Anda di halaman 1dari 14

Jumlah Tarekat sangat banyak, akan tetapi yang memiliki jemaah yang cukup ramai dan tersebar luas

di banyak negara di seluruh dunia sampai kini ada tujuh, yaitu: 1. Tarekat Khalawatiyah 2. Tarekat Naksyabandiyah 3. Tarekat Qadiriyah 4. Tarekat Rifayah 5. Tarekat Sammaniyah 6. Tarekat Syaziliyah 7. Tarekat Tijaniyah 1. Tarekat Khalawatiyah Cabang dari Tarekat Aqidah Suhrardiyah yang didirikan di Baghdat oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi. Mereka menamakan diri golongan Siddiqiyah karena mengklaim sebagai keturunan kahlifah Abu Bakar r.a. Khalawatiyah ini didirikan di Khurasan oleh Zahiruddin dan berhasil berkembang sampai ke Turki. Tidak mengherankan jika Tarekat Khalawatiyah ini banyak cabangnya antara lain; Tarekat Dhaifiyah di Mesir dan di Somalia dengan nama Salihiyah. Tarekat Khalawatiyah ini membagi manusia menjadi tujuh tingkatan: a. Manusia yang berada dalam nafsul ammarah Mereka yang jahil, kikir, angkuh, sombong, pemarah, gemar kepada kejahatan, dipengaruhi syahwat dan sifat-sifat tercela lainnya. Mereka ini bisa membebaskan diri dari semua sifat-sifat tidak terpuji tersebut dengan jalan memperbanyak zikir kepada Allah SWT dan mengurangi makan-minum. Maqam mereka adalah aghyar, artinya kegelap-gulitaan. b. Manusia yang berada dalam nafsul lawwamah Mereka yang gemar dalam mujahaddah (meninggalkan perbuatan buruk) dan berbuat saleh, namun masih suka bermegah-megahan dan suka pamer. Cara untuk melenyapkan sifat-sifat buruk tersebut adalah mengurangi makan-minum, mengurangi tidur, mengurangi bicara, sering menyendiri dan memperbanyak zikir serta berpikir yang baikbaik. Maqam mereka adalah anwar, artinya cahaya yang bersinar. c. Manusia yang berada dalam nafsul mulhamah Mereka yang kuat mujahaddah dan tajrid, karena ia telah menemui isyarat-isyarat tauhid, namun belum mampu melepaskan diri dari hukum-hukum manusia. Cara untuk melepaskan kekurangannya adalah dengan jalan menyibukkan batinnya dalam Hakikat Iman dan menyibukkan diri dalam Syariat Islam. Maqam mereka adalah kamal, artinya kesempurnaan.

d. Manusia yang berada dalam nafsul muthmainnah Mereka yang tidak sedikit pun meninggalkan ajaran Islam, mereka merasa nyaman jika berakhlak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan merasa belum tentram hatinya jika belum mengikuti petunjuk dan sabda Beliau. Manusia seperti ini sangat menyenangkan siapa pun yang melihatnya dan mengajaknya berbicara. e. Manusia yang berada dalam nafsul radhiyah Mereka yang sudah tidak menggantungkan diri kepada sesama manusia, melainkan hanya kepada Allah SWT. Mereka umumnya sudah melepaskan sifat-sifat manusia biasa. Maqam mereka adalah wisal, artinya sampai dan berhubungan. f. Manusia yang berada dalam nafsul mardhiyah Mereka yang telah berhasil meleburkan dirinya ke dalam kecintaan khalik dan khalak, tidak ada penyelewengan dalam syuhudnya. Ia menepati segala janji Tuhan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Maqam mereka adalah tajalli afal, artinya kelihatan Tuhan. g. Manusia yang berada dalam nafsul kamillah Mereka yang dalam beribadah menyertakan badannya, lidahnya, hatinya dan anggotaanggota tubuhnya yang lain. Mereka ini banyak beristighfar, banyak ber-tawadhu (rendah hati atau tidak suka menyombongkan diri). Kesenangan dan kegemarannya adalah dalam tawajjuh khalak. Maqam mereka adalah tajalli sifat, artinya tampak nyata segala sifat Tuhan. 2. Tarekat Naksyabandiyah Pendiri Tarekat Naksyabandiyah ialah Muhammad bin Bahauddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan kemudian terkenal dengan Arifan, beberapa kilometer dari Bukhara. Pendiri Tarekat Naksyabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata Uwais ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi. Tarekat Naksyabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan. Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Tarekat ini, yaitu: a. Tobat b. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya) c. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja) d. Taqwa

e. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT) f. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah) Hukum yang dijadikan pegangan dalam Tarekat Naksyabandiyah ini juga ada enam, yaitu: a. Zikir b. Meninggalkan hawa nafsu c. Meninggalkan kesenangan duniawi d. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh e. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT f. Mengerjakan amal kebaikan 3. Tarekat Qadiriyah Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Sebagaimana Tarekat yang lain, Qadiriyah juga memiliki dan mengamalkan zikir dan wirid tertentu. Sejak kecil, Syeikh Abdul Qadir telah menunjukkan tanda-tanda sebagai Waliyullah yang besar. Ia adalah anak yang sangat berbakti pada orang tua, jujur, gemar belajar dan beramal serta menyayangi fakir miskin dan selalu menjauhi hal0hal yang bersifat maksiat. Ia memang lahir dan dididik dalam keluarga yang taat karena ibunya yang bernama Fatimah dan kakeknya Abdullah Sumi adalah wali Allah SWT. Syeikh Abdul Qadir Jailani dikaruniai oleh Allah SWT keramat sejak masih muda, sekitar usia 18 tahun. Dikisahkan dalam manaqib (biografi) beliau bahwa ketika ia akan membajak sawah, sapi yang menarik bajak mengatakan kepadanya, Engkau dilahirkan ke dunia bukan untuk kerja begini. Peristiwa yang mengejutkan ini mendorongnya untuk bergegas pulang. Ketika ia naik ke aatas atap rumah, mata batinnya melihat dengan jelas suatu majelis yang sangat besar di Padang Arafah. Setelah itu ia memohojn kepada ibunya agar membaktikan dirinya kepada Allah SWT dan berkenan mengirimkannya ke kota Baghdad yang kala itu menjadi pusat ilmu pengetahuan yang terkenal bagi kaum muslimin. Dengan sangat berat hati ibunya pun mengabulkannya. Suatu hari bergabunglah Abdul Qadir Jailani dengan kafilah yang menuju Baghdad. Ketika hampir sampai di tujuan, kafilah ini dikepung oleh sekawanan perampok. Semua harta benda milik kafilah dirampas, kecuali bekal yang dibawa oleh Abdul Qadir Jailani. Salah seorang kawanan perampok kemudian mendatanginya dan bertanya, Apa yang engkau bawa? Dengan jujur Abdul Qadir Jailani menjawab, Uang empat puluh dinar.

Perampok itu membawa Abdul Qadir Jailani menghadap pimpinannya dan menceritakan tentang uang empat puluh dinar. Pemimpin perampok itu pun segera meminta uang yang empat puluh dinar tadi, namun ia merasa terpesona oleh kepribadian Abdul Qadir Jailani. Mengapa engkau berkata jujur tentang uang ini? Dengan tenang Abdul Qadir Jailani, Saya telah berjanji kepada ibu untuk tidak berbohong kepada siapapun dan dalam keadaan apapun. Seketika pemimpin perampok tersebut terperangah, sejenak kemudian ia menangis dan menyesali segala perbuatan zalimnya. Mengapa saya berani terus-menerus melanggar peraturan Tuhan, sedangkan pemuda ini melanggar janji pada ibunya sendiri saja tidak berani. Ia kemudian memerintahkan semua barang rampasan kepada pemiliknya masing-masing dan sejak itu berjanji untuk mencari rezeki dengan jalan yang halal. Semasa Abdul Qadir Jailani masih hidup, Tarekat Qadiriyah sudah berkembang ke beberapa penjuru dunia, antara lain ke Yaman yang disiarkan oleh Ali bin Al-Haddad, di Syiria oleh Muhammad Batha, di Mesir oleh Muhammad bin Abdus Samad serta di Maroko, Turkestan dan India yang dilakukan oleh anak-anaknya sendiri. Mereka sangat berjasa dalam menyempurnakan Tarekat Qadiriyah. Mereka pula yang menjadikan tarekat ini sebagai gerakan yang mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk keperluan amal sosial. 4. Tarekat Rifayah Pendirinya Tarekat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Bathaihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafii. Dalam usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar. Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam. 5. Tarekat Sammaniyah Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan Syeikh Muhammad Saman, seorang guru masyhur yang mengajarkan Tarekat di Madinah. Banyak orang Indonesia terutama dari Aceh yang pergi ke sana mengikuti pengajarannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika Tarekat ini tersebar luas di Aceh dan terkenal dengan nama Tarekat Sammaniyah. Sebagaimana guru-guru besar Tasawuf, Syeikh Muhammad Saman terkenal akan kesalehan, kezuhudan dan kekeramatannya. Salah satu keramatnya adalah ketika Abdullah Al-Basri karena melakukan kesalahan dipenjarakan di Mekkah dengan kaki dan leher di rantai. Dalam keadaan yang tersiksa, Al-Basri menyebut nama Syeikh

Muhammad Saman tiga kali, seketika terlepaslah rantai yang melilitnya. Kepada seorang murid Syeikh Muhammad Saman yang melihat kejadian tersebut, Al-Basri menceritakan, kulihat Syeikh Muhammad Saman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus. Perihal awal kegiatan Syeikh Muhammad Saman dalam Tarekat dan Hakikat, menurut Kitab Manaqib Tuan Syeikh Muhammad Saman, adalah sejak pertemuannya dengan Syeikh Abdul Qadir Jailani. Kisahnya, di suatu ketika Syeikh Muhammad Saman berkhalwat (bertapa) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datang Syeikh Abdul Qadir Jailani membawakan pakaian jubah putih. Ini pakaian yang cocok untukmu. Ia kemudian memerintahkan Syeikh Muhammad Saman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya. Konon semula Syeikh Muhammad Saman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah SAW menyebarkannya dalam kota Madinah. Tarekat Sammaniyah juga mewiridkan bacaan zikir yang biasanya dilakukan secara bersama-sama pada Malam Jumat di masjid-masjid atau mushalla sampai jauh tengah malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh Syeikh Muhammad Saman yang diikuti oleh murid-muridnya sebagai Tarekat antara lain adalah shalat sunnah Asyraq dua rakaat, shalat sunnah Dhuha dua belas rakaat, memperbanyak riadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT) dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. 6. Tarekat Syaziliyah Pendiri Tarekat Syaziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Tentang arti kata Syazili pada namanya yang banyak dipertanyakan orang kepadanya, konon ia pernah menanyakannya kepada Tuhan dan Tuhan pun memberikan jawaban, Ya Ali, Aku tidak memberimu nama Syazili, melainkan Syazz yang berarti jarang karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Apalagi setelah ia berguru pada dua ulama besar Abu Abdullah bin Harazima dan Abdullah Abdussalam ibn Masjisy yang sangat meneladani khalifah Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib. Dalam jajaran sufi, Ali Syazili dianggap seorang wali yang keramat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa ia pernah mendatangi seorang guru untuk mempelajari suatu ilmu. Tanpa basa-basi sang guru mengatakan kepadanya, Engkau mendapatkan ilmu dan petunjuk beramal dariku? Ketahuilah, sesungguhnya engkau adalah salah seorang guru ilmu-ilmu tentang dunia dan ilmu-ilmu tentang akhirat yang terbesar. Kemudian pada suatu waktu, ketika ingin menanyakan tentang Ismul Azam kepada gurunya, seketika ada seorang anak kecil datang kepadanya, Mengapa engkau ingin menanyakan tentang Ismul Azam kepada gurumu? Bukankah engkau tahu bahwa Ismul Azam itu adalah engkau sendiri?

Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan: a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat. b. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lainlain. c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya. d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. e. Membaca shalawat minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. 7. Tarekat Tijaniyah Pendiri Tarekat Tijaniyah ialah Abdul Abbas bin Muhammad bin Muchtar At-Tijani (17371738), seorang ulama Algeria yang lahir di Ain Mahdi. Menurut sebuah riwayat, dari pihak bapaknya ia masih keturunan Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Keistimewaannya adalah pada saat ia berumur tujuh tahun, Konon Tijani sudah menghapal Alquran, kemudian mempelajari pengetahuan Islam yang lain, sehingga ia menjadi guru dalam usia belia. Ketika naik haji di Madinah, Tijani berkenalan dengan Muhammad bin Abdul Karim AsSamman, pendiri Tarekat Sammaniyah. Setelah itu ia mulai mempelajari ilmu-ilmu rahasia batin. Gurunya yang lain dalam bidang Tarekat ini ialah Abu Samghun AsShalasah. Dari sinilah pandangan batinnya mulai terasah. Bahkan konon dalam keadaan terjaga ia bertemu Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kepadanya beberapa wirid, istighfar dan shalawat yang masing-masing harus diucapkan seratus kali dalam sehari semalam. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan agar Tijani mengajarkan wirid-wirid tersebut kepada semua orang yang menghendakinya. Wirid-wirid yang harus diamalkan dalam Tarekat Tijaniyah sangat sederhana, yaitu terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali dan tahlil seratus kali. Semua wirid tersebut boleh diamalkan dua waktu sehari yaitu pagi setelah Shalat Shubuh dan sore setelah Shalat Ashar. Sumber Tulisan: * Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam; Edisi Senior, Cetakan VIII, Penebar Salam, Jakarta, September 2000 * Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat; Kajian Historis tentang Mistik, Cetakan IX, Ramadhani, Solo, 1993

Ilmu tasauf dan tarekat

Majoriti ulama tidak mewajibkan belajar ilmu tarikat. Mereka berpendapat ilmu tasauf adalah fadhu kifayah. Ilmu yang wajib dipelajari hanyalah ilmu tauhid, fekah. Apapun ilmu tasauf atau tarikat mempunyai kelebihannya seperti ia boleh menghidupkan hati agar mencintai Allah. Cinta itu sebenarnya suci cuma manusia yang mengotorkannya dengan nafsu buruk mereka. Kerana cinta kepada Allah jugalah terhasilnya para ulama dan wali Allah seperti diceritakan dalam kisah Rabiatul Adawiyyah dan Syed Muhyiddin yang sangat cintakan Allah. Perasaan cinta adalah dari Allah, manakala benci pula dari syaitan. Dalam satu hadith disebut sesiapa yang meninggal dunia kerana rindu, dia dikira mati syahid (misalnya seseorang yang merindui keluarganya lalu pulang ke kampungnya dan meninggal dalam perjalanan. Ilmu tarikat juga boleh melemahkan nafsu buruk dan mendekatkan diri kita kepada Allah. Seorang murid bertanya kepada guru tarikatnya Bagaimana hendak mendekatkan diri kepada Allah .Kata guru tarikat itu yang juga seorang wali qutub Allah itu cuma 2 langkah dari kamu. Langkah pertama, pijak nafsu (letak nafsu dibawah tapak kaki), langkah kedua ialah Allah. Dekat atau jauhnya Allah itu juga bergantung kepada keadaan kita. Nafsu buruk yang menjauhkan kita dari Allah:Baqarah [186] Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka) Qaf [16] Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, Waqiah [85] Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat, Berjayalah orang yang membersihkan diri dari nafsu buruk: As-Syams [9] Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Rugilah orang yang mengikut nafsu buruknya:

As-Syams [10] Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). Galakan belajar ilmu tarikat Maidah [35] Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang boleh menyampaikan kepadaNya Carilah jalan iaitu wasilah, perantaraan untuk sampai kepada Allah. Dalam hadith lebih kurang maksudnya Orang dapat kejayaan dengan wasilah, orang dapat kejayaan akhirat juga dengan wasilah. Wasilah yang dimaksudkan ialah ilmu dan didikan (tarbiyah), samada secara zahir (syariat) atau batin (tarikat). Tarikat juga asalnya dari Nabi s.a.w. yang diajar kepada para sahabat, untuk segera dapat kedudukan dan kejayaan disisi Allah. Dalam ilmu tarikat ada 3 jenis fana (tenggelam dalam kasih sayang) iaitu Fana pada guru, Fanapada Nabi s.a.w, Fana pada Allah. Pada permulaan pengajian ilmu tarikat, seorang murid akan fana dengan gurunya. Kemudian gurunya akan menukar hatinya agar ia fana kepada Nabi. Paling akhir ialah fana fillah. Bila sesorang itu mencapai tahap fana fillah ia akan merasakan dirinya terlalu kecil berbanding Allah, sehingga ia merasa lebih kecil dari semut. Selain itu Ahli tariqat juga memikirkan sesuatu kejadian untuk mendekatkan diri mereka dengan Allah. Az-Zariyat [21] Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? Ar-Ruum [8] Patutkah mereka merasa cukup dengan mengetahui yang demikian sahaja dan tidak memikirkan dalam hati mereka, (supaya mereka dapat mengetahui), bahawa Allah tidak menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya itu melainkan dengan ada gunanya yang sebenar dan dengan ada masa penghujungnya yang tertentu, (juga untuk kembali menemui Penciptanya)? Dan sebenarnya banyak di antara manusia, orang-orang yang sungguh ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya

Siapa Yang Boleh Mengenali Dajjal?

oleh Ibnuyaacob

Rasulullah SAW memberi hadith yang banyak sekali tentang Dajjal sebelum baginda wafat. Antara hadith yang masyur ialah yang berkaitan dengan bentuk-bentuk fizikal Dajjal dari hujung rambut hinggalah hujung kaki. Baginda sendiri mengakui dalam suatu hadith yang berbunyi

"Tiada nabi selain diriku yang mengetahui lebih banyak tentang Dajjal."

Ini bermakna, Rasulullah diperlihatkan Allah akan rupa sebenarnya Dajjal itu. Saya percaya Dajjal berselindung disebalik rupa yang palsu sekarang ini atau ketika ia muncul. Jika Dajjal itu mudah dilihat dan dikenali, tidak perlu sebegitu banyak hadith untuk menerangkan tentang Dajjal. Cukuplah sekadar 4 atau 5 hadith.

Berbalik kepada persoalan tadi, "Siapa yang boleh mengenali Dajjal?", saya dengan yakin (InsyaAllah) ingin mengatakan orang yang mampu mengenalinya ialah:

"Ahli Tasawuf atau Ahli Sufi"

Siapa ahli Tasawuf / Sufi ?

Ahli tasawuf merupakan muslim yang menjadi kekasih Allah, sentiasa mendapat keberkatan Allah, dan juga sentiasa dimakbulkan doanya oleh Allah. Ahli tasawuf adalah orang yang dicintai Allah, kecintaan Allah terhadap golongan ini sehingga Allah berkenan menganugerahkan mereka pancaindera yang keenam iaitu membaca hati dan melihat perkara yang dihijab Allah.

Contoh terdekat yang boleh diambil kira ialah Wali Songo yang terdapat di Indonesia suatu ketika dahulu. Pada zaman sekarang, terdapat juga golongan yang mengamalkan tasawuf dan kebanyakannya berada di Kelantan (Malaysia) dan Selatan Thai (Thailand).

Terdapat juga seorang mudir yang dipercayai mencapai taraf wali iaitu Mudir bagi sebuah Pondok pengajian di Pengkalan Hulu, Perak. Beliau dikenali sebagai Pak Teh dan masih hidup sekarang.

Apakah Kelebihan Ilmu Tasawuf?

Kelebihan yang tidak boleh disangkal ialah kebolehan membaca dan menilai hati seseorang tanpa perlu bercakap dengan orang tersebut. Yakni seseorang yang bertaraf wali (Kekasih Allah) itu mampu mengetahui bisikan hati kita dan apa yang kita niatkan di dalam hati.

Contoh terdekat ialah Allahyarham Hj Ahmad Badawi di Kepala Batas, Pulau Pinang. Beliau menubuhkan sebuah madrasah yang bernama Madrasatul Daeratul Maarifil Wataniah dan masih wujud sehingga sekarang. Beliau juga bapa kepada Perdana Menteri Malaysia.

Kewalian beliau (Ahmad Badawi) diakui oleh bekas-bekas pelajar madrasah tersebut. Menurut mereka, Hj Ahmad Badawi mampu membaca isi hati seseorang terutamanya pelajar-pelajar didikannya. Pernah suatu ketika apabila tiba waktu pendaftaran pelajar baru, beliau menghalau seorang pelajar kerana mengetahui niat sebenar pelajar tersebut.

Menurut bekas pelajar yang saya temui, rakan mereka (yang dihalau) itu bukan datang dengan niat untuk belajar tetapi datang dengan sebab 'terpaksa' dan 'dipaksa' oleh ibu bapa mereka. Bagi mengelakkan timbul masalah dikemudian hari, Hj Ahmad Badawi tidak membenarkan pelajar itu mendaftar.

Menurut mereka lagi, semasa sedang belajar, semua pelajar boleh mendengar hentakan kaki beliau dari jarak lebih 50 meter. Sedangkan tubuh badan beliau hanyalah kecil dan tidak mungkin tapak kakinya mampu mengeluarkan bunyi hentakan yang kuat sebegitu rupa seolah-olah badannya mempunyai berat melebihi 200kg.

Amalan Ilmu Tasawuf

Pengamalan ilmu-ilmu tasawuf boleh dilakukan oleh sesiapa sahaja tanpa mengira status keilmuan agama. Ilmu ini hanya mendampingi orang-orang yang tidak cintakan dunia dan rindu akan akhirat. Kecintaan ini tidak ditonjolkan melalu ucapan sahaja tetapi merangkumi seluruh gaya hidup individu tersebut.

Apakah itu Tasawuf

Islam itu terdiri daripada 3 tiang agama, yang pertamanya ialah Tauhid, kedua ialah Fekah dan ketiga ialah Tasawuf. Mana-mana muslim harus mempelajari Islam berdasarkan turutan ini, bermula dengan mengenali tuhan melalui ilmu Tauhid, kemudian ilmu sosial, fardhu ain dan syariah melalui Fekah. Dan akhir sekali mempelajari Tasawuf sebagai menjaga hati agar tidak tergoda dengan nafsu dunia.

Ilmu ini tidak boleh dipelajari secara teori sahaja walaupun terdapat banyak buku-buku di kedai yang membicarakan tentangnya. Ilmu ini juga tidak boleh dipelajari sendiri kerana bimbang hati akan mudah tertipu dengan helah syaitan.

Walaupun mata pelajaran Tasawuf ada diwujudkan di peringkat universiti sama ada dalam atau luar negara. Objektif pembelajaran ilmu tersebut hanyalah sekadar pendedahan dan maklumat bukannya pengamalan.

Untuk mengamalkan ilmu-ilmu Tasawuf, seseorang haruslah mendapatkan seorang guru yang benarbenar alim dan mursyid dalam ilmu ini. Perlu juga diselidiki latar belakang guru tersebut kerana terdapat juga dikalangan orang Islam yang mengambil kesempatan menerapkan ajaran-jaran sesat terhadap penuntut-penuntut mereka.

Ringkasan Pencapaian Ilmu Tasawuf

Di dalam bidang pendidikan sekular sekarang ini, kepandaian pendidikan diukur dengan meletakkan tahap-tahap anugerah akademik seperti berikut:

1.. Diploma (Dip) 2.. Ijazah dan Ijazah Lanjutan (Bec) 3.. Sarjana dan Sarjana Lanjutan (MA) 4.. Doktor Falsafah (PhD) Pemegang status ke-4 akan dianggap supreme dalam bidang ilmunya. Segala apa yang dilihat, diucap, dikaji atau diputuskan akan lebih diambil kira oleh masyarakat mahupun pemerintah.

Dalam ilmu tasawuf, pengamalan ilmu-ilmunya mempunyai tahap-tahap yang hampir serupa dengan pendidikan sekular. Cuma penetapan untuk mengejar tahap tertinggi bukanlah bertujuan untuk mendapat jawatan dan nama dikalangan masyarakat, ianya lebih kepada mengejar status sebagai kekasih Allah tanpa pengetahuan orang ramai.

Berikut ialah tahap-tahap status pengamal ilmu tasawuf:

1.. Nafsu Lawwamah 2.. NAfsu Mutmainnah 3.. Nafsu Mardiah 4.. Insan Nur Kamil Tahap tertinggi adalah nafsu yang dipunyai oleh para Nabi, sahabat, imam-imam mazhab dan ulamaulama yang mursyid. Sekiranya tahap ini boleh dicapai, maka Allah akan mengurniakan keredhaan pada insan terssebut dan kebiasaannya menganugerahkan keramat-keramat yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Contohnya, Imam as-Syafie telah dianugerahkan Allah dapat melihat dosa-dosa yang berguguran daripada seseorang yang sedang mengambil wudhu'. Selain itu, beliau juga dapat melihat bagaimana syaitan-syaitan menggoda seseorang daripada melakukan ibadat.

Dajjal Takutkan Golongan Tasawuf

Dajjal sedar golongan ini adalah ahli ibadah, ahli zikir, ahli rohani yang tidak mudah terpdedaya dengan harta dunia. Dajjal tahu golongan ini dikurniakan Allah keistimewaan tertentu yang tiada pada manusia lain hatta ulama Tauhid atau ulama Fekah.

Keistimewaan pengamal Tasawuf ialah mereka dianugerahkan Allah untuk dapat membaca hati seseorang, melihat benda-benda ghaib, keramat, dan sebagainya. Dengan adanya individu-individu seprti ini, sudah pasti sukar untuk Dajjal berselindung disebalik rupa tiruan yang bakal dihasilkannya untuk muncul di tengah-tengah masyarakat.

Maka, sebagai langkah berjaga-jaga dan supaya proses kemunculannya (Dajjal) kelak berjalan lancar, doktrin-doktrin yang menghalang perkembangan ilmu ini perlu dijana terlebih dahulu. Tindakan mengecam pengamalan ilmu ini harus dilakukan dengan teliti dan terancang. Oleh itu, medium yang paling kukuh untuk digunakan ialah sarjana-sarjana agama uma Islam itu sendiri.

Proses Menghalang Amalan Tasawuf oleh Dajjal

Salah satu ibadah wajib bagi pengamal tasawuf ialah mengadakan majlis-majlis zikir seumpama yang diamalkan oleh kebanyakan tarekat. Ucapan zikir secara berjemaah sebanyaka beratus-ratus ribu sehari mampu mengubah hati dan menjernihkan roh seseorang itu.

Menurut Imam Habib Abdullah Haddad, kumpulan ahli Tarekat Tasawuf lebih suka memilih berzikir dengan mengangkat suara dan berkumpul beramai-ramai. Ini berdasarkan sebuah hadith yang bermaksud;

"Allah SWT sentiasa mengirim para Malaikat-Nya yang mengelilingi bumi untuk mengunjungi majlismajlis zikir. Maka Allah berkata kepada para MalaikatNya: Saksikanlah bahawa Aku telah mengampuni mereka itu, dan Aku telah memberikan apa yang mereka pohonkan, dan Aku telah melindungi mereka dari apa yang mereka pohon perlindungan. ."

Maka cara Dajjal menghalang ibadah ini ialah dengan mengeksploitasi mazhab ciptaan Dajjal iaitu Wahabi. Telah saya terangkan sebelum ini akan keberkaitan Wahabi dan Freemason. Pendokong Wahabi mengharamkan majlis-majlis zikir, doa selepas solat jemaah, talqin dan tahlil. Semua itu dianggap bidaah.

Tiada ungkapan lain yang dipromosi oleh Wahabi melainkan BIDAAH, BIDAAH dan BIDAAH.

Ungkapan 'bidaah' di mulut-mulut ulama Wahabi adalah senjata Dajjal melalui bisikan jin-jin pendamping ulama'-ulama' tersebut. Dajjal tidak duduk bermesyuarat dengan ulama-ulama' ini. Cara terbaik adalah dengan menggunakan jin pendamping setiap ulama Wahabi tersebut.

(Persoalan jin pendamping atau qarin ini bolehlah dibaca pada buku Muhammad Isa Dawud yang bertajuk "Dialog Dengan Jin Islam", atau buku-buku karangan Dato' Ismail Kamus atau buku-buku Syeikh Muhammad Abduh al-Maghauri)

Adakah Proses Ini Berjaya?

Ya. kejayaan Dajjal dalam proses (strategi) ini berjaya lebih kurang 80 %. Umat Islam berjaya diyakinkan bahawa Tasawuf itu sesat dan Tarekat itu adalah ajaran sesat. Tambahan pula kebanyakan umat Islam yang berpandangan demikian langsung tidak pernah mempelajari tasawuf dan tarekat.

Sedangkan kedua-dua aspek tersebut saling melengkapi antara satu sama lain. Saya tidak mahu berbicara panjang apa itu tasawuf dan tarekat kerana ia salah satu cabang ilmu yang wajib dipelajari leh umat Islam khususnya bagi mereka yang belajar di Al-Azhar, Mesir.

Cara Mengenali Dajjal Adalah Dengan Mempelajari Tasawuf

Inilah cara paling berkesan untuk mengenali Dajjal. Seseorang itu boleh dikenali nilai kejahatan sebenarnya jika kita mempunyai ilmu pengesan gerak hati. Ilmu ini hanya terkandung dalam ajaran tasawuf bukannya Tauhid dan Fekah. Jika anda berjaya menghafal al-Quran sekalipun atau boleh mengingati 100,000 hadith, tapi jika tiada ilmu Tasawuf anda belum tentu dikira Muslim yang sempurna.

Bagaimana kita boleh mempelajari Tasaawuf dan Tarekat?

Teramat susah sebenarnya. Namun ilmu itu boleh didapati di mana-mana sahaja sekolah pondok di Malaysia, Selatan Thai atau pesantren-pesantren di Indonesia. Sebelum mempelajarinya, haruslah terlebih dahulu menjumpai tuan guru-tuan guru yang berpengalaman.

Orang yang mempunyai ilmu ini secara automatiknya musuh jelas bagi Dajjal. Saya percaya pengamal-pengamal Tasawuflah yang berfungsi menghebahkan identiti Dajjal ketika ia muncul kelak.

Kesimpulan

Adakah kita sedar sekarang bahawa pengajian agama sudah dipinggirkan oleh umat Islam sekarang. Pengajian sekolah-sekolah agama tulen sekarang banyak yang sudah dimodenkan sehingga tertinggal ilmu-ilmu diniyyah. Yang diutamakan hanyalah ilmu-ilmu akademik. Semua itu berlaku dengan alasan mengikut arus perkembangan zaman.

Seorang sahabat saya yang menjadi Pengetua salah sebuah Sekolah Menengah Agama pernah menyuarakan isi hatinya bahawa beliau kecewa pelajar-pelajar agama sekarang tidak lagi dihidangkan dengan ilmu-ilmu tasawuf. Ini kerana tasawuf tidak mempunyai buku teks, ia berupa amalan zikir. Namun beliau berusaha juga mengajar anak-anak muridnya tentang Tasawuf walaupun tanpa kebenaran pihak Jabatan Agama Islam Negeri.

Wallau'alam.

P/S : Sama ada ilmu Tasawuf atau Tarekat itu sesat atau sebaliknya, ianya tidak perlu didebat dan dipersoalkan lagi. Orang yang mempertikaikan ilmu ini, sah seorang yang tidak pernah mempelajari ilmu agama atau langsung tidak mengetahui apa-apa. Kelompok yang mempertikaikan ilmu ini biasanya terpengaruh dengan berita-berita di akhbar tabloid seperti Kosmo dan Metro yang suka mensensasikan isu ajaran sesat dengan mengaitkannya dengan ajaran Tasawuf. Akibatnya ajaran Tasawuf mendapat reputasi buruk dari kacamata masyarakat.

Petikan dari Al fakir Hj.Zulkiflee Peubatan Islam Nur Syifa` Taman Sri Watan, Ampang

Anda mungkin juga menyukai