Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Mukadimah
Ada sebuah ungkapan yang menyatakan; “Orang bodoh hidup untuk makan,
namun orang bijak makan untuk hidup.” Lantas apakah tujuan hidup orang bijak, apakah
hanya untuk bertahan hidup. Padahal kehidupan bukanlah akhir dan tidak dapat mengakhiri
dirinya sendiri, lantas apa tujuan hidup ini. Para ahli fikir merumuskan masalah ini dengan 3
pertanyaan dasar; Darimana, kemana, dan mengapa. Artinya, saya darimana, akan kemana,
lantas mengapa saya ada disini.
Banyak orang tidak pernah berhenti mempertimbangkan apakah arti hidup itu,
mereka memandang ke belakang dan tidak mengerti mengapa relasi mereka berantakan dan
mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun mereka telah berhasil mencapai apa yang
mereka cita-citakan.
Jika sekarang diibaratkan kita sedang berjalan di tengah hutan belantara yang
gelap gulita, maka tujuan hidup kita bagai lentera yang sinarnya berkilau dari kejauhan.
Dengan susah payah kita akan menuju lentera itu karena hanya itu yang kita lihat. Kita tidak
peduli dengan apa yang menghadang di depan kita. Ada kalanya kaki kita tertusuk duri atau
tersandung batu, namun kita terus melangkah. Ada kalanya kita terperosok ke dalam jurang,
namun kita akan naik lagi dan terus melangkah. Ada kalanya tiba-tiba tembok yang tinggi
menjulang berdiri kokoh di hadapan, namun kita akan tetap memanjat dan melewatinya.
Setelah melihat sinar lentera itu, kita terus menuju ke arahnya.
Dengan perjuangan yang panjang, akhirnya kita dapat mencapai lentera itu.
Setelah lentera ada di tangan, kita pun melihat cahaya lentera lain yang kilau cahayanya lebih
besar. Dengan diterangi lentera tadi, kita melanjutnya perjalanan menuju ke arahnya, begitu
seterusnya sampai akhirnya menuju ke sumber dari segala sumber cahaya, mencapai
pencerahan jiwa dan mengetahui hakikat hidup yang sesungguhnya untuk kemudian
menggapainya.
Tanpa cahaya lentera, kita tak bisa melihat apa-apa, yang ada hanya kegelapan.
Tanpa cahaya lentera, kita tak akan tahu harus melangkah ke mana. Tanpa cahaya lentera,
kita akhirnya akan berjalan dalam kehampaan dan hanya menunggu waktu tubuh ini lapuk
dimakan usia sebelum akhirnya mati menyatu dengan tanah.
Dalam kehidupan ini Tuhan pencipta alam adalah lentera itu, Tuhan yang
menerangi jiwa setiap manusia. Tanpa tuntunan Tuhan manusia tidak bisa berbuat apa-apa,
dan untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan kita maka manusia perlu memahami arti
kehidupan mereka berada di dunia ini.

B. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan di dunia ini yang nampak kebanyakan hanyalah urusan
kepuasan duniawi, semua yang disuguhkan oleh manusia selalu terkesan mengejar kepuasan
dan kenikmatan nafsu dunia belaka. Hanya sebagian kecil dan bisa dikatan jarang terlihat
manusia sekarang ini yang sungguh-sungguh ingin memaknai hidup ini.
Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan beberapa kajian tentang arti dan tujuan
kehidupan di dunia ini. Semoga tulisa ini bisa menjadi renungan bagi pembaca untuk lebih

1
memaknai kehidupan ini dan lebih bijak dalam menentukan setiap tindakan untuk melangkah
kedepan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Masalah
a. Kesadaran Sejati
Sebagaimana yang telah kita ketahui, kita bukanlah sekadar otak dengan tubuh fisik ini.
Kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Roh kita berasal dari Tuhan, yang biasa disebut sebagai
percikan atau dzat tuhan. Roh kitalah yang akan kembali kepada tuhan. Otak sebagai bagian
dari tubuh fisik, bagian dari daging dan darah akan kembali ke asalnya, yaitu debu dan tanah.
Jadi , dari sini dapat kita lihat bahwa diri sejati kita adalah roh kita.
Sebagai percikan yang berasal dari Tuhan, inti roh, yaitu hati nurani ( baca buku pertama dari
seri: Ilmu Tertinggi, Yaitu Hati Nurani)
Selalu mengetahui kebenaran sejati, jauh melebihi apa yang dapat diketahui oleh otak
manusia. Tidak saja cakupan pengetahuannya jauh lebih dalam segala hal dibandingkan
dengan otak, tetapi hati nurani juga selalu mengetahui apa yang diinginkan Tuhan atas diri
kita. Karena itu, apabila kita mau melihat diri kita dengan lebih baik kita harus melihat diri
kita dari sudut kesadaran sejati kita dengan hati nurani.[1]

b. Perjalanan Manusia
Memang kita dibatasi oleh kelima indera kita yang berfungsi hanya dalam dunia fisik
ini. Tetapi kita harus menyadari bahwa tubuh fisik dengan kelima inderanya hanyalah bagian
kecil dari diri kita secara keseluruhan yang juga terdiri atas jiwa dan roh. Sebenarnya, Tubuh
fisik kita hanyalah bagian yang terkecil, yang paling terbatas dari diri kita secara keseluruhan.
Jadi, dunia fisik yang sangat luas ini hanyalah bagian kecil dari ke alam semesta. Kehidupan
kita di bumi ini hanyalah sebagian kecil dari seluruh perjalanan yang harus kita jalani.
Setelah mengetahui berbagai hal di luar keberadaan fisik ini, sebagai diri sejati saya
telah melihat perjalanan lengkap yang seharusnya di tempuh oleh setiap orang, yang
berkaitan dengan alasan utama dari keberadaan kita di dunia ini, atau dapat juga kita sebut
dengan kodrat manusia. Banyak manusia terperangkap oleh hal-hal yang fana ini dan menyia-
nyiakan hidupnya hingga akhirnya terlambat, yaitu saat yang bersangkutan meninggal dunia.
Walaupun kehidupan di bumi telah berakhir, semua yang dilakukannya di bumi masih harus
dia pertanggung jawabkan.
Dalam kesempatan ini, saya ingin membagi sekilas dari apa yang telah saya saksikan
dan sadari sehubungan dengan:
 Perjalanan kehidupan manusia di bumi dan setelah kematian.
 Masalah yang banyak terjadi pada banyak orang setelah meninggal.
 Cara yang terbaik untuk mencapai tujuan hidup.
Dengan mengetahui informasi ini dan merenungkannya, mudah-mudahan kita
semuanya dapat lebih sadar akan tujuan utama dari keberadaan atau kelahiran kita di bumi
ini, yaitu untuk lebih dekat kepada tuhan. Dengan kesadaran ini, niscaya kehidupan kita dapat
diubah untuk hal-hal yang lebih baik yang akan memberikan kita berkat, cahaya dan kasih
tuhan, tidak saja selama kita masih hidup di bumi, tetapi juga telah meninggal.[2]

2
c. Perjalanan Hidup Manusia
Untuk menyadari betapa hidup ini hanyalah sesuatu yang sangat sementara, cobalah
renungkan fakta sederhana ini: Sebelum anda lahir, anda belum ada di dunia. Anda mulai ada
sejak kelahiran anda. Sebagai seorang bayi, anda ditimang dan dipeluk oleh orang tua anda
hanya tinggal suatu kenangan. Saat-saat anda bermain riang bergembira dengan saudara-
saudara dan teman-teman anda ketika waktu kecil juga tinggal kenangan.

d. Tugas Dalam Hidup


Sejak kecil kita sudah harus bersekolah untuk memperlajari berbagai pengetahuan.
Kita berlajar selama bertahun-tahun. Apabila kita anggap saja bahwa kebanyakan dari kita
minimal sudah menamatkan pendidikannya hingga tingkat sekolah menengah Tingkat atas,
kita telah berlajar selama 13 tahun.

e. Kembali Kepada Tuhan Seutuhnya


Dalam kehidupan sehari-hari “ Kembali kepada Tuhan” Biasanya diasosiasikan
dengan meninggal. Seseorang dikatakan telah “kembali kepada Tuhan “ apabila yang
bersangkutan telah meninggal. Tetapi, istilah saya “kembali kepada Tuhan seutuhnya” tidak
ada kaitannya dengan meninggal. Yang saya maksud dengan istilah itu adalah tercapainya
tujuan akhir dari perjalanan diri sejati. Berbagai kebudayaan dan agama menyebutnya dengan
istilah yang berbeda-beda, misalnya surga, kembali kepada Tuhan, masuk kedalam kerajaan
tuhan, menyatu dengan sang pencipta, dan sebagainya.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi seluruh tugasnya seutuh-utuhnya dan
mencapai tujuan hidup yang sebenar-benarnya, diri sejati orang tersebut telah kembali kepada
tuhan seutuhnya pada zaman dulu yang biasanya terjadi adalah bahwa orang tersebut
lebur/lenyap, dan biasa disebut dengan istilah moksha. Hal ini dapat terjadi, karena yang
bersangkutan telah dapat membuka hati dan diri seutuhnya kepada Tuhan sehingga seluruh
dirinya larut dalam cahaya dan kasih tuhan.
Menurut pengamatan siri sejati saya, pada zaman yang sangat khusus ini, kesempatan
untuk kembali kepada Tuhan seutuhnya terbuka jauh lebih mudah daripada pada zaman-
zaman sebelumnya. Pada zaman yang khusus ini, seseorang yang telah mempunyai hak untuk
kembali kepada Tuhan seutuhnya tidak langsung lenyap. Yang bersangkutan masih harus
membantu sesama untuk kembali kepada Tuhan sampai masa yang sangat-sangat khusus ini
lewat.

3
BAB II
ISI DARI MASALAH

A. Manusia dan Tujuan Hidupnya


Manusia tidak lebih dari suatu bagian alam bendawi yang mengelilinnginya, oleh
karena itu segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia pun dapat di terangkan seperti cara-
cara yang terjadi pada kejadiab-kejadian alamiah yaitu secara mekanis. manusia itu hidup
selama darahnya beredar dan jantungnya bekerja yang di sebabkan pengaruh mekanis dari
hawa atmosfir.
Dengan demikian manusia yang hidup tiada lain adalah manusia yang anggota
tubuhnya bergerak. Dalam Islam, manusia itu walaupun secara fisik (mekanis) telah mati.
setiap manusia memiliki penhetahuan karena setiap manusia pernah mengalami
sesuatu, dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan pemikiran dan bertindak.
Dengan demikian, pada umumnya, manusia memiliki pengetahuan. Akan tetapi, karena
setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda, tentu dalam menyelesaikan
masalahnya, bersumber kepada pengalaman yang beragam, sehingga pengetahuan pun
semakin banyak.
Selain itu, manusia juga mempunyai cita-cita dan tujuan hidup. Hal itu di sebabkan,
akal manusia melahirkan kebudayaan, mengubah benda –benda alam menjadi benda-benda
budaya sesuai dengan kehendak dan kebutuhan hidupnya. karena akal manusia menjadi
bermoral dan menciptakan norma0norma hidup masyarakat.
Manusia merupakan mahluk yang derajatnya paling tinggi.Karena manusia memiliki
potensi akal budi, manusia menjadi mahluk bijaksana yang menjadi tujuan-tujuan (homo
sapiens), mahluk yang pandai bekerja menggunakan alat, dan mahluk yang menyukai proses
tanpa tujuan. karena manusia mempunyai akal budi, maka manusia menjadi homo politikus
yang akan mencari kebebasan dan cara merobos batas batasnya. Selain itu juga manusia juga
homo religius yang akan percaya kepada penentuan, percaya pada takdir, dan sebutan-
sebutan lain yang diberikan kepada manusia. Dengan kata lain, melalui akal budi (aspek
rohani), manusia melahirkan peradapan adat dan istiadat, sopan santun dalam pergaulan ,
norma sosila dan cara hidup bersama, ser ta dapat menghayati adanya Tuhan Yang Maha
Esa. kesemuanya itu, selalu berhubungan dengan kehidupan dan cita-cita serta tujuan hidup
manusia.
Kehidupan manusia selau berubah, sangat bergantung pada pengharapan, cita-cita
hidup,dan atau pengalaman kebahagiaan atau kesengsaraannyadalam bermasyarakat. setiap
manusia merupakan pendukung pengalaman hidup dan berkalompok sosialnya. pendidikan
memberikan makna arti yang luas dalam perubahan hidup manusia secara individu dan sosial,
sejak manusia prinitif sampai menjadi manusia moderen. Awalnya, tujuan hidup manusia
hanya sekedar untuk mengisi perut, melindungi diri dan keluarga dari serangan binatang
buas,
marabahaya dan sebagainya. dan inilah arti pendidikan dalam linngkup sempit.

4
Atas dasar bentuk pengertian pendidikan inilah, makan pendidikan dimolai sejak
manusia itu ada. Maka jelas lah, bahwa perkembangan kehidupan manusia dalam masyarakat
melalui 3 tahap perkembangan. yaitu:
1. from savagery
2. Through berbarism
3. to civilization

Dalam tingkatan berperadapan inilah, manusia mengenal peralatan, molai dari


menenetahui manpaat api atau membakar dan seterusnya. Artinya, kebutuhan manusia
semakin meningkat , tujuan hidupnya semakin jelas, yakni untuk mencapai kepuasan,
kemakmuran, dan kebahagiaan hidup, baik dari diri sendiri maupun untuk keluarga dan
masyarakat di sekitarnya , lahiriah maupun rohaniahnya.
Kini, manusia sudah hidup di jaman cybernetica atau abad ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan hidup manusia juga semakin berkembang, tidak lagi hanya urusan perut,
namun pada penguasaan teknologi untuk mencaru kepuasan.

B. Langkah Agar Kita Mencapai Hidup Yang Maksimal


Beberapa orang selalu menginginkan agar kehidupan yang akan datang lebih baik
daripada kehidupan yang dijalaninya sekarang, baik itu kesuksesan dalam bekerja, mengapai
karir, hubungan rumah tangga yang harmonis, serta jalinan social terhadap masyarakat luas
dan sekitarnya. Tetapi itu semua seringkali terhalang oleh berbagai macam masalah yang kita
hadapi setiap harinya dan yang lebih buruk lagi masalah itu datang dari diri kita sendiri, yang
tentunya membuat semua itu jadi lebih sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu hidup secara
maksimal akan membuat kita lebih bisa mendapatkan apa yang kita mau di masa kedepannya.
Mulai sekarang janganlah berpikir secara sempit, hindari pola pikir yang sempit serta mulai
sekarang berpikirlah dengan paradigma yang tentunya tidak pernah Anda ketahui sebelumnya
ataupun baru Anda terima agar membuat hidup kita lebih maksimal.

Mari kita simak 7 langkah untuk kita yang ingin mendapatkan hidup yang maksimal antara lain
sebagai berikut:
1. Memperluas Wawasan dan pengetahuan kita. Disini yang dimaksudkan adalah
pandangan hidup ataupun filosofi kehidupan yang sedang kita miliki perlu sekali kita
tingkatkan agar kita mempunyai banyak sekali pandangan tentang kehidupan kita ini
agar membuat semuanya lebih terlihat jelas. Dengan ini Anda akan memiliki
pandangan jauh kedepan tentang bagaimana Anda akan menjalani hidup dimasa yang
akan datang.
2. Mengembangkan personality. Dalam ini Anda harus mempunyai pengetahuan tentang
diri sendiri yang mana bisa diwujudkan dengan mengkoreksi apa yang ada dalam diri
Anda tujuannya adalah bagaimana Anda dapat menilai kemampuan serta apa yang
dirasakan tentang diri Anda tersebut. Itu akan meningkatkan kepercayaan diri dalam
tindakan.
3. Carilah kekuatan didalam pikiran dan ucapan Anda. Musuh terbesar Anda adalah
pikiran. Pikiran tahu apa yang Anda rasakan, maka dari itu dengan mengendalikan
pikiran akan berhasil memanipulasi seluruh aktifitas serta tindakan dalam kehidupan

5
Anda. Pikiran tersebut mempunyai peranan yang sangat vital karena dapat menentukan
sikap serta perilaku kita.
4. Buanglah jauh pikiran tentang masa lalu, lepaskan masa lalu itu didalam pikiran Anda.
Banyak orang yang sulit sekali melepas pikiran tentang masa lalu, tentunya itu akan
menjadi sebuah penghambat yang sangat sulit. Dan jika Anda ingin menang dalam
masalah ini , Anda sebaiknya tidak selalu memakai trauma yang terjadi masa lalu untuk
menghilangkan pikiran-pikiran yang konyol yang bisa memperngaruhi Anda agar
melakukan hal yang buruk.
5. Berikan sentuhan positif terhadap hal terburuk yang ada dalam diri Anda. Mungkin
Anda bisa biasakan untuk berkata “ Saya bisa saja gagal, namun dalam kegagalan itu
saya mencoba untuk bangkit dan terus memperbaikinya” Dengan begitu hal terburuk
Anda ketika malas untuk bangkit setelah mengalami kegagalan akan sedikit demi
sedikit hilang karena adanya sentuhan pola piker positif tersebut.
6. Memberikan apa yang sudah kita dapatkan dengan sukacita. Mungkin banyak orang
yang sukar melakukan itu namun alangkah lebih baiknya kita memberikan sesuatu
dengan sukacita karena hal itu membuat hidup kita lebih optimal dan yang pasti godaan
akan mementingkan diri sendiri pun bisa kita hindari dengan mudah.
7. Jadikanlah kebahagian yang ingin Anda raih menjadi kenyataan. Jika dengan
mewujudkan kenyataan tersebut membuat hidup Anda menjadi lebih optimal mengapa
tidak bukan? Jadi mulailah temukan kebahagiaan tersebut.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakalbudi atau makhluk
yang mampumenguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Menurut Al-Ghazali (1954,J.1:53) tujuan hidup manusia yaitu tercapainya
kebahagiaan. Sedangkan tujuan akhirnya ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang
puncaknya yaitu dekat dengan Allah dengan cara bertemu dan melihat Allah yang di
dalamnyaterdapatkenikmatan-kenikmatan yang menyeluruh yang tidak pernah diketahui oleh
manusia ketika di dunia.
Pada hakikatnya Manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan sebagai berikut;

1. Tujuan hidup vertical yaitu beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Adz Dzariyaat ayat 56
2. Tujuan hidup horizontal yaitu menjadi khalifah di muka bumi sesuai dengan surat Al-
Baqarah ayat 30.

Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat
tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin
yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat,
dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan
berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas
planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133) Sungguh kami
ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia
kepada kerendahan yang lebih rendah.
Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga.
QS 95/4-6) Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja
menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya
yang harus dicapai oleh setiap diri. Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima
akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan
demikian.

7
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran untuk
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Agar para generasi muda bisa menempuh tujuan hidup yang sebenarnya, khususnya di
negara Republik Indonesia ini . Maka dari itu kami mengajak saudara untuk memajukan
generasi muda yang akan datang. Karena maju mundurnya suatu negara terletak di pundak
para generasi muda

Anda mungkin juga menyukai