Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SEJARAH PROSES ISLAMISASI DI JAWA


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Abdul Basith, S.S, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Nailus Sa’adah 2219053


2. Citra Dwi Saputri 2219068
3. Irwandi Yuliansyah 2219078
4. Mutia Alfina Zahro 2219128

Kelas : PBA B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2019
PENDAHULUAN

Seperti yang telah disebutkan terdahulu bahwa Aceh mempunyai peranan yang sangat
besar dalam penyebaran pemikiran tasawuf di gugusan pulau-pulau Melayu-Nusantara,
termasuk juga dalam hal ini adalah pemikiran tasawuf di Pulau Jawa.
Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan Wali Songo
khususnya di Pulau Jawa, dan juga Syekh Siti Jenar. Eksistensi tokoh-tokoh ini walaupun
diragukan oleh sebagian ahli sejarah di Barat, namun banyak informasi di Timur yang
mereka tidak punya akses terhadapnya, sehingga tulisan tentang para tokoh tersebut
setidaknya menghilangkan sebagian keraguan penelitian Barrat terhadap eksitensi mereka
dalam sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dengan kondisi Pasai yang
menjadi daerah persinggahan para penyebar Islam dari Tanah Arab. Ketika Pasai sedang
mengalami kemunduran pada abad ke-16 M., terutama setelah Malaka di rebut Protugis,
maka Jawa mulai mencatat sejarah barunya dalam hal sejarah dan pemikiran Keislaman.
Berkenaan dengan hal ini, H.M. Vlekke mengatakan bahwa ketika Portugis berhasil merebut
Malaka, tiga Negara lain muncul untuk mempertahankan panji-panji Islam di gugusan
pulau-pulau Melayu. Ketiga Negara itu adalah Aceh di utara Sumatera Demak di Jawa, dan
Ternate di Maluku.
ISI MAKALAH

PEMIKIRAN TASAWUF DI PULAU JAWA

A. Islam Di Pulau Jawa


Islam masuk Pulau Jawa, tidak terlepaskan dalam konteks masuknya Islam di
Nusantara, Orang banyak menyebut bahwa Pulau Jawa adalah Pulaunya “Wali Songo”,
karena Islam tersebar di Pulau ini tidak lepas dari kegigihan perjuangan para wali, yang
disebut dengan “Wali Songo”.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dengan kondisi Pasai yang
menjadi daerah persinggahan para penyebar Islam dari Tanah Arab.Ketika Pasai sedang
mengalami kemunduran pada abad ke-16 M., terutama setelah Malaka di rebut Protugis,
maka Jawa mulai mencatat sejarah barunya dalam hal sejarah dan pemikiran Keislaman.
Berkenaan dengan hal ini, H.M. Vlekke mengatakan bahwa ketika Portugis berhasil merebut
Malaka, tiga Negara lain muncul untuk mempertahankan panji-panji Islam di gugusan
pulau-pulau Melayu. Ketiga Negara itu adalah Aceh di utara Sumatera Demak di Jawa, dan
Ternate di Maluku.
Kehadiran Kerajaan Demak itu diikuti pula dengaan kerajaan Ternate, hinggaa ketika
itu membentuk fakta wilayah Islam yang berporoskan Aceh, Demak, dan Ternate.Di antara
ketiga porosIslam ini saling terjadi hubungan, baik hubungan dagang maupun keagamaan.
Berdasarkan babd Cirebon, Purwaka CarubanNagari, diceritakan bahwa ketika Pasai
mengalami kemunduran terdapat seorang Pasai yang pergi ke Jawa terutama ke Demak dan
Cirebon tahun 1521. Orang Pasai yang dating ke Demak dan Cirebon itu bernama Fadhilah
Khan, wong agung saking Pase. Nama inilah yang diberikan kepada Falatehan, yang
kemudian dalam perkembangan selanjutnya berhasil mendirikan kerajaan Islam pertama di
Demak.
Dalam Purwaka Caruban Nagari itu juga diceritakan, bahwa Fatahillah diperintahkan
oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) untuk mengislamkan Sunda Kelapa dan
menyerang orang-orang Portugis.Penyerangan ini berhasil merebut Sunda Kelapa (sekarang
Jakarta), tahun 1527.
Maka mulai berdiri kerajaan Islam di Jawa pada abad ke-16, tetapi jika dilihat
datangnya Islam ke Pulau Jawa bisa di perkirakan sejak abad ke-11, yakni dibuktikan
dengan adanya penemuan nisan kubur di Leran (Gresik) dalam huruf kufi yang memuat
nama Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat tahun 475 H/1082 M. Atas dasar ini,
terlepas apakah sudah membentuk kerajaan atau belum, tetapi harus diaki bahwa Pulau Jawa
sejak abad ke-11 sudah kedatangan Islam. Hal ini tentu sejalan dengan keramaian jalur
pelayaran seperti telah diberitakan oleh berbagai sumber baik dari sumber-sumber China,
maupun sumber Muslim.
Dakwah Islam baru berdiri sebagai sebuah kekuatan politik adalah ketika kerajaan
Demak berdiri.Untuk itu, sejarawan sepakat bahwa kerajaan Islam yang pertama kali
muncul di Pulau Jawaadalah kerajaan Demak, dengan raja pertamanya adalah Raden
Fatah.Setelah berdirinya kerajaan Demak, maka Islam tersebar demikian cepat ke seluruh
pelosok pulau Jawa. Keharuman nama Demak sebagai basis penyebar Islam di Jawa,
sesungguhnya tidak lepas dari peranan Wali Songo. Metode dakwah yang digunakan Wali
Songo adalah penerapan metode yang dikembangakan para Sufi Sunni dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran Islam melalui keteladanan yang baik sebelumberucap kata. Sehubungan
dengan ini, Abdul Halim Mahmud menyatakan bahwa para wali menyiarkan Islam di
Indonesia dengan cara keteladanan yang baik, bukan dengan cara-cara propaganda. Memang
hakikat tasawuf, seperti kata Al-Ghozali, adalah ilmu dan amal yang menghasilkan budi
pekerti yang luhur, jiwa yang suci, bukan ungkapan-ungkapan teoritis belaka.
Dengan demikian tersebarnya Islam di Jawa lebih cenderung pada pendekatan
keteladanan dan jiwa kesufian yang ditampilkan para wali.Selain itu, di dukung juga dengan
sifat-sifat keistimewaanluar biasa (karamahan) yang diberikan Allah kepada mereka,
disamping karena kondisi masyarakat Jawa sendiri yang memiliki kecenderungan
spiritualitas yang tinggi.1

1
M.Solihin,, Melacak Pemikiran Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal.115-119.
 Wali Songo

Wali Songo mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa, dalam
penyiarannya Wali Songo menggunakan pidato dan ceramah, setelah banyak pengikutnya
kemudian tablihg-tabligh itu diadakan di dlalam rumah perguruan yang biasanya dinamakan
madrasah atau pondok pesantren, berikut yang disebut Wali songo itu adalah :

1. Syeikh Syekh Maulana Malik Ibrohim (Sunan Gresik)

Terkenal dengan sebutan Syekh Maghribi, sebagian literature menyebut beliau berasal
dari Turki, pada waktu itu Turki dipimpin oleh Sultan Muhammad I dan di pemakaman
Maulana Malik Ibrohim ada batu nisan yang bertuliskan Maulana Maghribi, ia dianggap
sebagai pencipta pondok pesantren yang pertama. Ia mendidik mubaligh-mubaligh Islam
yang mengembangkan agama Islam ke seluruh Jawa.

 Asal Mula dan Perjuanngan Syekh Maulana Malik Ibrohim


Jauh sebelum Syekh Maulana Malik Ibrohim dating ke Pulau Jawa, sebuah
sumber menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah
pantai utara, termasuk di desa Leran. Hal itu dapat di buktikann dengan adanya makam
seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun yang meninggal pada tahun 475 H atau
pada tahun 1082 M.
Bahkan diberitakan bahwa pada tahun 99 H, Sri Maharaja Serindrawarman
darri Kerajaan Sriwijaya Sumatera telah masuk Islam. Nabi Muhammad SAW.wafat pada
tahun 11 H. Berarti Sri Maharaja Serindrawarman masuk Islam 86 tahun sesudah
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada abad pertama Hijriyah, menurut
K.H.Sirojuddin Abbas di Pulau Jawa sudah ada seorang raja yang masuk Islam yaitu Ratu
Sima (dalam literature disebut Ratu Sinom).Dalam dokumen Kerajaan Kalingga di
Jepara.
Syekh Maulana Malik I brohim diperkirakan dating ke Gresik pada tahun 1404
M, beliau berdakwah di Gresik hingga wafatnya yaitu pada tahun 1419.Pada masa itu
Kerajaan yang.berkuasa di Jawa Timur adalah Majapahit. Raja dan rakyatnya
kebanyakan masih beragama Hindu atau Budha. Sebagian rakyat gresik sudah ada yang
beragama Islam tapi banyak pula yang masih beragama Hindu, atau tidak beragama sama
sekali.

Dalam berdakwah Syekh Maulana Malik Ibrohim menggunakan cara yang bijaksana
dan stategis yang tepat berdasarkan ajaran Al-Qur’an yaitu

“Hendaklah engkau ajak orang ke jalan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan
petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara
yang sebaik-baiknya”. (QS.an-Nahl)

Karena ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, dan pernah
mengembara di Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi orang-orang
Hindu di Pulau Jawa.Gujarat adalah wilayah Negeri Hindia yang kebanyakan penduduknya
beragama Hindu.

Di Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrohim bukan hanya berhadapan dengan masyarakat
Hindu, melainkan juga harus bersabar terhadap mereka yang tidak beragama maupun mereka
yang terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan imana dari orang-orang Islam yang
tercampur dengan kegiatan syirik. Caranya, beliau tidak langsung menentang kepercayaan
mereka yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh hikmah, beliau tunjukkan
keindahan dan ketinggian akhlak islami sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW. Menurut
Literatur yang ada, beliau juga ahli pertanian dan ahli pengobatan.

Sifatnyaa yang lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua orang, baik
sesama muslim atau dengan nonmuslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyaraka yang
disegani dan dihormati.

Syekh Maulana Malik Ibrohim menjelaskan bahwa dalam agama Islam semua
manusia sama sederajat. Dihadapan Allah semua manusia adalah sama, yang paling mulia
diantara mereka hanyalah yang paling taqwa kepada-Nya. Takwa itu letak nya di hati yang
mengendalikan segala gerak kehidupan manusia untuk berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan masjid untuk
beribadah bersama-sama dan mengaji.Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrohim
berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami
agama Islam, melainkan juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik
menjadi lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung untuk
mengairi lahan pertanian penduduk.Dengan adanya system pengairan yang baik ini lahan
pertanian menjadi subur dan hasil panen bertambah banyak, para petani menjadi makmur dan
mereka dapat mengerjakan ibadah dengan tenang.

 Upaya mengislamkan Raja Majapahit

Tampaknya ada ganjalan di hati Syekh Maulana Malik Ibrohim, ketika dia telah
berhasil mengislamkan sebagian besar rakyat Gresik.Gresik adalah bagian dari wilayah
Majapahit.Kalau seluruh rakyat sudah memeluk agama Islam sementara Raja Brawijaya
penguasa Majapahit masih beragama Hindu beliau khawatir di belakang hari timbul
ketegangan antara rakyat dengan rajanya.

Untuk menghindari hal itu maka Syekh Maulana Malik Ibrohim mempunyai rencana
mengajak Raja Brawijaya untuk masuk agama Islam.Ternyata Raja Cermain dan putrinya
yang bernama Dewi Sari itu mempunyai maksud serupa, Akhirnya mereka bersama-sama
datang menghadap Raja Brawijaya.Usaha mereka ternyata gagal. Raja Brawijaya memberi
syarat kepada mereka bahwa dia akan masuk Islam asalkan Dewi Sari putri dari Raja
Cermain itu mau di persunting nya. Raja Cermain dan Dewi Sari menolak.Tidak ada gunanya
masuk Islam bila ditunggangi dengan kepentingan duniawi.

Rombangan Negara Cermain akhirnya kembali ke Gresik.Mereka beristirahat di Leran


sembari menunggu perbaikan kapal berlayar pulang. Sungguh sayang sekali,Rombangan ini
banyak di serang wabah penyakit. Banyak diantaranya tewas termasuk Dewi Sari.

Kabar kematian Dewi Sari ini sampai ke telinga Raja Brawijaya,kemudian Raja
Brawijaya menyempatkan diri beserta penggawa kerajaan pergi ke desa Leran . Raja
Brawijaya memerintah penggawa untuk menggali kubur dan memakamkan Dewi Sari dengan
upacara kebesaran.

Setelah rombongan Raja Cermain meninggalkan Pantai Leran, Prabu Brawijaya


menyerahkan seluruh daeerah Gresik kepada Syekh Maulana Malik Ibrohim untuk diperintah
sendiri dibawah pimpinan kedaulatan Majapahit. Penyerahanan daeraah itu adalah siasat sang
Raja agar rakyat Gresik yang beragama Islam itu memberontak kepada rajanya yang masih
beragama Hindu.

Amanat Raja Majapahit itu diterima Syekh Maulana Malik Ibrohim dengan sukarela.
Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan perbadamaian walaupun dengan kaum kafir
dzimi, yaitu orang-orang bukan muslim yang mau hidup berdampingan dengan aman dalam
satu negara.

Demikianlah sekilas tentang Syekh Maulana Malik Ibrohim, seorang wali yang
dianggap sebagai ayah dari Wali Songo.Beliau wafat pada tahun 822 H / 1419 M.

2. Raden Rahmat (Sunan Ampel)

Terkenal dengan nama Sunan Ampel, wali ini berasal dari Kamboja, Indo-Cina. Ia
membuka asrama para kesatria di Ampel, Surabaya, di samping menyebarkan agama Islam di
seluruh Jawa Timur. Ia dianggap sebagai pencipta dan perencana Negara Islam yang pertama
di Jawa. Ia mengangkat Raden Fatah sebagai khalifah beribu kota di Glagah Wangi Bintara
Demak, dengan gelar Sultan Syah Sri Alam Akbar Al-Fattah, makam beliau terdapat di
Masjid Ampel, Surabaya.

Jasa Sunan Ampel yang besar adalah pencetus dan perencana lahirnya Kerajaan Islam
Demak dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah, murid dan menantunya sendiri.
Beliau juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun
1477 M, salah satu diantaranya empat tiang utama Masjid Deamak hingga sekarang masih
diberi nama sesuai fdengan yang membuat nya yaitu Sunan Ampel.
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sabgat hati-hati, hal ini didukung oleh
Sunan Giri dan Sunan Drajat.Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para wali
di Masjid Agung Demak.

Pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan
konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat
semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam
bid’ah.

Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid
Ampel.Setiap hari banyak orang yang berziarah ke makam beliau bahkan pada malam harinya
juga.

3. Sunan Makdum Ibrohim (Sunan Bonang)

Lebih di kenal dengan sebutan Sunan Bonang, beliau adalah anak dari Sunan
Ampel.Ia dianggap sebagai pencipta gending Darma dan menyiarkan agama Islam di Jawa
Timur pesisir sebelah utara. Ia berusaha mengganti nama-nama dewa Hindu konon digantinya
dengan nama nama malaikat dan nabi-nabi secara agama Islam. Makamnya terdapat di Tuban,
Jawa Timur.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Raden
Maulana Makdum Ibrohim, putra Sunan Ampel dan Dewi Candrawati yang juga disebut Nyai
Agung Manila. Raden Makdum Ibrohim adalah calon wali yang besar, maka Sunan Ampel
sejak dini mempersiapkan sebaik mungkin.

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrohim ini sering menggunakan kesenian rakyat
untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut
Bonang.Raden Makdum Ibrohim sendiri yang membuat alat musik itu.Beliau adalah seorang
wali yang mempunyai cita rasa tinggi.Jika beliau yang membunyikan, pengaruhnya sangat
hebat bagi para pendengarnya.Setiap Raden Makdum Ibrohim menmbunyikan Bonang, pasti
banyak penduduk yang datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin
belajar membunyikan Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden
Makdum Ibrohim.

Sewaktu beliau wafat, jenazahnya hendak dibawa ke Surabaya untuk dimakamkan


disamping Sunan Ampel ayahandany.Tetapi kapal yang digunakakn mengangkut jenaahnya
tidak dapat bergerak sehingga jenazah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban yaitu sebelah
barat Masjid Jami’ Tuban.

4. Raden Paku (Sunan Giri)

Terkenal dengan sebutan Sunan Giri, wali keempat dari Wali Songo ini berasal dari
Blambangan.Raden Paku lahir tahun 1442, beliau memerintah Kerajaan Kediri mulai tahun
1487-1506 .Ia dianggap pencipta gending Asmaradana dan pucung. Daerah penyiaran
Islamnya dikatakan di Sulawesi dan Sunda kecil.Ia berjiwa ahli pendidikan dan kabarnya
adalah yang mula-mula mengadakan cara pendidikan untuk anak-anak dengan memakai
permainan-permainan yang yang bersifat agama. Makamnya terdapat di Gunung Giri, Gresik,
Surabaya.

Sewaktu mondok di Pesantren Ampel Denta, Raden Paku sangat akrab bersahabat
dengan putranya Raden Rahmat yang bernama Raden Makdum Ibrohim.Keduanya sebagai
saudara kandung saja, saling menyanyangi dan saling mengingatkan.Setelah enam belas
tahun, kedua pemuda itu dianjurkan untuk menimba ilmu pengetahuan yang lebih tinggi ke
Negeri Seberang sambil meluaskan pegalaman.

Setelah berusia enam belas tahun kedua pemuda itu belajar agama Islam di Pasai
dengan Maulana Ishaq (ayah Raden Paku) dan termasuk belajar ilmu tasawuf dari ulama
ulama Iran, Baghdad , dan Gujarat yang banyak menetap di Pasai. Para guru itu memberi
gelar Raden Paku dengan Syekh Maulana Ainul Yakin.

Setelah tiga tahun belajar di Pasai, Syekh Maulana Ishaq memerintahkan keduanya
pulang ke Jawa. Oleh ayahnya Raden Paku diberi sebuah bungkusan kain putih berisi tanah
dan di perintahkan mencari tanah tanah yang sama betul di Jawa untuk membangun pesantren
di situ, dan ternyata tanah tersebut cocok dengan tanah di desa Sidomukti dan kemudian
pesantren tersebut disebut pesantren Giri.Raden Paku dikaruniai ilmu laduni yaitu ilmu yang
langsung berasal dari Tuhan, sehingga kecerdasan otaknya seolah tiada bandingannya.
Disamping belajar ilmu tauhid mereka juga mempelajari ilmu tasawuf dari Ulama Iran,
Baghdad, dan Gujarat yang banyak menetap di Negeri Pasai.

5. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)

Terkenal dengan Sunan Gunung Jati, menurut satu sumber, sebelum Sunan Gunung
Jati berdakwah di Cirebon, selalu datang kesana seorang ulama besar dari Baghdad bernama
Syekh Idhofi Mahdi atau lebih dikrnal sebagai Syekh Dzat al-Kahfi beserta dua puluh dua
pengikutnya.

Putra Prabu Siliwangi yaitu Pangeran Walangsungsang dan adiknya, Rara Santang
datang untuk belajar ke

pada Syekh terebut di Gunung Jati, walaupun pada mulanya tidak disetujui oleh ayah mereka.
Setelah beberapa waktu berselang Pangeran Walangsungsang disuruh membuka hutan di
bagian selatan Gunung Jati dan diangkat menjadi kepala Dukuh di sana lalu mempunyai
banyak pengikut dan berkelar Pangeran Cangkrabuana, daerah tersebut dinamai Tegal Alang
yang dihuni oleh orang-orang dari bermacam-macam ras, krturunan, dan pedagang asing,
kemudian daerah itu, disebut Caruban. Daerah Caruban lebih dikenal dengan nama Cirebon,
karena sebagian besar mata pencaharian rakyatnya adalah mencari ikan dan udang yang
kemudian dibuat petis. Dalam bahasa Sunda petis dari air udang itu disebut Cai Rebon.

Sebagian orang beranggapan bahwa Sunan Gunung Jati gelar dari Syekh Syarif
Hidayatullah dengan Fatahillah adalah satu tokoh (tokoh yang sama). Padahal menurut satu
sumber adalah berbeda. Syarif Hidayatullah dan ibunya yaitu Starifah Muda’in datang ke
Caruban, Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir terlebih dahulu di Gujarat dan Pasai.
Mereka berdua meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunung
Jati.Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana untuk
membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan penjajah Portugis.
Pangeran Cangkrabuana menikahkan putrinya, Nyi Ageng Palung Wati dengan Syarif
Hidayatullah dan pada tahun 1479 menyerakan kekuasaan Negeri Caruban pada Syarif
Hidayatullah. Pada tahun pertama pemerintahnya Syarif Hidayatullah berkunjung ke pajajaran
untuk mengunjungi kakeknya, Prabu Siliwangi dan menyerunya untuk masuk Islam tapi sang
Prabu menolak namun tidaka menghalangi cucunya menyebarkan Islam.

Syarif Hidayatullah kemudian meneruskan perjalanan nya ke Serang dan disambut


baik oleh Adipati Banten bahkan dijodohkan dengan putrinya, Nyi Kawungten dan
dikaruniani dua orang putrra, Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking.

Syarif Hidayatullah kemudian mendirikan kesultanan sendiri dan tidal lagi mengirim
upeti kepada Pajajaran mengirim pasukan pemimpin oleh Ki Jagabaya untuk menyerang
Kesultanan Cirebon, namun Ki Jagabaya masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif
Hidayatullah.

Raden Fatah wafat tahun 1518 dan kedudukannya diganti oleh Adipati Unus.Pada
tahun 1521 kesultanan Demak dipegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah
ketiga.Fatahillah diangkat segabai panglima perang dan bergabung dengan Cirebon untuk
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Sayangnya Pajajaran membantu Portugis mungkin karena iri dan dendam pada
Kesultanan Cirebon, namun akhirnya Portugis dapat dikalahkan.Selanjutnya Fatahillah
ditugaskan mengamankan Banten dibantu oleh putra Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran
Sebakingking, dan kemudian pangeran ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran
Hasanudin.

Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 pada usia 120 tahun, bersama ibunya dan
Pangeran Cakrabuana dimakamkan di Gunung Sembung begitu juga Fatahillah wafat dua
tahun kemudian dan dimakamkan di tempat yang sama.2

2
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Pemikiran Sufi Terkemuka (Jakarta: Prenada Media Group 2006),
hlm. 7-28
6. Raden Syarifudin (Sunan Drajat)
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin(Sunan Drajat). Ada sumber yang lain yang
mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu
bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang).Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk
berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Drajat leh menitik beratkan pada contoh-
contoh nyata. Ia terkenal sebagai orang yang berjiw social. Senang menolong orang-orang
miskin, para yatim, dan orang-orang yang kesusahan.Intinya, Sunan Drajat adalah sosok
wali yang suka menolong. Sikap suka menolong itulah yang kemudian menjadi salah satu
gaya dakwah dari Sunan Drajat.
Sunan Drajat mendirikan Pesantren sebagai media dakwahnya dalam menyebarkan
agama Islam. Selain mendirikan pesantren Sunan Drajat juga menggunakan berbagai cara
diantaranya:
 Pengajian, cara dakwah yang digunakan oleh Sunan Drajat dalam upaya mengislamkan
masyarakat adalah dengan cara mengadakan pengajian secara langsung di masjid atau
langgar.
 Memberikan fatwa, fatwa menurut bahasa berarti, jawaban mengenai suatu kejadian,
secara istilah fatwa adalah salah satu metode dalam menerangkan hokum-hukum syara’.
 Kesenian, dalam cara berdakwah ini ia kerap berdakwah lewat tembang yang diiringi
gamelan.
 Ritual adat trdisional, cara ini ditempuh dengan memperbolehkana masyarakat
melakukan ritual adat tradisional warisan nenek moyang asalkan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
7. Ja’far Shodiq (Sunan Kudus)
Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), adalah putra dari pasangan Raden Utsman Haji alias
sunan ngudung di Jipang Panolan (letaknya di sebelahutara kota Blora) dengan Syarifah
Dewi Rahil binti Sunan Bonang dengan demikian, Sunan Kudus adalah cucu dari Sunan
Bonang, sehingga silsilahnya pun mengikuti silsilah Sunan Bonang, yakni masih keturunan
langsung Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Ia dilahirkan pada tanggal 9
September 1400M.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus melakukannya dengan penuh
kebijaksanaan dan tidak memakai kekerasan salah satu caranya dalam berdakwah, seperti
melarang untuk memotong binatang yang dianggap suci bagi agama Hindu, yakni sapi,
kemudian ia juga menggunakan elemen-elemen bangunan candi Hindu untuk bangunan
masjid makam, menciptakan gending Makumambang dan Mijil. Dengan cara itulah, Sunan
Kudus sukses membuat penganut agama Hindu masuk Islam dengan tanpa paksaan.
Cara berdakwah yang digunakan Sunan Kudus pun tidak jauh berbeda dengan Sunan
Kalijaga dan Sunan-Sunan pendukung golongan Abanganlainnya yaitu :
 Membiarkan dahulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar diubah.
 Segera menghapus bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, tetapi
mudah diuubah.
 Tut Wuri Handayani, artinya mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan
adat Rakyat tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi
sedikit.Sesuai dengan prinsip Tut Wuri Hangiseni, mengikuti dari belakang
sambil mengusung ajaran agama Islam.
 Menghindarkan kontrofersi secara langsung atau secara keras di dalam cara
menyiarkan agama Islam. Dengan prinsip mengambil ikan, tapi tiak
mengeruhkan airnya.
 Pada akhirnya boleh saja mengubah adat dan kepercayaan masyarakat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam, tetapi dengan prinsip tidak menghalau masyarakat
dari umat Islam. Kalangan umat Islam yang sudah tebal imannya agar sudi
mendekat dan tertarik dengan agamaIslam.

Itulah beberapa strategi dakwah yang dilakukan Wali Songo golongan Abangan,
termasuk Sunan Kudus.Intinya, strategi dakwah tersebut dapat dikatakan segabai sebuah
bentuk akulturasi. Dan, pola akulturasi ini sangat kental dalam strategi dakwah Sunan
Kudus, dimana ia mencoba membawa unsur-unsur budaya lama yang telah mengakar
kuat di dalam masyarakat Hindu Budha. Menurut sejarahnya, masyarakat Kudus adalah
penganut politeisme. Maka, ketika Sunan Kudus membawa ajaran baru yang menekankan
aspek tauhid (monotreisme), akulturasi budaya local dan Islam ini menjadi alternative
yang sangat jitu dalam menyebarkan agama Islama waktu itu.

8. Raden Umar Said (Sunan Muria)


Raden Umar said (Sunan Muria) adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh.
Raden Umar Said mengikuti jejak ayahnya sebagai juru dakwah di Tanah Jawa.Ia juga
adalah penyokong Kerajaan Demak Bintara yang setia dan juga berpartisipasi dalam
pembanguna Masjid Agung Demak.
Dalam berdakwah, Sunan Muria berdakwah dengan cara yang halus. Cara tersebut
digunakan Sunan Muria dalam menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.
Gunung Muria adalah sebuah tempat di sebelah utara kota Kudus dengan puncaknya
bernama Colo. Karena Raden Umar Said tinggal dan berdakwah disana, maka
kemungkinan besar ia dijuluki Sunan Muria. Ia merupakan salah satunya wali yang tetap
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam. Selain itu, Sunan Muria juga menciptakan beberapa tembang yang
terkenal adalah tembang Sinom dan Kinanti.
Ada alas an tersendiri mengapa Sunan Muria memilih berdakwah di pinggiran kota
Demak, yaitu karena ia sangat suka menyendiri dan bergaul dengan rakyat jelata. Hal
itulah yang kemudian mendorong Sunan Muria untuk tinggal di lereng Gunung Muria
dan menyiarkan Islam kepada rakyat di sepanjang lereng tersebut. Adapun cara Sunan
Muria menjalankan dakwah islamiahnya adlah dengan cara mendidik kaum pedagang,
nelayan, pelaut, dan rakyat jelata.
Dalam upaya mengislamkan rakyat jelata disepanjang lerenng Gunung Muria, Sunan
Muria tetap menggunakan cara yang ditempuh ayahnya. Berkaitan tradisi Sunan Muria
tidak langsung memusnahkan atau meniadakan, melainkan diberi warna Islam. Hal ini
terlihat antara lain dalam upacara selametan yang dilaksanakan orang Jawa pada waktu
itu tetap di pelihara.
Untuk memperkokoh tegaknya panji-panji agama Islam Sunan Muria mendirikan
sebuah pesantren di Lereng Gunung Muria. Adapun daerah-daerah yang menjadi tempat
berdakwah Sunan Muria disekitar gunung Muria antara lain, Jepara, Tayu, Pati, Juana,
Kudus, dan Lereng-lereng gunung Muria. Metode yang digunakan adalah dengan kursus-
kursus agama Islam kepada seluruh kelompok masyarakat yang ada seperti, petani,
pelaut, dan lain sebagainya.
9. Sunan Kalijaga
Bila dibandingkan dengan sunan-sunan yang lain, Sunan Kalijaga adalah Wali Songo
yang paling popular dan tersohor di Jawa.Namanya begitu melekat kuat di hati
masyarakat.Hal ini tentu tidak lepas dari perannya dalam menegakkan agama Islam di Jawa
yang sangat kreatif dan berbeda dengan para sunan lainnya.Sunan Kalijaga mampu
memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa, sehingga masyarakat Jawa yang
notabennya terpengaruh oleh Hindu Budha dapat dengan mudah menerima Islam.
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450. Nama aslinya adalah Raden Said.
Selain bergelar Sunan Kalijaga, Raden Said juga memiliki sejumlah gelar lain, diantaranya
lokajaya, Syeikh Wijaya, Pangeran Tuban, dll.
Dalam berdakwah Sunan Kalijaga melanjutkan tradisi berdakwah gurunya yang sangat
kontekstual dan toleran.Sunan Kalijaga dikenal menyebarkan Islam melalui media seni.
Selain mahir bermain gamelan, ia juga mahir dalam seni suara. Beberapa tembang karyanya
yang sangat terkenal adalah “Rumeksa ing Wengi”, “ilir-ilir”, “Gundul-gundul Pacul”,
Selain itu, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Wali Songo penyebar agama Islam yang
mengislamkan masyarakat Jawa dengan pertunjukan wayang. Barang siapa ingin menonton
wayang yang waktu itu merupakan tontonan kegemaran masyarakat Jawa maka harus
membayar dengan membavca dua kalimat syahadat. Dengan cara ini, berbondong-
bondonglah masyarakat Jawa memeluk Islam.
Adapun jalan yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga memperkenalkan ajaran Islam kepada
rakyat pertama,dengan cara menyampaikan sedikit demi sedikit agar masyarakat itu masih
menganut keyakinan Hindhu Budha tidak kaget atau tidak menolak. Selain itu, Sunan
Kalijaga juga menghindari cara-cara yang dapat menyinggung perasaan atau jiwa
masyarakat,
Kedua, kemudian Sunan Kalijaga mengawinkan ajaran-ajaran agama Islam dengan
kepercayaan agama Hindhu Budha.Sehingga rakyat tidak terasa bahwa dirinya telah
mengubah kepercayaan lamanya.
Ketiga, cara lain yang digunakan Sunan Kalijaga dalam upaya mengislamkan
masyarakat Jawa adalah dengan mengganti secara pelan-pelan berbagai adat istiadat atau
kebudayaan Hindhu Budha atau kepercayaan nenek moyang lain dengan bentuk upacara-
upacara tradisional yang berbau ajaran Islam.
Metode dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga tersebar sangat efektif, terbukti dengan
metode kesenian dan akulturasi budaya, Sunan Kalijaga berhasil mengislamkan sebagian
besar adipati di Jawa, diantaranay adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen,
Banyumas, dan Pajang.Bahkan, raja pertama Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir atau Sultan
Hadiwijaya adalah murid kesayangan Sunan Kalijaga.3
 Syekh Siti Jenar
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah San Ngali Ansar atau Hasan Ali Ansar Nama ini
adalah nama Arab. Karena itu, timbul dugaan bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari negeri
Arab dan bukan Jawa asli. Ada pula yang mengatakan bahwa nama asli Syekh Siti Jenar
adalah Raden Abdul Jalil. Sedang kata Siti diduga nama tempat tinggal atau paguron murid
Sunan Giri.
Syekh Siti Jenar kadang-kadang juga disebut Syekh Lemah Abang.Kata Lemah Abang
bukan tempat tinggal, tetapi asal usul, Lemah abang adalah Tanah Merah.4
Pemikiran Syekh Jenar dianggap amat liberal dan kontroversional, Syekh Siti Jenar
dinilai melawan arus besar keagamaan yang dibangun oleh kolaborasi kekuasaan (kerajaan
Demak Bintaro pimpinan Raden Fatah) dan elite agamawan terdiri dari Wali Songo.
Menurut Siti Jenar, hidup di dunia sebagai kematian dan lepasnya nyawa sebagai awal
kehidupan, dan baginya syariat Islam berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan pasca
kematian. Ini jelas berbeda dengan pemahaman kehidpan dan kematian yang dianut
kebanyakan kaum muslimin.Masih banyak lagi perbedaan pandangan Syekh Siti Jenar
dengan Wali Songo. Kendati begitu mereka mempunyai beberapa persamaan. Misalnya,
pandangan hidup sufistik yang di anut Siti Jenar sesungguhnya dikembangkan dan dianut
oleh Wali Songo.

3
Rizem Aizid, Sejarah Islam Nusantara, (Yogjakarta: DIVA Press, 2016), hlm. 149-192
4
Imam Turmudzi, Gus Dur Wali Kesepuluh, (Jombang: Zahra Book, 2011), hlm. 104.
Daerah Pajang, bekas wilayah Kerajaan Majapahit, menerima ajaran Syekh Siti Jenar
atau Syekh Lemah Abang yang dituduh menyeleweng. Tasawuf yang diikuti oleh Syekh Siti
Jenar adalah tasawuf ujudiyyah. Inti ajarannya reelatif sama dengan ajaran ahli sufi Al-
Hallaj di Baghdad, yang dikenakan hukuman bakar pada tahun 922, yalni ana al haq, artinya
“saya adalah tuhan”. Ketika Syekh Siti Jenar di panggil untuk turut serta dalam musyawarah
para wali, jawabnya, bahwa Syekh Siti Jenar tidak ada, yang ada ialah Allah.Utusan kembali
dan melaporkan kepda wali.Ketika utusan kembali dengan pesan untuk memanggil tuhan
(Allah), dijawab Syekh Siti Jenar bahwa tidak ada yang ada Syekh Siti Jenar.Jawaban yang
demikian dianggap oleh para walai bertentangan dengan ajaran Islam.Syekh Siti Jnar
dikenakan hukuman bakar. Syekh Siti Jenar menerima hukuman bakar itu, kareena yakin
akan kebenaran ajarannya. Syekh Siti Jenar dituduh membocorkan apa yang seharusnya
dirahasiakan.
Dari tuduhannya itu, nyata bahwa sebenarnya para wali lainnya membenarkan
ajarannya dan dalam hatinya juga mengikuti aliran Syekh.Namun, ajaran itu khusus hanya
diperuntukkan bagi mereka yang telah lanjut ilmunya.Pembeberan rahasia yang pelik kepada
yang umum, itulah pokok kesalahan Syekh Siti Jenar.Inti ajaran wujudiyyah, yang juga
disebut emanasi, ialah bahwa segala ilahi.Manusia adalah salah satu wujud yang terdapat di
dunia.Jadi, manusia adalah percikan sinar ilahi.Karena sinar ilahi adalah Allah sendiri, maka
manusia adalah persamaan dengan Allah.
Pada hakikatnya, ajaran wujudiyyah tidaklah beda dengan ajaran para resi dan pendeta
Budha mengenai taraf tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia dalam kehidupan manusia.
Agama Hindu telah meresap di masyarakat Jawa.Kebo Kanigara tetap pada pendiriannya
untuk memeluk agama Hindu, meskipun Kerajaan Hindu Jawa.Majapahit telah runtuh dan
Negara Islam Demak telah berdiri. Kebo Kenanga, yang telah masuk Islam, menerima
ajaran wujudiyyah yang dibeberkan Syekh Siti Jenar. Demikianlah dapat dikatakan, bahwa
dimasyarakat Hindu Jawa, filsafat wujudiyyah dianggap sebagai kelanjutan filsafat Hindu
dalam wadah lain. Kesediaan Syekhh Siti Jnar menjalani hukuman bakar meemberi kesan
yang mendalam pada orang-orang Jawa bekas Majapahit, kesediaan yang demikian
memberikan kepada para pengikutnya bahwa ajarannya memang benar. Kematian Syekh
Siti Jenar dianggap pembelaan terhadap kebenaran ajarannya.5
 Ronggowarsito
Ronggowarsito berasal dari keluarga bangsawan keraton Surakarta. Dari garis
ayahnya, ia adalah keturunan ke -10 dari Sultan Hadiwijoyo, pendiri kerajaan Pajang.
Sedangkan dari garis keturunan ibu adalah keturunan ke-13 dari Sultan Trenggono, raja
Demak ketiga. Sebenarnya Ronggowarsito adalah sebuah gelar. Sedangkan nama aslinya
adalah Bagus Burham. Raden Ngabehi Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus
Burham adalah putra dari RM. Ng. Pajangsworo dan Nyai Ajeng Ronggowarsito. Sumber
untuk mengenal kehidupan Ronggowarsito yang sebenarnya sukar didapati. Beliau lahir
pada pada 14 Maret tahun 1802 bertepatan dengan tahun meninggalnya kakek buyutnya
yaitu Yasadipura I dan wafat pada tahun 1873 di desa Palar dimana dia dulu dibesarkan.
Ronggowarsito (Bagus Burham) tumbuh dan besar dari keluarga yang akrab dengan dunia
sastra dan tulisan_sesuatu yang dianggap langka pada kala itu. Ayahnya Panjangsworo atau
Ronggowarsito II yang menjadi juru tulis kerajaan. Sedangan kakeknya, Sastronagoro atau
Ronggowarsito I adalah pujangga kerajaan. Sedangkan kakek buyutnya Yosodipuro I adalah
seorang pujangga besar. Namanya tercatat dalam tita emas dalam sejarah kesusastraan dan
bukan hanya di Surkarta, ia adalah penulis yang banyak menghasilkan karya, baik orisinal
maupun adaptasi terhadap tulisan-tulisan kuno dari khazanah sastra yang ada di tanah Jawa
maupun dari manca negara.

Ajaran dan Karyanya


Ronggowarsito terbilang penulis produktif. Karya-karyanya sudah ada yang di cetak
bahkan dicetak ulang lagi, ada pula yang masih berupa manuskrip yang berterbangan
berbagai tempat. Karya-karya Ronggowarsito, sudah ada yang diterbitkan, sehingga mudah
disebarkan. Di antara karya-karyanya ada juga yang tidak diberi judul. Oleh Karen itu para
penerbit memberi judul yang sesuai dengan isi yang terkandumg di dalamnya. Misalnya
Wirid Hidayat Jati, ada yang memberi judul Serat Wirid ada pula yang member judul

5
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Pemikiran Mutiara Sufi Terkemuka, (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), hlm. 59-71.
Hidayat Jati. Karena dia adalah seorang pujangga istana, maka karya-karyanya banyak
dipersembahkan kepada raja. Ronggowarsito adalah pujangga yang banyak dikagumi para
pencinta kepustakaan Jawa, maka banyak pula yang menyebar di tenggah-tenggah
masyarakat. Dalam perpustakaan musium Sanabudaya Yogyakarta; banyak terdapat hasil
karya Ronggowarsito.Menurut Karkono Parta Kusuma, jumlah karya-karya Ronggowarsito
tidak kurang lebih 50 karangan, antara lain: Bambang Dwihastha : cariyos Ringgit Purwa,
Bausastra Kawi atau Kamus Kawi – Jawa, beserta C.F. Winter sr, Sajarah Pandhawa lan
Korawa : miturut Mahabharata, beserta C.F. Winter sr, Sapta dharma, Serat Aji Pamasa,
Serat Candrarini, Serat Cemporet, Serat Jaka Lodang, Serat Jayengbaya, Serat Kalatidha,
Serat Panitisastra, Serat Pandji Jayeng Tilam, Serat Paramasastra, Serat Paramayoga, Serat
Pawarsakan, Serat Pustaka Raja, Suluk SalokaJiwa, Serat Wedaraga, Serat Witaradya, Sri
Kresna Barata, Wirid Hidayat Jati, Wirid Ma'lumat Jati, Serat Sabda Jati,dan banyak lagi
karya Ronggowarsito yang lain.
1. Karya yang Berkenaan dengan Spiritual (Mistik)

Di antara sekian banyak karya-karya Ronggowarsito, ada beberapa karyanya yang


berkenaan dengan spiritual atau mistrik dan bahkan karya ini adalah inti dari ajaran
ketuhanan Ronggowarsito yaitu:

a. Suluk Jiwa atau Suluk Saloka Jiwa

Serat; Suluk Jiwa atau Suluk Saloka Jiwa adalah karya Ronggowarsito yang telah
diterbitkan oleh percetakan Albert Rusche, Surakarta 1915. Sebuah risalah kecil yang memuat
cerita simbolik yang meriwayatkan Tuhan Wisnu menyerupakan diri sebagai seorang tokoh
bernama Sulaiman yang berangkat ke Turki untuk memperlajari Tasawuf. Dalam isi suluk ini
menceritakan pembicaraan ajaran ma’rifat para wali tentang wujud dan tentang awal
penciptaan, serta tiga jenis istana.Adapun ajaran yang dimusyawarahkan dalam cerita
tersebut, ternyata merupakan cuplikan ajaran dari Serat Wirid Hidayat Jati. Dalam Sulok
Saloka Jiwa ajaran ketuhanan dalam Wirid Hiayat Jati yang abstrak disajikan dengan cara
lebih konkret. Yaitu dalam bentuk soal-jawab dengan sekar macapat. Jadi pokok-pokok ajaran
Wirid Hidayat Jati yang dirumuskan dalam sekar macapat, diuraikan kembali dengan bentuk
tanya jawab para ahli-ahli makrifat.
b. Serat Pamoring Kawulo Gusti

Isinya berbicara mengenai zikir dan larut dalam kontemplasi dan perenungan kepada
Allah SWT. dengan hati penuh rindu. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di alam
terpancar dari kehendak Allah SWT. Mereka yang mendapat anugerah rahmat dan hidaya-
Nya, maka kelak akan bersatu denganNya, dalam arti bersama-Nya dan tentu yang demikian
halnya memperoleh citacitanya dan selalu bersama dalam menjalankan tugas.Dalam Serat
Pamong Kawulo Gusti juga diutarakan pokok ajaran Wirid Hidayat Jati, bahwa manusia
tersusun atas tujuh martabat manusia: jasad (badan), budi (akal), nafsu (jiwa), ruh (suksma),
sir (rahsa), nur, dan hayu (kehidupan).

c. Suluk Lukma Lelana

Sebuah risalah ini memuat motivasi untuk membentuk budi perketi luhur. Terdapat
pula uraian mengenai pengorbanan Imam Ali Zain Al-Abidin Ibnu Husain r.a. Suluk Sukma
Lelana ini isinya menceritakan perjalanan seorang santri bernama Sukma Lelana. Tujuanya
berguru ilmu sangkan-paran (ketuhanan) kepada seorang guru kebatinan yang bernama Syekh
Iman Suci di Arga (bukit) Sinai. Cerita ini melambangkan perjalanan jiwa manusia dalam
menuju makrifat kepada Tuhan.

d. Serat Paramayoga

Serat Paramayoga adalah karya Ronggowarsito yang berbentuk jarwo atau prosa,
berhuruf dan berbahasa Jawa Krama. Di samping itu Ronggowarsito menyusun Serat
Jitapsara, isinya sama dengan Paramayoga. Risalah ini juga menyinggung martabat wujud
dengan menetapkan adanya dualisme antara wujud Tuhan pencipta dengan makhluk. Paham
ini pun tidak lepas dari ajaran Ibnu Arabi yang menurut Al-‘Affi menganut paham wujud
tunggal sehingga apapun yang terjadi di dunia hanyalah manifestasi Tuhan.Diterangkan
bahwa Bathara Guru menjadi raja triloka atau tiga alam. Yakni alam tengah (dunia), alam
bawah dan alam atas. Alam atas dan alam bawah dinamakan alam adam-makdum, yaitu alam
kajiman tempat makhluk rohani.
e. Serat Wirid Hidayat Jati atau Serat Hidayat Jati

Risalah ini sebagaimana pengakuan pengarangnya merupakan sari pati ilmu makrifat
yang diajarkan delapan wali di Jawa. Keistimewaan lainnya, Wirid Hidayat Jati ini disusun
dalam bentuk jarwa atau prosa. Isi kandungannya diusahakan untuk menjadi kitab mistik yang
cukup lengkap, padat dan bulat. Serat Wirid Hidayat Jati yang diterbitkan oleh Administrasi
Jawi Kandha, yang isinya meliputi:

1. Upacara dan perlengkapan sajian yang harus diselenggarakan oleh seorang guru yang
akanmengajarkan ilmu mistik dan uraian bab guru dan murid.

2. Ajaran tentang Tuhan dan hubungan antara Dzat, sifat, asma dan af'al Tuhan.

3. Uraian tentang cita kesatuan antara manusia dengan Tuhan.

4. Jalan untuk mencapai penghayatan ghaib dan kesatuan dengan Tuhan.

5. Uraian tentang penciptaan manusia dan hakikat manusia.6

6
Rangga Ramdansyah, Filsafat Ketuhanan Raden Ngabehi Ronggowarsito, Aqidah Filsafat Fakultas
Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel, 2009, hlm. 20
KESIMPULAN

Berdirinya kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dengan kondisi Pasai yang
menjadi daerah persinggahan para penyebar Islam dari Tanah Arab. Ketika Pasai sedang
mengalami kemunduran pada abad ke-16 M., terutama setelah Malaka di rebut Protugis, maka
Jawa mulai mencatat sejarah barunya dalam hal sejarah dan pemikiran Keislaman.
Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan Wali Songo
khususnya di Pulau Jawa, dan juga Syekh Siti Jenar dan Rogowarsito. Cara Wali Songo
dalam menyebarkan agama Islam di Jawa kebanyakan dengan Kesenian. Jalut yang mereka
tempuh dalam menyebarkan ajaran Islam antara lain adalah, jalur perdagangan dan pelayaran.
Mulai berdiri kerajaan Islam di Jawa pada abad ke-16, tetapi jika dilihat datangnya
Islam ke Pulau Jawa bisa di perkirakan sejak abad ke-11, yakni dibuktikan dengan adanya
penemuan nisan kubur di Leran (Gresik) dalam huruf kufi yang memuat nama Fatimah binti
Maimun bin Hibatullah yang wafat tahun 475 H/1082 M. Atas dasar ini, terlepas apakah
sudah membentuk kerajaan atau belum, tetapi harus diaki bahwa Pulau Jawa sejak abad ke-11
sudah kedatangan Islam. Hal ini tentu sejalan dengan keramaian jalur pelayaran seperti telah
diberitakan oleh berbagai sumber baik dari sumber-sumber China, maupun sumber Muslim.
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2016. Sejarah Islam Nusantara. Jogjakarta: Diva Press.


Mulyati, Sri. 2006. Tasawuf Nusantara Pemikiran Sufi Terkemuka. Jakarta: Prenada
Media Group.
Ramdansyah, Rangga. 2009. Filsafat Ketuhanan Raden Ngabehi Ronggowarsito.
Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin. IAIN Sunan Ampel.
Solihin, M. 2005, Melacak Pemikiran Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Turmudzi, Imam. 2011. Gus Dur Wali Kesepuluh. Jombang: Zahra Book.
NOTULENSI PRESENTASI MAKALAH

Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf


Jurusan/Kelas : PBA B
Kelompok ke : 9
Judul Makalah : Sejarah Proses Islamisasi di Jawa

1. Nama Penanya : Dian Ifana Safitri


NIM Penanya : 2219067
Nama Penjawab (Pemakalah) : Citra Dwi Saputri
NIM Penjawab (Pemakalah) : 2219068
Pertanyaan : Asal mula terbentuknya Walisongo dan kenapa
orangnya itu ?

Jawaban : Di dalam buku ATLAS WALI, Walisongo yang


terkenal saat ini adalah pada fase keempat, pada fase sebelumnya juga, walinya
berjumlah sembilan dalam maksud wali yang amar ma'ruf nahi munkar dengan
berdakwah. Bukan orangnya yang hanya itu-itu saja, tetapi itu memang dari silsilah
keluarga ( dalam satu keturunan ).

Tambahan/Sanggahan:
1. Nama/NIM : Arwani Adi Rahman ( 2219046 )

2. Nama Penanya : Rizqiyatul Khasanah


NIM Penanya : 2219049
Nama Penjawab (Pemakalah) : Nailus Sa'adah
NIM Penjawab (Pemakalah) : 2219053
Pertanyaan : Dalam keterangan Syekh Siji Jenar, ada buku yang
ditulis oleh Abdul Munir Mulkhan, apa isi dari buku tersebut ?

Jawaban : Buku Syekh Siti Jenar "Pergumulan Islam-Jawa", ini


mengupas secara dalam ketegangan intern islam, antar golongan mayoritas "dewan
wali" berhadapan dengan golongan minoritas Syekh Siti Jenar dan pengikutnya untuk
menentukan kebenaran teologis yang mereka pertentangkan. Tapi lebih dari itu,
mereka bertarung juga karena kehendak memperoleh pengaruh, kehendak untuk
"eksis" secara politis, meskipun bukan pula mustahil dibalik semua kenyataan yang
tergelar, terselip pula motif keagamaan ibadah secara tulus untuk memenuhi panggilan
suci yang mereka yakini kebenarannya.
3. Nama Penanya : Fatimatuz Zahro
NIM Penanya : 2219048
Nama Penjawab (Pemakalah) : Irwandi Yuliansyah
NIM Penjawab (Pemakalah) : 2219078
Pertanyaan : Serat Wirid Hidayat Jati karya Ronggowarsito itu
bentuknya syi'ir, puisi atau apa ?

Jawaban : Wirid Hidayat Jati ini disusun dalam bentuk jarwa atau
prosa atau biasa kita kenal dengan puisi. Isi kandungannya diusahakan untuk menjadi
kitab mistik yang cukup lengkap, padat dan bulat. Salah satu isinya yaitu tentang
uraian cita kesatuan antara manusia dengan Tuhan.

4. Nama Penanya : Muhammad Izzan Fuadil Aufa


NIM Penanya : 2219057
Nama Penjawab (Pemakalah) : Mutia Alfina Zahro
NIM Penjawab (Pemakalah) : 2219128
Pertanyaan : Apakah Raja Brawijaya itu masuk islam dan apakah
dalam penyebarannya Syeh Maulana Malik Ibrahim sudah menggunakan ajaran sufi?

Jawaban : Dalam upaya mengislamkan kerajaan Majapahit Syeh


Maulana Malik Ibrahim dengan Raja Cermain dan putri nya Dewi telah berhasil
mengislamkan sebagian rakyat diwilayah Gresik kemudian Syeh Maulana Malik
Ibrahim berusaha mengislamkan Raja Brawijaya yang merupakan Raja Majapahit.
Namun Raja Brawijaya mau masuk islam dengan syarat Dewi Mau menikah dengan
nya, namun Dewi tidak mau, akhirnya Raja Brawijaya belum berkenan masuk islam.
Namun pada masa Sunan Kalijaga, Raja Brawijaya mendapat nasehat-nasehat
akhirnya Raja Brawijaya masuk islam.
Dan ajaran yg disampaikan Syeh Maulana Malik Ibrahim sudah menggunakan ajaran
sufi.

Anda mungkin juga menyukai