Anda di halaman 1dari 8

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat
pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat
semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari
ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah, kaum sufi mengelompokkan
tarekat menjadi Tarekat Samaniyah, Tarekat Qodariyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat
Khalwatiyah, Tarekat Tijaniyah, dll.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Tarekat Qodariyah?
2. Bagaimana Tarekat Qodariyah di Indonesia?
3. Siapa Tokoh Tarekat Qodariyah?
4. Apa saja ajaran Tarekat Qodariyah?
5. Apa saja amalan Tarekat Qodariyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Tarekat Qodariyah
2. Untuk mengetahui Tarekat Qodariyah di Indonesia
3. Untuk mengetahui tokoh Tarekat Qodariyah
4. Untuk mengetahui ajaran Tarekat Qodariyah
5. Untuk mengetahui amalan Tarekat Qodariyah

1
BAB II

Pembahasan

A. Tarekat Qodariyah

Qodariyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi . Tarekat Qodariyah berkembang dan berpusat
di Irak dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman , Turki,
Mesir , India, Afrika dan Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. Namun
meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15
M. Di Makkah, tarekat Qodariyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi , ini adalah urutan
ke 17 dari rantai mata rantai emas mursyid tarekat. Garis Salsilah tarekat Qodariyah ini
berasal dari Sayidina Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemudian turun-
temurun terus berlanjut melalui Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, Sayidina Al-Imam Abu
Abdullah Al-Husein ra, Sayidina Al-Imam Ali Zainal Abidin ra, Sayidina Muhammad Baqir
ra, Sayidina Al-Imam Ja’far As Shodiq ra, Syaikh Al-Imam Musa Al Kazhim, Syaikh Al-
Imam Abul Hasan Alibin Musa Al Rido, Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi, Syaikh Abul Hasan Sarri
As-Saqoti, Syaikh Al-Imam Abul Qosim Al Junaidi Al-Baghdadi, Syaikh Abu Bakar As-
Syibli, Syaikh Abul Fadli Abdul Wahid At-Tamimi, Syaikh Abul Faraj Altartusi, Syaikh
Abul Hasan Ali Al-Hakkari, Syaikh Abu Sa’id Mubarok Al Makhhzymi, Syaikh Muhyidin
Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi .

Tarekat Qodariyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka
murid tidak memiliki suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia
berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya.

Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri, “Bahwa murid yang
sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang
menjadi walinya untuk seterusnya.”

Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk
dalam kategori Qodariyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-
19, Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), dan lain-lain, semuanya

2
berasal dari India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah, dan lain-lain. Dan di
Yaman ada tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah. Sedangkan di Afrika terdapat tarekat
Ammariyah, Tarekat Bakka’iyah, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, pencabangan tarekat Qodariyah ini secara khusus oleh Syaikh Achmad Khotib
Al-Syambasi digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi tarekat Qodariyah Wa
Naqsyabandiyah .

B. Tarekat Qodariyah di Indonesia

Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat Qodariyah di Indonesia juga berasal
dari Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodariyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16,
khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya
Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan
Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid
kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling
berjasa dalam penyebaran tarekat Qodariyah. Murid-murid Sambas yang berasal dari Jawa
dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qodariyah tersebut.

Tarekat ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi
penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya
“Mystical Dimensions of Islam” hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang
untuk menyusun kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli
1888, wilayah Anyer di Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani
yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi di Jawa,
terutama dalam abad ke-19 dan Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.

Tapi, pemberontakan kali ini benar-benar mengguncang Belanda, karena pemberontakan itu
dipimpin oleh para ulama dan kiai. Dari hasil penyelidikan (Belanda, Martin van Bruneissen)
menunjukkan mereka itu pengikut tarekat Qodariyah, Syeikh Abdul Karim bersama
khalifahnya yaitu KH Marzuki, adalah pemimpin pemberontakan tersebut hingga Belanda
kewalahan. Pada tahun 1891 pemberontakan yang sama terjadi di Praya, Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan pada tahun 1903 KH Khasan Mukmin dari Sidoarjo Jatim

3
serta KH Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta, juga melakukan pemberontakan yang
sama.

Sementara itu organisasi agama yang tidak bisa dilepaskan dari tarekat Qodariyah adalah
organisasi terbesar Islam Nahdatul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926.
Bahkan tarekat yang dikenal sebagai Qadariyah Naqsabandiyah sudah menjadi organisasi
resmi di Indonesia.

Juga pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya. Dalam kitab Miftahus Shudur
yang ditulis KH Ahmad Shohibulwafa Tadjul Arifin (Mbah Anom) di Pimpinan Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37, sampai
merujuk pada Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan Syeikh Khatib
Sambas ke-34.

Sama halnya dengan silsilah tarekat almarhum KH Mustain Romli, Pengasuh Pesantren
Rejoso Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib Sambas ke-35. Bahwa
beliau mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil Rejoso Jombang, KH Moh Kholil dari
Syeikh Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai ma’rifat
kepada Allah) yang berdiam di Makkah di Kampung Suqul Lail.

C. Tokoh Tarekat Qodariyah.

Tarekat Qodariyah merupakan nama tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi. Syekh Abdul Qadir al-jailani merupakan
tokoh yang sangat masyhur. Namanya selalu disebut dalam tradisi tawasul acara-acara
keagamaan.

Dalam usia 8 tahun yaitu pada tahun 488 H/1095 M, Syeikh Muhyidin Abu Muhammad
Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad. Karena tidak
diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad -yang waktu itu dipimpin Ahmad al-
Ghazali- yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali, dia tetap belajar sampai
mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamdany (440-535 H/1048-1140
M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada
masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani

4
menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal
oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam.

Selain itu, dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H
sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya
Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M).
Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M),
sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.

D. Ajaran Tarekat Qodariyah


1. Mementingkan kasih sayang kepada sesama makhluk Tuhan.
2. Rendah hati.
3. Menjauhi fanatisme keagamaan maupun politik.
4. Menekankan pada tauhid dan penyucian diri dari nafsu dunia.
5. Melalui taubat, zuhud, tawakal, syukur, ridha dan jujur.

E. Amalan Tarekat Qodariyah


1. Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah, diamalkan setelah
shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih. Di luar shalat wajib, zikir tersebut
tidak dilarang untuk diamalkan, bahkan dianjurkan. Zikir ini dinamakan zikir
Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan suara keras. Zikir yang lain yaitu
zikir khafi, yaitu zikir yang dibaca dalam hati. Ini juga menjadi amalan pokok
sebagai realisasi tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah.
2. Zikir pokok tarekat Qodariyah yaitu membaca Istighfar paling sedikit dua kali
atau dua puluh kali dengan lafadz Astaghfirullah al-Ghafur al-Rahim.
3. Membaca shalawat sebanyak istighfar dengan lafadsz Allahuma shalli ’ala
sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim.
4. Membaca Laa ilaha illallah seratus enam puluh kali setelah selesai shalat
fardhu. Pengucapan lafadz Laa ilaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu
kata laa dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga otak,
kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala ke sebelah kanan,
lalu kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan ke dalam sanubari,
yaitu kebagian sebelah kiri.

5
5. Membaca Sayyidina Muhammad Rasululullah Shalallah ‘alaihi wa sallam.
Lalu membaca shalawat Allahuma shalli ’ala sayyidina Muhammad shalatan
Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat.
6. Membaca surat al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada
seluruh syekh-syekh tarekat Qodariyah serta para pengikutnya. Juga seluruh
orang islam, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Selain persyaratan di atas, setiap orang yang hendak mengikuti tarekat Qodariyah harus
menjalani dua tahapan,

Pertama, Tahap Permulaan yang terdiri dari :

1. Mengikuti dan menerima bai’at guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2. Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3. Pernyataan guru membai’at muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4. Pembacaan do’a oleh guru yang terdiri dari do’a umum dan do’a khusus.
5. Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Qur’an

Kedua, Tahap Perjalanan.

Yaitu dimaknai sebagai tahap murid menuju Allah Swt melalui bimbingan guru. Murid harus
melalui tahap dalam waktu yang bertahun-tahun sebelum ia memperoleh karunia Allah Swt
yang dilimpahkan kepadanya. Dalam perjalanan itu murid masih menerima ilmu hakikat dari
gurunya. Selain itu, dia juga dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya.
Murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan
Riyadhah).

6
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat
pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat
semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari
ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah.

Tarekat Qodariyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi . Tarekat Qodariyah berkembang dan berpusat
di Irak dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman , Turki,
Mesir , India, Afrika dan Asia.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan dimaklumi, karena kami hamba
Allah yang tak luput dari salah, khilaf, dan lupa. Dan kami ucapkan terima kasih.

7
Daftar Pustaka

https://wislah.com/tarekat-qodiriyah-tokoh/

https://www.bacaanmadani.com/2018/03/tarikat-qodiriyah-tokoh-tarikat.html?m=1

https://risalahmuslim.id/kamus/tarekat-qodiriyah/

Anda mungkin juga menyukai