Anda di halaman 1dari 23

AL-GHAZALI

JENIS PENGETAHUAN MANUSIA

▪ Pengetahuan akali,
▪ Pengetahuan intuitif
▪ Pengetahuan misteri (asrar).
▪ Pengetahuan yang isinya bisa dipahami oleh akal
▪ Pengetahuan yang tidak bisa dipahami oleh akal.
▪ Pengetahuan yang murni intuitif
▪ Pengetahuan yang merupakan akhbar (hasil pelimpahan langsung dari
Tuhan).

William C. Chittik, Ibn al-‘Arabi’s Metaphysics of Imagination: The Sufi Path of Knowledge
ISTILAH
• Laduni • Fath
• Isyraqi • Dzauq
• Irfani • Bashirah
• Ma’rifat • Musyahadah
• Kasyf • Huduri
• Gnosis
ILMU HUDHURI

– Ilmu hudhuri adalah ilmu yang didapat melalui objek asli


yang diketahui, atau hadirnya secara langsung objek
(sesuatu) yang diketahui pada subjek yang mengetahui
(akal). Hal ini mengindikasikan, tiadanya perantara
konseptual apapun antara subjek dan objek.
CIRI ILMU HUDHURI

 Hadir secara eksistensial di dalam diri subjek. Ini berarti tidak ada perantara antara
subjek dan objek pengetahuan.
 Bukan dihasilkan dari proses berpikir.
 Bebas dari dualisme kebenaran dan kesalahan. Hal ini dikarenakan ilmu hudhuri
tidak diperantarai oleh apa pun sehingga tidak ada proses korenpondensi dengan
objek eksternal.
 Bersifat personal, artinya tidak dapat dideskripsikan dan dipindahkan kepada orang
lain. Sebab jika ditranfer melalui komunikasi atau pembelajaran, maka itu berarti
menjadi ilmu hushuli.
INTUISI
• Intuisi: kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektual. Seolah pemahaman itu
tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran.
• Intuisi dalam bahasa sederhana bisa diartikan getaran hati
(jiwa) akan sesuatu hal yang dihadapi atau yang akan terjadi.
RAGAM PENGETAHUAN INTUITIF
• Immediate apprehension/ direct knowing/ innate knowing
• Seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu
ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
• The unconscious mind
• Seorang sopir kendaraan yang mengetahui sesuatu tentang kendaraannya di jalan secara
otomatik tanpa proses menemukan fakta logis lebih dahulu, misalnya mengukur besar-kecilnya
atau harus ke kanan atau kiri.
• Heart intelligence
• Merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar
yang mampu mengubah hidupnya.
• Mengikuti kata hati ketika tiba-tiba seseorang tidak jadi berangkat keluar kota naik pesawat, dan
ternyata pesawat yang ia tumpangi beberapa jam kemudian mengalamikecelakaan.
• Direct perception
• Seseorang merasa akan mendapatkan telepon dari seorang sahabat karibnya, dan ternyata
beberapa menit kemudian ia mendapatkan teleponnya berdering dan ternyata dari sahabat karib
yang ia tunggu-tunggu dari tadi.
Knowledge by acquaintance
 gut feeling/natural feeling(firasat)
MODE  inner voice(suarahati),
PENGETAHUAN  instant knowing.
INTUITIF  physical sensation
 extrasensory perception
AL-RISALAH AL-LADUNIYYAH ABU HAMID AL-GHAZALI
KEMULIAAN ILMU

 Ilmu itu zatnya sendiri sudah mulia, tanpa memandang


obyeknya. Hal ini karena ilmu merupakan kebalikan dari
kebodohan.
 Meskipun demikian, kemuliaan ilmu juga berhubungan
dengan kemuliaan obyek pengetahuan, dan obyek
pengetahuan paling baik dan paling tinggi adalah Allah.
 Wadahnya ilmu adalah jiwa.
 Jiwa yang muthmainnah hanya berhasrat dan ridha kepada
ilmu, mencari ilmu sepanjang hidup dan merasa manis dengan
ilmu di sepanjang waktu.
ILMU
HAK ALLAH
USHUL/TAUHID
SYAR’I MU’AMALAH

ILMU FURU’ HAK HAMBA

MU’AQADAH
ILMU
BERHITUNG & HAK
LOGIKA JIWA/AKHLAK

ILMU
AQLY
ALAMIAH

HAKIKAT
REALITAS
TA‟ALLUM INSANI TA‟ALLUM RABBANI

• PROSES • MENDAPAT
BERPIKIR WAHYU
• PROSES • MENDAPAT
BELAJAR ILHAM
ASUMSI ILMU LADUNI

• Ada “sesuatu” diluar diri manusia yang memberikan atau


melimpahkan pengetahuan ke dalam dirinya.
• Manusia tidak perlu berusaha untuk memperoleh pengetahuan
tersebut, tetapi ia harus berusaha bagaimana caranya agar „layak‟
menerima pengetahuan tersebut.
• Karena sifatnya “pemberian” atau “pelimpahan”, maka isi dan
bentuk pengetahuan yang dimaksud bergantung kepada Yang
Melimpahkan atau Yang Memberi, tanpa harus menyesuaikan
dengan keinginan, kehendak maupun kapasitas dan perangkat
pemahaman yang dimiliki manusia.
 Sarana paling pokok untuk memperoleh pengetahuan ini
adalah kalbu. Kalbu disini bukan berarti hati atau bagian tubuh
secara fisik yang terletak di bagian sebelah kiri dada manusia.
 Kalbu disini lebih bersifat rohaniah. Ghazali menggambarkan
kalbu ini sebagai cermin, sementara ilmu adalah pantulan
realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin tidak bening,
maka realitas ilmu tidak akan bisa ditangkap dengan jelas.
 Yang membuat kalbu tidak bening adalah hawa nafsu,
sementara untuk membuatnya menjadi bening diperlukan
ketaatan kepada Allah dan keberpalingan dari tuntutan hawa
nafsu.

MEDIA ILMU LADUNI: KALBU


 Mendapatkan anugerah dan keberuntungan dari Allah
 Riyadah/mujahadah/muraqabah

 Melalui tafakkur
 Berpikir yang benar akan menyebabkan jiwa terbuka bagi pintu-pintu kegaiban,
sehingga ia menjadi seorang „alim, cerdas, ber-ilham kuat, sebagaimana sabda Nabi:
“berpikir sesaat lebih baik dari ibadah enam puluh tahun”
KETERBATASAN AKAL & LADUNI

 Akal dengan metode rasionalnya diakui memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu.


Dalam wilayah-wilayah kajian metafisika misalnya, akal banyak tidak berdaya, sehingga
produk akal dalam hal ini sering disebut sebagai pemikiran “spekulatif”. Sementara itu
indera yang dinomorsatukan dalam empirisme ternyata lebih sempit lagi wilayahnya.
Indera hanya mampu berhubungan dengan apa yang bisa dilihat, didengar, dicium, diraba
dan dirasa. Indera tidak berdaya menghadapi hal-hal yang diluar semua itu. Kalau akal
masih bisa berabstraksi—meskipun seringkali dalam bentuk spekulasi—terhadap hal-hal
metafisik atau non-empiris, maka indera bisa dikatakan menyerah sama sekali terhadap
hal-hal yang demikian itu. Indera hanya mampu merefleksikan sesuatu kalau ada bahan-
bahan kongkrit yang bisa “disentuh”.
 Keterbatasan-keterbatasan akal dan indera itu ternyata tidak menjadi masalah bagi laduni.
Laduni yang berpijak pada intuisi dengan sumber pengetahuan suaru kalbu dan dipercaya
berasal dari “pemberian” Tuhan secara langsung, memiliki wilayah yang bisa dikatakan
tidak terbatas. Hal ini tidak mengherankan karena sumber pengetahuannya adalah Tuhan
sendiri yang pengetahuan-Nya dipandang meliputi segala sesuatu.
 Jika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, Allah
mengangkat tabir antara jiwa hamba dan jiwa yang didalamnya
ada telaga (jiwa universal). Allah menampakkan dalam jiwa
hamba sebagai rahasia realitas dan memahamkan dalam jiwa
hamba makna realitas itu. Maka tersingkaplah jiwa hakiki dan
hakikat hikmah bagi hamba yang dikehendaki Allah melalui ilmu
laduni.

 ۗ ‫ثيرا‬ ً ‫حك َم َة َف َقد أو ِت َي َخ‬


ً ‫يرا َك‬ َ ‫حك َم َة َمن َيشا ُء ۚ َو َمن ي‬
ِ ‫ُؤت ال‬ ِ ‫يُؤ ِتي ال‬
ِ ‫َوما َي َّذ َّك ُر إِ ّّل أُولُو األَلبا‬
‫ب‬
 Segala peristiwa di dunia ini berjalan dalam dua pola, yaitu pola Sunnatullah dan pola
Qudratullah. Sunnatullah bisa diartikan sebagai ketetapan-ketetapan, undang-undang,
aturan ataupun hukum yang diberlakukan oleh Alah di alam semesta ini untuk mengatur
gerak lajunya, dimana dengan hukum-hukum itulah alam semesta ini berjalan. Adapun
Qudratullah bisa diartikan sebagai hak preogratif Allah di alam semesta ini untuk
menentukan terjadi atau tidaknya sesuatu, ada atau tidaknya sesuatu maupun berhenti
atau berjalannya sesuatu.
 Dengan berpedoman kepada sunnatullah manusia bisa memproduksi ilmu-ilmu
pengetahuan karena ilmu pengetahuan itu disusun berdasarkan keajegan yang ada di
alam. Dengan berpedoman kepada sunnatullah inilah akal bisa merumuskan prinsip-
prinsip berpikirnya dan indera bisa menata pengalaman yang didapatkannya.
 Namun menghadapi qudratullah baik akal maupun indera sama-sama “angkat-tangan”.
Qudratullah—karena sifatnya yang bergantung sama sekali kepada kehendak Allah—
secara ekslusif memang hanya dikuasai oleh Allah, dan hanya orang-orang tertentu yang
mendapat anugerah mengetahui isi dan rahasianya; itulah orang yang telah mencapai dan
menguasai episteme Laduni/Isyraqi.
EMPAT PROSES
MENURUT SUHRAWARDI

• Bagaimana mempersiapkan diri untuk mengalaminya


• Menerimanya melalui Illuminasi (Isyraq)
• Membangun satu pandangan sistematik mengenai
pengetahuan tersebut
• Menuangkannya dalam bahasa tulisan.
Way of Reason dan Way of Intuition adalah saling
melengkapi. Nalar tanpa intuisi atau iluminasi adalah puerile
(kekanak-kanakan) dan setengan buta serta tidak akan
mendapatkan sumber dari keseluruhan kebenaran dan
inteleksi transenden; sementara intuisi tanpa adanya
dukungan logika dan kemampuan rasional akan tersesat dan
selanjutnya tidak akan mampu mengekspresikan dirinya
secara cermat dan metodologis.
Suhrawardi
‫‪Q.S. AL-KAHFI 65-68‬‬

‫َف َو َجدا َعب ًدا ِمن ِعبا ِدنا آ َتيناهُ َرح َم ًة ِمن ِعن ِدنا َو َعلَّمناهُ ِمن َل ُد ّنا ِعل ًما‬
‫لى أَن ُت َعلِّ َم ِن ِممّا ُعلِّ َ‬
‫مت رُش ًدا‬ ‫ك َع ٰ‬ ‫موسى َهل أَ َّت ِب ُع َ‬
‫ٰ‬ ‫قا َل َل ُه‬
‫ص ً‬
‫برا‬ ‫طيع َم ِع َي َ‬ ‫ك َلن َتس َت َ‬ ‫قا َل إِ َّن َ‬
‫لى ما َلم ُت ِحط ِب ِه ُخ ً‬
‫برا‬ ‫يف َت ِ‬
‫صب ُر َع ٰ‬ ‫َو َك َ‬
‫‪• Q.S. AL-ANBIYA’: 80‬‬
‫أس ُكم ۖ َف َهل أَن ُتم شا ِك َ‬
‫رون‬ ‫حص َن ُكم ِمن َب ِ‬
‫بوس َل ُكم لِ ُت ِ‬
‫ٍ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫َ‬
‫ة‬ ‫نع‬
‫َ‬ ‫ص‬‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫منا‬‫َّ‬ ‫َو َعل‬

‫‪• Q.S. YUSUF: 6‬‬


‫أويل األَحادي ِ‬
‫ث‬ ‫ِ‬ ‫ت‬‫َ‬ ‫ن‬‫م‬‫ِ‬ ‫ُك‬
‫م‬ ‫ِّ‬ ‫ل‬‫ُع‬
‫ي‬ ‫و‬
‫َ َ َ َ َ َ‬ ‫ُّك‬
‫ب‬ ‫ر‬ ‫بيك‬‫ت‬‫َ‬ ‫ج‬‫ي‬ ‫ك‬‫ِ‬ ‫ل‬‫ذ‬‫ٰ‬
‫َو َك َ َ‬

‫‪• Q.S. AL-BAQARAH: 31‬‬


‫َو َعلَّ َم آدَ َم األَسما َء ُكلَّها ُث َّم َع َر َ‬
‫ضهُم َع َلى ال َمال ِئ َك ِة َفقا َل أَ ِنبئوني ِبأَسما ِء ٰهؤُ ّل ِء إِن‬
‫ُكن ُتم صا ِد َ‬
‫قين‬

Anda mungkin juga menyukai