dan tidal lagi mengirim
upeti kepada Pajajaran mengirim pasukan pemimpin oleh Ki Jagabaya untuk menyerang
Kesultanan Cirebon, namun Ki Jagabaya masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif
Hidayatullah.
Raden Fatah wafat tahun 1518 dan kedudukannya diganti oleh Adipati Unus.Pada
tahun 1521 kesultanan Demak dipegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah
ketiga.Fatahillah diangkat segabai panglima perang dan bergabung dengan Cirebon untuk
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Sayangnya Pajajaran membantu Portugis mungkin karena iri dan dendam pada
Kesultanan Cirebon, namun akhirnya Portugis dapat dikalahkan.Selanjutnya Fatahillah
ditugaskan mengamankan Banten dibantu oleh putra Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran
Sebakingking, dan kemudian pangeran ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran
Hasanudin.
Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 pada usia 120 tahun, bersama ibunya dan
Pangeran Cakrabuana dimakamkan di Gunung Sembung begitu juga Fatahillah wafat dua
tahun kemudian dan dimakamkan di tempat yang sama.2
2
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Pemikiran Sufi Terkemuka (Jakarta: Prenada Media Group 2006),
hlm. 7-28
6. Raden Syarifudin (Sunan Drajat)
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin(Sunan Drajat). Ada sumber yang lain yang
mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu
bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang).Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk
berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Drajat leh menitik beratkan pada contoh-
contoh nyata. Ia terkenal sebagai orang yang berjiw social. Senang menolong orang-orang
miskin, para yatim, dan orang-orang yang kesusahan.Intinya, Sunan Drajat adalah sosok
wali yang suka menolong. Sikap suka menolong itulah yang kemudian menjadi salah satu
gaya dakwah dari Sunan Drajat.
Sunan Drajat mendirikan Pesantren sebagai media dakwahnya dalam menyebarkan
agama Islam. Selain mendirikan pesantren Sunan Drajat juga menggunakan berbagai cara
diantaranya:
Pengajian, cara dakwah yang digunakan oleh Sunan Drajat dalam upaya mengislamkan
masyarakat adalah dengan cara mengadakan pengajian secara langsung di masjid atau
langgar.
Memberikan fatwa, fatwa menurut bahasa berarti, jawaban mengenai suatu kejadian,
secara istilah fatwa adalah salah satu metode dalam menerangkan hokum-hukum syara’.
Kesenian, dalam cara berdakwah ini ia kerap berdakwah lewat tembang yang diiringi
gamelan.
Ritual adat trdisional, cara ini ditempuh dengan memperbolehkana masyarakat
melakukan ritual adat tradisional warisan nenek moyang asalkan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
7. Ja’far Shodiq (Sunan Kudus)
Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), adalah putra dari pasangan Raden Utsman Haji alias
sunan ngudung di Jipang Panolan (letaknya di sebelahutara kota Blora) dengan Syarifah
Dewi Rahil binti Sunan Bonang dengan demikian, Sunan Kudus adalah cucu dari Sunan
Bonang, sehingga silsilahnya pun mengikuti silsilah Sunan Bonang, yakni masih keturunan
langsung Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Ia dilahirkan pada tanggal 9
September 1400M.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus melakukannya dengan penuh
kebijaksanaan dan tidak memakai kekerasan salah satu caranya dalam berdakwah, seperti
melarang untuk memotong binatang yang dianggap suci bagi agama Hindu, yakni sapi,
kemudian ia juga menggunakan elemen-elemen bangunan candi Hindu untuk bangunan
masjid makam, menciptakan gending Makumambang dan Mijil. Dengan cara itulah, Sunan
Kudus sukses membuat penganut agama Hindu masuk Islam dengan tanpa paksaan.
Cara berdakwah yang digunakan Sunan Kudus pun tidak jauh berbeda dengan Sunan
Kalijaga dan Sunan-Sunan pendukung golongan Abanganlainnya yaitu :
Membiarkan dahulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar diubah.
Segera menghapus bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, tetapi
mudah diuubah.
Tut Wuri Handayani, artinya mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan
adat Rakyat tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi
sedikit.Sesuai dengan prinsip Tut Wuri Hangiseni, mengikuti dari belakang
sambil mengusung ajaran agama Islam.
Menghindarkan kontrofersi secara langsung atau secara keras di dalam cara
menyiarkan agama Islam. Dengan prinsip mengambil ikan, tapi tiak
mengeruhkan airnya.
Pada akhirnya boleh saja mengubah adat dan kepercayaan masyarakat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam, tetapi dengan prinsip tidak menghalau masyarakat
dari umat Islam. Kalangan umat Islam yang sudah tebal imannya agar sudi
mendekat dan tertarik dengan agamaIslam.
Itulah beberapa strategi dakwah yang dilakukan Wali Songo golongan Abangan,
termasuk Sunan Kudus.Intinya, strategi dakwah tersebut dapat dikatakan segabai sebuah
bentuk akulturasi. Dan, pola akulturasi ini sangat kental dalam strategi dakwah Sunan
Kudus, dimana ia mencoba membawa unsur-unsur budaya lama yang telah mengakar
kuat di dalam masyarakat Hindu Budha. Menurut sejarahnya, masyarakat Kudus adalah
penganut politeisme. Maka, ketika Sunan Kudus membawa ajaran baru yang menekankan
aspek tauhid (monotreisme), akulturasi budaya local dan Islam ini menjadi alternative
yang sangat jitu dalam menyebarkan agama Islama waktu itu.
3
Rizem Aizid, Sejarah Islam Nusantara, (Yogjakarta: DIVA Press, 2016), hlm. 149-192
4
Imam Turmudzi, Gus Dur Wali Kesepuluh, (Jombang: Zahra Book, 2011), hlm. 104.
Daerah Pajang, bekas wilayah Kerajaan Majapahit, menerima ajaran Syekh Siti Jenar
atau Syekh Lemah Abang yang dituduh menyeleweng. Tasawuf yang diikuti oleh Syekh Siti
Jenar adalah tasawuf ujudiyyah. Inti ajarannya reelatif sama dengan ajaran ahli sufi Al-
Hallaj di Baghdad, yang dikenakan hukuman bakar pada tahun 922, yalni ana al haq, artinya
“saya adalah tuhan”. Ketika Syekh Siti Jenar di panggil untuk turut serta dalam musyawarah
para wali, jawabnya, bahwa Syekh Siti Jenar tidak ada, yang ada ialah Allah.Utusan kembali
dan melaporkan kepda wali.Ketika utusan kembali dengan pesan untuk memanggil tuhan
(Allah), dijawab Syekh Siti Jenar bahwa tidak ada yang ada Syekh Siti Jenar.Jawaban yang
demikian dianggap oleh para walai bertentangan dengan ajaran Islam.Syekh Siti Jnar
dikenakan hukuman bakar. Syekh Siti Jenar menerima hukuman bakar itu, kareena yakin
akan kebenaran ajarannya. Syekh Siti Jenar dituduh membocorkan apa yang seharusnya
dirahasiakan.
Dari tuduhannya itu, nyata bahwa sebenarnya para wali lainnya membenarkan
ajarannya dan dalam hatinya juga mengikuti aliran Syekh.Namun, ajaran itu khusus hanya
diperuntukkan bagi mereka yang telah lanjut ilmunya.Pembeberan rahasia yang pelik kepada
yang umum, itulah pokok kesalahan Syekh Siti Jenar.Inti ajaran wujudiyyah, yang juga
disebut emanasi, ialah bahwa segala ilahi.Manusia adalah salah satu wujud yang terdapat di
dunia.Jadi, manusia adalah percikan sinar ilahi.Karena sinar ilahi adalah Allah sendiri, maka
manusia adalah persamaan dengan Allah.
Pada hakikatnya, ajaran wujudiyyah tidaklah beda dengan ajaran para resi dan pendeta
Budha mengenai taraf tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia dalam kehidupan manusia.
Agama Hindu telah meresap di masyarakat Jawa.Kebo Kanigara tetap pada pendiriannya
untuk memeluk agama Hindu, meskipun Kerajaan Hindu Jawa.Majapahit telah runtuh dan
Negara Islam Demak telah berdiri. Kebo Kenanga, yang telah masuk Islam, menerima
ajaran wujudiyyah yang dibeberkan Syekh Siti Jenar. Demikianlah dapat dikatakan, bahwa
dimasyarakat Hindu Jawa, filsafat wujudiyyah dianggap sebagai kelanjutan filsafat Hindu
dalam wadah lain. Kesediaan Syekhh Siti Jnar menjalani hukuman bakar meemberi kesan
yang mendalam pada orang-orang Jawa bekas Majapahit, kesediaan yang demikian
memberikan kepada para pengikutnya bahwa ajarannya memang benar. Kematian Syekh
Siti Jenar dianggap pembelaan terhadap kebenaran ajarannya.5
Ronggowarsito
Ronggowarsito berasal dari keluarga bangsawan keraton Surakarta. Dari garis
ayahnya, ia adalah keturunan ke -10 dari Sultan Hadiwijoyo, pendiri kerajaan Pajang.
Sedangkan dari garis keturunan ibu adalah keturunan ke-13 dari Sultan Trenggono, raja
Demak ketiga. Sebenarnya Ronggowarsito adalah sebuah gelar. Sedangkan nama aslinya
adalah Bagus Burham. Raden Ngabehi Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus
Burham adalah putra dari RM. Ng. Pajangsworo dan Nyai Ajeng Ronggowarsito. Sumber
untuk mengenal kehidupan Ronggowarsito yang sebenarnya sukar didapati. Beliau lahir
pada pada 14 Maret tahun 1802 bertepatan dengan tahun meninggalnya kakek buyutnya
yaitu Yasadipura I dan wafat pada tahun 1873 di desa Palar dimana dia dulu dibesarkan.
Ronggowarsito (Bagus Burham) tumbuh dan besar dari keluarga yang akrab dengan dunia
sastra dan tulisan_sesuatu yang dianggap langka pada kala itu. Ayahnya Panjangsworo atau
Ronggowarsito II yang menjadi juru tulis kerajaan. Sedangan kakeknya, Sastronagoro atau
Ronggowarsito I adalah pujangga kerajaan. Sedangkan kakek buyutnya Yosodipuro I adalah
seorang pujangga besar. Namanya tercatat dalam tita emas dalam sejarah kesusastraan dan
bukan hanya di Surkarta, ia adalah penulis yang banyak menghasilkan karya, baik orisinal
maupun adaptasi terhadap tulisan-tulisan kuno dari khazanah sastra yang ada di tanah Jawa
maupun dari manca negara.
5
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Pemikiran Mutiara Sufi Terkemuka, (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), hlm. 59-71.
Hidayat Jati. Karena dia adalah seorang pujangga istana, maka karya-karyanya banyak
dipersembahkan kepada raja. Ronggowarsito adalah pujangga yang banyak dikagumi para
pencinta kepustakaan Jawa, maka banyak pula yang menyebar di tenggah-tenggah
masyarakat. Dalam perpustakaan musium Sanabudaya Yogyakarta; banyak terdapat hasil
karya Ronggowarsito.Menurut Karkono Parta Kusuma, jumlah karya-karya Ronggowarsito
tidak kurang lebih 50 karangan, antara lain: Bambang Dwihastha : cariyos Ringgit Purwa,
Bausastra Kawi atau Kamus Kawi – Jawa, beserta C.F. Winter sr, Sajarah Pandhawa lan
Korawa : miturut Mahabharata, beserta C.F. Winter sr, Sapta dharma, Serat Aji Pamasa,
Serat Candrarini, Serat Cemporet, Serat Jaka Lodang, Serat Jayengbaya, Serat Kalatidha,
Serat Panitisastra, Serat Pandji Jayeng Tilam, Serat Paramasastra, Serat Paramayoga, Serat
Pawarsakan, Serat Pustaka Raja, Suluk SalokaJiwa, Serat Wedaraga, Serat Witaradya, Sri
Kresna Barata, Wirid Hidayat Jati, Wirid Ma'lumat Jati, Serat Sabda Jati,dan banyak lagi
karya Ronggowarsito yang lain.
1. Karya yang Berkenaan dengan Spiritual (Mistik)
Serat; Suluk Jiwa atau Suluk Saloka Jiwa adalah karya Ronggowarsito yang telah
diterbitkan oleh percetakan Albert Rusche, Surakarta 1915. Sebuah risalah kecil yang memuat
cerita simbolik yang meriwayatkan Tuhan Wisnu menyerupakan diri sebagai seorang tokoh
bernama Sulaiman yang berangkat ke Turki untuk memperlajari Tasawuf. Dalam isi suluk ini
menceritakan pembicaraan ajaran ma’rifat para wali tentang wujud dan tentang awal
penciptaan, serta tiga jenis istana.Adapun ajaran yang dimusyawarahkan dalam cerita
tersebut, ternyata merupakan cuplikan ajaran dari Serat Wirid Hidayat Jati. Dalam Sulok
Saloka Jiwa ajaran ketuhanan dalam Wirid Hiayat Jati yang abstrak disajikan dengan cara
lebih konkret. Yaitu dalam bentuk soal-jawab dengan sekar macapat. Jadi pokok-pokok ajaran
Wirid Hidayat Jati yang dirumuskan dalam sekar macapat, diuraikan kembali dengan bentuk
tanya jawab para ahli-ahli makrifat.
b. Serat Pamoring Kawulo Gusti
Isinya berbicara mengenai zikir dan larut dalam kontemplasi dan perenungan kepada
Allah SWT. dengan hati penuh rindu. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di alam
terpancar dari kehendak Allah SWT. Mereka yang mendapat anugerah rahmat dan hidaya-
Nya, maka kelak akan bersatu denganNya, dalam arti bersama-Nya dan tentu yang demikian
halnya memperoleh citacitanya dan selalu bersama dalam menjalankan tugas.Dalam Serat
Pamong Kawulo Gusti juga diutarakan pokok ajaran Wirid Hidayat Jati, bahwa manusia
tersusun atas tujuh martabat manusia: jasad (badan), budi (akal), nafsu (jiwa), ruh (suksma),
sir (rahsa), nur, dan hayu (kehidupan).
Sebuah risalah ini memuat motivasi untuk membentuk budi perketi luhur. Terdapat
pula uraian mengenai pengorbanan Imam Ali Zain Al-Abidin Ibnu Husain r.a. Suluk Sukma
Lelana ini isinya menceritakan perjalanan seorang santri bernama Sukma Lelana. Tujuanya
berguru ilmu sangkan-paran (ketuhanan) kepada seorang guru kebatinan yang bernama Syekh
Iman Suci di Arga (bukit) Sinai. Cerita ini melambangkan perjalanan jiwa manusia dalam
menuju makrifat kepada Tuhan.
d. Serat Paramayoga
Serat Paramayoga adalah karya Ronggowarsito yang berbentuk jarwo atau prosa,
berhuruf dan berbahasa Jawa Krama. Di samping itu Ronggowarsito menyusun Serat
Jitapsara, isinya sama dengan Paramayoga. Risalah ini juga menyinggung martabat wujud
dengan menetapkan adanya dualisme antara wujud Tuhan pencipta dengan makhluk. Paham
ini pun tidak lepas dari ajaran Ibnu Arabi yang menurut Al-‘Affi menganut paham wujud
tunggal sehingga apapun yang terjadi di dunia hanyalah manifestasi Tuhan.Diterangkan
bahwa Bathara Guru menjadi raja triloka atau tiga alam. Yakni alam tengah (dunia), alam
bawah dan alam atas. Alam atas dan alam bawah dinamakan alam adam-makdum, yaitu alam
kajiman tempat makhluk rohani.
e. Serat Wirid Hidayat Jati atau Serat Hidayat Jati
Risalah ini sebagaimana pengakuan pengarangnya merupakan sari pati ilmu makrifat
yang diajarkan delapan wali di Jawa. Keistimewaan lainnya, Wirid Hidayat Jati ini disusun
dalam bentuk jarwa atau prosa. Isi kandungannya diusahakan untuk menjadi kitab mistik yang
cukup lengkap, padat dan bulat. Serat Wirid Hidayat Jati yang diterbitkan oleh Administrasi
Jawi Kandha, yang isinya meliputi:
1. Upacara dan perlengkapan sajian yang harus diselenggarakan oleh seorang guru yang
akanmengajarkan ilmu mistik dan uraian bab guru dan murid.
2. Ajaran tentang Tuhan dan hubungan antara Dzat, sifat, asma dan af'al Tuhan.
6
Rangga Ramdansyah, Filsafat Ketuhanan Raden Ngabehi Ronggowarsito, Aqidah Filsafat Fakultas
Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel, 2009, hlm. 20
KESIMPULAN
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dengan kondisi Pasai yang
menjadi daerah persinggahan para penyebar Islam dari Tanah Arab. Ketika Pasai sedang
mengalami kemunduran pada abad ke-16 M., terutama setelah Malaka di rebut Protugis, maka
Jawa mulai mencatat sejarah barunya dalam hal sejarah dan pemikiran Keislaman.
Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan Wali Songo
khususnya di Pulau Jawa, dan juga Syekh Siti Jenar dan Rogowarsito. Cara Wali Songo
dalam menyebarkan agama Islam di Jawa kebanyakan dengan Kesenian. Jalut yang mereka
tempuh dalam menyebarkan ajaran Islam antara lain adalah, jalur perdagangan dan pelayaran.
Mulai berdiri kerajaan Islam di Jawa pada abad ke-16, tetapi jika dilihat datangnya
Islam ke Pulau Jawa bisa di perkirakan sejak abad ke-11, yakni dibuktikan dengan adanya
penemuan nisan kubur di Leran (Gresik) dalam huruf kufi yang memuat nama Fatimah binti
Maimun bin Hibatullah yang wafat tahun 475 H/1082 M. Atas dasar ini, terlepas apakah
sudah membentuk kerajaan atau belum, tetapi harus diaki bahwa Pulau Jawa sejak abad ke-11
sudah kedatangan Islam. Hal ini tentu sejalan dengan keramaian jalur pelayaran seperti telah
diberitakan oleh berbagai sumber baik dari sumber-sumber China, maupun sumber Muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahan/Sanggahan:
1. Nama/NIM : Arwani Adi Rahman ( 2219046 )
Jawaban : Wirid Hidayat Jati ini disusun dalam bentuk jarwa atau
prosa atau biasa kita kenal dengan puisi. Isi kandungannya diusahakan untuk menjadi
kitab mistik yang cukup lengkap, padat dan bulat. Salah satu isinya yaitu tentang
uraian cita kesatuan antara manusia dengan Tuhan.